• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahun Pelajaran 2011/2012 Heru Kurniawan

Dalam dokumen Peningkatan Kemampuan Menulis Matematika (1) (Halaman 171-180)

Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo E-mail: heru.kurniawan2983@yahoo.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran Problem Posing pada siswa kelas VIII E di SMP Negeri 1 Kajoran tahun pelajaran 20011/2012. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII E yang berjumlah 34 siswa. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode tes, metode observasi dan metode dokumentasi.

Hasil penelitian aktivitas belajar siswa secara individu pada siklus I pertemuan 1 adalah 46% meningkat menjadi 69% pada siklus II. Pada pertemuan 2 adalah 24% meningkat menjadi 78%, pada pertemuan 3 adalah 69% meningkat menjadi 84%, sedangkan pada pertemuan 4 dari 72% meningkat menjadi 86%. Aktivitas kelompok belajar juga mengalami peningkatan yaitu pada kelompok 1 dari 53% menjadi 56%, kelompok 2 dari 57% menjadi 63%, kelompok 3 dari 52% menjadi 60%, kelompok 4 dari 51% menjadi 57%, kelompok 5 dari 50% menjadi 63%. Prestasi belajar juga mengalami peningkatan dari KKM yang telah ditentukan yaitu 67, prestasi belajar mengalami peningkatan dari 32,35% pada kondisi awal, meningkat menjadi 44,11% setelah diberi tindakan pada siklus I dan meningkat menjadi 70,58% setelah diberi tindakan pada siklus II pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Kajoran Tahun Pelajaran 2011/2012.

Kata kunci: Aktivitas, Prestasi belajar dan Model Pembelajaran Problem Posing

Pendahuluan

Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk dikuasai oleh peserta didik. Hal ini sejalan dengan National Research Council (NRC) yang menyatakan: “Mathematics is the key to opportunity.” Matematika adalah kunci ke arah peluang-peluang. Sejalan dengan hal tersebut, Cockcoft dalam Shadiq (2007: 3) mengatakan “Akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup di bagian bumi pada abad ke-20 ini tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika. Bagi seorang siswa, keberhasilan mempelajari matematika akan membuka pintu karir yang cemerlang. Berdasar pada hal tersebut, maka pembelajaran matematika saat ini bertujuan untuk: dikaitkan dengan kehidupan realistik, pemecahan masalah, komunikasi matematika, dan penalaran.

Dari tujuan pembelajaran matematika di atas dapat digaris bawahi bahwa hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh guru dalam penyajian pembelajaran matematika adalah pembelajaran realisti, meningkatkan kemampuan bernalar, pemecahan masalah, dan kemampuan komunikasi. Namun, komponen-komponen tersebut sangat jarang direalisasikan oleh para guru di kelas. Oleh karena sudah menjadi keharusan bahwa pembelajaran matematika saat ini harus dapat membangun aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Seiring diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diharapkan guru dapat meningkatkan prestasi siswa khususnya pada pengajaran matematika dengan berkreasi dan berinovasi menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran yang berkembang saat ini.

172 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pertama untuk menentukan langkah dalam kegiatan penelitian. Agar penelitian dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan yang diinginkan, maka tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan aktivitas siswa secara individu pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Kajoran tahun pelajaran 2011/2012.

2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan aktivitas siswa secara kelompok pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Kajoran tahun pelajaran 2011/2012.

3. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Kajoran tahun pelajaran 2011/2012.

Landasan Teori

Model pembelajaran Problem Posing merupakan salah satu pendekatan belajar non konvensional yang dalam proses kegiatannya membangun struktur kognitif siswa, siswa diberi kesempatan secara terbuka dan luas untuk mengem-bangkan kreativitas. Problem Posing mengajarkan dan mewajibkan siswa dalam membuat soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh guru.

Menurut Brown dan Walter dalam Muhfida (2010) pada tahun 1989 untuk pertama kalinya istilah problem posing diakui secara resmi oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) sebagai bagian dari national program for re-direction of mathematics education (reformasi pendidikan matematika). Selanjutnya istilah ini dipopulerkan dalam berbagai media seperti buku teks, jurnal serta menjadi saran yang konstruktif dan mutakhir dalam pembelajaran matematika. Problem posing berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari “Problem” artinya masalah, soal/persoalan dan “Pose” yang artinya mengajukan.

Pengertian Problem Posing menurut Suryosubroto (2009: 203) adalah “pengajuan masalah-masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diupayakan untuk mencari jawabannya baik secara individu maupun bersama dengan pihak lain”.

Dalam pembelajaran matematika, Problem Posing (pengajuan soal) menempati posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetil. Problem Posing dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika. Pada prinsipnya, model pembelajaran Problem Posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.

Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran problem posing adalah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.

b. Guru memberikan latihan soal secukupnya.

c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok.

d. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.

173 e. Guru memberikan tugas rumah secara indvidual.

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Posing menurut Budiasih dan Kartini dalam Muhfida (2010) adalah sebagai berikut:

a. Membuka kegiatan pembelajaran. b. Menyampaikan tujuan pembelajaran. c. Menjelaskan materi pelajaran. d. Memberikan contoh soal.

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas. f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk soal dan menyelesaikannya. g. Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan.

h. Membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan yang dibuat siswa. i. Menutup kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran dengan Problem Posing ini menekankan pada pembentukan atau perumusan soal oleh siswa secara berkelompok. Setiap selesai pemberian materi guru memberikan contoh tentang cara pembuatan soal dan memberikan informasi tentang materi pembe-lajaran dan bagaimana menerap-kannya dalam Problem Posing secara berkelompok.

Langkah-langkah pembelajaran Problem Posing secara berkelompok adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.

b. Guru menyajikan informasi baik secara ceramah atau tanya jawab selanjutnya memberi contoh cara pembuatan soal dari infor-masi yang diberikan.

c. Guru membentuk kelompok belajar antara 6-7 siswa tiap ke-lompok yang bersifat heterogen baik kemampuan, ras dan jenis kelamin.

d. Selama kerja kelompok berlang-sung guru membimbing kelom-pok yang mengalami kesulitan.

e. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dengan cara masing-masing kelompok mempersen-tasikan hasil pekerjaannya.

f. Guru memberi penghargaan ke-pada siswa atau kelompok yang telah menyelsaikan tugas yang diberikan dengan baik.

Penerapan Problem Posing mempunyai beberapa kelebihan di antaranya sebagaiman disebutkan oleh Rahayuningsih dalam Ashidiqpermana sebagai berikut.

a. Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut aktivitas siswa.

b. Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri.

c. Semua siswa terpadu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.

d. Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.

e. Dapat membantu siswa untuk melihat permaslahan yang ada dan baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik, merangsang siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dari yang diperolehnya dan memperluas bahasan/ pengetahuan, siswa dapat memahami soal sebagai latihan untuk memecahkan masalah.

Aktivitas belajar juga merupakan bagian penting dari suatu proses belajar. Pembelajaran matematika saat ini harus diupayakan mengedepankan aktivitas belajar siswa. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas- tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa kerja sama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

174 Metode

Dalam penelitian ini subyek yang diteliti adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Kajoran Tahun Pelajaran 2011/2012 sejum-lah 34 siswa. Pemilihan kelas VIII E karena pada kelas tersebut ban-yak siswa yang belum memahami materi pelajaran matematika.

Metode yang digunakan untuk mengumpulan data adalah sebagai berikut. 1. Metode Tes

Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa pada tiap siklus. 2. Metode Observasi

Metode observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar ob-servasi yang bertujuan untuk meng-amati kegiatan yang dilakukan siswa dalam kaitannya dengan prestasi belajar pada saat proses pembelajaran berlangsung.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan tugas ke-lompok, hasil tes presentasi dan ha-sil tes individu.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), berguna untuk menerapkan berbagai teknik, metode atau strategi dalam pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam penelitian ini dilak-sanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Hasil

Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Kajoran yang beralamat di Sangen Kajoran Magelang. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII E yang berjumlah 34 siswa. Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Mei dan bulan Juni 2012.

Penelitian ini dimulai dengan observasi awal dan wawancara untuk mengetahui kondisi siswa dan kelas yang akan dijadikan subyek penelitian. Dari observasi awal dan wawancara tersebut diketahui bahwa secara umum aktivitas dan hasil belajar matematika siswa masih rendah.

Pada siklus 1 penelitian dilakukan selama 5 kali pertemuan, penyampaian materi terdiri dari 4 pertemuan dan 1 pertemuan untuk tes akhir siklus. Pada siklus 1, pembelajaran belum dapat berjalan sesuai harapan. Masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan pelajaran. Siswa juga masih kesulitan dalam menyusun soal dan menyelesaikannya belum sistematis. Hasil observasi pada masing-masing siklus dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel1: Hasil Observasi Keaktifan Siswa Individu pada Siklus I

No Aktivitas siswa

Peresentase Ketercapaian (%)

