• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM MELAKSANAKAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DANA YANG HARAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUKUM MELAKSANAKAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DANA YANG HARAM"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUKUM MELAKSANAKAN IBADAH HAJI DAN ‘UMRAH DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DANA YANG HARAM

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum Pada Jurusan Syariah Program Studi Perbandingan Mazhab

Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab ( STIBA ) Makassar

OLEH :

NURFITRIANI

NIM/NIMKO : 131012202/8581413202

JURUSAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI ILMU ISLAM DAN BAHASA ARAB (STIBA) MAKASSAR

1440H. / 2018M.

i

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 12 November 2017 M Penyusun,

Nurfitriani

NIM/NIMKO:131012202/8581413202

ii

(3)

iii

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah swt, Rab semesta alam.Yang telah memberikan hidayah dan limpahan rahmat-Nya serta nikmat kesehatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga masih bisa merasakan nikmat iman, Islam dan hidayah. Shalawat serta salam penulis kirimkan atas junjungan kita yang mulia, Nabi Muhammad saw yang menjadi panutan umat manusia, yang mengajarkan pedoman hidup berupa Al-Qur‟ān dan al-Sunnah untuk keselamatan hidup umat manusia. Serta tak lupa pula kami kirimkan kepada keluarga beliau, istri-istri beliau, para sahabat, tabiut tabi‟in serta orang-orang yang senantiasa istiqamah di atas agama ini hingga hari kiamat.

Alhamdulillah skripsi yang berjudul “Hukum Melaksanakan Ibadah Haji dan „Umrah dengan Menggunakan Sumber Dana yang Haram” dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan harapan penulis. Skripsi ini ditulis dan disusun sebagai tugas akhir penulis guna memenuhi syarat untuk menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar sebagai Sarjana Hukum pada Jurusan Syariah Perbandingan Mazhab Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini begitu banyak kendala yang dihadapi. Namun kendala tersebut menjadi terasa ringan berkat doa, bimbingan, dukungan, bantuan dan masukan dari beberapa pihak.

Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak yang dimaksud:

1. Ustadz H. Muhammad Yusram Anshar Lc., M.A., Ph.D. selaku Rektor/Mudir Kampus STIBA Makassar.

iv

(5)

v

2. Ustadzah Armida Abdurrahman Lc. selaku kepala bagian keputrian Kampus STIBA Makassar.

3. Ustadz Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M.pd. selaku dosen pembimbing I penulis yang telah memberikan banyak arahan dan membimbing penulis sehingga tulisan penulis menjadi lebih layak dan berarti.

4. Ustadz H. Kasman Bakry, S.H.I., M.H.I. selaku dosen dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan nasehat dalam penyusun skripsi ini.

5. Ustadz H. Akrama Hatta, Lc., M.A. selaku dosen penulis yang telah memberikan banyak arahan dan membimbing kepada penulis, selama penulis menuntut ilmu sehingga penulis menjadi lebih baik.

6. Ustadz Diyaul haq Lc. selaku dosen yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan ilmu dan bimbingan, pengarahan dan nasehat.

7. Ustadz dan Ustadzah selaku pimpinan perpustakaan dan seluruh stafnya yang telah memberikan ijin dan layanan kepustakaan dengan baik sehingga terwujud penyususnan skripsi dengan baik.

8. Ayahanda tercinta Mukhtar Ismaildan Ibunda tercinta Mukminah Taher yang selalu mendo‟akan penulis, membimbing, memotivasi dan memberi bantuan yang sangat besar dan tidak akan ternilai harganya.

9. Rasa terima kasih juga yang tak terhingga penulis sampaikan kepada saudara-saudari tercinta Bunyamin Mukhtar, Sri Rahayu Mukhtar, Abdul Haris Mukhtar, yang selalu mendo‟akan, memberi dukungan dan juga

v

(6)

vi

bantuan secara langsung maupun tidk langsung, terkhusus untuk kakakku Bunyamin yang telah banyak memberikan kontribusi berupa materi dan juga kepercayaan selama penulis menempuh pendididkan di STIBA.

