• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN LAUT A Tinjauan Mengenai Pengangkutan Secara Umum

E. Tanda Bukti Tuntutan Ganti Kerugian

Di dalam perjanjian pengangkutan ada 2 (dua) pihak masing-masing yang mempunyai hak dan kewajiban. Mereka itu adalah pengangkut atau pengirim barang. Dalam hal barang yang dapat disamakan itu akan mengirim barang dengan menggunakan sarana angkutan laut, maka berhak untuk meminta kepada pengangkut agar kepadanya diterbitkan dokumen pengangkutan yang dikenal dengan nama konosemen (Bill of Lading). Seperti yang telah diketahui bahwa Bill of Lading itu ada yang transfarabel yang menjadi objek transaksi, sehingga karenanya Bill of Lading tersebut dapat diperalihkan dengan cara endosemen dan penyerahan suratnya.Bill of Lading ini merupakan dokumen yang sangat penting di dalam pengangkutan di laut apabila yang diangkut itu adalah barang. Hal ini diatur di dalam Pasal 506 KUHD, yang dalam hal ini memberikan pengertian bahwa konosemen adalah bukti bahwa pengangkut telah menerima barang-barang tertentu untuk diangkutnya ke suatu tempat yang ditunjuk dan di sana menyerahkannya kepada orang yang ditunjukknya34

34

Ibid, hal. 154.

.

Di dalam praktik apabila barang-barang yang akan diangkut itu telah dalam keadaan dan kondisi yang baik pada saat diterima, maka di dalam Bill of Lading itu dijelaskan tentang keadaan dan kondisi barang tersebut sebenarnya (received for shipment in apparent good order and condition). Apabila di dalam Bill of Lading tersebut tidak disebutkan keadaan dan kondisi barang, maka Bill of Lading demikian itu disebut Bill of Lading yang bersih (schoon cognessement- clean Bill of Lading).

Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi (Freight Seperti telah diketahui sehubungan dengan masalah Bill of Lading ini, maka keadaan Negara Indonesia dalam penyelenggaraan pengangkutan di laut harus pula menyesuaikan diri sehubungan dengan meningkatnya frekuensi pengangkutan dari dan keluar negeri. Negara Indonesia yang ingin menempatkan diri sebagai negara yang mempunyai potensi yang besar dalam dunia perniagaan, mau tidak mau juga harus mengikuti pengangkut di laut dengan segala aspeknya. Sampai saat ini perusahaan-perusahaan pelayaran di Indonesia hanya menyelenggarakan pelayaran dalam negeri, antar pelabuhan di dalam negeri- antar pulau, di dalam penerbitan Bill of Lading masih lazim menggunakan ketentuan-ketentuan seperti yang terdapat di dalam Buku II KUHD, tetapi dalam hal pengangkutan atau pelayaran lanjutan ke luar negeri maka Bill of Lading yang digunakan adalah Bill of Lading internasional, antara lain mengenai ketentuan ganti rugi atau kehilangan dan kerusakan barang, sedangkan perusahaan pelayaran Indonesia yang menyelenggarakan pelayaran internasional menggunakan Bill of Lading internasional yang pada hakikatnya berisi ketentuan-ketentuan seperti yang tercantum di dalam The Hague Rules mengenai tanda bukti perjanjian pengangkutan

Sejalan dengan hal-hal yang telah diperjanjikan di dalam Bill of Lading, setiap Perusahaan Pelayaran berusaha sebaik-baiknya untuk dapat menyerahkan barang (cargo) sesuai dengan jumlah keadaan yang tercantum pada surat pengangkutan (Bill of Lading). Walaupun dalam praktik tidak mungkin barang- barang selalu dapat diterimakan kepada penerima barang tanpa kerusakan atau kekurangan apapun. Kekurangan atau kerusakan dapat saja terjadi di pelabuhan

muat, di atas kapal, di gudang setelah pembongkaran dari kapal ke pelabuhan tujuan. 35

Selanjutnya penerima barang setelah menerima EB/CCB dapat mengajukan tuntutan ganti rugi kepada perusahan pelayaran atau agennya di pelabuhan tujuan dengan melampirkan dokumen-dokumen tuntutan ganti rugi, yaitu :

.

Terlepas dari persoalan apakah kekurangan atau kerusakan terjadi di pelabuhan muat, di atas kapal, atau di gudang, setiap penerima barang berhak mendapat surat keterangan dari Perusahaan Pelayaran, jika pada waktu penerimaan atau penyerahan dari gudang Perusahaan Pelayaran ternyata terdapat kekurangan atau kerusakan.

