• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

B. Tahapan Pengungkapan dan

Assessment adalah untuk mengumpulkan informasi yang relevan tentang masalah sehingga keputusan dapat dibuat tentang apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Asessmen dapat melibatkan persiapan untuk intervensi pada setiap tingkat praktek. Pada tahapan ini pekerja sosial melakukan assesmen terhadap klien dengan mengidentifikasi klien tersebut dahulu untuk menemukan masalah, kebutuhan, potensi dan menganalisis masalah klien juga merumuskan masalah tersebut.

Sesudah di identifikasi permasalahan klien, pekerja sosial melihat situasi klien dari mikro, mezzo dan makro yang ada dalam diri klien, agar pekerja sosial mengetahui bagaimana individu dari klien tersebut, bagaimana

7

klien berada dalam suatu kelompok, dan bagaimana klien memahami sistem lingkungan yang lebih luas. Setelah pekerja sosial melihat dari ketiga aspek tersebut, pekerja sosial dapat mengutip informasi tentang masalah yang dialami klien dan apa yang dibutuhkan klien, kemudian pekerja sosial mengidentifikasi juga kekuatan-kekuatan yang dimiliki klien untuk membantu pekerja sosial merencanakan pemecahan masalah yang tepat yang akan diberikan terhadap klien. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting S.ST sebagai berikut:

“Dalam proses assesmen, ya saya wawancara klien tersebut mengenai permasalahannya yang dia alami. Di identifikasi lah intinya untuk menemukan masalah. Abis itu kita cari dari permasalahan tersebut apa yang dibutuhkan anak ini kita tanya juga kekuatan yang dimilikinya. Saya juga melakukan wawancara engga yang formal banget ya kaya ngobrol-ngobrol biasa aja sampai permasalahannya itu ketahuan apa yang dialaminya.”8

1. Profil Klien A) Klien A ( V )

Nama Inisial : V

Tempat Tanggal lahir :Jakarta, 28 Februari 1998 Jenis Kelamin :Perempuan

Alamat : PSAA Putra Utama 03 Tebet

Umur :18 th

Agama : Islam

Pendidikan : SMK

Rujukan dari : PSAA Putra Utama 01 Klender,Jakarta Timur.

8

B) Klien B ( R)

Nama Inisial : R

Tempat Tanggal lahir :Jakarta, 2 Desember 1998 Jenis Kelamin :Perempuan

Alamat : PSAA Putra Utama 03 Tebet

Umur :16 th

Agama : Islam

Pendidikan : SMK

Rujukan dari : PSAA Putra Utama 01 Klender, Jakarta Timur 2. Riwayat Masalah Klien

Kasus I:

Klien “V”, (P). 18 tahun, belum menikah, saat ini masih sekolah di bangku SMK. Berperawakan agak gemuk, tidak terlalu pendek, dan berkulit sawo matang. Klien “V” tidak mempunyai keluarga, sehingga klien “V” merupakan salah satu anak Negara yang harus dilindungi. Klien ini memang sudah tinggal di panti sejak bayi. Ketika bayi, klien “V” tinggal di Panti Sosial Tunas Balita (PSTB) sampai umur 6 tahun, kemudian dilanjutkan ke Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 01 Klender, Jakarta Timur untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Dasar (SD), dan saat ini mereka tinggal di PSAA PU 03 Tebet untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Di panti ketika awal mereka ditempatkan sampai pada saat mereka pindah ke panti PSAA PU 01 Klender, tidak ada catatan kasus yang berat yang dihadapi oleh klien “V”. Karena klien “V’ masih kecil dan masih bisa menuruti apa yang dinasehati oleh pengasuhnya.