10. Kepada keponakan tersayang Awalia putri Bunyamin dan Aditia putra Bunyamin, yang penulis banggakan dan sayangi, Istri Bunyamin Fatmawati yang juga telah memberikan kepercayaan dan bantuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di STIBA.

11. Kepada keluarga besar H. Ismail sukur dan keluarga besar Ompu biba, yang telah banyak memberikan apresiasi terhadap penulis baik dalam bentuk doa maupun semangat, Khadijah H. Ismail, Hj. Halimah H. Ismail, Abdullah H. Ismail, Mansur H. Ismail, Aminah H. Ismail, Zainab H.

Ismail, Asiah H. Ismail, Habibah taher, Aisyah taher, Ahmad Taher, Mansyur Taher, Syarafiah Taher.

12. Kepada teman sekelas penulis Ukhti Hidaya Udu, Daniati, Hastuti, Hasmayanti, Mar‟ah Shalehah, Alfia warits, Mayangsari, Nur rizkydianti, Siti Zulkiah, Rabi‟ah Adawiah, siti Nur jihad, Andi aprianti, Sri Humairah, yang selama enam tahun berjuang bersama dalam menuntut ilmu. Semoga Allah swt mempertemukan kita kembali dalam keadaan yang lebih baik dan mengumpulkan kita dalam Surga Firdaus.

13. Ustadz Muh. Taufan Djafry, Lc., M.H.I. selaku Penasehat Akademik yang selama ini telah memberikan pengarahan selama penulis menempuh kuliah.

vi

(7)

vii

14. Ustadz H.Muhammad Zaitun Rasmin Lc, M.A. selaku pimpinan Wahdah Islamiyah yang senantiasa memberikan nasehat-nasehat dan penguat dalam menuju medan dakwah dan perjuangan.

15. Kepada semua sepupu-sepupuku yang senantiasa menjaga indahnya persaudaraan dan manisnya Iman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan kepada adik fitrianingsih sabilil haq, Muhammad Jihad, Abdul Aziz, kak Zaitun, Ustadz Nurdin.

16. Terkhusus Ukhti Harfila yang selama ini begitu banyak memberikan apresiasi, motifasi, dan bantuan bagipenulis.

17. Para saudari-saudari seperjuangan yang tak henti-hentinya berjuang hingga akhir dalam naungan ilmu syar‟ih kakak senior dan adik junior di Jurusan Perbandingan Mazhab Stiba Makassar. Terkhusus junior binaan penulis, Muqnitah Dzulkifli, Zainab Ramli, Wahyuni, Siti Muslihah, Mufti Rafiqah, Fauzi Alwia dan Fauziah bintu Usdi yang sementara menuntut ilmu dan melanjutkan Estafet Dakwah dan Perjuangan.

Makassar, 12 November 2017 M

Nurfitriani

NIM/NIMKO:131012202/8581413202

vii

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... x

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Defenisi Operasional ... 5

D. Kajian Pustaka ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

G. Garis Besar Isi ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Gambaran Singkat Tentang Ibadah Haji dan „„Umrah ... 14

1. Pengertian Haji dan „„Umrah ... 14

2. Macam-macam Haji dan „„Umrah ... 15

3. Syarat, Rukun dan Wajib Haji dan „„Umrah ... 18

B. Hukum Haji dan „„Umrah ... 25

1. Pengertian Hukum ... 25

2. Hukum Melaksanakan Ibadah Haji dan „„Umrah ... 26

3. Dasar Hukum Ibadah Haji dan „„Umrah ... 30

C. Sumber Dana Ibadah Hji dan „„Umrah ... 30

BAB III GAMBARAN UMUM IBADAH HAJI DAN „„UMRAH .... 32

A. Sejarah Singkat Ibadah Haji dan „„Umrah ... 33

B. Tata Cara Pelaksanaan Ibadah Haji dan „„Umrah ... 39

1. Tata Cara Pelaksanaan Ibadah Haji ... 39

2. Tata Cara Pelaksanaan Ibadah „Umrah ... 45

viii

(9)

ix

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 51

A. Pandangan Islam Terhadap Pelaksanaan Ibadah Haji dan „„Umrah dengan Menggunakan Sumber Dana yang Haram 51 B. Dampak Harta Haram Terhadap Pribadi dan Umat... 55

1. Pembagian Harta Haram ... 56

2. Dampak Buruk Harta Haram ... 57

BAB V PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Implikasi ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 67

ix

(10)

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah pengalihhurufan dari abjad lainnya. Yang dimaksud dengan transliterasi Arab-Latin dalam pedoman ini adalah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf latin serta segala perangkatnya.