Pertemuan Rata-rata

I II III IV

1. Memperhatikan pelajaran 65 79 91 88 81

2. Selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru

100 82 79 92 88

3. Mampu mengerjakan soal secara mandiri

74 85 59 70 72

4. Bertanggung jawab dengan apa yang telah ia kerjakan

100 88 85 100 93

5. Tepat waktu dalam mengumpulkan tugas

59 74 79 76 72

175 guru

7. Bertanya tentang materi secara kritis

35 50 56 68 52

8. Aktif dalam mengajukan pertanyaan

- 59 82 73 53

9. Menjawab pertanyaan secara baik

47 59 56 65 57

10. Mencatat rangkuman hasil pembelajaran

85 88 94 100 92

11. Berbicara sendiri 26 15 20 9 18

12. Mengantuk atau tidur 100 100 100 100 100

Rata-rata 58 24 69 72 66

Dari tabel di atas, menunjukan bahwa pada siklus I pertemuan ke-1 sampai ke-4 terjadi peningkatan tetapi banyak siswa yang masih belum aktif dalam proses pembelajaran, ketrampilan dalam mengerjakan soal masih rendah dan penguasaan materi juga belum berjalan sesuai yang diharapkan, masih banyak siswa yang dalam proses pembelajaran yang berbicara sendiri dan mengantuk.

Untuk aktivitas siswa dalam kelompok disajikan tabel 2 berikut.

Tabel Hasil 2: Observasi Aktivitas Siswa dalam Kelompok Pada Siklus I No Nama

Kelompok

Rata-rata Aktivitas Siswa tiap Pertemuan Rata-rata tiap Kelompok I II III IV 1 Kelompok 1 40 46 58 64 53 2 Kelompok 2 43 53 64 66 57 3 Kelompok 3 48 47 55 58 52 4 Kelompok 4 51 52 50 59 54 5 Kelompok 5 38 44 57 61 50

Pada siklus II penelitian juga dilakukan selama 5 kali pertemuan dan 1 kali untuk tes akhir siklus II. Peneliti mencoba untuk berinteraksi lebih insentif dengan siswa. Peneliti menyampaikan materi dengan lebih menyenangkan dan cara menyusun soal secara baik serta memberikan perhatian pada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa tersebut. Selain itu, peneliti juga memotivasi siswa untuk berani bertanya bila mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Upaya yang dilakukan peneliti memberikan hasil yang positif. Siswa mulai berani menyampaikan materi yang tidak dipahaminya. Hal itu membuat siswa lebih baik dalam menyusun dan mengerjakan soal evaluasi. Lihat tabel 3 berikut.

Tabel3: Hasil Observasi Aktivitas Siswa secara Individu pada Siklus II No Aktivitas siswa

Persentase Ketercapaian (%) Pertemuan Rata-rata

I II III IV

1. Memperhatikan pelajaran 91 97 94 100 95

2. Selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru

79 88 85 97 87

3. Mampu mengerjakan soal secara mandiri

59 82 85 100 81

176

telah ia kerjakan

5. Tepat waktu dalam mengumpulkan tugas

79 82 94 100 89

6. Tidak malu bertanya kepada guru 29 29 94 44 49 7. Bertanya tentang materi secara kritis 56 70 59 50 59 8. Aktif dalam mengajukan pertanyaan 82 62 59 85 72 9. Menjawab pertanyaan secara baik 56 59 53 62 57 10. Mencatat rangkuman hasil

pembelajaran

94 88 91 100 93

11. Berbicara sendiri 20 88 94 100 75

12. Mengantuk atau tidur 100 100 100 97 99

Rata-rata 69 78 84 86 79

Dari tabel di atas menunjukan bahwa pada siklus II terjadi siswa sudah memperhatikan pelajaran, dan dalam penguasaan materi, ketrampilan dalam mengerjakan soal dan kecakapan dalam bertanya sudah mengalami peningkatan. Selain itu siswa sudah aktif dalam proses pembelajaran.

Sedangkan untuk aktivitas kelompok disajikan table 4 berikut.

Tabel 4: Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Kelompok pada Siklus II Nama Kelompok Rata-rata Aktivitas Siswa tiap Pertemuan Rata-rata tiap

Kelompok I II III IV Kelompok 1 48 48 61 66 55 Kelompok 2 44 64 72 73 63 Kelompok 3 50 59 66 64 64 Kelompok 4 51 52 62 63 57 Kelompok 5 49 55 75 76 64

Pada siklus II pada umumnya semua kelompok sudah dapat menyusun soal yang sejenis, dan dapat menyelesaikan soal-soal yang dibuatnya juga sudah cukup sistematis. Tulisan sudah cukup jelas dan rapi sehingga mudah dipahami. Siswa sudah lebih baik dalam menyajikan kerja kelompok. Suara sudah cukup keras dan jelas sehingga sudah dipahami oleh siswa yang lain. Bahkan ada penyaji yang memanfaatkan whiteboard dan spidol sehingga materi yang disajikan menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa yang lain. Penyaji mampu menarik perhatian siswa yang lain. Hal ini ditunjukan adanya beberapa siswa yang memberikan tanggapan berupa pertanyaan yang diajukan kepada kelompok penyaji, bahkan ada siswa yang menyampaikan saran atau perbaikan pada hasil kerja kelompok penyaji. Dengan demi-kian situasi diskusi di kelas menjadi semarak, walaupun masih ada satu penyaji yang belum dapat menyajikan dengan baik, namun secara umum penampilan siswa sudah cukup baik.

