• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Singkat Tentang Ibadah Haji dan ‘Umrah

C. Sumber Dana Ibadah Haji dan ‘umrah

2. Tata Cara Pelaksanaan ‘Umrah

Jika seseorang akan melaksanakan „umrah, dianjurkan untuk mempersiapkan diri sebelum berihram dengan mandi sebagaimana seorang yang mandi junub, memakai wangi-wangian yang terbaik jika ada dan memakai pakaian ihram.

Pakaian ihram bagi laki-laki berupa dua lembar kain ihram yang berfungsi sebagai sarung dan penutup pundak. Adapun bagi wanita, ia memakai pakaian yang telah disyariatkan yang menutupi seluruh tubuhnya. Namun tidak dibenarkan memakai cadar/niqab (penutup wajahnya) dan tidak dibolehkan memakai sarung tangan.

58Ṭawaf Wadā‟ adalah amalan wajib terakhir dari ibadah haji.Jamaah haji wajib melakukannya tepat sebelum berangkat pulang ke negerinya masing-masing.

46

a. Berihram dari miqāt dengan mengucapkan:

ًةَرْمُع َكْيَّ بَل

“Aku memenuhi panggilan-Mu untuk menunaikan ibadah „umrah.”

Jika khawatir tidak dapat menyelesaikan „umrah karena sakit atau adanya penghalang lain, maka dibolehkan mengucapkan persyaratan setelah mengucapkan kalimat di atas dengan mengatakan,

ِنَِتْسَبَح ُثْيَح ﻲّْلَِم َّمُهَّللا

“Ya Allah, tempat tahallul di mana saja Engkau menahanku.”

Dengan mengucapkan persyaratan ini-baik dalam „umrah maupun ketika haji, jika seseorang terhalang untuk menyempurnakan manasiknya, maka dia diperbolehkan bertahallalul dan tidak wajib membayar dam (menyembelih seekor kambing).

Tidak ada alat khusus untuk berihram, namun jika bertepatan dengan waktu ṣalat wajib, maka ṣalatlah lalu berihram setelah ṣalat. Setelah mengucapkan

“talbiah ‘umrah” (pada poin ketiga), dilanjutkan dengan membaca dan memperbanyak talbiah berikut ini, sambil mengeraskan suara bagi laki-laki dan lirih bagi perempuan hingga tiba di Mekah

يِرَش َلا َكْلُمْلاَو كَل َةَمْعّْ نلاَو َدْمَْلحا َّنإ ، َكْيَّ بَل كَل َكيِرَش َلا َكْيَّ بَل ، َكْيَّ بَل َّمُهَّللا َكْيَّ بَل كَل َك

59

.

“Aku menjawab Mu ya Allah swt, aku menjawab panggilan-Mu, aku menjawab panggilan-panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-panggilan-Mu, aku menjawab panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, kenikmatan dan kekuasaan hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.”

59Imam Muhiddin al-Nawawi, Ṣahīh Muslim, Minhāj Syarh Ṣahīh Muslim bin Hajjāj, (Cet. Dār al Fikri 1407 H/1981), h. 89.

47

Jika memungkinkan, seseorang dianjurkan untuk mandi sebelum masuk kota Mekah.

Masuk Masjidil Haram dengan mendahulukan kaki kanan sambil membaca doa masuk masjid:

.َكِتَْحَْر َباَوْ بَأ ِل ْحَتْ فا َّمُهَّللا

“Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu.”

Menuju ke Hajar Aswad, lalu menghadapnya sambil membaca “Allahu akbar” atau “Bismillah Allahu akbar” lalu mengusapnya dengan tangan kanan dan menciumnya. Jika tidak memungkinkan untuk menciumnya, maka cukup dengan mengusapnya, lalu mencium tangan yang mengusap Hajar Aswad. Jika tidak memungkinkan untuk mengusapnya, maka cukup dengan memberi isyarat kepadanya dengan tangan, namun tidak mencium tangan yang memberi isyarat.

Ini dilakukan pada setiap putaran ṭawaf.

Kemudian, memulai ṭawaf„umrah 7 putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad pula. Dan disunahkan berlari-lari kecil pada 3 putaran pertama dan berjalan biasa pada 4 putaran terakhir.

Disunahkan pula mengusap Rukun Yamani pada setiap putaran ṭawaf.

Namun tidak dianjurkan mencium Rukun Yamani. Dan apabila tidak memungkinkan untuk mengusapnya, maka tidak perlu memberi isyarat dengan tangan.

Ketika berada di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, disunahkan membaca firman Allah swt Q.S. al-Baqarah/2: 201

48

آ ﺎَنَّ بَر َسَح ِةَرِخَْلْا ِفَو ًةَنَسَح ﺎَيْ نُّدلا ِف ﺎَنِت ِرﺎَّنلا َباَذَع ﺎَنِقَو ًةَن

“Ya Rabb kami, karuniakanlah pada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.”60

Tidak ada żikir atau bacaan tertentu pada waktu ṭawaf. Dan seseorang yang ṭawaf boleh membaca Al-Qur‟ān atau doa dan żikir yang di suka.