Ada beberapa sistem transliterasi Arab-Latin yang selama ini digunakan dalam lingkungan akademik, baik di Indonesia maupun ditingkat global. Namun, dengan sejumlah pertimbangan praktis dari akademik, tim penyusun pedoman ini mengadopsi “Pedoman Transliterasi Arab-Latin” yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I., masing-masing Nomor: 158 Tahun 1987 dan nomor: 0543b/U/1987.

A. Konsonan

Huruf-huruf bahasa Arab yang ditransliterasikan kedalam huruf latin sebagai berikut:

ا : a د : d ض : ḍ ك : k

ب : b ذ : ż ط : ṭ ل : l

ث : t ر : r ظ : ẓ م : m

ث : ṡ ز : z ع : „ ى : n

ج : j س: s غ : g و : w

ح : ḥ ش : sy ف : f ﻫ : h

خ : kh ص : ṣ ق : q ي : y

x

(11)

xi

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap Contoh :

ةَمّْدَقُم

= muqaddimah

ُةَرَّوَ نُلما ُةَنْ يِدلما

= al-madinah al-munawwarah

C. Vokal

1. Vokal Tunggal

Fathah ﹷ ditulis a contoh َأَرَق Kasrah ﹻ ditulis i contoh َنِحَر Dammah ﹹ ditulis u contoh ٌةُتُك 2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap ْﻲﹷ(fathah dan ya) ditulis “ai”

Contoh : ٌةَنْيَز = zainab َفْيَك = kaifa Vokal rangkap ْوﹷ (fathah dan waw) ditulis “au”

Contoh : َل ْوَح = ḥaula َل ْوَق = qaula D. Vokal Panjang

ﺎﹷ(fatḥah) ditulis ā contoh : اَهاَق = qāmā ﻰﹻ(kasrah) ditulis ī contoh : نْيِحَر = rahīm

و

ﹹ (dammah) ditulis ū contoh : م ْوُلُع= „ulūm E. Ta Marbūṭah

Ta Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun ditulis /h/

Contoh :

ةَمَّرَكلما ُةَّكَم

= Makkah al-Mukarramah

ةَيِم َلَْسِلإا ةَعْ يِرَّشلا

= al-Syarī‟ah al-Islamiyah Ta Marbūṭah yang hidup, transliterasinya /t/

xi

(12)

xii

ةَّيِمَلَْسِلإا ُةَمْوُكُلحا

= al-ḥukūmatul-islāmiyyah

ةَرِتاَوَ تُلما ُةَّنُسلا

= al-sunnatul-mutawātirah

F. Hamzaḥ

Huruf Hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan vocal tanpa di dahului oleh tanda apostrof („)

Contoh :

نﺎيمإ

= īmān, bukan „īmān

ةَّمُلأا ُدﺎَّْتِِّإ

= ittihād al-ummah, bukan „ittihād al-„ummah

G. Lafẓu’ Jalālah

Lafẓu‟ Jalālah (kataالله ) yang berbetuk fase nomina ditransliterasi tanpa hamzah.

Contoh : الله دبع ditulis: „Abdullāh, bukan Abd Allāh الله راجditulis: Jārullāh

H. Kata Sandang “al-“

a.

Kata sandang “al-“ tetap ditulis “-al” baik pada kata yang dimulai dengan huruf qamariah maupun syamsiah

Contoh :

ةَسَّدَقُلما نِكﺎَملأا

= al-amākin al-muqaddasah =

تَيِع ْرَّشلا تساَيِّسلا al-siyāsah al-syar‟iyyah

b.

Huruf “a” pada kata sandang „al-“ tetap ditulis dengan huruf kecil, meskipun merupakan nama diri.