Saat diidentifikasi pekerja sosial, klien “V” mengungkapkan perasaannya selama tinggal di panti dan tidak ada orang tua yang memberikan kasih sayangnya, klien “V” sedih karena harus tinggal di panti dan tidak mengatahui siapa orang tuanya, kadang perasaan iri muncul melihat teman-teman mereka yang masih mempunyai orang tua. Mereka diberikan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan. Sedangkan klien “V” tidak pernah merasakan hal tersebut. Sesekali sempat pernah merasakan ingin bertemu orang tuanya, tetapi harus cari kemana juga tidak tahu, dan wajah orangtuanya seperti apa juga mereka tidak tahu karena belum pernah melihat.

Perasaan menyesal juga pasti kadang menghinggapi kehidupannya, menyesal karena harus menerima takdir seperti ini tidak mempunyai orang tua yang benar-benar bisa memberikan perhatiannya yang tulus. Tetapi, mereka sadar bahwa ini semua memang takdir Allah yang harus dijalani dengan keikhlasan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien “V” sebagai berikut:

“Terus tinggal disini ya ada senangnya ada sedihnya. Sedihnya pengen ngerasain gimana sih punya rumah dalam satu keluarga terus berkumpul. Senangnya ya disini juga kan saya

mendapatkan pengasuh yang berperan sebagai orangtua saya disini. Jadi saya bisa tetap mendapatkan rasa sayang.9

Hal serupa juga diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST selaku pekerja sosial sebagai berikut:

“Kalau saya menanyakan, perasaan mereka gimana berada di panti, ya pasti jawabannya sedih karena mereka kan ingin merasakan sama apa yang di rasain teman-teman mereka kumpul dan bercanda dengan keluarganya. Selain itu juga mereka tuh punya perasaan kaya menyesal gitu, kenapa gitu mungkin dipikiran mereka. Kenapa harus mereka yang kaya gini, tapi ya terus mereka mau apa juga kan ngga bisa mau menyalahkan siapa juga ngga tau. Jadi kita motivasi-motivasi aja.10

Pekerja sosial mulai mengidentifikasi klien selama tinggal di panti PSAA PU 03 Tebet Jakarta Selatan untuk mendapatkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Selama disini awalnya klien ini merupakan anak yang sangat patuh pada peraturan yang ada di panti, mereka mengikuti semua kegiatan yang diberikan panti untuk membuat mereka lebih aktif dan merasa terampil, tetapi setelah mereka sudah cukup lama disini sifat rajinnya mereka itu lama-lama hilang karena berbagai alasan.

Klien “V” saat inidia menjadi anggota OCIP (Organisasi Citra Intra Panti), walaupun dia terkadang malas mengikuti kegiatan keterampilan yang ada, tetapi juga dia terlihat aktif karena ingin menjadi bagian dari OCIP. Klien “V” mempunyai teman yang banyak di panti, mereka selalu mengobrol, bercanda, saling berbagi cerita dan bermain bersama. Hubungan klien “V” dengan petugas yang ada di panti juga cukup baik,

9

Wawancara pribadi dengan klien “V”, Jakarta,7 Juli 2014.

10

mereka sangat menghormati sekali. Namun, pekerja sosial juga menjelaskan bahwa terkadang mereka pasti ada tidak sukanya karena terdapat petugas panti yang terlalu berlebihan membuat peraturan menurut mereka sehingga mereka merasa menjadi terkekang.

Selama di panti, klien “V” juga pernah mengalami permasalahan baik dengan teman-temannya di dalam panti dan dengan teman sekolah. Klien “V” pernah mempunyai masalah karena meminjam uang temannya, dan pernah berantem dengan temannya. Petugas panti mengetahui permasalahan ini, mencoba menjadi mediator diantara mereka agar permasalahan yang mereka alami tidak menjadi masalah yang panjang. Klien “V” ini memiliki watak yang keras kepala, apabila dia melakukan kesalahan lalu diberikan nasehat pasti dia akan tetap merasa bahwa dirinya itu benar. Selain itu, klien “V” juga malas sekali melakukan sholat.

