• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tasawuf sebagai metode terapi krisis manusia modern

Pada dunia modern saat ini, ketertarikan terhadap dunia tasawuf semakin meningkat, bukan saja di kalangan awam dan pedesaan, tatapi terjadi dia kalangan

Ibid,, h. 20

Hamka, Iman dan amal Shaleh (Jakarta; Pustaka Panji mas, 1982) h. 83

Sudirman Tebba, Manfaat Tasawuf dalam Kehidupan Sehari-hari, (Banten; Penerbit Pustaka irVan) cet. Ke-2 2008 h. 3

kaum terpelajar dan perkotaan. Beberapa alas an yang mendorong hal tersebut antara lain: system nilai dunia modern yang telah hancur, masa depan yang semakin tidak ada rasa aman, ketidak pahaman akan pesan Islam yang kandungan ajaran-ajaran batiniyahnya semakin tidak dapat dicapai. Di kota-kota besar dapat dilihat bagaimana kegandungan yang begitu tinggi akan dunia tasawuf. Berbagai media menyuguhkan paket kajian tasawuf, ulasan, kolom, dan tema-tema tentang tasawuf, buku-buku tasawuf laris manis terjual di pasaran. Beberapa stasuin TV berlomba-lomba menyuguhkan kajian tasawuf sebagai bukti minat besar masyarakat akan pendalaman terhadap dunia tasawuf. Karena tasawuf sejatinya dimaksudkan sebagai jalan asketis spiritual yang bersumber dari ajaran Al-Quran dan al-Sunnah Dlam rangka mendekatkan diri kepada Allah, berintikan al-akhlaq al-karimah, tetap setia kepada sdyari’ah, menekankan keseimbangan antara aspek-aspek lahiriah dan batiniah, material dan spiritual, dunia dan akhirat, dan berpihak kepada orang-orang lemah dan tertindas.

Kegelisahan spiritual masyarakat modern dalam mencari ketenangan bathin, menggerakan Hamka untuk mencari solusi dalam menangani krisis manusia yang terjadi saat ini. Menurut pendapat Hamka Kehidupan manusia di dunia ini terdiri dari dua unsur yaitu unsur jasmani dan unsur rohani, unsur jasmani banyak di kejar oleh manusia modern saat ini tapi jarang sekali mengejar unsur rohani. Maka dari itulah tidak adanya keseimbangan dalam kehidupan, disinilah Hamka mencoba menyajikan tasawuf sebagai penyelaras bagi kehidupan manusia modern yang telah mengalami krisis.

Namun tidak semua tasawuf sejalan dengan ruh Islam, ada beberapa hal praktek tasawuf yang menurut Hamka masih harus di kritisi yaitu adanya praktek

wasilah105 hal ini pada zaman modern masih di praktekkan oleh sebagian masyarakat kita yang ingin mendapatkan jalan praktis namun yang di dapat hanya mengarah kepada kehampaan spiritual, dalam hal ini Hamka memberikan solusi dengan cara hendaklah manusia modern menyandarkan pendapatnya pada dalil-dalil Al-Qur’an diantara ayat yang dikutip untuk memperkuat pendapatnya adalah surat al-mukmin ayat 60 yang artinya: “Mintalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan permintaanmu.” Karena dengan mengamalkan hal tersebut akan membentuk kita dekat dengan Allah, bukan wali atau kiyai yang kita mintai bantuan, seperti yang di ungkapkan Hamka dalam bukunya: “Tasawuf kita adalah hasil dari pada tauhid, kita mengandal musyahadah, muraqabah adalah membuat mendekati Tuhan. Dan bukan mendekati orang lain, itulah yang menyebabkan kita mempercayai jiwa besar”106

Hamka mengajak mereaktualisasikan konsep pemikiran dan doktrin tasawuf selaras dengan perubahan tata nilai dan peradaban modern saat ini

107karena menurut Hamka ajaran tasawuf dapat di amalkan dimana saja dan dalam

berbagai segi kehidupan di dunia seperti di bidang politik, hukum, sosial, budaya, seperti yang diungkapakaan M. Dawam Rahardjo dalam bukunya Intelektual, Intelegensi dan Perilaku Politik Bangsa mengatakan bahwa Hamka memang

Wasilah adalah; mengajukan Doa kepada allah melalui perantara seorang wali atau ulama yang alim.