Contoh :

ْيِدْرَوﺎلما

= al-Māwardī

ُرَىْزَلأا

= al-Azhar

ةَرْوُصْنَلما

= al-Manṣūrah xii

(13)

xiii

c.

Kata sandang “al” di awal kalimat dan pada kata “Al-Qur‟ān ditulis dengan huruf kafital.

Contoh: Al-Afgānīadalah seorang tokoh pembaharu Saya membaca Al-Qur‟ān al-Karīm

Singkatan :

swt = Subḥānahū wa ta‟ālā

saw = Ṣallallāhu „alaihi wa sallam ra. = Radiyallāhu „anhu

Q.S. …/ …:4 = Qur‟an, Surah ….. ayat 4

UU = Undang-Undang

M. = Masehi

H. = Hijriah

SM. = Sebelum Masehi t.p. = Tanpa penerbit

t.t.p = Tanpa tempat penerbit t. Cet = Tanpa cetakan

Cet. = Cetakan

t.th. = Tanpa tahun

h. = Halaman

xiii

(14)

xiv

ABSTRAK Nama : Nurfitriani

Nim/Nimko : 131012202/8581413202

Judul Skripsi : Hukum Melaksanakan Ibadah Haji dan „Umrah Dengan Menggunakan Sumber Dana yang Haram

Haji dan „Umrah merupakan ibadah yang disyariatkan Allah swt. Islam merupakan agama yang sempurna yang mencakup segala aspek kehidupan.Dalam hal yang global maupun hal-hal yang sederhana. Islam pun mengajarkan kita bagaimana melaksanakan ibadah sesuai dengan syariat dan tuntunan Nabi Muhammad saw. Hampir setiap tahun jumlah jamaah yang melaksanakan ibadah haji dan „Umrah meningkat drastis terlebih di bulan-bulan haji di antara sekian jumlah jamaah tidak menutup kemungkinan ada sebagian besar ataupun sebagian kecil jamaah yang berangkat haji dan „Umrah dengan menggunakan harta yang haram.

Ketika kita mengerjakan sebuah ibadah hendaknya kita meniatkan hanya untuk Allah swt. Selain itu kita juga harus memperhatikan proses pelaksanaannya dan pengerjaannya, jika niat sudah benar tapi pengaplikasiannya tidak benar, maka hal tersebut dapat mengurangi esensi (nilai) pahala ibadah yang dikerjakan.Sebagian jamaah haji dan „Umrah kurang memperhatikan kualitas (sumber) dana yang mereka gunakan, oleh karna itu penulis tertarik mengangkat pembahasan ini. Bertujuan memberikan informasi dan pemahaman akan dampak negatif penggunaan harta haram dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan metode penelitian pustaka (library research) yaitu penelitian dengan objek kajian data dengan teks-teks pustaka, dan setelah itu digunakan metode Yuridis Normatif, menelusuri suatu sumber hukum yaitu dengan melacak atau mencari pembenarannya melalui dalil-dalil dari Al-Qur‟ān dan al-Hadis Nabi saw. serta pendapat para ulama. langkah terakhiryaitu penguraikan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber yang kemudian di analisa untuk memperoleh kesimpulan.

Yang menggunakan metode deskriptif-komparatif. Yang keseluruhan metode tersebut dapat di jadikan acuan untuk mengambil sebuah kesimpulan bahwa hukum melaksanakan ibadah haji dan „umrah dengan menggunakan sumber dana yan haram sah dan gugurlah kewajiban haji dan „umrah orang tersebut, akan tetapi tidak mendapatkan pahala dari haji dan „umrahnya tersebut dan tidak mendapat haji atau „umrah yang mabrur.

xiv

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalahsatu-satunya agama yang diriḍai Allah swt di atas muka bumi ini. Dan Nabi Muhammad saw merupakan manusia terbaik, Serta pengikutnya merupakan umat terbaik. Sebagai seorang muslim seyogyanya (selayaknya) kita merasa bangga dan bersyukur atas segala keutamaan tersebut sebagai bentuk terima kasih kita kepada Allah swt. Di antaranya yaitu dengan mengerjakan segalah perintah-Nya danmenjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana terdapat dalam firman Allah swt Q.S. ali-Imrān/3: 110

