• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Menulis Matematika (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Menulis Matematika (1)"

Copied!
276
0
0

Teks penuh

(1)

1

Peningkatan Kemampuan Menulis Matematika melaalui Model

Pembelajaran

Think Talk Write

(TTW) pada Materi Turunan

Abdul Aziz Hidayat1), Hery Sutarto, Kartono Universitas Negeri Semarang

Email: 1)abdulaziz.hidayat@yahoo.co.id

Abstract

The purpose of this study are: (i) To determine whether the ability to write mathematics students who are taught to the think-talk-write models better than students taught with conventional learning, (ii) To determine whether the learning model of think-talk-write the student is able to deliver achieve completeness minmal classical in mathematical writing skills, (iii) To determine whether there is influence the ability to write mathematics on mathematics learning achievement. The population in this study is a class XI IPA student of SMAN Banyumas semester academic year 2011/2012 consisting of 4 classes. This research sampled are XI IPA 1 as experiments class and XI IPA 4 as control class, sampling with random sampling technique. Experimental class were learning think-talk-write, while the control classes were given conventional learning. The results showed that the average writing skills math class experiment is better than the control class, thoroughness classical experimental class greater than or equal to a minimum standard classical thoroughness, ability to write mathematical influence on mathematics learning achievement. The conclusions are obtained based on the results of research are: (i) The ability to write mathematics students who are taught to think of learning models-talk-write better than students taught with conventional learning, (ii) The ability to write mathematics students who are taught to think of learning-talk models -write to achieve the minimal classical completeness, (iii) The ability to write mathematics influence mathematics learning achievement.

Keywords: Think Talk Write, Writing Math Ability.

Pendahuluan

Belajar matematika berbeda dengan belajar bidang studi lain yang bisa dipelajari dengan hanya menghafal. Dalam mempelajari matematika selain dibutuhkan hafalan juga diperlukan pemahaman, ketelitian, dan latihan-latihan secara teratur. Matematika diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung dalam matematika itu sendiri. Mempelajari matematika adalah berkaitan dengan mempelajari ide-ide atau konsep-konsep yang bersifat abstrak. Untuk mempelajarinya digunakan simbol-simbol agar ide-ide atau konsep-konsep tersebut dapat dikomunikasikan.

Salah satu materi matematika yang banyak digunakan pada disiplin ilmu yang lain adalah turunan. Turunan merupakan materi baru yang di dapat siswa di kelas XI. Materi turunan belum pernah diajarkan pada jenjang pendidikan sebelumnya. Materi ini diajarkan pada kelas XI di semester genap.

(2)

2

Pengungkapan pikiran atau gagasan matematis akan mudah disampaikan dengan menggunakan bahasa matematis. Menurut Baroody, sebagaimana dikutip oleh Aryani (2010: 1), menyatakan bahwa ada dua buah alasan mengapa matematika merupakan sebagai alat komunikasi yaitu: (1) mathematics as a language, dan (2) mathematics learning as social activity. Sebagai bahasa, matematika tidak sekedar sebagai alat berfikir, alat untuk menemukan pola, atau menyelesaikan masalah tetapi matematika juga digunakan sebagai alat untuk menyampaikan berbagai macam ide secara jelas, ringkas, dan tepat. Alasan yang kedua, mathematics learning as social activity, yakni matematika sebagai aktivitas sosial. Dalam pembelajaran matematika, interaksi antar siswa, seperti komunikasi guru-siswa merupakan bagian penting untuk memelihara potensi matematis siswa. Menulis matematika merupakan salah satu aspek dalam komunikasi matematis yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan, melalui aktivitas menulis proses belajar siswa dapat dilihat lebih nyata, ide-ide atau gagasan siswa dapat didokumentasikan dalam file, dan tulisan siswa dapat dijadikan alat evaluasi.

Pembelajaran matematika yang menekankan pada kegiatan menulis matematis dapat digunakan sebagai sarana untuk melatih siswa dalam mengungkapkan gagasan matematis secara tertulis. Siswa yang memiliki kemampuan menulis matematis diharapkan mampu mengungkapkan gagasan-gagasan matematis kepada orang lain dengan jelas, tepat dan ringkas. Menulis dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu memudahkan siswa mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Oleh karena itu pembelajaran matematika di sekolah diharapkan dapat mendorong meningkatkan kemampuan menulis matematis siswa.

Salah satu model pembelajaran matematika yang diduga dapat meningkatkan kemampuan menulis matematika adalah model pembelajaran think-talk-write (TTW). Model pembelajaran ini diawali dengan bagaimana siswa memikirkan ide-ide dari apa yang telah dibaca (tahap think). Kemudian apa yang telah dibangun dalam pemikiran siswa didiskusikan untuk merefleksikan ide-ide yang telah disepakati (tahap talk). Dan akhirnya siswa menuliskan rangkuman hasil diskusi dengan bahasa mereka sendiri (tahap write). Keterkaitan model pembelajaran think-talk-write dengan kemampuan menulis matematika dapat dilihat dari aktivitas siswa pada fase write.

Masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah kemampuan menulis matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran think-talk-write lebih baik dibanding siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional, (2) Apakah model pembelajaran think-talk-write mampu menghantarkan siswa mencapai ketuntasan minimal klasikal dalam kemampuan menulis matematika, dan (3) Apakah ada pengaruh kemampuan menulis matematika terhadap prestasi belajar matematika.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah kemampuan menulis matematika siswa yang diajar dengan model think-talk-write lebih baik dibanding siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional, (2) Untuk mengetahui apakah model pembelajaran think-talk-write mampu menghantarkan siswa mencapai ketuntasan minmal klasikal dalam kemampuan menulis matematika, (3) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemampuan menulis matematika terhadap prestasi belajar matematika.

Metode

(3)

3

eksperimen dan setengah untuk kelompok kontrol (Sugiyono, 2010: 111). Paradigma penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 1. Desain Penelitian Perlakuan

(X)

Kelompok Sampel (O) Pengajaran dengan model pembelajaran think-talk

write

O1 Pengajaran dengan pembelajaran konvensional O2

Setengah kelompok pertama dinamakan kelas eksperimen (O1), sedangkan setengah kelompok kedua dinamakan kelas kontrol (O2) . Pada kelas eksperimen diberi perlakuan (X) pengajaran dengan model pembelajaran think-talk-write, sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan pengajaran dengan model pembelajaran konvensional. Selanjutnya dilakukan tes kemampuan menulis matematika dan tes prestasi belajar matematika pada kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol hanya dilakukan tes kemampuan menulis matematika.

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN Banyumas pada bulan Maret sampai Mei 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN Banyumas semester genap tahun ajaran 2011/2012. Dari hasil analisis varians satua arah nilai matematika Ulangan Akhir Semester ganjil menunjukan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata nilai UAS matematika antara kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4. Hal ini menunjukkan tiap kelas mempunyai kondisi awal yang sama. Karena tiap kelas anggota populasi mempunyai kondisi awal yang sama maka pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Dalam simple random sampling diambil 2 kelas yaitu 1 kelas sebagai kelas kontrol yang akan dikenai model pembelajaran konvensional dan 1 kelas sebagai kelas eksperimen yang akan dikenai model pembelajaran think-talk-write. Kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen, kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas uji coba instrumen penelitian. Data dikumpulkan dengan cara mengadakan tes kemampuan menulis matematika dan tes prestasi belajar matematika di kelas kontrol, serta tes kemampuan menulis matematika pada kelas eksperimen. Tes dilaksanakan di akhir pembelajaran.

Uji kesamaan rata-rata menggunakan uji t. Kriteria pengujiannya adalah rata-rata kemampuan menulis matematika siswa yang mengikuti pembelajaran think-talk-write tidak lebih baik daripada rata-rata kemampuan menulis matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional jika dengan peluang , dan taraf nyata (Sudjana, 2002: 243).

Seorang siswa dikatakan tuntas jika telah nilainya lebih besar sama dengan 75, rata-rata kelas dikatakan tuntas jika 85% siswa telah tuntas.

Hasil

Analisis Deskriptif

(4)

4

Tabel 2. Analisis Deskriptif Data Kemampuan Menulis Matematika No.