Hamka, Pandangan Hidup Muslim (Jakarta: Bulan Bintang 1992), cetakan ke IV h. 57 Syahrul A’dam, dalam Potret pemikiran dan Gerakan tasawuf di Indonesia Kontemporer, Jurnal Agama dan Budaya Mimbar, Vol.23, no. 3 2006 h. 238

berusaha membersihkan tasawuf dan unsur-unsur yang bertentangan dengan paham tauhid, Dawam Rahardjo menambahkan Hamka memiliki apresiasi terhadap tasawuf dan memiliki pandangan bahwa tasawuf sangat diperlukan oleh masyarakat modern saat ini, apalagi dengan berbagai problem krisis yang menimpa saat ini108

Dari sinilah pandangan Hamka tentang tasawuf memang diperlukan dalam masyarakat modern sebagai terapi krisis saat ini karena berbagai macam alasan:

Pertama tasawuf bisa mengimbangi kehidupan yang serba mengacu pada kekayaan materi dan tidak pernah menggunakan hati nurani dalam setiap pertimbangan perilaku sehari-hari, tasawuf mampu memberikan keseimbangan antara aspek-aspek lahiriah dan bathiniah, material dn spiritual, dunia dan akhirat, dan berpihak kepada orang-orang lemah dan tertindas dalam mencari ketenangan bathin .109

Kedua karena ajaran tasawuf merupakan tasawuf yang keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk kepada budi pekerti yang terpuji110 dengan demikian tasawuf Hamka sejalan dengan misi diutusnya Nabi Muhammad SAW yaitu untuk memperbaiki akhlak manusia seperti sabdanya “Sesungguhnya Aku diutus untuk memperbaiki akhlak manusia”. Dengan demikian manusia modern yang bertasawuf secara otomatis tingkah lakunya mencerminkan akhlak al-karimah yang terpuji sehingga tidak mungkkin melakukan perbuatan yang

Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Pustaka Panji Mas) 1977 cet ke- 7 h. 124-125 Hamka, Perkembangan Tasawuf dari abad ke Aabad, (Jakarta: Penerbit Yayasan Nurul islam 1952) h. 181

tercela, sifat-sifatnya mencerminkan perangai yang diajarkan tasawuf seperti yang di contohkan Hamka bila dalam diri seseorang telah tumbuh sifat qana’ah dan bersyukur maka ia tidak mungkin mengambil hak-hak orang lain, manusia yang beriman maka amalnya sudah pasti bermoral.

Dari sebab itulah maka corak pemikiran tasawuf Hamka dikenal dengan corak pemikiran tasawuf akhlaki karena tasawuf akhlaki berorientasi kepada pembinaan akhlak yang mulia. Seorang sufi adalah seorang yang berakhlak mulia.111

Hamka berusaha menampilkan tasawuf sebagai ajaran Islam yang dibutuhkan dalam kehidupan modern ini, seperti dalam buku tasawuf modern

misalnya Hamka menggunakan istilah yang biasa digunakan dalam tasawuf seperti tawakal, ikhlas, qana’ah dsb. Istilah tersebut dilengkapi dengan keterangan yang sesuai dengan usaha meningkatkan kemajuan umat Islam dan membimbing manusia dalam menghadapi berbagai persoalan hidup yang timbul dalam masyarakat modern yang disebabkan oleh hawa nafsu, akal pikiran, keluarga, dan pengetahuan dan kemajuan teknologi.112

Faktor ketiga adalah dengan bertasawuf menurut Hamka manusia modern mempunyai suatu kekuatan batin untuk mempertebal iman, tauhid, ladang amal, pembersih jiwa, serta untuk memperkuat Ihsan agar lebih mengenal Allah dan mencari keridhoan-Nya semata maka secara otomatis akan meningkatkan akhlakul karimah. Buya Hamka berpandangan bahwa orang yang memahami tasawuf maka jiwanya mengalami kesucian dan mengetahui maksud pembersihan

Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Pustaka Panji Mas) 1977 cet ke- 7 h. 87 Ibid h. 130

batinnya, maka orang yang terjebak dalam krisis tidak mau berlama-lama termenung di tempat yang tergelincir itu, Kesalahan hidup yang ia lakukan segera ditimbun dengan memperbanyak berbuat baik, sehingga hati dan jiwanya secepat mungkin terobati, dengan cara cepat bertobat diiringi berbuat baik kembali membuat iman lebih matang dari sebelumnya. Firman Allah: “ Sesungguhnya Allah suka kepada orang yang bertaubat dan suka kepada orang yang membersihkan badannya”. (Q.S. al-Baqarah/2: 222).113

Jika manusia modern telah mempunyai keimanan, Keimanan tersebut mempunyai pengaruh yang besar atas dirinya, meningkatkan kemampuannya untuk sabar dan kuat menanggung penderitaan hidupnya, membangkitkan rasa tenang dan tentram dalam jiwa, menimbulkan kedamaian hati dan memberi perasaan bahagia. Keimanan kepada Allah disertai dan diikuti oleh ketakwaan kepada-Nya. pengertian takwa dalam Al-Quran banyak, diantaranya takut, (yang berarti takut melanggar ketentuan Allah), menjaga atau membentengi diri dari berbagai dorongan yang tercela dan perbuatan munkar, dan menjaga diri dari tingkah laku yang tidak terpuji.

Lebih lanjut lagi metode Hamka dalam mengahadapi krisis manusia yang terjadi saat ini dalam praktek tasawufnya Hamka mengadakan hubungan atau kontak dengan Tuhan yang disebutnya dengan Ittisal. Yang dimaksud ittisal adalah hubungan dengan Tuhan tentunya ini tidak berbeda dengan sufi-sufi lain pada umumnya yaitu ”menyucikan diri untuk mempererat hubungan langsung di

Hamka, Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad, (Jakarta: Pustaka Panji Mas) 1952 h. 236

sadari dengan Tuhan sehingga disadari benar bahwa manusia berada dalam hadirat Tuhan”114

Dalam setiap literatur Hamka, penulis tidak menemukan secara kongkrit penjelasan lebih lanjut tentang ittisal, menurut penulis disebabkan karena Hamka berusaha melepaskan diri dari kungkungan tasawuf atau tarekat yang terlembagaan. Buya Hamka mengakui pentingnya tasawuf bagi kebutuhan olah spiritual, meskipun tidak harus memakai simbol-simbol lembaga tarekat tertentu. ajaran Hamka memang mengembil esensi, mengabaikan simbol. Dan esensi itu adalah kebahagiaan.115 Jadi Hamka tidak memberikan cara khusus atau amalan-amalan dalam praktek tasawufnya cukup dengan menjalankan perintah agama dengan baik dan benar, dan aplikasi dalam setiap solusi yang ditawarkan nampaknya memang terbukti bisa menjadi solusi bagi krisis yang menimpa saat ini, misalnya manusia yang di sinyalir gundah hatinya, tresah dalam memaknai hidup maka apabila ia dekat dengan tuhan berdzkir senantiasa maka hidup dan pola pikirnmya senantiasa mampu menangani setiap masalah. Pikiran jadi tengan sehingga ia mampu mencari rizky yang di limpahkan Allah dalam hidupntya..nah dampak yang seperti itulah tasawuf menurut Hamka mampu memebrikan solusi secara kongkrit dalam setiap persoalan yang menimpa hidup manusia modern.116 Itulah solusi yang ditawarkan Hamka.