ِهَّللاِب َنوُنِمْؤُ تَو ِرَكْنُمْلا ِنَع َنْوَهْ نَ تَو ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَت ِساَّنلِل ْتَجِرْخُأ ٍةَّمُأ َرْ يَخ ْمُتْنُك َنَمَآ ْوَلَو

ْلا ُلْهَأ َنوُقِساَفْلا ُمُهُرَ ثْكَأَو َنوُنِمْؤُمْلا ُمُهْ نِم ْمُهَل اًرْ يَخ َناَكَل ِباَتِك

Terjemahnya:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah swt. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.1

Salah satu ibadah yang diperintahkan kepada umat manusia adalah beribadah ke Baitul Haram untuk melaksanakan kewajiban yang terakhir dari kelima rukun Islam yaitu ibadah haji. Haji dan „umrah yang merupakan salah satu ibadahyang diwajibkan atas setiap muslim yang baligh, berakal, merdeka mampu2dari segi fisik, harta. Haji termasuk ke dalam salah satu rukun Islam, dan

1Kementerian Agama R.I., Mushaf Al-Qurāndan Terjemah (t.Cet. Jakarta Timur: CV.

Pustaka al-Kauṡar, 2002), h. 64.

2Abdurochman, Segala Hal Tentang Haji dan „Umrah (t.Cet.Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2010), h. 9.

1

(16)

2

atas nikmat Allah swt, ibadah haji hanya diwajibkan sekali seumur hidup.3Ini berarti jika seseorang telah melaksanakan yang pertama, maka gugurlah kewajibannya.4 Untuk yang kedua, ketiga dan seterusnya hanyalah sunnah,5di antaradalil diwajibkannya ibadah hajiadalah sebagaimana terdapat dalam firman Allah swt Q.S. Ali-Imrān/3: 97

َميِىاَرْ بِإ ُمﺎَقَم ٌتﺎَنّْ يَ ب ٌتﺎَيآ ِويِف ﺎًنِمآ َنﺎَك ُوَلَخَد ْنَمَو ۖ

َعﺎَطَتْسا ِنَم ِتْيَ بْلا ُّجِح ِسﺎَّنلا ﻰَلَع ِوَّلِلَو ۖ

ًلَيِبَس ِوْيَلِإ َيِمَلﺎَعْلا ِنَع ِّّنَِغ َوَّللا َّنِإَف َرَفَك ْنَمَو ۖ

Terjemahnya:

Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;

barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;

mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah swt, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.

Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.6

Kewajiban ibadah haji juga terdapat dalam sebuah hadis

ِللها َلْوُسَر ُتْعَِسَ :َلﺎَق ﺎَمُهْ نَع ُللها َﻲِضَر ِبﺎَّطَْلْا ِنْب َرَمُع ِنْب ِللهاِدْبَع ِنَْحَّْرلا ِدْبَع ِْبَِأ ْنَع ُللها ﻰَّلَص

َُم َّنَأَو ،ُللها َّلاِإ َوَلِإ َلا ْنَأ ُةَدﺎَهَش :ٍسَْخَ ﻰَلَع ُمَلَْسِلإْا َِنُِب :ُلْوُقَ ي َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُمﺎَقِإَو ،ِللها ُلْوُسَر ًادَّم

ملسمو يرﺎخبلا هاور(.َنﺎَضَمَر ُمْوَصَو ، ِتْيَ بْلا ُّجَحَو ،ِةﺎَكَّزلا ُءﺎَتْ يِإَو ،ِةَلََّصلا .)

Artinya:

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Khaṭṭāb ra., Dia berkata, Saya mendengar Rasulullah sawbersabda, „Islam didirikan di atas lima pilar, yaitu bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah dengan benar) selain Allah swt dan Muhammad saw adalah utusan Allah, mendirikan ṣalat, menunaikan zakat, pergi haji ke Baitullah dan puasa pada bulan Ramaḍan. (HR. Bukhari dan Muslim).7

3Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Bāz, Haji, „Umrah dan Ziarah Berdasarkan Tuntunan Al- Qurān dan al-Sunnah (t.Cet Jakarta: VC. Firdaus, 1993), h. 5.

4Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk dalam Islam (t.Cet.

Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 227.

5Imam Jazuli, Buku Pintar Haji dan „Umrah (t.Cet. Yogyakarta: al-Ruzz Media, 2014), h. 55.

6Kementerian Agama R.I., Mushaf Al-Qurān dan Terjemah, h. 62.

7Imam al-Hāfiẓ Abu Zakaria Yahya Bin Syaraf al-Nawawi, Riyāḍ al-Ṣālihīn, Menggapai Surga dengan Rahmat Allah swt. (t.Cet. Jakarta: Akbar Media, 2010), h. 429.

(17)

3

Haji adalah amalan yang mulia dan afḍal, Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Nabi saw ditanya, Amalan apa yang paling afḍal? Beliau saw menjawab, Beriman kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Ada yang bertanya lagi, kemudian apa lagi? Beliau saw menjawab, Jihad di jalan Allah swt. Ada yang bertanya kembali, kemudian apa lagi? Haji mabrur, jawab Nabi saw. (HR. Bukhari no. 1519).

Dan haji pun termasuk jihad.Dari „Aisyah ummul Mukminīn ra. Ia berkata, wahai Rasulullah saw, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afḍal. Apakah berarti kami harus berjihad? Tidak. Jihad yang paling utama adalah haji mabrur, jawab Nabi saw. (HR. Bukhari no. 1520).

Adapun „umrah para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan hukumnya, ada yang mengatakan bahwa „umrah itu wajib dan yang lainnya mengatakan „umrah itu sunah muakkadahah, namun pendapat yang rajih (benar)

„umrah hukumnya wajib sebagaimana haji. Sebagai seorang hamba sepatutnya kita bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah haji dan „umrah ini dengan mengharap keriḍaan Allah swt semata bukan karena riya‟ (mengharap pujian dari manusia) dan bukan pulauntuk menyandang title “haji”. Sebab ibadahhaji dan

„umrah termasuk dalam ruang lingkup hukum syariat yaitu ibadah amaliyah lahiriyah antara manusia dengan Allah swt yang tidak boleh ada campur tangan orang lain dan unsur-unsur lain yang dapat mengurangi nilai dari ibadah tersebut.

Sebagaimana terdapat dalam firman Allah swt Q.S.al-Baqarah/2: 196

ِوَّلِل َةَرْمُعْلاَو َّجَْلحا اوُِّتَِأَو ۖ

Terjemahnya:

Dan sempurnakanlah ibadah haji dan „umrah karena Allah swt.8

Haji merupakan dambaan setiap manusia untuk melaksanakan kewajibannya. Karena ibadah haji ini merupakan ibadah yang mulia, maka tidak

8Kementerian Agama R.I., Mushaf Al-Qurān dan Terjemah, h. 30.

(18)

4

sepantasnya seorang muslim melaksanakannya dengan menggunakan sesuatu yang haram misalnya dalam masalah harta (dana) yang digunakan untuk melaksanakan ibadah haji yang mana sumber harta (dana) yang digunakan tersebut berasal dari hasil yang haram. Adapun yang dimaksud dengan harta (dana) haram, yaitu setiap harta yang didapatkan dari jalan yang dilarang syariat,9 seperti riba, korupsi dan sumber dana haram lainnya.

Harta yang diperoleh dengan cara yang haram, dapat menyebabkan sifat dari harta yang didapatkan menjadi haram pula. Para ulama fikih sepakat membuat kaidah: “Apa saja yang membawa kepada perbuatan haram, maka itu adalah haram”. Kaidah ini sejalan dengan apa yang diakui Islam, yakni dosa perbuatan haram tidak terbatas pada pelakunya secara langsung, tetapi meliputi daerah yang sangat luas, termasuk orang yang bersekutu melalui harta ataupun sikap.10 Manusia di abad modern ini, dituntut untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya agar bisa hidup layak dan tenang menghadapi masa depan diri dan anak cucunya. Pada saat itu orang-orang tidak peduli lagi darimana harta iadapatkan.11 Harta dalam pandangan Islam adalah sebagai jalan, bukan satu- satunya tujuan, dan bukan sebagai sebab yang dapat menjelaskan semua kejadian- kejadian,12 dengan kata lain materi atau harta menjadi jalan untuk merealisasikan sebagian kebutuhan dan manfaat bagi manusia. Dari permasalahan di atas, maka

9Dr. Erwandi Tarmizi MA, Harta Haram Muamalat Kontemporer (Cet; I, P.T. Berkat Mulia Insani, 2012), h. 25.