Statistik Deskriptif

Kelas

Eksperimen Kelas Kontrol

1 Nilai Tertinggi 100 97

2 Nilai Terendah 48 55

3 Rata-rata 90,42 82,29

4 Standar Deviasi 12,01 9,98

Untuk analisis deskriptif per aspek kemampuan menulis matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Analisis Deskriptif Per Aspek Kemampuan Menulis Matematika

No

Statistik Deskriptif

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Written Mathematical Drawing Written Mathematical Drawing Text Expression Text Expression

1 Nilai Tertinggi 100 100 100 100 100 100

2 Nilai Terendah 55 55 35 65 65 35

3 Rata-rata 93,39 93,39 84,68 87,65 87,35 72,06 4 Standar Deviasi 11,13 11,13 16,78 7,90 8,37 16,10

Uji Kesamaan Rata-rata Kemampuan Menulis Matematika

Dengan menggunakan SPSS diperoleh , dengan

, maka ditolak. Jadi rata-rata kemampuan menulis matematika kelas eksperimen

lebih baik daripada kelas kontrol. Untuk daerah penerimaan dan penolakan pada kurva distribusi t beserta titik kritis yang dimaksud dapat dilihat pada gambar 1. berikut.

Gambar 1. Kurva Uji Kesamaan Dua Rata-rata Uji Proporsi Ketuntasan Kemampuan Menulis Matematika

Berdasarkan nilai tes akhir kelas eksperimen, banyaknya siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 75 sebanyak 27 siswa dari 31 siswa. Ini menunjukkan bahwa proporsi siswa yang tuntas sebesar 87,1 % , melebihi standar minimal ketuntasan klasikal sebesar 85 %. Jadi untuk kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan klasikal minimal. Analisis Regresi Linier Sederhana

Menurut perhitungan menggunakan SPSS 16 seperti pada tabel 4.3, menunjukan bahwa (taraf signifikansi). Maka dalam hal ini ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa koefisien arah regresi berarti. Ini berarti kemampuan menulis matematika mempengaruhi prestasi belajar matematika.

(5)

5

Tabel 4. Hasil Analisis Uji Keberartian Regresi Linier Sederhana

Persamaan regresi linier sederhana yang diperoleh menggunakan perhitungan SPSS 16 seperti pada tabel 4.4 adalah : ̂ , variabel X menyatakan kemampuan menulis matematika dan variabel ̂ menyatakan prestasi belajar matematika.

Tabel 4.4 Koefisien Regresi Linier Sederhana

Jika (kemampuan menulis matematika tidak ada), maka diperoleh nilai kecenderungan prestasi belajar sebesar . Artinya nilai ̂ tidak hanya dipengaruhi oleh variabel . Dari persamaan regresi yang diperoleh juga menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar matematika siswa diperkirakan meningkat/menurun sebesar 0,404 untuk peningkatan nilai kemampuan menulis matematika.

Pembahasan

Pada saat awal penelitian, terlihat bahwa secara umum kemampuan menulis matematika siswa masih rendah. Ini dibuktikan dengan salah satu contoh pekerjaan siswa pada gambar 3. berikut.

(6)

6

Pekerjaan ini menunjukkan bahwa kalimat matematika dan perhitungan tidak semua diselesaikan dengan benar dan penjelasan yang ditulis kurang jelas. Adapun siswa yang menuliskan perkerjaan seperti ini tidak hanya satu orang tetapi hampir sebagian besar siswa. Dari pekerjaan ini menggambarkan bahwa kemampuan menulis matematika secara umum masih rendah.

Setelah diberi perlakuan model pembelajaran think-talk-write, secara umum kemampuan menulis matematika siswa telah meningkat. Adapun salah satu contoh pekerjaan siswa di akhir penelitian dapat dilihat pada gambar 4. berikut.

Gambar 4. Contoh Pekerjaan Siswa Di Akhir Penelitian

(7)

7

Berdasarkan analisis deskriptif terhadap aspek-aspek kemampuan menulis matematika pada kelas eksperimen meliputi aspek written texts, mathematical expression, dan drawing, menunjukkan bahwa ketiga aspek tersebut secara umum hasilnya memuaskan. Namun aspek drawing memiliki rata-rata paling rendah dibanding aspek written texts dan mathematical expression. Oleh sebab itu dalam pembelajaran perlu adanya penekanan terhadap aspek drawing.

Melalui model pembelajaran think-talk-write, siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam Lembar Aktivitas Siswa. Melalui tugas-tugas yang diberikan dalam Lembar Aktivitas Siswa, siswa akan terlatih untuk mengembangkan kreativitas mereka dalam menyelesikan masalah-masalah matematis. Selain itu, melalui aktivitas pada pembelajaran think-talk-write, siswa menjadi terbiasa bepikir, berdiskusi dan menuliskan hasil diskusinya bersama teman mereka dalam satu kelompok, sehingga kemampuan menulis matematis mereka meningkat. Dengan adanya aktivitas diskusi dalam kelompok, siswa tidak merasa jenuh sehingga termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

Pada kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional, peranan lebih aktif dimainkan oleh guru yang lebih banyak memainkan aktivitas dibandingkan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berkurang karena metode ini merupakan kegiatan mengajar yang terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan terperinci tentang materi, mengelola dan mempersiapkan bahan ajar, kemudian menyampaikan kepada siswa. Sebaliknya siswa berperan pasif tanpa banyak melakukan kegiatan. Seringkali siswa yang pandai merasa mampu menyelesaikan tugasnya sendiri, siswa yang kurang pandai hanya menyalin pekerjaan siswa yang lebih pandai serta adanya rasa takut untuk mengeluarkan pendapat. Hal ini membuat guru kesulitan untuk mengetahui siswa mana yang kurang mampu menyerap materi pelajaran yang diberikan.

Selama pelaksanaan penelitian, terkadang ada saja kendala yang tidak diduga sebelumnya baik terhadap siswa maupun peneliti itu sendiri. Sehingga waktu yang sudah dijadwalkan sebelumnya, tidak dapat terlaksana sesuai rencana, oleh sebab itu peneliti harus mencari waktu penggantinya. Ketika dalam satu pertemuan banyak siswa yang belum begitu menguasai materi, maka peneliti mengulang kembali pembahasan materi tersebut pada pertemuan selanjutnya. Kemudian dari pihak siswa, terkadang ada beberapa siswa yang harus mengikuti kegiatan lain, sehingga terpaksa tidak mengikuti pemebelajaran matematika.

Selain hal-hal yang telah dijelaskan diatas, peneliti menyadari dengan ukuran kelas yang besar akan merepotkan guru dalam melaksanakan pembelajaran think-talk-write terutama dalam hal kontrol, pembibingan dan pengarahan terhadap peserta didik. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelompok kontrol kurang dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan minat dalam pembelajaran. Dengan demikian perlu adanya penelitian lanjutan yang dapat mengembangkan penelitian ini.

Penutup

(8)

8

Daftar Pustaka

Ansari, B.I. 2003. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write. Disertasi. Bandung. PPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Aryani, K. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis dan Pemahaman Konsep Matematis Melalui Pembelajaran dengan Strategi Writing From a Prompt dan Writing in Performance pada Siswa SMP. Tesis. Bandung. PPS Universitas Pendidikan Indonesia. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito.

(9)

9

Pengembangan

Asessment

Matematika

Online

Berbasis

Proprofs

di SMA Walisongo Semarang

Achmad Buchori, Ali Shodiqin

Prodi Pendidikan Matematika IKIP PGRI Semarang e-mail: achmadbuchori@ikippgrismg.ac.id

Abstrak

Achmad Buchori Ali Shodiqin (2012). Pengembangan Asessment Matematika Online Berbasis ProProfs di SMA Walisongo Semarang.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh media Asessment matematika online yang valid untuk belajar mandiri siswa pada mata pelajaran matematika. Populasi dalam dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester 2 SMA Walisongo Semarang.