Nasution,Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1999),cet. Ke-10 h. 87

Seperti testimoni dalam sebuah buku “Pelatihan Shalat Khusu’ ” yang menceritakan pengalaman pribadi seorang yang sembuh dari kanker ganas, padahal sempat telah divonis oleh dokter akan lumpuh dan usianya hanya tinggal 3 bulan. "Secara medis kesembuhan kanker nasofaring amat dipengaruhi oleh stadium penyakit, pengobatan yang diberikan, kepasrahan pasien, zikir, dan doa penderita. Saudara Amin Syukur menjadi contoh." Dr. dr. Suprihati W, MSc. Sp THT, Spesialis THT RS Karyadi Semarang. "Tumor yang sebelumnya diduga ganas itu menjadi jinak. Bisa jadi, perubahan ini karena kelemahan prediksi ilmu kedokteran, atau jangan-jangan ini hasil dari kekuatan doa."Dr. dr. Zainal Muttaqin, SpBs, Ph.D. Spesialis bedah otak RS Karyadi Semarang. "Amin menemukan metode penyembuhan penyakit lewat zikir pernapasan." begitulah testimony yang penulis temukan pada Tabloid Mingguan Cempaka.

Menurut pendapat penulis, Tasawuf modern Hamka sama dengan istilah tasawuf sekarang yang terkenal dengan konsep Gerakan Neo-Tarekat atau

Tasawuf Positif karena beberapa ajaran tarekat konvensional diredifinisi sehingga membuat tarekat tidak lagi rigid dan eksklusif apalagi masyarakat telah terperangkap dalam pola pikir rasional dan mencampakkan dimensi batin, hingga melahirkan gaya hidup yang materialis dan hedonis, dalam arti masyarakat hanya berfikir kehidupan duniawi semata tanpa menghiraukan kehidupan ukhrawi, akibatnya berbagai penyimpangan kemanusian terjadi disegala sektor kehidupan, seperti; korupsi, penindasan terhadap kaum lemah, penyalahgunaan kekuasaan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, eksploitasi sumber daya alam hingga menimbulkan kerusakan lingkungan, krisis moral dan lain sebagainya.

Setiap orang ingin bahagia dalam hidupnya, spiritualitas tasawuf dipelajari dan di praktekkan dalam rangka mencari kebahagiaan, hal itu karena ternyata harta benda materi, dan kehidupan lahiriah duniawi saja tidak dapat menjamin kebahagiaan seseorang dengan cara menumpuk harta, rumah indah, mobil mewah, segala keinginan terpenuhi tetapi kebahagiaan itu tidak ditemukan. Kehidupan spiritual yang mapan mampu memenangi peperangan melawan nafsu dan menahan kehendak yang berlebihan, itulah kebahagiaan, kata Imam al-Ghazali “menang atas nafsu”, kata Buya Hamka adalah “induk dari segala kemenangan”.117

Karena ketika kesuksesan sudah diraih, harta benda melimpah, ilmu yang di dapat, dan kekuasaan yang di pegang, seharusnya manusia mampu mengendalikan dirinya untuk tidak sombong dan congkak. Ketika keterpurukan menimpanya manusia yang bertasawuf mampu mengendalikan dirinya untuk tetap sabar, tabah, tawakkal, dan mencoba bangkit kembali. Nah kemampuan mengendalikan diri inilah yang menjadi prasyarat bagi terwujudnya kebahagiaan hidup. Mampun menahan nafsu yang begitu susah, karena dunia kita pandang secara proposional, bukan sebagai laknat atau penjara yang pada gilirannya mengharuskan kita untuk meninggalkan sikap egois dan justru yang dipikirkan adalah kepedulia kepada sesame dalam mewujudkan kebaikan bersama. Semoga kita semua dapat mengendalikannya agar keseimbangan hidup dapat diraih, yang pada akhirnya hidup bahagia di dunia akhirat yang kita dapatkan.

63 A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian skripsi ini, dapat disimpulkan bahwa:

Menurut Hamka krisis-krisis yang menimpa mereka sebenarnya diakibatkan oleh essensi yang mendasar dari krisis besar yang dihadapi umat manusia.antara lain krisis spiritual, moralitas atau krisis akhlak. Krisis semacam ini di sebabkan karena manusia modern lupa akan fitrahnya sebagai manusia, akibatnya kehidupan materi dan kebutuhan dunia menjadi hal utama yang diperebutkan sehingga terjadi pada berbagai sisi kehidupan manusia yang intinya berpangkal pada matinya spirit keimanan dan akhlak.

