• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT

F. Tanggung Jawab Pengangkutan Darat

Sistem angkutan darat, pihak pengangkut yaitu perusahaan angkutan dengan pengirim barang masing-masing mempunyai tanggung jawab. Sesuai dengan prinsip perjanjian dalam KUHPerdata, bahwa masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban secara timbal balik. Artinya kedua belah pihak pengangkut maupun pengirim barang masing-masing mempunyai kewajiban sendiri. Di mana kewajiban pihak pengangkutan adalah menyelenggarakan pengangkutan barang dari satu tempat tujuan ke tempat tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pihak pengirim ialah membayar uang angkutan sebagai kontra prestasi dari penyelenggaraan pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut.50 Oleh karena pemilik barang dalam sistem pengangkutan darat hanya dapat menuntut kepada perusahaan forwarding yang diberikan kuasa untuk melakukan pengangkutan barangnya, bukan berarti pengangkut barang hanya diberikan sub kontrak oleh perusahaan forwarding terlepas dari tanggungjawab bila ada kerusakan barang.

Abdulkadir Muhammad, dalam bukunya Hukum Pengangkutan Niaga membagi tanggung jawab para pihak dalam perjanjian pengangkutan ke dalam 4 (empat) bagian yaitu tanggung jawab para pihak dalam pengangkutan kereta api,

50 Sinta Uli, Op.Cit, hal 61-62

tanggung jawab para pihak dalam pengangkutan darat, tanggung jawab para pihak dalam pengangkutan perairan, dan tanggung jawab para pihak dalam pengangkutan udara.51

Tanggung jawab pada hakikatnya terdiri dari dua aspek, yaitu tanggung jawab yang bersifat kewajiban yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya (responsibility) dan tanggung jawab ganti rugi (liability). 52 Perusahaan pengangkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang, pengirim atau pihak ketiga karena kelalaiannya dalam melaksanakan pelayanan pengangkutan. Selama pelaksanaan pengangkutan, keselamatan penumpang atau barang yang diangkut pada dasarnya berada dalam tanggung jawab perusahaan pengangkutan umum. Oleh karena itu, sudah sepatutnya apabila kepada perusahaan pengangkutan umum dibebankan tanggung jawab terhadap setiap kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim, yang timbul karena pengangkutan yang dilakukannya Pasal 234 UU LAJ.

Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum dapat menurunkan penumpang dan/atau barang yang diangkut pada tempat pemberhentian terdekat jika Penumpang dan/atau barang yang diangkut dapat membahayakan keamanan dan keselamatan angkutan Pasal 190 UU LAJ. Perusahaan angkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggaraan angkutan. Selain itu Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita

51 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 37

52 Hasim Purba, Op.Cit, hal. 101-102

oleh Penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau karena kesalahan Penumpang Pasal 191 dan Pasal 192 ayat (1) UU LAJ.

Bila terjadi kerusakan barang dan adanya tuntutan dari pemilik/penerima barang kepada perusahaan forwarding, maka perusahaan forwarding dapat melakukan tuntutan kepada perusahaan angkutan yang menerima sub kontrakkan tersebut. Tanggung jawab dalam bentuk perikatan yang mewajibkan penanggung jawab untuk menggantikan kerugian kepada pihak ketiga. Bila terjadi kerugian yang disebabkan karena sebab-sebab yang menjadi tanggung jawab pengangkut yang disebut oleh undang-undang. Timbulnya konsep tanggung jawab karena pengangkut memenuhi kewajiban tidak sebagaimana mestinya, tidak baik, tidak jujur, atau tidak dipenuhi sama sekali. Tetapi dalam perjanjian pengangkutan ada beberapa hal yang bukan menjadi tanggung jawab pengangkut. Artinya apabila terjadi kerugian maka pengangkut bebas pembayaran dari ganti rugi.53

Prinsip tanggung jawab pengangkutan dalam hukum pengangkutan, antara lain:54

1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan;

Menurut prinsip ini, ditekankan bahwa selalu bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul pada pengangkutan yang diselenggarakannya, tetapi jika pengangkut dapat membuktikan bahwa dia tidak bersalah, maka dia

53Fauzie Yusuf Hasibuan, Aspek Perikatan dan Kesepakatan Tarif Pengguna Dan Penyedia Jasa Angkutan Barang Dengan Kendaraan Bermotor Di Jalan, Studi Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana, Medan ;1998, hal. 34

54 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 65

dibebaskan dari tanggung jawab membayar ganti rugi kerugian itu.

Beban pembuktian ini diberikan kepada pihak yang dirugikan dan bukan pada pengangkut. Hal ini diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata tentang perbuatan melawan hukum (illegal act) sebagai aturan umum dan aturan khususnya diatur dalam undang-undang tentang masing-masung pengangkutan.

2. Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga ;

Pada prinsip ini pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakan, tetapi jika pengangkut dapat membuktikan bahwa pengangkut tidak bersalah, maka pengangkut dibebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian. Tidak bersalah disini pengangkut adalah tidak melakukan kelalaian, telah mengambil tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian cukup menunjukkan adanya kerugian yang diderita dalam pengangkutan yang diselenggarakan oleh pengangkut.

3. Prinsip tanggung jawab mutlak

Pada prinsip ini pengangkut harus bertanggung jawab membayar ganti kerugian terhadap setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakan tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Pengangkut tidak dimungkinkan untuk membebaskan diri dari tanggung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu.

Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian tentang kesalahan. Untuk kesalahan tidak relevan, apabila prinsip-prinsip ini dihubungkan dengan undang-undang yang mengatur pengangkutan darat. Dalam Pasal 24 UU LAJ

ditentukan bahwa pengangkutan kendaraan bermotor umum bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh penumpang dan kerusakan barang yang berada dalam kendaraan tersebut, kecuali ia (pengangkut) dapat mebuktikan bahwa kerugian terjadi diluar kesalahan. Apabila dikaitkan dengan tanggung jawab pengangkut terhadap keselamatan barang bagasi milik penumpang dalam pengangkutan darat maka tidak ada satu pasal dalam KUHPerdata dan KUHD yang mengatur secara khusus. Tetapi dapat disimpulkan bahwa pengangkut mempunyai tanggung jawab terhadap keselamatan barang bagasi milik penumpang, sama halnya dengan tanggung jawab pengangkut terhadap keselamatan penumpang angkutan darat dan keselamatan barang yang dikirim melalui pengangkutan darat.

TANGGUNG JAWAB PIHAK PENGANGKUT DALAM