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Dalam penelitian pengembangan media assessment online ini dilakukan dengan 4 (empat) tahap yaitu (a) Analisis pendahuluan, (b) Perancangan, (c) Evaluasi, (d) Revisi. Pengolahan data dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Sesuai hasil angket tentang pengembangan media assessment online di peroleh hasil angket tentang pengembangan media online diperoleh kelas eksperimen 1 mempunyai minat belajar sedang dengan skor 87,33, kelas eksperimen 2 mempunyai minat belajar sedang dengan skor 85,25, dan kelas kontrol mempunyai minat belajar cukup dengan skor 66,73. Artinya pembelajaran assessment cukup menarik minat belajar siswa. Sedangkan dari analisi hasil belajar dengan uji satu pihak dan dua pihak diperoleh rata-rata hasil belajar yang cukup signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

Dari hasil tersebut diperoleh media Asessment matematika online yang valid untuk belajar mandiri siswa pada mata pelajaran matematika sesuai teori perkembangan Akker dan hasil belajar siswa.

Kata kunci: Media matematika online,Assessment, Proprofs, Teori perkembangan Akker.

Pendahuluan

Dalam perkembangan dunia pendidikan sekarang ini, pendidik dituntut untuk mampu mengemas pembelajaran yang menarik dan efisien. Sesuai dengan Visi pendidikan nasional yaitu mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Sisdiknas:2003). Ketika zaman selalu berubah maka kita sebagai pendidik harus mampu mengikuti perkembangan zaman. Salah satunya adalah mampu membelajarkan siswa dengan pembelajaran online berbasis internet.

Kondisi pembelajaran Matematika di SMA Walisongo Semarang sudah di lengkapi seperangkat komputer dan internet, akan tetapi belum digunakan untuk pembelajaran online. Dalam pembelajaran online ada bagian yang sangat penting yaitu asessment online. dalam Tsauri : 2009 dijelaskan bahwa penilaian yang dilakukan secara online, dapat menggambarkan keadaan yang senyata-nyatanya. Bagaimana siswa berpikir tentang sesuatu, dan aktifitasnya dalam kebiasaannya online activity, kehadiran facebook dan twitter merupakan sebuah konsekuensi seorang guru untuk lebih profesional dan merangkul siswa secara personal.

(10)

10

proprofs memiliki banyak keunggulan diantaranya: 1). Mampu mengatasi kendala ruang dan waktu karena bisa dikerjakan dimana saja dan kapan saja. 2). Mampu mengetahui hasil pekerjaan siswa secara online melalui menu progress and report. 3). Secara online siswa mampu mencetak hasil pekerjaannya berupa sertifikat. Berdasarkan uraian diatas, maka

peneliti mengambil judul “Pengembangan Asessment Matematika Online berbasis ProProfs di SMA Walisongo Semarang.”.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan penelitian adalah:

1. Bagaimana mengembangkan asessment matematika online yang valid untuk belajar mandiri siswa?

2. Bagaimana sikap dan motivasi siswa terhadap penggunaan assessment online berbasis proprofs?

3. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran online berbasis proprofs? Dari permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mampu mengembangkan asessment matematika online yang valid untuk belajar mandiri siswa.

2. Untuk mengetahui sikap dan motivasi siswa terhadap penggunaan assessment online berbasis proprofs.

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran online berbasis proprofs. Hasil penelitian ini ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga dengan dikembangkannya assessment online sehingga dapat memberikan kontribusi pada dunia pendidikan.

2. Proses pembelajaran, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat menjadi menarik dan menyenangkan dengan adanya asessment online.

3. Sekolah, sehingga dapat memaksimalkan fungsi laboratorium komputer, khususnya komputer yang telah terhubung dengan internet dalam memfasilitasi mahasiswa lebih belajar mandiri

Metode

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif.

2. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah media pembelajaran assessment online yang dikembangkan pada pembelajaran matematika yang meliputi isi (content) dan sistematika penyajiannya.

3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Walisongo Semarang dengan responden 3 kelas yang ada.

4. Prosedur Penelitian Pengembangan

Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut : 1) Tahap Analisis Pendahuluan

(11)

11

Bagian Perancangan

Revisi Kedua Revisi

Pertama Bagian

Pendahuluan Akhir Versi

Bagian Penilaian

Gambar 2. Diagram Penelitian Pengembangan 5. Teknik Pengumpulan Data

Angket

Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Angket sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia dapat berupa bentuk kuesioner bentuk pilihan ganda dan dapat pula berbentuk skala sikap. (Sudijono, 2005)

Observasi

Pada penelitian ini, observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat motivasi siswa dalam mempelajari secara mandiri materi pembelajaran pada media website berbasis blogspot proprofs. Observasi terhadap subjek penelitian dilakukan selama proses pembelajaran.

Tes Hasil Belajar

Bruce (dalam Djaali dan Muljono, 2004), mengatakan tes dapat digunakan untuk mengukur banyaknya pengetahuan yang diperoleh individu dari suatu bahan pelajaran yang terbatas pada tingkat tertentu. Pada penelitian ini, data tes diperoleh dari latihan soal, tugas pekerjaan rumah, dan tes yang diberikan pada akhir pembelajaran.

6. Teknik Analisis Data Analisis Data Angket

Pada penelitian ini, untuk mengukur sikap mahasiswa digunakan angket tertutup yang dianalisis menggunakan skala Linkert. Dalam skala Linkert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif dinilai oleh responden dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat (netral), tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Pada penelitian ini, motivasi siswa diukur menggunakan angket tertutup pilihan ganda yang datanya dianalisis per butir pertanyaan. Hasil angket tersebut dirangkum dalam suatu tabel dan dideskripsikan secara persentase ( Nasoetion, 2007). Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, maka dianalisis dan disimpulkan secara umum.

Analisis Hasil Belajar

(12)

12

kategori hasil belajar mahasiswa. Nilai akhir tersebut diperoleh dengan jalan menjumlahkan nilai tugas pekerjaan rumah(T), nilai latihan (L), dan nilai tes/ujian (U), yang masing-masing diberi bobot 20, 30, dan 50, lalu dibagi 100. jika dituangkan dalam bentuk rumus, yaitu sebagai berikut :

NA = (20(T)+ 30(L)+ 50(U))/100 Keterangan:

NA = Nilai akhir L = Nilai Latihan

T = Nilai Tugas Pekerjaan Rumah U = Nilai Tes/ Ujian (Modifikasi dari Sudijono, 2005)

Tabel 1. Kategori Hasil Belajar siswa Nilai Akhir Siswa Kategori

80 – 100 Baik Sekali

66 – 79 Baik

56 – 65 Cukup

40 – 55 Kurang

30 – 39 Gagal

(Arikunto, 1991) Hasil

Pengembangan assessment matematika online yang valid untuk belajar mandiri siswa. Dalam penelitian pengembangan asessment matematika online kelas X semester 2 SMA Walisongo Semarang , sesuai dengan teori perkembangan Akker (1999) ada 4 (empat) tahap yaitu:

1. Tahap Analisis Pendahuluan

Pada tahap ini, peneliti telah melakukan analisis materi ruang dimensi tiga yang disesuaikan dengan kompetensi dasarnya yang disesuaikan dengan kurikulum KTSP, mengobservasi kondisi laboratorium computer yang dijadikan sebagai tempat penelitian, dan mempersiapkan prosedur kerjasama dengan BPTIK IKIP PGRI Semarang untuk mendukung terlaksananya penelitian ini.

2. Tahap Perancangan

(13)

13 Gambar 1 3. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini, peneliti telah melakukan pengujian terhadap materi pembelajaran yang telah dikembangkan pada media tes online dengan cara melakukan kegiatan pembelajaran di Laboratorium komputer yang mana siswa berinteraksi langsung dengan komputer. Kemudian, peneliti mengobservasi kegiatan mereka selama proses pembelajaran. Pada akhir pertemuan, peneliti melakukan evaluasi kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana mereka dapat memahami pelajaran yang disampaikan menggunakan media tes online berbasis proprofs, dan siswa diberikan angket untuk mengetahui sikap mereka terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan media tersebut.

4. Tahap Revisi

Pada tahap ini, peneliti telah menganalisis hasil evaluasi yang telah dilakukan untuk dijadikan dasar dalam merevisi materi maupun media pembelajaran. Hasil dari tahap ini dianggap sebagai hasil akhir yang praktis dan valid sebagai media pembelajaran.