177 Pembahasan Antar Siklus

Peningkatan aktivitas siswa secara individu pada tiap siklus dapat dilihat pada gambar 1berikut ini

Gambar 1: Peningkatan aktivitas siswa secara individu pada tiap siklus

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase pada siklus I pertemuan 1 adalah 46% setelah diberi tindakan pada siklus II meningkat menjadi 69%. Pada pertemuan 2 siklus I persentase 24% setelah diberi tindakan pada siklus II meningkat menjadi 78%. Pada siklus I pertemuan 3 adalah 69% megalami peningkatan setelah diberi tindakan pada siklus II yaitu 84%, sedangkan pada pertemuan 4 siklus I persentase keaktifan siswa 72% setelah diberi tindakan pada siklus II meningkat menjadi 86%.

Peningkatan aktivitas kelompok antar siklus dapat dilihat pada gambar 2 berikut

Gambar 1: Peningkatan aktivitas kelompok antar siklus

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa aktivitas kelompok mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 yaitu pada kelompok 1 dari 53% menjadi 56%. Kelompok 2 dari 57% menjadi 63%, kelompok 3 dari 52% menjadi 60%, kelompok 4 dari 51% menjadi 57%, kelompok 5 dari 50% menjadi 63%.

Dari 2 siklus dapat diketahui bahwa rerata prestasi siswa mengalami peningkatan. Demikian juga dengan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan. Secara lengkap prestasi belajar matematika disajikan pada tabel 5 berikut.

0 20 40 60 80 100

pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4

Siklus I Siklus II 0 10 20 30 40 50 60 70

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

Siklus I

178

Tabel 5: Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Tindakan Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata- rata Kriteria Ketuntasan Capaian Keterangan Kondisi awal 77 50 60,52 60% 32,35% - Siklus I 87 53 64,70 60% 44,11% Belum berhasil Siklus II 93 63 69,82 60% 70,58% Berhasil

Grafik Pencapaian KKM pada tiap siklus disajikan pada gambar 3 berikut.

Gambar 3: Grafik Pencapaian KKM pada tiap siklus

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan bahwa pada siklus I siswa yang mencapai target KKM mengalami peningkatan. Tetapi pada siklus I siswa belum mencapai target yang diharapkan oleh peneliti, yaitu minimal 60% siswa yang mencapai KKM. Pada siklus II siswa mengalami peningkatan target KKM yaitu 69,82. Dengan persentase tersebut sudah melebihi batas KKM yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu minimal 60%, sehingga prestasi belajar matematika pada siklus II telah meningkat.

Uraian di atas menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran problem posing dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII E pada materi bangun ruang kubus dan balok tahun pelajaran 201/2012.

Penutup

Dari kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis mem-berikan saran- saran sebagai berikut.

1. Agar kegiatan pembelajaran da-pat berjalan dengan baik, maka seorang guru hendaknya selalu aktif dalam melibatkan siswa selama proses pembelajaran.

2. Dalam pembelajaran matematika hendaknya guru memperhatikan pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Model pembelajaran Problem Posing dapat diguna-kan sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Daftar Pustaka

Aqib, Zainal., dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ashidiqpermana. 2011. Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematika. Diunduh dari

http://ashidiqpermana.wordpress.com/2011/05/17/ problem-posing-dalam-pembelajaran- matematika/) pada Rabu, 25 Januari 2012 pukul 17. 00 WIB.

Budiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

2 7 12 17

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Mencapai KKM

179

Herdy. 2009. Model Pembelajaran Problem Posing. Diunduh dari

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/19/model-pembelajaran-problem-posing/. Pada Senin, 5 Maret 2012. Pukul 14.00 WIB.

Muhfida. 2010. Pengertian Pendekatan Problem Posing. Diunduh dari http://

muhfida.com/pengertian-pendekatan-problem-posing/) Pada Rabu, 25 Januari 2012 pukul 17. 20 WIB

180

Dalam dokumen Peningkatan Kemampuan Menulis Matematika (1) (Halaman 171-180)