Setelah ṭawaf, menutup kedua pundaknya, lalu menuju ke Makam Ibrahim sambil membaca firman Alah swt Q.S. al-Baqarah/2: 125

َّم ْنِم اوُذَِّتخاَو ﻰِّلَصُم َميِىاَرْ بِإ ِمﺎَق

“Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat.”61

Ṣalat sunah ṭawaf dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim, pada rakaat pertama setelah membaca surat al-Fātihah, membaca surat Al-Kāfirūn dan pada rakaat kedua setelah membaca al-Fātihah, membaca surat al-Ikhlāṣ.

Setelah shalat disunahkan minum air zamzam dan menyirami kepada dengannya. Kembali ke Hajar Aswad, bertakbir, lalu mengusap dan menciumnya jika hal itu memungkinkan atau mengusapnya atau memberi isyarat kepadanya.

Kemudian, menuju ke Bukit Ṣafā untuk melaksanakan sa‟i „umrah dan jika telah mendekati Shafa, membaca, firman Allah swt Q.S. al-Baqarah/2: 158

ِوَّللا ِرِئﺎَعَش ْنِم َةَوْرَمْلاَو ﺎَفَّصلا َّنِإ

Terjemahnya:

Sesungguhnya Ṣafā dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah swt.62 Lalu mengucapkan,

ُوَّللا َأَدَب ﺎَِبِ ُأَدْبَ ن ِوِب

60Kementerian Agama R.I., Mushaf Al-Qurān dan Terjemah, h. 31.

61Kementerian Agama R.I., Mushaf Al-Qurān dan Terjemah, h. 19.

62Kementerian Agama R.I., Mushaf Al-Qurān dan Terjemah, h. 24.

49

“Nabda-u bimaa bada-allah bihi.”

Menaiki bukit Ṣafā, lalu menghadap ke arah Ka‟bah hingga melihatnya jika hal itu memungkinkan, kemudian membaca:

ُرَ بْكَأ ُللها ُرَ بْكَأ ُللها ُرَ بْكَأ ُللها

( 3 ) x

ُوَل َكيِرَش َلا ُهَدْحَو ُوَّللا َّلاِإ َوَلِإ َلا ٌريِدَق ٍءْﻰَش ّْلُك ﻰَلَع َوُىَو ُتيُِيمَو ِيُِْيُ ُدْمَْلحا ُوَلَو ُكْلُمْلا ُوَل

ُهَدْحَو َباَزْحَلأا َمَزَىَو ُهَدْبَع َرَصَنَو ُهَدْعَو َزَْنَْأ ُهَدْحَو ُوَّللا َّلاِإ َوَلِإ َلا

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar (3x) Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian untuk-Nya. Dia yang menghidupkan dan yang mematikan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Bacaan ini diulang tiga kali dan berdoa di antara pengulangan-pengulangan itu dengan doa apa saja yang dikehendaki. Lalu turun dari ṣafā dan berjalan menuju ke Marwah. Disunahkan berlari-lari kecil dengan cepat dan sungguh-sungguh di antara dua tanda lampu hijau yang beada di Mas‟a (tempat sa‟i) bagi laki-laki, lalu berjalan biasa menuju Marwah dan menaikinya.

Setibanya di Marwah, kerjakanlah apa-apa yang dikerjakan di Ṣafā, yaitu menghadap kiblat, bertakbir, membaca żikir di atas dan berdoa dengan doa apa saja yang dikehendaki, perjalanan (dari Ṣafā ke Marwah) dihitung satu putaran.

Kemudian turun, lalu menuju ke Ṣafā dengan berjalan ditempat yang ditentukan untuk berjalan dan berlari bagi laki-laki di tempat yang ditentukan untuk berlari, lalu naik ke Ṣafā dan lakukan seperti semula, dengan demikian terhitung dua putaran. Lakukanlah hal ini sampai tujuh kali dengan berakhir di Marwah. Ketika sa‟i, tidak ada żikir-żikir tertentu, maka boleh berżikir, berdoa, atau membaca bacaan-bacaan yang dikehendaki.

50

Jika membaca doa ini:

ْغا َّمُهَّللا ُمَرْكَلأا ُّزَعَلأا َتْنَأَو ْمَحْراَو ْرِف

“Ya Rabbku, ampuni dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa dan Maha Pemurah.”

Tidaklah mengapa karena telah diriwayatkan dari „Abdullah bin Mas‟ud dan „Abdullah bin „Umar radhiyallahu „anhuma bahwasanya mereka membacanya ketika sa‟i.

Setelah sa‟i, maka bertahallul dengan memendekkan seluruh rambut kepala atau mencukur gundul, dan yang mencukur gundul itulah yang lebih afḍal (baik). Adapun bagi wanita, cukup dengan memotong rambutnya sepanjang satu ruas jari.

Setelah memotong atau mencukur rambut, maka berakhirlah ibadah

„umrah dan telah dibolehkan untuk mengerjakan hal-hal yang tadinya dilarang ketika dalam keadaan ihram.63

63Abu Abdillah, “Petunjuk Praktis Manasik Haji dan „Umrah, Dār al-Falak (https://rumayṣa.com/2654-tata-cara-pelaksanaan-‟Umrah333.html)

51

BAB IV