Sikap dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika secara online. Hasil angket tentang implementasi media asessment online.

Hasil analisis dengan Uji t Satu Pihak model pembelajaran online dengan blogspot proprofs dan dengan model pembelajaran konvensional tes pilihan ganda.

Tabel 2.

Soal Dk thitung ttabel

Pilihan Ganda 66 5,637 1,6689

(14)

14

Hasil analisis Uji t Satu Pihak model pembelajaran online dengan wordpress proprofs dengan model pembelajaran konvensional tes pilihan ganda.

Tabel 3.

Soal Dk thitung ttabel

Pilihan Ganda

67 3,087 1,6679

ternyata diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,087 > 1,6679. Maka Ho ditolak kesimpulannya hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model pembelajaran online dengan wordpress proprofs lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional pada tes pilihan ganda.

Hasil analisis Uji-t dua pihak model pembelajaran online dengan blogspot proprofs dan model pembelajaran online dengan wordpress proprofs tes pilihan ganda..

Tabel 4.

Soal Dk thitung ttabel Sig.

Pilihan Ganda 67 2,148 1,9965 0,036

ternyata diperoleh 2,148 > 1,9965, Maka Ho ditolak kesimpulannya terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model pembelajaran online dengan blogspot proprofs dan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model pembelajaran online dengan wordpress proprofs pada tes pilihan ganda. Penutup

Simpulan

Dari penelitian pengembangan asessment matematika online selama kurang lebih 1(satu) semester ini, di dapatkan 3 hal meliputi:

1. Diperoleh media assessment matematika online yang valid untuk belajar mandiri siswa pada materi ruang dimensi tiga sesuai teori perkembangan Akker.

2. Sesuai hasil angket tentang pengembangan media online diperoleh kelas eksperimen 1 mempunyai minat belajar sedang dengan skor 87,33, kelas eksperimen 2 mempunyai minat belajar sedang dengan skor 85,25, dan kelas kontrol mempunyai minat belajar cukup dengan skor 66,73. Artinya pembelajaran assessment cukup menarik minat belajar siswa.

3. Diperoleh rata-rata hasil belajar yang cukup signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Saran

1. Perlu segera dilakukan penelitian lanjutan tentang penggunaan media assessment online di semua jenjang pendidikan agar menghasilkan media yang lebih baik.

(15)

15 Daftar Pustaka

Alias, M.; Black. T, R..; dan Gray, D. E. (2002). Effect of Instruction on Spatial Visualization Ability in Civil Engineering Students, International Education Journal Vol. 3, No. 1, 2002 tersedia: http://iej.cjb.net diakses tgl. 15 Agustus 2012

Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. 1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta. Arsyad, A. 2003. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Heinich 2009. Instructional Media and Technologies forLearning with proprofs. Prentice-Hall, Inc. Upper Saddle River, New Jersey.

Kemdikbud.2012 tentang undang-undang system pendidikan nasional 2005

Nasoetion, N. 2007. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka. Nemeth, B. (2007). Measurement of the Development of Spatial Ability by Mental Cutting

Test. Annales Mathematicae et Informaticae 34 pp. 123-128 tersedia: http://www.ektf.hu/tanszek/matematika/ami. diakses tgl. 15 Juli 2012

Tsauri. 2009. E-learning Berbasis Web sebagai Bahan Belajar Mandiri. (http://heritl.blogspot.com/2007/07/e-learning-berbasis-web-sebagai-bahan.html

diakses tanggal 07 Agustus 2012).

(16)

16

Keefektifan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning

Berbantuan Media

Mathematics Postcard

Terhadap Hasil Belajar

Matematika Peserta Didik Kelas VII

Adib Mahfudli, Kristina Wijayanti, Hery Sutarto Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang

e-mail: azoel_3005@yahoo.com

Abstract

The students’s difficulty learning, especially in triangle subject matter resulting in low student learning outcomes. Play Learn and Fun which used in MTs Negeri Jeketro math class VII tends to cause a commotion so that the results obtained less than optimal learning and learning is not achieved exhaustiveness. Then a experiment was conducted with CTL learning model and Mathematics Postcard as media. This experiment aims to determine whether the results of study of class experiment achieve exhaustiveness classical and find out whether the results of experiment class better than control class. Population of this experiment is all students class VII MTs Negeri Jeketro counted 148 students. With cluster random sampling technic takes two classes as samples. The data collection techniques performed through the documentation and test. The results showed that the completeness learn classical of experiment class is 86.05%. Analysis of test data showing the proportion of

exhaustiveness classical experimental class ≥ 80%. Similarity of the two test results obtained on average study of students who were taught using CTL models with Mathematics Postcard as media are better than the results of study of students learning Learn to Play and Fun with Students Paper Work.

Keywords: CTL; Learn Play and Fun; Learning Outcomes; Mathematics Postcard..

Pendahuluan

Untuk memaksimalkan hasil belajar peserta didik, guru harus bisa menyesuaikan proses pembelajaran dengan tingkat kemampuan berfikir peserta didik karena di tiap jenjang pendidikan, kemampuan berfikir matematika peserta didik juga berbeda. Kemampuan berfikir Matematika difokuskan pada pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Henningsen dan Stein (Sumarmo, 2000) mengkategorikan kemampuan tersebut pada high-level mathematical thinking and reasoning. Beberapa aspek berfikir Matematika tingkat tinggi adalah pemecahan masalah matematik, komunikasi matematik, penalaran matematik, dan koneksi matematik (NCTM, 2000). Aspek-aspek ini sama dengan kemampuan-kemampuan yang dikembangkan sebagai indikator hasil belajar peserta didik dalam KTSP yang diterapkan pada pembelajaran Matematika di Indonesia.

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar peserta didik, yang paling utama adalah rendahnya minat peserta didik untuk mengikuti pelajaran dengan baik dan bersungguh-sungguh (Tatik, 1997). Faktor lain yang berpengaruh adalah cara mengajar guru yang tidak tepat. Pemilihan model dan metode pembelajaran yang tidak tepat membuat materi pembelajaran sulit dimengerti oleh peserta didik. Selain itu sarana dan prasarana pendukung juga ikut berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik. Hasil belajar sebagai tujuan pembelajaran sangat tergantung pada proses pembelajaran sesuai pemilihan model pembelajaran yang dipilih guru itu sendiri.

(17)

17

sehari-hari peserta didik. Memberikan contoh dan ilustrasi dengan berbagai benda konkrit yang sering dijumpai peserta didik bisa menimbulkan pemahaman yang lebih baik, terlebih untuk peserta didik usia SMP, karena menurut Piaget (dalam Suparno, 2001) pada usia tersebut (8-11 tahun) mereka masih berada dalam tahap pemikiran operasi konkrit.

Dalam KTSP, penggunaan media pembelajaran pada model pembelajaran CTL sangatlah penting terutama dalam menyajikan model abstrak pada materi yang akan disampaikan (modelling). Modelling juga tepat dipakai untuk peserta didik pada tahap pemikiran operasi konkrit karena dapat membantu mengilustrasikan informasi yang abstrak. Menurut Supriatna (2009) sebagai media pembelajaran, poster tidak saja penting untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu akan tetapi mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Mathematics Postcard merupakan media pembelajaran yang berbentuk kartu pos dengan desain gambar poster yang menarik sehingga dapat mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku peserta didik dalam pembelajaran.

Kesulitan belajar yang dialami peserta didik di MTs Negeri jeketro terutama pada materi Geometri materi pokok Segitiga adalah pada pengerjaan soal-soal Segitiga yang dihubungkan dengan materi lain. Untuk mengatasi masalah ini, Mathematics Postcard sebagai media pembelajaran yang didesain dengan soal-soal dari kombinasi materi Segitiga dan materi Matematika lainnya adalah alternatif yang tepat dan dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning diharapkan hasil belajar peserta didik dapat mencapai ketuntasan.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1) apakah dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard, hasil belajar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar klasikal?, (2) apakah hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard lebih baik dari hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model pembeajaran Learn, Play and Fun berbantuan Lembar Kerja Siswa?.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui ketuntasan belajar klasikal model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard, (2) untuk mengetahui hasil belajar yang lebih baik antara model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard dan model pembelajaran Learn Play and Fun berbantuan Lembar Kerja Siswa.