Permasalahan di sekolah yang dialami klien “V” adalah anak ini memang suka membolos sekolah. Hubungan klien “V” dengan teman-temannya memang sangat baik, teman-teman di sekolahnya tidak memandang sebelah mata dengan kondisi yang dialami klien “V” ini. Mereka ingin berteman apa adanya. Hal ini seperti diungkapkan Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:

“Selama dia tinggal di panti, memang ngga selalu dia bisa berperan sebagai anak yang baik. Kadang kan anak aja ada tingkah lakunya. Waktu itu, klien “V” pernah ada masalah di panti sama temen-temannya, dia pernah minjem uang temannya, terus pernah juga berantem sama ya paling kadang peraturan

yang di panti ngga dikerjain sama dia. Di sekolah, dia memang ngga pernah ada sama temen-temen di kelasnya tapi dia pernah membolos sekolah.”11

Harapan yang dimiliki klien “V” dan klien “R” supaya bisa mempunyai perilaku yang lebih baik lagi, sekolahnya juga semakin bagus dan berprestasi, berusaha untuk tidak pernah membuat kesalahan lagi dan setelah mendapatkan pelayanan yang diberikan di panti mulai dari keterampilan, keagamaan, tabungan, dll kedua klien ini bisa hidup mandiri dengan bekal kemampuan yang suda dia kantongi selama diberikan pendidikan di panti ini. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien V” sebagai berikut:

“Harapan saya ya saya sih berharap saya bisa jadi orang yang lebih baik aja. Patuhin peraturan yang ada di panti yang ada di sekolah. jadi ngga punya masalah lagi. Jadi orang baik yang nantinya bisa bikin orang lain senang sama sikap saya. Terus supaya juga saya ngga bolos sekolah lagi. Temen-temen mau menerima kekurangan saya gitu aja Kak”12

Dengan mengetahui permasalahan yang dialami klien setelah diidentifikasi, pekerja sosial dapat melihat situasi klien “V” dari segi aspek mikro, mezzo dan makro. Dalam aspek mikro, ketika pekerja sosial berbicara kepada klien secara individu melalui bimbingan dan konseling, dapat terlihat hubungan relasi antara pekerja sosial dan klien yang bermasalah ini semakin dekat. Sehingga memudahkan pekerja sosial untuk menggali informasi yang ada dalam individu klien ini dan pekerja sosial dengan mudah bisa melihat permasalahan yang muncul

11

Wawancara pribadi dengan Loren Siska Ginting, S.ST, Jakarta, 3 Juli 2014.

12

berdasarkan dari tipe individunya sendiri. Klien “V” di dalam

individunya sendiri diketahui mempunyai permasalahan dengan sifatnya yang dia miliki.

Seiring berjalannya waktu, klien “V” pun tumbuh menjadi anak gadis remaja ia mulai membutuhkan aktualisasi dan ekspresikan dirinya kepada teman sepergaulannya. Hal tersebut dibuktikan dengan memperlihatkan sifat-sifat seperti keras kepala, anaknya terkadang malas tidak pernah mengikuti bimbingan keterampilan, dan juga jarang melakukan sholat lima waktu. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien “V” sebagai berikut:

“Aku emang kadang suka malas kak kalo ikut keterampilan, ngga tau males aja gitu rasanya.kan saya ikut kegiatan musik itu setiap hari minggu, jadi tuh saya mikirnya karena udah sekolah dari senin–jumat terus di weekend itu maunya istirahat aja ngga ada kegiatan. Kalo solat iya nih kak masih jarang-jarang, ngga tau sifat malesnya ada aja.”13

Pada aspek mezzo, pekerja sosial melihat situasi klien ini dengan memantau kegiatan yang biasa dilakukan mereka di dalam panti, apakah mereka mematuhi peraturan yang ada, mendengarkan nasehat pengasuh dan petugas yang lain demi kebaikan mereka, selain itu juga pekerja sosial memantau kegiatan yang mereka lakukan di sekolah.