Surat keterangan yang biasa dikeluarkan oleh Perusahaan Pelayaran biasanya adalah :

1. Bukti kekurangan (Non Delevery Certificate), yang dalam praktek disebut E.B. (Except Bewijs), yaitu bukti kekurangan jumlah koli yang tidak diserahkan.

2. Bukti pemeriksaan (Survey Report), yang dalam praktek disebut CCB (Claim Constatering Bewijs), yaitu untuk kehilangan isi pada sejumlah koli yang rusak.

36

b. Copy Bill of Lading, untuk memudahkan Perusahaan Pelayaran memeriksa apakah barangnya dimuat di atas dek atau tidak serta catatan-catatan lain, a. Except Bewijs (EB)/Claim Constatering Bewijs (CCB), sebagai bukti

barangnya memang hilang/rusak.

35

Ibid, hal. 66-67. 36

Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi (Freight karena Bill of Lading merupakan kontrak pengangkutan antara Perusahaan Pelayaran dengan eksportir/importer.

c. Faktur (invoice), yaitu untuk memeriksa apakah jumlah tuntutannya sesuai dengan harga faktur tersebut.

d. Packing list, yaitu untuk mengetahui lebih mendalam tentang perincian barang, ukuran, isi, harga dan lain-lain yang tidak tercantum di dalam faktur. e. Polis asuransi (insurance policy) sebagai pelengkap atas pembayaran suatu

klaim (jika barangnya diasuransikan).

Perusahaan pelayaran yang bergerak dalam bidang pengangkutan barang, selama menjalankan kegiatan usahanya juga tidak terlepas dari risiko kesusutan barang, kekurangan barang, kerusakan barang dan keterlambatan sampainya barang yang diangkutnya.

Dasar untuk menetapkan jumlah ganti rugi yang harus dibayar oleh perusahaan pelayaran kepada penuntut (claimant), biasanya didasarkan pada harga yang tercantum dalam Bill of Lading atau factor (C&F atau CIF).

Combined Transport Bill of Lading Maersk-Tabacalera Shipping –Agency (Filipinas) Inc, Pasal 5 berbunyi sebagai berikut :

“When the carrier is liable for compensation in respect of loss of or damage to the goods, such compensation shall be calculated by reference to the invoice value of the goods plus freight and insurance if paid”.

Penuntut dapat menuntut lebih dari jumlah yang tercantum dalam faktur, apabila perusahaan pelayaran diberitahu tentang barang berharga itu sebelum barang dikapalkan, dan harga barang tersebut harus tercantum dalam Bill of Lading. Tetapi jika sifat dan nilai barang dengan sengaja salah disebutkan oleh pengirim barang dalam Bill of Lading, maka perusahaan pelayaran tidak akan memberi ganti kerugian kepada penuntut (sesuai The Hague Rules 1924, pasal 5).

Jika pertama penerima barang mengajukan tuntutannya kepada perusahaan asuransi dan kemudian tuntutannya dibayar, maka sesuai hukum yang berlaku dalam dunia perdagangan, perusahaan asuransi berhak mengajukan tuntutan kepada pihak ketiga (perusahaan pelayaran). Hak itu disebut hak subrogasi dan perusahaan asuransi sendiri, setelah mendapatkan hak tersebut, disebut Subrogator.

Selain dokumen-dokumen yang telah disebutkan di atas yang pada dasarnya merupakan dokumen-dokumen yang sifatnya sebagai laporan, maka dokumen lain yang erat kaitannya untuk menentukan ganti kerugian, adalah :37

37

Ibid.

1. Affidavit

Ada kemungkinan suatu kerusakan timbul karena kesalahan atas kelalaian Stevedore, yang dalam hal ini biasanya disebut dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM). Dalam praktek Stevedore seringkali melakukan kesalahan atau kelalaian. Dalam hal ini pihak kapal harus mendapatkan pengakuan secepatnya secara tertulis dari pihak Stevedore mengenai kesalahan dan kelalaian ini. Laporan biasanya dibuat setelah diadakan survei bersama. Laporan pengakuan itu ditandatangani oleh pihak kapal (mualim atau Ship’s Officer) dan Stevedore. Dalam hal ini Stevedorelah yang bertanggung jawab atas kerusakan ini.