Metode

Desain atau jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik kelas VII MTs Negeri Jeketro sebanyak 148 peserta didik. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Sampel penelitian yang diambil yaitu peserta didik kelas VIID dengan 43 peserta didik sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran CTL berbantuan Mathmatics Postcard dan kelas VIIC dengan 44 peserta didik sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran Learn Play and Fun.

Teknik pengambilan data dilakukan menggunakan metode dokumentasi dan tes. Dokumentasi dilakukan dengan mengambil nilai UTS Matematika semester genap kelas VII MTs Ngeri Jeketro tahun ajaran 2011/ 2012 sebagai data awal penelitian. Sedangkan tes dilakukan pada kelas sampel setelah dilakukan pembelajaran.

Dari hasil analisis data awal diperoleh kesimpulan bahwa populasi tersebut normal dan memiliki varians yang sama. Uji kesamaan dua rata-rata menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih memiliki keadaan awal yang sama.

(18)

18 Hasil

Data hasil belajar yang diperoleh disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Banyaknya Peserta Tes Banyaknya Siswa yang Tuntas Persentase Ketuntasan Nilai Rata-rata

Eksperimen 43 37 86,05% 76,3

Kontrol 43 36 83,72% 71,7

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji statistik. Hasil perhitungan uji statistik disajikan dalam bentuk tabel berikut ini.

Tabel 2. Uji Statistik dan Persentase Ketuntasan Belajar Uji Statistik Eksperimen Kontrol Nilai Tabel Hasil

Normalitas 3,97 1,36 7,81 Normal

Homogenitas 1,88 3,84 Homogen

Uji Ketuntasan

Klasikal 0,991 0,609 1,644 Tuntas

Uji Perbedaan

Rata-rata 2,205 1,988

Eksperimen lebih baik daripada kontrol.

Dari data di atas diperoleh bahwa pada kelas eksperimen terdapat 37 dari 43 peserta didik atau sekitar 86,05% tuntas belajar. Sedang pada kelas kontrol terdapat 36 dari 43 peserta didik atau sekitar 83,72% tuntas belajar. Uji ketuntasan klasikal menunjukkan bahwa

tabel hitung z

z  sehingga disimpulkan banyaknya peserta didik kelompok sampel yang mencapai ketuntasan belajar lebih dari atau sama dengan 80% atau dengan kata lain ketuntasan belajar klasikal tercapai.

Berdasarkan hasil analisis statistik uji kesamaan dua rata-rata satu pihak diperoleh bahwa hasil belajar matematika peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard lebih baik dari hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran Learn Play and Fun berbantuan Lembar Kerja Siswa karena . Hal ini juga dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang mencapai 76,3 lebih baik dari rata-rata hasil belajar kelas kontrol yang hanya 71,7.

Penyebab adanya perbedaan rata-rata hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah dikarenakan pemberian perlakuan yang berbeda pada kedua kelas tersebut. Pada kelas eksperimen dikenakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran Learn Play and Fun berbantuan media Lembar Kerja Siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak tiga kali pembelajaran/ tatap muka.

(19)

19

contextual tersebut mendorong peserta didik pada kelas eksperimen untuk lebih aktif, kreatif dan berani dalam mengikuti pembelajaran matematika. Peserta didik dituntut aktif bekerjasama dalam berdiskusi sehingga mendorong peserta didik untuk bersemangat dan giat beajar dan memperoleh prestasi yang lebih baik. Kegiatan tanya jawab dalam kelompok juga dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik yang kurang memahami pelajaran untuk belajar lebih baik. Kegiatan diskusi kelompok pada tiap pertemuan di kelas eksperimen pun mengalami peningkatan dari pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir.

Materi yang dibahas pada pertemuan pertama pada kelas eksperimen adalah pengertian segitiga, jenis-jenis segitiga dan sifat-sifat segitiga. Pada awal pembelajaran, guru menampikan beberapa gambar model segitiga kontekstual mealui slide pada LCD. Setelah memberikan sedikit penjelasan, guru membagi peserta didik menjadi kelompok-kelompok kecil dan membagikan Mathematics Postcard. Mathematics Postcard dikerjakan secara berkelompok dengan cara berdiskusi. Guru mengontrol dan mengawasi jalannya diskusi serta memberikan penjelasan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah itu, tiap-tiap kelompok mempresentasikan jawabannya yang diwakili satu anggota. Dalam menuliskan jawaban Mathematics Postcard di depan kelas, alur berfikir peserta didik terlihat kurang sistematis. Urutan langkah mulai diketahui, ditanya dan jawab belum tersusun rapi dan masih banyak yang terlewatkan sehingga pada pertemuan ini, guru menegaskan langkah-langkah yang baik dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Selain itu, kegiatan tanya jawab baik antar peserta didik maupun dengan guru juga belum berjalan maksimal karena masih sedikit yang berani bertanya dan mengungkapkan pendapat.

Secara umum pertemuan pertama ini pembelajaran belum berjalan secara maksimal karena guru belum bisa mengorganisasikan waktu dengan baik dan peserta didik belum terbiasa dengan model pembelajaran tersebut. Hal ini dimungkinkan karena peserta didik belum terbiasa dengan guru yang baru dan pembelajaran Contekstual Teaching and Learning (CTL) berbantuan Mathematics Postcard juga tergolong baru bagi peserta didik di MTs Negeri Jeketro. Pembelajaran yang baru bagi guru dan peserta didik ini memerlukan waktu untuk penyesuaian.

Pertemuan kedua kelas eksperimen membahas materi tentang keliling segitiga dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Pada pertemuan kedua ini pembelajaran berjalan lebih baik dari pertemuan pertama. Peserta didik mulai bisa menyesuaikan dalam pembelajaran. Peserta didik mulai aktif dalam berdiskusi dan bertanya jawab. Hal ini terlihat saat peserta didik mengerjakan Mathematics Postcard. Kegiatan diskusi lebih aktif dan peserta didik mulai berani bertanya dengan teman di kelompoknya maupun dengan guru.

Presentasi yang dilakukan di depan kelas oleh tiap-tiapkelompok yang semula masih kaku dan canggung sekarang sudah mulai membaik. Motivasi dari guru dan teman-teman membuat rasa malu peserta didik selama presentasi dapat berkurang. Beberapa kelompok sudah mampu menyampaikan hasil diskusi dengan baik meskipun terkesan sekedar membaca. Alur berfikir dalam menuliskan jawaban juga sudah lebih baik dari pertemuan sebelumnya.

(20)

20

Pada tiap pertemuan di kelas eksperimen, peserta didik diberi kebebasan dalam menyelesaikan soal untuk mengkonstruksi dan membuat pemodelan sendiri sehingga ada perbedaan jawaban tiap kelompok. Perbedaan tersebut meliputi variabel yang digunakan dan urutan langkah pengerjaan soal. Dari tiap pertemuan, penguasaan guru dalam mengorganisasi waktu pembelajaran semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena guru sudah mulai terbiasa dengan suasana kelas.

Permasalahan kontekstual yang ada pada Mathematics Postcard dan desain gambar poster yang menarik memberikan motivasi dan semangat tersendiri bagi peserta didik dalam pembelajaran. Soal yang terkesan sulit, namun dalam pengerjaannya ternyata mudah setelah diberikan contoh dan penjelasan guru membuat peserta didik berfikir kreatif dalam menyelesaikan soal dan menyadari bahwa matematika bukanlah ilmu yang sulit. Antusiasme peserta didik dalam mengerjakan Mathematics Postcard semakin baik pula.

Pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan menggunakan model pembelajaran yang biasa dipakai guru matematika di MTs Negeri Jeketro, yaitu pembelajaran Learn Play and Fun berbantuan media Lembar Kerja Siswa. Materi yang disampaikan tidak berbeda dengan pembelajaran di kelas eksperimen.