Menurut pekerja sosial, dalam aspek mezzo ini klien “V” sangat berperan sekali di dalam panti, Anaknya terkadang patuh dengan peraturan yang ada di panti terkadang juga tidak. Seperti misalnya, di

13

penti terdapat kegiatan yang wajib untuk dilakukan seperti pencak silat, namun klien “V” ini jarang mengikuti sehingga diberikan hukuman

dengan memotong uang jajannya. Selain itu, klien “V” juga pernah memiliki permasalahan di dalam panti seperti meminjam uang temannya dan pernah juga berantem dengan temannya.

Namun, dibalik permasalahannya tersebut klien “V” bisa berperan dengan mengikuti kegiatan OCIP yang ada di panti dan bisa mengajarkan tarian saman yang dipelajarinya di sekolah untuk di bawa ke panti. Klien “V” mengajarkan adik-adiknya (junior) yang ada di dalam panti untuk bisa menari tarian saman. Dan sekarang tarian saman itu banyak sekali peminatnya dan sudah pernah mendapatkan undangan untuk tampil di luar. Hal ini seperti diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:

“Kalau klien “V” kan anaknya emang kadang gampang diatur, kadang juga susah banget. Selama disini dia itu punya masalah kaya misalnya suka minjem uang temen sama terus pernah berantem juga. Tapi dibalik sikapnya yang seperti itu, dia itu sangat berperan sekali di sini. Dia mau aktif menjadi bagian dari OCIP dan sering juga memberikan masukan-masukan yang baik kalau mau buat acara. Terus juga dia karna di sekolah ikut nari saman ekskulnya, dia bawa tarian itu ke panti untuk diajarkan ke juniornya. Dari situ banyak yang ikut terus juga udah sering tampil di luar panti.”14

Akan tetapi, klien “V” juga mempunyai permasalahan di sekolahnya menurut pekerja sosial klien “V” ini sering membolos sekolah karena tugas sekolah belum selesai dan terkadang membolos karena

14

malas mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru mereka. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien “V” sebagai berikut:

“iyah kak aku emang pernah punya masalah waktu itu, aku tuh dulu sering banget kak bolos sekolah. kadang suka ikutin temen, kalo temen bolos yaudah aku ikutan aja. Bilang ke panti mah sekolah, tapi padahal ngga pergi ke sekolah. engga tau kak males aja gitu kadang juga males gitu sama gurunya. Karena ngajarnya gitu lagi bikin males sekolah, jadi yaudah bolos.”15 Sedangkan pada aspek makro, Aspek makro disini adalah memberikan pelayanan yang tepat untuk membantu permasalahan yang dialami oleh klien. Dalam aspek ini, klien “V” diberikan pelayanan-pelayanan yang dapat membantu permasalahan mereka. Apa yang diberikan dalam pelayanan tersebut untuk memberikan pertolongan ke mereka. Pekerja sosial kemudian memberikan pelayanan konseling, pelayanan keagamaan sebagai bimbingan mental klien, bimbingan fisik, bimbingan sosial, pelayanan kesehatan, pelayanan keterampilan, pelayanan pendidikan, dan pelayanan tabungan. Pelayanan-pelayanan yang diberikan ini bukan hanya asal diberikan, tetapi terdapat alasan dari pekerja sosial mengapa memberikan pelayanan-pelayanan ini sebagai proses pertolongan mereka. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:

“Pada tahapan ini saya memberikan beberapa pelayanan pendukung yang akan membantu proses penyembuhan klien dari masalah yang dihadapi. Seperti misal pelayanan konseling, bimbingan mental, fisik, sosial, pendidikan dan keterampilan. Pelayanan-pelayanan ini yang dianggap sangat membantu memecahkan masalah yang dialami. Dari judulnya aja sudah

15

terlihat, seperti apa proses dari pelayanan yang di rekomendasikan.”16

Setelah melihat situasi klien “V” dari aspek mikro, mezzo, dan makro, pekerja sosial dapat melihat potensi yang dimiliki klien “V” sebagai kekuatan yang dapat menolong klien “V” dalam proses pertolongan agar bisa berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Klien “V” memiliki kemampuan dalam bidang kesenian dia bisa bermain musik dan mengajarkan menari saman ke teman-teman di panti serta dia memiliki sikap percaya diri yang tinggi, selain itu prestasi di sekolah juga lumayan bagus.