Penyebabnya menurut Hamka antara lain adalah kurang ditanamkannya budi pekerti yang luhur, seperti kurangnya sifat malu, dan tidak bisa mempertahankan harga dirinya sebagai makhluk Tuhan, ia tidak lagi mempunyai budi pekerti yang baik dan benar padahal dalam ajaran agama Islam dan tasawuf umat islam harus di tanamkan dalam dirinya sifat-sifat yang terpuji seperti keimanan, tawakal, sabar, qana’ah, ikhlas, bersyukur, dll sehingga manusia yang mempunyai sifat terpuji akan tercermin dalam kehidupan dan perilaku sehari-harinya, contohnya seoranng yang mempunyai sifat qana’ah ia akan selalu merasa puas dengan rizki yang diberikan Allah, sehingga ia senantiasa bersyukur dan tidak akan terbesit dalam hidupnya untuk melakukan perbuatan yang tidak terpuji seperti yang terjadi pada manusia modern yang sedang mengalami krisis.

Akibat yang ditimbulkan oleh krisis yang terjadi pada manusia modern tersebut menurut Hamka maka orientasi hidupnya hanya bergelut di bidang materi dan kekayaan, hatinya tidak lagi bersih dan selalu ada rasa iri dengki, hasut, riya’, tidak bersyukur atas nikmat Allah. Contonya bila tetangga membeli mobil baru maka ia akan berusaha membeli mobil baru juga meskipun kemampuannya belum sanggup. Karena ia takut dikucilkan dalam pergaulan.

Lain halnya jika manusia modern telah mempunyai iman dan taqwa, menurut Hamka iman dan taqwa itu mempunyai hubungan antara budi dan perangai. Karena jika seorang telah mempunyai keimanan yang kuat dalam hati maka kepercayaan itu mendorongnya untuk mencari ridha Allah dan selalu melakukan perbuatan yang dapat diterima oleh Allah. Dan senantiasa menempuh jalan yang lurus, aqidah yang kuat itu didukung oleh amal saleh yang terus menerus, maka ia akan menjadi pribadi yang tangguh, sosok kuat yang diridhai Allah. Bila dalam masyarakat terkumpul pribadi yang seperti itu maka masyarakat akan kokoh, negeri akan makmur, dan kebahagiaan akan diraih.

B. Saran-saran

Sebagai mahasiswa jurusan Aqidah Filsafat, kita harus memberdayakan segenap kemampuan dan potensi yang kita miliki untuk menggali dan mengkaji seluruh tradisi intelektual Islam yang pernah hadir di dalam putaran sejarah, karena sebenarnya kita sebagai calon filosof, sebenarnya memiliki akar tradisi yang kuat untuk dijadikan sebagai sarana pendukung dalam menghadapi fenomena-fenomena modern pada saat ini.

Sebagai akademisi yang menghargai logika intelektual, diharapkan bersikap kritis dalam menerima tradisi-tradisi intelektual yang lain, terutama dari tradisi Barat modern agar tradisi yang bersumber dari ajaran Islam tidak luntur oleh arus Globalisasi.

Penulis mengharapkan kepada mahasiswa fakultas Ushuludin dan Filsafat untuk tidak berhenti dan merasa cukup dengan keterbatasan kurikulum yang menjadikan kita pesimis dalam menghadapi wacana-wacana kemodernan. Dengan adanya karya skripsi ini, berikut skripsi-skripsi lain agar dapat dijadikan motivasi untuk mengangkat tema-tema skripsi dari literature-literatur tradisi intelektual Islam dan diantaranya untuk memperkuat identitas kita sebagai mahasiswa Ushuludin dan Filsafat, dan berani menggunakan bentuk metode penelitian kepustakaan (library research) yang pada saat menjadi momok menakutkan dikalangan mahasiswa.

Kerjakan skripsi semaksimal mungkin maka dengan itu akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga. Yakinlah kesungguhan tidak akan mengecewakan.