Materi yang dibahas pada pertemuan pertama adalah pengertian segitiga, jenis-jenis segitiga dan sifat-sifat segitiga. Pada pertemuan ini, ada sedikit hambatan dalam hal komunikasi baik antar peserta didik maupun dengan guru karena peserta didik masih merasa asing. Pada saat guru menjelaskan materi, peserta didik kurang antusias menyimak dan banyak yang tidak memperhatikan. Peserta didik ramai saat guru menunjuk peserta didik lain untuk mengerjakan soal menggunakan pesawat kertas. Soal yang diberikan juga belum bisa diselesaikan dengan baik. Peserta didik cenderung pasif dan tidak mau bertanya atas kesulitan yang dialami dan hanya bergantung pada penjelasan guru. Kebiasaan seperti ini perlu dihilangkan sedikit demi sedikit agar peserta didik bisa mandiri dalam belajar serta lebih kreatif dan tidak bergantung kepada guru. Perhatian peserta didik baru tertuju ke depan saat pemutaran video lucu untuk keperluan refreshing sesuai model pembelajaran yang diterapkan dan keadaan kelas terkesan ramai dengan tawa peserta didik dan cenderung gaduh. Setelah itu guru membagikan LKS dan dikerjakan secara individu lalu dibahas bersama-sama.

Pertemuan kedua kelas kontrol membahas materi tentang keliling segitiga dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Pada pertemuan ini, pembelajaran berjalan sedikit lebih baik. Peserta didik mau bertanya dan menanggapi setiap soal yang diberikan oleh guru. Alur berfikir peserta didik dalam meyelesaikan soal juga sudah sistematis. Akan tetapi peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah sehingga guru harus menjelaskan materi berulang kali dan alokasi waktu pembelajaran berjalan kurang sesuai harapan. Alokasi pemutaran video pun terpaksa dikurangi durasinya guna pengerjakan LKS dan peserta didik terlihat sedikit kecewa.

Pertemuan ketiga kelas kontrol membahas tentang luas daerah segitiga dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Pada pertemuan ini, pembelajaran dilaksanakan seperti biasa sesuai langkah-langkah dalam pembelajaran Learn Play and Fun. Tiap materi yang disampaikan guru diperhatikan peserta didik dengan hikmat. Interaksi dan komunikasi antar peserta didik dalam menanggapi dan menyanggah soal yang diberikan guru sudah terjalin dengan baik. Alokasi waktu refreshing dengan pemutaran video sesuai jadwal yaitu durasi 2 hingga 3 menit sehingga peserta didik tampak tertawa dan tersenyum dengan lega. Peserta didik mengerjakan LKS dengan tenang dan percaya diri.

(21)

21

sehari-hari peserta didik. Kerja sama peserta didik pada kelas eksperimen terlihat jelas saat peserta didik mengerjakan Mathematics Postcard secara berkelompok. Tiap peserta didik saling bertukar pikiran untuk dapat menyelesaikan soal pada Mathematics Postcard tersebut. Kepercayaan diri dari masing-masing kelompok juga terlihat saat guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan jawabannya di depan kelas. Pada kelas kontrol, kerja sama kurang terlihat karena tiap peserta didik harus mengerjakan Lembar Kerja Siswa secara individu.

Pada kelas eksperimen peserta didik tampak antusias dengan disajikan gambar-gambar model segitiga yang kontekstual dan menarik. Guru memberi contoh materi segitiga menggunakan gambar yang sesuai kehidupan sehari-hari peserta didik sehingga pemahaman materi dapat lebih melekat pada ingatan peserta didik. Sedangkan pada kelas kontrol, peserta didik lebih antusias saat guru menunjuk peserta didik mengerjakan soal dengan cara menerbangkan pesawat kertas dan saat pemutaran film animasi yang menghibur sehingga ketertarikan peserta didik pada materi pembelajaran itu sendiri masih kurang.

Perlakuan dan tingkah laku yang terjadi selama pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol yang berbeda mengakibatkan pengelolaan alokasi waktu pembelajaran juga berbeda. Perbedaan respon yang diberikan peserta didik dari masing-masing kelas juga mengakibatkan perbedaan lamanya peserta didik memahami materi yang sama. Kelas eksperimen lebih antusias dalam kegiatan diskusi, sedangkan kelas kontrol lebih antusian dalam menonton video. Perbedaan-perbedaan inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan hasil belajar antara kedua kelas tersebut. Pada penelitian ini diperoleh simpulan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang dikenai model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan Mathematics Postcard lebih baik daripada rata-rata hasil belajar kelas kontrol yang dikenai pembelajaran Learn Play and Fun berbantuan media Lembar Kerja Siswa.

Penutup

Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa (1) dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard, hasil belajar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar klasikal. Dalam hal ini sebanyak 86,05% peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard tuntas belajar, (2) hasil belajar matematika peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard lebih baik dari hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran Learn Play and Fun berbantuan Lembar Kerja Siswa. Hal ini dapat dilihat dari uji kesamaan dua rata-rata dan dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan Mathematics Postcard yang mencapai 76,3 lebih baik dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang menerapkan pebelajaran Learn Play and Fun berbantuan Lembar Kerja Siswa yang hanya 71,7.

Kesimpulan secara umum (general) bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan Mathematics Postcard lebih efektif dari model pembelajaran pembelajaran Learn Play and Fun berbantuan media Lembar Kerja Siswa untuk pembelajaran materi segitiga terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII MTs Negeri Jeketro tahun pelajaran 2011/ 2012. Jadi sebaiknya guru mencoba menerapkan model pembelajaran ini dalam kegiatan pembelajaran terutama pada materi pokok segitiga.

(22)

22 Daftar Pustaka

Dirjen Dikdasmen. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta :Depdiknas.

Supriatna, Dadang. 2009. Pengenalan Media Pembelajaran. Tersedia di http://www.tkplb.org/documents/etraining-media%20 pembelajaran/2. Pengenalan_ Media_ Pembelajaran.pdf. [diakses 25-5- 2011].

(23)

23

Pembelajaran dengan Media Software Mathematica melalui Pendekatan

Open-Ended dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan

Pemahaman Kalkulus

Ali Shodiqin, Noviana Dini Rahmawati

Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI SEMARANG Jl. Sidodadi Timur Nomor 24 – Dr. Cipto Semarang

Abstrak

Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanakan proses

pembelajaran dengan media software mathematica melalui pendekatan Open-Ended dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan pemahaman Kalkulus, adakah peningkatan penalaran dan pemahaman konsep dan adakah peningkatan prestasi belajar mahasiswa dengan diterapkannya media software mathematica melalui pendekatan Open-Ended”. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan pendidikan matematika IKIP PGRI Semarang tahun ajaran 2011/2012. Sedangkan subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kelas IH pendidikan matematika IKIP PGRI Semarang tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah mahasiswa 41 orang. Pemilihan dan penentuan subyek penelitian ini diambil dengan teknik sampel bertujuan (purposive sampling).

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui proses kerja kolaborasi antara dosen matematika dan peneliti. PTK ini bersifat praktis, situasional, dan kondisional berdasarkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran di kampus. Prosedur penelitian ini dosen matematika dan peneliti dilibatkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) dialog awal, (2) Perencanaan Tindakan, (3) Pelaksanaan Tindakan, (4) Observasi dan Monitoring, (5) Refleksi, (6) Evaluasi, (7) Penyimpulan.

Dari hasil penelitian dapat disimpukan bahwa penelitian memberikan implikasi bahwa penggunaan media software mathematica melalui pendekatan Open-Ended dapat meningkatkan penalaran dan pemahaman konsep belajar matematika mahasiswa khususnya pada mata kuliah Kalkulus. Penalaran dan pemahaman konsep Kalkulus dalam pembelajaran matematika meningkat pada setiap putarannya setelah diberi tindakan. Pembelajaran matematika dengan menggunakan media software mathematica melalui pendekatan Open-Ended terbukti dapat meningkatkan penalaran dan pemahaman konsep belajar mahasiswa. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi dosen untuk meningkatkan penalaran dan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika. Peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang serupa dengan penelitian ini tetapi dalam cakupan materi tertentu dan menggunakan metode tertentu.