KASUS II:

Klien “R”, (P). 16 tahun, belum menikah, saat ini sedang menjalani pendidikan SMK kelas 1. Berperawakan kecil, tidak terlalu tinggi, dan berkulit hitam. Klien “R” tidak mengetahui keberadaan orangtuanya. Sejak kecil, dia sudah tinggal di panti, sebelumnya klien ini berada di jalan dilanjutkan ke PSAA PU 01 Klender untuk diberikan pendidikan tingkat SD. Dan saat sudah ingin melanjutkan ke tingkat SMP dan SMA/SMK, klien “R” dipindahkan ke PSAA PU 03 Tebet ini. Semasa kecil, ketika masih tinggal di panti yang lama klien ini tidak memiliki permasalahan kasus. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat penurut dan mematuhi nasehat yang diberikan oleh pengasuhnya.

16

Klien “R” juga mengungkapkan perasaannya karena harus tinggal

di panti sejak kecil tanpa mendapakan perhatian dan kasih sayang langsung yang diberikan oleh orang tuanya. Klien “R” terkadang juga iri melihat teman-teman lain yang masih mmpunyai orangtua, dan ketika mendapat liburan dari panti mereka bisa kembali ke rumah orangtuanya. Akan, tetapi hal tersebut tidak bisa dirasakan oleh klien “R” ketika mendapat liburan dari panti. Dia mungkin hanya tetap di panti atau mengikuti temannya pulang ke rumahnya atau terkadang juga dia mengunjungi panti yang di Klender untuk bertmu dengan ibu asuhnya yang mengasuhnya sejak umur 6 tahun. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien “R” sebagai berikut:

“Perasaannya sedih kak tinggal di panti, ngga nyangka aja. Setiap orang kan pasti pengen tinggal di rumahnya sendiri sama orangtuanya. Cuma ya gimana yah kak saya juga ngga bisa milih, ini memang sudah jalannya gini. Kadang suka iri aja sama temen-temen yang masih ada orangtuanya, di kasih perhatian sama kasih sayang yang lebih. Terus kalo ada liburan dari panti juga mereka enak bisa balik ke rumah mereka kumpul sama keluarga, kalau kaya saya gini kalo ngga kadang ikut juga sama mereka ya paling diem aja di panti atau ngga ke Klender ikut pengasuh yang lama.”17

Klien “R” selama di Panti PSAA PU 03 Tebet iniawalnya memang anak yang rajin, mengikuti kegiatan yang diberikan oleh panti ini. Namun, karena sudah semakin beranjak remaja dan sudah mulai mengenal kehidupan luar klien ini semakin susah diatur dan sangat malas

17

sekali. Sehingga membuat klien ini tidak terlalu aktif di kegiatan-kegiatan yang ada di panti. Tapi beberapa masih diikuti karena sifatnya wajib.

Klien “R” merupakan anak yang pendiam sekali, dia jarang sekali

mengobrol dan berkumpul dengan teman-temannya di panti. Tapi bukan berarti dia tidak punya teman, dia mempunyai teman sama seperti anak-anak yang lain. Namun memang sifat pendiamnya sudah dimiliki sejak dia datang ke panti ini. Selama di panti, klien “R” tidak memiliki masalah, dia juga tidak pernah macam-macam di panti.

