• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tajalli setelah melalui fase Takhalli dan Tahalli, maka metode pembinaan mental itu di sempurnakan dengan fase Tajalli . Tajalli adalah

B. Tasawuf dalam Perspektif Buya Hamka

3. Tajalli setelah melalui fase Takhalli dan Tahalli, maka metode pembinaan mental itu di sempurnakan dengan fase Tajalli . Tajalli adalah

Ibid, h. 155

terungkapnya nur ghaib untuk hati, Tajalli adalah merupakan lenyap atau hilangnya sifat-sifat kemanusiaan. 93

Hamka menyatakan bahwa nur Ilahi dimasukkan Allah ke dalam hati sseorang hingga ia memperoleh ketentraman batin. Untuk mendapatkan nur diatas kaum sufi mengadakan latihan jiwa yaitu berusaha mengosongkan dirinya dari sifat-sifat yang tercela, melepaskan segala sangkut paut dengan dunia, lalu mengisi diri mereka dengan sifat-sifat yang terpuji, dan segala tindakannya selalu dalam rangka ibadah dengan cara memperbanyak dzikir, menghindarkan diri dari segala yang dapat mengurangi kesucian diri baik secara lahir maupun bathin.94 Mengenai tiga tahap takhalli, tahalli, dan tajalli ini, Hamka mengibaratkan seperti membuang sebuah titik untuk kemudian menempatkan kembali pada tempat lain, yaitu membuang titik yang ada dalam huruf kha pada kata takhalli sehingga menjadi berbunyi tahalli, dan setelah itu titik tersebut ditempatkan kembali di bawah ha pada kata tahalli, sehingga jadilah dia berbunyi tajalli. Pekerjaan memindahkan titik ini dilakukan dengan perjuangan yang hebat dan dahsyat serta meminta keteguhan hati dan ketabahan.95

Takhalli berarti berarti berusaha membersiahkan diri dari perilaku perangai yang tercela, seakan-akan berusaha menghindarkan titik hitam di atas kepala kita. Selama titik itu masih ada, masih ada sesuatu yang menekan jiwa kita untuk berbuat yang tidak sidukai Allah. Dengan sadar kita senantiasa berdaya upaya dan berlatih sehingga titik tercela itu hilang. Kalau titik itu sudah hilang

Ibid, h. 169

Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Penerbit Yayasan Nurul Islam, 1977h.180

95

maka niscaya menjadi tahalli, artinya berhias, yaitu berhias diri dengan sifat-sifat yang terpuji, sehingga bertambah naiklah roh dan jiwa kita mencapai martabat yang lebih tinggi. Batin bersih dari pengaruh yang lain, sehingga lancarlah jalan menuju Tuhan.

Kalau sudah demikian, masih menurut pendapat Hamka maka titik yang terletak di atas tadi dengan sendirinya turun ke bawah sehingga huruf kha sesudah menjadi huruf ha lama-lama menjadi huruf jim sehingga jadilah tajalli artinya jelas nyata Tuhan dalam pandangan bathin kita. Tajalli Tuhan tidak akan terjadi jika jiwa belum kuat dan kekuatan jiwa hanya bisa di capai setelah jiwa tersebut dibersihkan.96

Pemikiran tasawuf Hamka yang selanjutnya adalah tentang Agama menurut Hamka Agama mempunyai beberapa unsur dalam mendefinisikan: karena agama berasal dari bahasa sangsakerta, dan religi dari bahasa eropa, berbeda dengan ad-din yang berasal dari bahasa arab, Din dalam bahasa semit artinya Undang-undang atau hukum. Bahasa arab kata din artinya menguasai. Menundukan, patuh. Agama menurut Hamka adalah menguasai diri sesseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada TUhan dengan menjalankan ajaran-ajaran-Nya. Agama ialah membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada balasan baik dari Tuhan, yang tidak menjalankan kewajiban dan kepatuhan akan disiksa.97

Ibid, h. 53-54

Hamka berpendapat tantang ad-din diartikan dalam bahasa Indonesia agama, atau igama. Ad-Din itu sendiri menurut arti yang asli adalah menyembah , menundukan diri, memuja. Sebab dari itulah agama adalah hasil, buah, atau ujung, dari I’tikad, tasdiq dan iman. Bertambah tinggi keyakinan, ibadahnya semakin bersih, I’tikad seseorang semakin kuat, kalau di rumuskan maka islam itu ad-din yang dibawa Nabi Muhammad yang diturunkan oleh Allah di dalam al-Quran dan sunnah yang sahih. Jadi tujuan Islam ialah kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat berintikan kepada:

1. Ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi tentang kepercayaan dan penyembuhan. Sebab itu Islam mengajarkan tentang system Iman dan ibadah. Yang pertama disebut rukun Iman dan yang kedua disebut rukun Islam.