Kata Kunci: Open-Ended, SoftwareMathematica, Penalaran, Pemahaman.

Pendahuluan

Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu masalah yang menuntut perhatian karena pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia. Peningkatan mutu pendidikan dari tahun ke tahun selalu diupayakan, baik pendidikan pada tingkat dasar, menengah maupun ditingkat perguruan tinggi. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dipengaruhi oleh kurikulum, buku pelajaran, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan sistem evaluasi. Pembenahan metode pembelajaran selalu dilakukan yaitu dengan mencari metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan bahan ajar. Disamping itu media pembelajaran dikembangkan untuk memperlancar kegiatan pembelajaran dan memudahkan mahasiswa untuk memahami materi ajar, khususnya dalam penelitian ini adalah mata kuliah Kalkulus.

(24)

24

mahasiswa untuk berlatih. Untuk mewujudkan penalaran dan pemahaman konsep serta meningkatkan hasil belajar mahasiswa diperlukan suatu terobosan baru diantaranya yaitu pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi turunan fungsi yang akan diajarkan dan kondisi mental mahasiswa untuk selalu berfikir dalam pemecahan masalah yang diberikan oleh dosen.

Sesungguhnya terdapat hubungan antara proses berfikir dengan matematika. Seseorang yang baik dalam matematika akan cederung baik dalam berfikir dan seseorang yang belajar matematika, maka akan menjadi seorang pemikir yang baik. Selain itu Ruseffendi (1991: 260) menyatakan bahwa matematika timbul karena pikiran-pikiran yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Dilihat dari aktivitas matematika yang dilakukan mahasiswa ketika belajar matematik, Killen (1998) Memberikan suatu argumentasi bahwa: 1) Aktivitas matematika berpotensi lebih meningkatkan sikap kebertanggungjawaban dan kebebasan berfikir. 2) Matematika merupakan arena mahasiswa-mahasiswa muda untuk dapat menyelesaikan suatu masalah dan memperoleh kepercayaan bahwa penyelesaian yang benar bukan karena perkataan dosen, akan tetapi karena logika nalar mereka yang jelas.

Pemilihan strategi pembelajaran matematika yang berorientasi pada proses pemberian kesempatan yang besar pada mahasiswa untuk mengkontruksi pengetahuan yang dipelajarinya. Hal ini disebabkan pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (dosen) ke kepala orang lain (mahasiswa). Mahasiswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka (Killen,1998).

Hal tersebut juga diperkuat oleh Anthony (1996) yang mengatakan bahwa keberadaan, pemilihan dan penggunaan strategi belajar mahasiswa merupakan variabel yang kritis dalam proses belajar aktif. Dengan penggunaan berbagai macam strategi belajar, pengetahuan yang diperolehnya lebih mendalam dan berkualitas. Pemilihan strategi belajar secara individual dapat dihubungkan dengan berbagai faktor, yaitu pengetahuan yang diperoleh sebelumnya (prior knowledge) keilmiahan tugas-tugas belajar, motivasi dan ketersediaan sumber daya.

Salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan penalaran dan pemahaman konsep mahasiswa seperti di atas adalah pendekatan open-ended dengan media software mathematica. Pembelajaran matematika tidak hanya memberi tekanan pada keterampilan menghitung dan kemampuan menyelesaikan soal, akan tetapi sikap dan kemampuan menerapkan matematika merupakan penopang penting untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah sehari-hari. Selama ini peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran, sehingga kemampuan pemecahan masalahnya masih kurang dan tidak berkembang. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar peserta didik, terutama aspek pemecahan masalah, masih rendah..

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanakan proses pembelajaran dengan media software mathematica melalui pendekatan Open-Ended dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan pemahaman Kalkulus?

2. Dengan menggunakan media software mathematica melalui pendekatan Open-Ended dalam pembelajaran matematika, adakah peningkatan penalaran dan pemahaman konsep?

(25)

25 LANDASAN TEORI

Media Belajar dengan SoftwareMathematica

Mathematica merupakan suatu sistem aljabar komputer (CAS, Computer Algebra System) yang mengintegrasikan kemampuan komputasi (Simbolik, numerik), visualisasi (grafik), bahasa pemrograman, dan pengolahan kata (word processing) ke dalam suatu lingkungan yang mudah digunakan. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988, Mathematica tersedia pada lebih dari 20 platform komputer, termasuk Windows, MS-Dos, Macintosh, Unix. Kini Mathematica merupakan tool pilihan dalam pendidikan, penelitian, bisnis, dan lain-lain.

Mathematica merupakan software aplikasi buatan Wolfram Research yang handal dengan fasilitas terintegrasi lengkap untuk menyelesaikan beragam masalah matematika. Kesederhanaan bahasa program inilah yang menjadikan Mathematica dapat digunakan siapapun tanpa harus terlebih dahulu menguasai suatu bahasa pemprograman tertentu.

Ketika pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988, Mathematica langsung memberikan pengaruh yang mendalam pada perkembangan pemakaian komputer di bidang matematika, teknik dan rekayasa. Business Week menempatkan Mathematica sebagai salah satu dari sepuluh produk paling penting tahun ini. Mathematica merupakan suatu sistem aljabar komputer (CAS, Computer Algebra System) yang mengintegrasikan kemampuan komputasi (Simbolik, numerik), visualisasi (grafik), bahasa pemrograman, dan pengolahan kata (word processing) ke dalam suatu lingkungan yang mudah digunakan. Mathematica tersedia pada lebih dari 20 platform komputer, termasuk MS-Windows, MS-Dos, Macintosh, Unix. Kini Mathematica merupakan tool pilihan dalam pendidikan, penelitian, bisnis, dan lain-lain.

Pengertian Pendekatan Open-Ended

Menurut Suherman dkk (2003: 123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended atau soal terbuka. Mahasiswa yang dihadapkan dengan Open-Ended, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.

Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara

dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika mahasiswa diminta mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.

Kemampuan Pemahaman Konsep

Konsep dalam matematika merupakan salah satu obyek disamping tiga obyek lain yaitu: fakta, operasi, dan prinsip. Selain itu, menurut Sudjadi konsep-konsep dalam matematika pada umumnya disusun dari konsep-konsep terdahulu dan juga fakta-fakta. Sedangkan untuk menunjukkan sesuatu konsep tertentu digunakan batasan atau definisi (Suradi, 2002). Hal ini memberikan gambaran bahwa suatu konsep pada umumnya digunakan secara berkesinambungan untuk menjelaskan konsep-konsep yang lain dalam matematika, karena sifat matematika adalah hierarkis. Dengan demikian kesalahan konsep yang diterima oleh mahasiswa akan berakibat fatal untuk mempelajari konsep-konsep berikutnya yang berkaitan dengan konsep tersebut.

(26)

26

Pemahaman dalam belajar matematika dapat diamati dari segi afektif dan diukur dari segi kognitif. Dalam penelitian ini pemahaman dari segi afektif diwakili oleh partisipasi belajar mahasiswa dan dari segi kognitif oleh hasil belajar siswa. Partisipasi belajar siswa telah memahami tentang konsep-konsep matematika kemudian ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai tolak ukur keberhasilan strategi belajar, hasil belajar adalah muara dari kegiatan pembelajaran.

Representasi Pemahaman

Pemahaman dipandang dari segi afektif, berarti pemahaman tersebut hanya diamati tidak diukur. Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang mungkin diamati adalah sikap belajar siswa. Sikap belajar dapat diamati dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Orang yang bersikap tertentu, cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna baginya atau tidak (Winkel, 1996: 104). Belajar matematika memerlukan partisipasi mahasiswa agar belajar menjadi bermakna. Partisipasi ini dapat kita lihat sebagai salah satu indikasi dari sikap belajar.