Selain dengan teman-teman di panti dan petugas-petugas panti, klien “R” juga mempunyai teman-teman di sekolah, saat ini dia sedang mengalami permasalahan di sekolahnya. Dia beberapa hari yang lalu membolos sekolah dan ingin pindah sekolah karena ada masalah dengan temannya di kelas. Permasalahan tersebut, membuat klien “R” tidak nyaman berada di kelas sehingga klien “R”menginginkan pindah sekolah di tempat yang lebih nyaman dan banyak orang yang bisa menerima keberadaannya. Hal ini diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:

“Seperti baru-baru ini klien “R” mempunyai masalah di sekolahnya, dia itu ngga mau sekolah disitu lagi dan minta pindah sekolah karena menurut dia ada beberapa temannya itu yang ngga suka melihat dia, sebenarnya permasalahan tersebut pernah dialami juga saat masih di SMP. Tapi kita nasehatin dia mengerti gitu nurut supaya jangan pindah sekolah dia mau ikutin. Tapi sekarang karena dia udah beranjak besar agak sedikit sulit untuk diberikan nasehat seperti itu lagi.”18

18

Kemudian setelah teridentifikasi permasalahan yang dialami klien ini, pekerja sosial mulai menanyakan harapan yang ingin dicapai selama dia berada di panti ini dan setelah keluar dari panti. Harapan yang dirasakan bisa seputar bagaimana mereka bisa menghadapai permasalahan yang ada pada dirinya dan bagaimana harapan mereka setelah mereka keluar dari panti.

Harapan yang dimiliki klien “R” supaya kejadian di sekolah tersebut tidak terjadi lagi, dan dia bisa merasa nyaman ketika berada di sekolah. Lalu dia juga berharap dia bisa semakin percaya diri, selain itu dia akan berusaha untuk bisa lebih baik lagi. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh klien “R” sebagai berikut:

“kalau harapan saya sih yah kak, gimana saya bisa jadi orang baik aja deh kak disini, berkelakuan baik, disenengin banyak orang, terus prestasi saya bagus selain di pendidikan juga di kegiatan yang lain jadi bisa buat pegangan saya pas keluar dari panti.”19

Dengan melihati permasalahan setelah diidentifikasi, pekerja sosial dapat melihat situasi klien “V” dari segiaspek mikro, mezzo dan makro. Dalam aspek mikro,Klien “R” mengalami kondisi psikologis yang dapat dikatakan anak yang pendiam sekali, tidak banyak berbicara, kalau bercanda atau mengobrol sama teman di panti seperlunya saja, dan dia juga kurang aktif di setiap keterampilan yang diberikan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST sebagai berikut:

19

“Klien “R” memang awalnya rajin mengikuti kegiatan yang ada disini, cuma mungkin beranjak dewasa dan ada pengaruh dari luar jadi sifat malasnya muncul. Udah gitu karena anak ini juga pendiam, jadi beradaptasinya itu kurang dengan teman-temannya. Anak ini juga kurang percaya diri jadi sulit sekali untuk berbaur atau gimana.”20

Sifat yang seperti ini, kadang membuat klien “R” susah untuk berinteraksi sama teman-temannya. Sehingga membuat klien “R” juga jadi malas untuk melakukan kegiatan keterampilan yang diberikan panti untuknya. Klien “R” termasuk anak yang baik, walaupun terlalu pendiam dan jarang mengikuti kegiatan keterampilan. Namun, dia juga anak yang rajin, dibuktikan dengan prestasi yang bagus.

Kemudian untuk aspek mezzo terhadap klien “R”, klien “R” terkadang anak yang tidak penurut terkadang juga penurut, setiap peraturan yang ada dia patuhi di panti. Klien “R” memang tidak terlalu aktif di panti. Selama di dalam panti, dia tidak pernah ada masalah dengan siapapun. Hal ini diungkapkan oleh Loren Siska Ginting, S.ST

Dokumen terkait