2. Ajaran yang mengatur manusia dengan sesamanya dan hubungan dengan alam. Sebab itu Islam mempunyai ajaran-ajaran tentang social, ekonomi, politik, seni, budaya, social, perkawinan, harta pusaka, perang, jihad, kesehatan dll.98

Hubungan agama dan Iman juga menurut Hamka sangat erat kaitannya, Hamka menjelaskan bahwa ajaran Islam itu memahamai arti Islam dengan menelaah tentang keimanan dan mengamalkan dengan rukun-rukunnya. Kemudian Hamka juga mempunyai pandangan bahwa Iman itu ada kaitannya dengan adanya Tuhan. Menurut Hamka: bahwa kehidupan ini membuktikan bahwa Tuhan ada. Dengan perantaraan alat yang bernama mikroskop, teleskop, dan alat pembesar lainnya. Hal ini Hamka berpendapat bahwa mereka dapat

98

meyakinkan bahwa pada tubuh yang kasar dan hidup ini ada benda yang sangat halus yaitu sel namanya.99

Demikianlah pemikiran Hamka tentang bagaimana seorang sufi mendekatkan diri pada Allah melalui mujahadah, yang pasti untuk mendekatkan diri kepada Allah ini harus melalui perilaku yang baik dan benar, atau akhlak al-karimah. Inilah yang merupakan titik tekan dari ajaran tasawufnya, atau dengan kata lain bahwa corak pemikiran tasawuf Hamka adalah tasawuf akhlaki. Karena menurut Hamka tasawuf adalah keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk kepada budi pekerti yang terpuji, 100 seperti dalam ungkapannya;

“Untuk menjadi seorang yang berakhlak mulia tidak perlu seseorang memakai pakaian tertentu, atau berkhalwat sekian hari di dalam kamar, atau mengadu kening dengan kening guru. Baginya, Nabi dan sahabat-sahabatnya adalah sufi tanpa mereka menyandang gelar sufi. Karena baik Nabi ataupun sahabat-sahabatnya semuanya berakhlak tinggi. Berbudi mulia, sanggup menderita lapar dan haus, dan jika memperoleh kekayaan, tidaklah kekayaan itu lekat ke dalam hatinya, sehingga melukai hati jika terpisah.”101

Menurut Hamka, tasawuf juga bukan berarti menghindari dunia, karena bagaimanapun juga dunia merupakan lahan untuk persiapan akhirat, dan jangan sampai kesederhanaan membawa kita kepada kemiskinan sehingga seseorang tidak dapat berzakat, atau uzlahnya tidak memberikan arti yang baik bagi masyarakat sekitar. Dalam bukunya Hamka mengungkapkan:

“Sekian lamanya kaum muslimin membenci dunia dan tidak menggunakan kesempatan sebagaimana orang lain. Lantaran itu mereka menjadi lemah akan berkorban, tidak ada yang akan dikorbankan, karena harta benda dunia telah dibenci, akan berzakat, tidak ada yang akan dizakatkan, karena mencari harta dikutuki. Orang lain maju di dalam lapangan kehidupan, sedangkan mereka

Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Penerbit Yayasan Nurul Islam, 1977) h. 76 Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Pustaka panji Mas, 1994), cetakan IV h. 21 Ibid, h.

mundur . dan bila ada yang berusaha mencari harta benda mereka dikatakan telah jadi orang dunia.”102

Hamka melihat bahwa uzlah adalah sikap yang tidak berani, atau hendak melepas seseorang ke tempat yang selamat.103 Dengan demikian, Hamka tidak mengharuskan kepada seseorang yang ingin menjalani kehidupan sufi untuk beruzlah atau memakai pakaian tertentu serta berdiam diri dalam kamar. Tapi beliau menyatakan bahwa seorang sufi adalah yang mengalihkan perilaku buruknya menuju hakikat seorang sufi yang berperilaku benar .

Pandangan seperti inilah yang pada zaman sekarang dikenal dengan istilah Tasawuf Positif, Tasawuf Positif mementingkan amal saleh sebagai bagian akhlak sosial dan bukan hanya akhlak individual ini berbeda dengan tasawuf selama ini yang kadang-kadang dianggap sebagai anti sosial, karena mengajarkan untuk melakukan uzlah, yaitu yaitu pengasingan diri dari pergaulan masyarakat dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf positif juga melakukan pendekatan kepada Allah, tetapi tidak menjauhi kepentingan hidup duniawi. Dengan demikian, tasawuf positif sama dengan apa yang disebut Hamka sebagai tasawuf modern.104