Representasi dari pemahaman awal mahasiswa ini dapat menunjukkan sejauh mana penguasaan konsep yang telah dimiliki oleh mahasiswa, sehingga dosen dapat menyajikan suatu permasalahan yang dapat memberikan pemahaman baru mengenai konsep-konsep yang dipelajari untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Indikator keberhasilan pemahaman konsep antara lain :

a. Kemampuan mahasiswa menjawab pertanyaan oleh dosen secara aktif; b. Kemampuan menggunakan model matematisasi telah maksimal; c. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah dapat dicapai mahasiswa;

Kemampuan dalam membuat kesimpulan yang meliputi mendefinisikan konsep, menemukan sifat – sifat dari konsep dan memberikan contoh dan non contoh dari konsep maksimal

Metode

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui proses kerja kolaborasi antara dosen matematika dan peneliti. PTK ini bersifat praktis, situasional, dan kondisional berdasarkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran di kampus. Jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih efektif.

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar. Sedangkan data yang berbentuk angka atau kualitatif yang diangkakan disebut data kuantitatif. Dalam Penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif digunakan untuk menganalisa penggunaan media software mathematica melalui pendekatan open-ended dalam meningkatkan kemampuan penalaran dan pemahaman kalkulus. Pada penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus dimana tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu (a) Persiapan, (b) Penerapan Metode, (c) Observasi (d) Analisis dan refleksi untuk rencana berikutnya.

Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian adalah IKIP PGRI Semarang.

Waktu Penelitian

(27)

27 Subyek Penelitian

Subyek Penerima Tindakan

Penelitian ini dikenakan pada seluruh mahasiswa kelas IH pendidikan matematika IKIP PGRI Semarang tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah mahasiswa 41 orang. Pemilihan dan penentuan subyek penelitian ini diambil dengan teknik sampel bertujuan (purposive sampling).

Subyek Pelaku Tindakan

Pelaku tindakan ini adalah dosen matematika yang mengampu mata kuliah kalkulus kelas IH IKIP PGRI Semarang tahun ajaran 2011/2012 dibantu secara aktif oleh peneliti. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan berbasis kelas kolaboratif. Dosen matematika dan peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang dinilai paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan pemahaman dan penalaran konsep belajar siswa dikelas dalam pembelajaran matematika, khususnya mata kuliah Kalkulus. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran matematika yang efektif dan menjamin diperolehnya manfaat yang lebih baik. Dosen matematika dan peneliti dilibatkan sejak 1) Dialog awal, 2) Perencanaan Tindakan, 3) Pelaksanaan Tindakan, 4) Observasi dan Monitoring, 5) Refleksi, 6) Evaluasi, 7) Penyimpulan.

Hasil

Pembahasan terhadap permasalahan penelitian maupun hipotesis tindakan berdasarkan analisis data kualitatif hasil penelitian dari kerja kolaboratif antara peneliti dengan praktisi pendidikan serta profil kelas sebelum dan sesudah penelitian yang telah dibuat.

Kerja kolaboratif dimulai dari : 1) Dialog awal, 2) Perencanaan tindakan yaitu : a) Diskusi tentang materi ajar dan metodelogi pembelajaran, b) Identifikasi masalah yang diduga mempengaruhi pemahaman konsep belajar mahasiswa dan penyebabnya, c) Perencanaan solusi masalah, d) Pelaksanaan tindakan.

Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh dosen matematika sudah sesuai dengan apa yang diinginkan, karena sudah menggunakan media software mathematica melalui pendekatan open-ended. Dalam proses pembelajaran ini mahasiswa diharapkan paham terhadap materi yang dipelajari. Modifikasi pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Memberitahukan topik, inti materi ajar, dan kegiatan yang akan dilakukan. b. Mahasiswa dibentuk dalam beberapa kelompok kecil.

c. Membagikan bahan materi ajar kepada setiap mahasiswa.

d. Menyampaikan materi ajar secara sistematis, simpel, dan menggunakan media software mathematica melalui pendekatan open-ended untuk membantu penalaran dan pemahaman mahasiswa.

e. Mendorong dan membimbing mahasiswa dalam menyampaikan ide. f. Merespon setiap pendapat atau perilaku mahasiswa.

g. Membimbing mahasiswa untuk dapat menyimpulkan. h. Mendefinisikan, menganalisis suatu masalah.

Beberapa tindak mengajar tersebut merupakan tindakan dosen yang merupakan kunci keberhasilan atau memberikan hasil yang memuaskan dan dipandang memberikan kontribusi yang cukup bagi keberhasilan usaha meningkatkan penalaran dan pemahaman konsep belajar matematika mahasiswa.

(28)

28

kesimpulan yang tepat. Sedangkan, pemahaman konsep belajar matematika mahasiswa dapat dilihat dari sebagian besar mahasiswa aktif menjawab pertanyaan, mengeluarkan ide, dapat membuat model matematika, mengerjakan soal latihan, dapat menyelesaikan permasalahan, kreatif dalam menggunakan media pembelajaran dan dapat membuat kesimpulan.

Menurut Suherman dkk (2003: 123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended atau soal terbuka. Mahasiswa yang dihadapkan dengan Open-Ended, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak. Mathematica merupakan suatu sistem aljabar komputer (CAS, Computer Algebra System) yang mengintegrasikan kemampuan komputasi (Simbolik, numerik), visualisasi (grafik), bahasa pemrograman, dan pengolahan kata (word processing) ke dalam suatu lingkungan yang mudah digunakan.

Dengan demikian, pembelajaran matematika menggunakan media software mathematica melalui pendekatan open-ended merupakan pembelajaran yang diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada mahasiswa. Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan membawa mahasiswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman mahasiswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Penyelesaian masalahnya dengan menggunakan media software mathematica yang memudahkan mahasiswa mendapatkan solusi yang benar dan tepat.

Tingkat penalaran konsep sebelum diadakan tindakan masih rendah yaitu kemampuan menyajikan pernyataan matematika sebanyak 29,27%, kemampuan mengajukan dugaan 29,27%, kemampuan melakukan manipulasi matematika 0%, kemampuan menyusun bukti terhadap kebenaran solusi 24,39%. Sedangkan tingkat penalaran konsep pada akhir tindakan kelas adalah kemampuan menyajikan pernyataan matematika sebanyak 95,12%, kemampuan mengajukan dugaan 87,80%, kemampuan melakukan manipulasi matematika 90,24%, kemampuan menyusun bukti terhadap kebenaran solusi 87,80%.

Perubahan tindakan yang berkaitan dengan penalaran konsep belajar matematika mahasiswa sebelum dan sesudah dilaksanakan tindakan kelas selama III putaran mengalami peningkatan yang ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1

Gambar

Tabel 4.1 Profil penalaran konsep belajar matematika mahasiswa kelas IH
Gambar 3.1  Contoh penyelesaian soal oleh peserta didik
Gambar 1 Skema Alur Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Gambar 4. Contoh soal dengan garis bantu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian keenam, (Hadiwijaya Lesmana dan Dini Purbani, 2015 Jurnal) “Pengembangan Pariwisata Bahari Berbasis Masyarakat Di Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakotobi,

Orewa: Wesley Historical Society (NZ). Wellington: Learning Media, Ministry of Education. Maori Witchery: Native Life in New Zealand. The Coming of the Maori. Whitcombe & Tombs.

*DPLILNDVL PHUXSDNDQ JDPH HGXNDVL \DQJ PHPEHULNDQ SHQJDUXK NHSDGD SHPDNDLQ\D DJDU ELVD PHQGDSDWNDQ QLODL SHQGLGLNDQ GDQ SHUPDLQDQ *DPLILNDVL VHEDJDL DOWHUQDWLI XQWXN PHQDULN XVHU

Energi impak yang diperoleh dari kedua pengujian dengan menggunakan dua alat yang berbeda menunjukkan bahwa energi impak yang diperoleh dengan menggunakan alat uji yang dibuat

Dimiliki hingga jatuh tempo ( held-to-maturity ) adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan

Prinsip koperasi merupakan pedoman pokok yang menjiwai setiap gerak langkah koperasi. Selain berperan dalam membedakan pola pengelolaan organisasi koperasi, prinsip koperasi

(Sumber: Infusion Nurse Society: Standard of Practice, (2006) dalam Alexander, et al.. Observasi juga dilakukan ketika memberikan obat intravena, mengganti cairan

Memimpin Rapat Teknik dengan pimpinan kontingen peserta pertandingan sebelum pertandingan dimulai, didampingi oleh Delegasi Teknik dan atau Asisten Delegasi Teknik, Ketua Dewan