2. Log Entry

Log Entry dapat diartikan sebagai buku catatan segala kejadian yang dialami oleh kapal baik selama pelayaran maupun ketika berada di pelabuhan. Untuk pertanggungjawaban kehilangan yang diakibatkan oleh pencurian, maka oleh nakhoda kapal dicantumkan dalam Log Book segala kejadian, usaha untuk menghindari pencurian, serta spesifikasi kerusakan atau kehilangan. Log Book kemudian dibawa ke konsulat atau kedutaan yang bersangkutan untuk dilegalisasi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Lazimnya dalam penyelesaian tuntutan yang disebut Log Entry adalah salinan catatan Log Book yang dibubuhi materai dan turut ditandatangani oleh kedutaan atau konsulat.

Dewi Meivisa Harahap : Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi (Freight Biasanya Log Entry dimaksudkan untuk menyatakan suatu pencurian atau kerusakan yang tidak dapat dihindarkan dan pembuat menyatakan tidak dapat bertanggung jawab atas segala kehilangan yang diakibatkan oleh kejadian itu. Namun demikian, kekuatan Log Entry terhadap pertanggungjawaban itu bergantung pula kepada redaksi Log Book itu sendiri.

3. Note of Protest

Note of Protest yang juga disebut Sea Protest biasanya dibuat setelah sebuah kapal mengalami cuaca buruk dalam pelayaran. Nakhoda kapal yang khawatir akan kerusakan yang diakibatkan oleh cuaca buruk itu menghadap syahbandar pelabuhan pertama setelah mengalami cuasa buruk tadi. Selanjutnya diserahkan Log Book dan diberikan keterangan yang dialaminya serta menyatakan tidak dapat bertanggung jawab atas segala kerusakan yang diakibatkan cuaca buruk tadi.

Kemudian syahbandar membuat suatu Statement of Sea Protest yang ditandatangani oleh syahbandar, dimana dokumen ini dibuat setelah mendengar dan membenarkan keterangan nakhoda itu.

4. Letter of Indemnity

Dokumen ini dibuat oleh pengirim (shipper) untuk barang-barang yang rusak atau dalam keadaan kurang sempurna packingnya, yang sebelumnya diserahkan kepada perusahaan pelayaran, jika shipper menghendaki Clean Bill of Lading (konosemen bersih, tanpa celaan).

Dengan adanya Letter of Indemnity itu maka pengirim tetap bertanggung jawab atas segala kerusakan dan/atau kehilangan yang timbul di kemudian hari. 5. Prauwbrief Loslijst

Dalam hal kapal tidak dapat bersandar di dermaga karena penuh dengan kapal atau karena pelabuhan tidak mungkin disandari kapal, maka pembongkaran dilaksanakan melalui tongkang. Pembongkaran muatan melalui perahu dalam bahasa asing disebut prauw lossing. Semua muatan yang dibongkar ke dalam tongkang dicatat dalam daftar yang disebut dengan Prauwbrief Loslijst. Prauwbrief Loslijst ini harus dipegang oleh juragan perahu dan daftar ini merupakan dokumen pelindung dari kapal ke darat.

6. Survey Report (pihak ketiga)

Terlepas dari Survey Report biasa, maka perusahaan pelayaran dapat menunjuk surveyor (pihak ketiga) untuk melaksanakan pemeriksaan atas barang- barang yang diangkut dengan kapal perusahaan pelayaran tersebut.

Hasil pemeriksaan yang dituangkan dalam Survey Report atau Certificate of Inspection dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan tanggung jawab dalam penyelesaian tuntutan ganti rugi.

Jika pemuatan yang di gudang mengalami pencurian, pihak gudang hendaknya membuat laporan tentang hal ini. Laporan ini disebut Berita Acara tentang Pencurian. Agar Berita Acara ini mempunyai kekuatan hukum, hendaknya Berita Acara semacam itu diketahui oleh pihak kepolisian setempat.

8. Equipment Interchange Receipt (EIR)

EIR dalam praktik lazim disebut Containter Inspection Report (Laporan Pemeriksaan Kontainer). Disebut demikian karena laporan pemeriksaan ini menjelaskan kerusakan kontainer yang diperiksa. Dokumen ini penting untuk menetapkan tanggung jawab terhadap kontainer yang mengandung catatan celaan (defect).

Catatan celaan tersebut dapat berupa kontainer itu penyok (dented), berlubang (holed), berminyak (oiled) robek (ripped) dan sebagainya harus ditulis secara jelas berikut letak defect pada tiap kontainer. Selanjutnya EIR harus ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitu pihak yang menyerahkan dan pihak yang menerima kontainer.