10Syaikh Muhammad Yusuf al-Qarḍawi, Halal dan Haram dalam Islam (t.p.: Bina Ilmu, 1993), h. 35.

11Dr. Erwandi Tarmizi MA, Harta Haram Muamalat Kontemporer (Cet. I; P.T. Berkat Mulia Insani, 2012), h. 25.

12Muhammad Mahmud Bably, Kedudukan Harta Menurut Pandangan Islam (Semarang:

Kalam Mulia, 1989), h. 5.

(19)

5

penulis tertarik untuk membahas hal tersebut sebagai objek penelitian terutama tentang hukum melaksanaan ibadah haji dan „umrah dengan menggunakan sumber dana yang haram.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis bermaksud mengangkat permasalahan pokokyang dapat dirumuskan dalam beberapa subtansi masalah yang akan dijadikan acuan dalam kajian ilmiah. Adapun pokok masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pandangan Islam Terhadap Pelaksanaan Ibadah Haji dan

„umrah dengan Menggunakan Sumber Dana yang Haram?

2. Apa Dampak Harta Haram Terhadap Pribadi dan Umat?

C. Defenisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan terhadap judul yang ada pada penelitian ini, penulis perlu mendefenisikan beberapa istilah secara operasional.

Berdasarkan judul Hukum Melaksanakan Ibadah Haji dan „umrah dengan Menggunakan Sumber Dana yang Haram, maka ada tuju istilah kunci yang perlu dijelaskan, istilah-istilah tersebut terdiri dari: Hukum, Ibadah, Haji dan „umrah, Sumber, Dana, dan Haram.

1. Hukum: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebuah peraturan atau adat yang mengikat dan dikukuhkan secara resmi oleh pemerintah maupun penguasa dan bersifatmengikat.13

13Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa , Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta:

Pusat Bahasa, 2008), h. 559.

(20)

6

Hukum berasal dari bahasa Arab yang bentuk mufrad (tunggal). Kata jamaknya diambil alih dari bahasa Indonesia menjadi “hukum”. Hukum juga dinamakan recht yang berasal dari kata rechtum, diambil dari bahasa Latin yang berarti pimpinan atau tuntunan atau pemerintahan.

2. Ibadah: secara bahasa adalah tunduk atau merendahkan diri. Sedangkan Secara istilah atau syara‟, ibadah merupakan suatu ketaatan yang dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan perintah-Nya, merendahkan diri kepada Allah swt dengan kecintaan yang sangat tinggi dan mencakup segala apa yang diriḍai-Nya baik yang berupa ucapan atau perkataan maupun perbuatanyang ẓahir ataupun baṭin.14

3. Haji dan ‘umrah

Haji adalah ibadah wajib yang dikerjakan minimal satu kali dalam hidup dengan pergi ke mekah dan madinah disertai rukun dan syarat yang telah ditetapkan.15 Seperti ṭawaf, sa‟i dan wukuf di padang „arafah serta melaksanakan semua ketentuan-ketentuan haji.

„Umrah adalah kunjungan ketanah suci sebagai rangkaian dari ibadah haji, tetapi tanpa wukuf di padang „arafah, yang pelaksanaanya dapat bersamaan dengan haji atau di luar ibadah haji.16.

4. Sumber: tempat keluar atau asal (dalam berbagai arti).17 5. Dana: Uang yang disediakan untuk suatu keperluan; biaya.18

14Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd dkk, al-Ṭarīq Ilal Islām (t.Cet. Dār al-Waṭan;

1421 H/1999 M).

15Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, h. 565.

16Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, h. 1780.

17Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, h. 1551.

18Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, h. 311.

(21)

7

6. Haram: Secara bahasa artinya yang dilarang atau terlarang ( ُعْنَولا(.19 Secara istilah adalah perkara-perkara yang dilarang oleh syariat (agama).

D. Kajian Pustaka

Referensi yang mendukung penelitian ini adalah:

1. Ibadah haji dan „umrah merupakan syariat Allah swt yang begitu mulia.

Pembahasan tentang hal ini dapat dilihat pada beberapa literatur dan karya tulis baik berupa artikel maupun buku, baik yang berbahasa Arab maupun berbahasa Indonesia. Salah satu buku yang membahas tentang hal ini adalah ṣihatuka fil hajj.

Buku ini ditulis oleh Syaikh Ṭalal al-Aqil dan Dr. dr. Khalid al-Jabir, buku ini mencakup segala rangkaian tata cara dan panduan haji dan „umrah, fikih haji wanita, dan aspek-aspek lain termasuk di dalamnya yang berkaitan dengan hadis tata cara haji Rasulullah saw.

2. Di antara literatur yang membahas tentang hal ini adalah buku Asrārul Hajji Wa al-„Umrah, buku ini ditulis oleh Dr. Ṭariq al-Suwaidan, buku ini membahas tentang sejarah-sejarah, persatuan dan kebangkitan Islam, adab-adab haji dan „umrah yang perlu dipahami oleh jamaah yang berkunjung ke Baitullah.

3. Juga literatur lain yang membahas tentang hal ini adalah buku Rihlatul Musytāqi al-Hajju wa al-„Umrah, yang ditulis oleh Dr. Khalid Abu Syadi, buku ini membahas tentang kerinduan serta tekad yang kuat untuk menunaikan haji dan

„umrah, menguak berbagai hikmah, rahasia dan keutamaan dibalik setiap pelaksanaan ibadah haji dan „umrah.

19Abdullah bin ṣalih al-Fauzan, Syarhul Waraqāt fī Uṣūl al-Fiqh (Cet. IV ; Maktabah Dār al-Minhāj Linnasyri wa al-Tauzī‟: Riyāḍ, 1429 H), h. 34.

(22)

8

4. Beberapa literaturlainyang berbahasa Indonesia yang membahas masalah ini yaitu buku Pedoman Haji. Buku ini ditulis oleh Prof. Dr. Tgk.M.

Hasbi al-Ṣiddieqy, buku ini membahas hukum-hukum seputar haji dan „umrah, gambaran-gambaran yang rinci tentang pelaksanaan haji dan „umrah.

5. Di antara literaturlain yang membahas tentang hal ini adalah buku Harta Haram Muamalat Kontemporer, buku ini ditulis oleh Dr. Erwandi Tarmizi, MA.

Dalam buku ini penulis merangkum muamalat modern, mengungkap praktik marketing dunia niaga dan berbagai problematika māliyyah.

E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penulisan yang digunakan dalam studi ini adalah penelitian pustaka (library research) yaitu penelitian dengan objek kajian data dengan teks-teks pustaka yang ada kaitannya dengan Hukum Melaksanakan Ibadah Haji dan

„umrah dengan Menggunakan Sumber Dana yang Haram, yang akan dideskripsikan untuk selanjutnya dianalisis dengan menghubungkannya terhadap wacana-wacana fikih.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-komparatif yaitu menguraikan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber yang kemudian dianalisa untuk memperoleh kesimpulan yang berkaitan dengan judul penelitian, yaitu Hukum Melaksanakan Ibadah Haji dan „umrah dengan Menggunakan Sumber Dana yang Haram.

(23)

9

3. Metode Pendekatan

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Pendekatan Historis, pendekatan ini dapat digunakan untuk memahami agama yang terdapat dalam tatanan empiric atau bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Pendekatan ini diperlukan karena yang menjadi objek sasaran dari tulisan ini adalah masyarakat secara umum.

b. Yuridis Normatif, Pendekatan ini diperlukan karena untuk menelusuri suatu sumber hukum dari metode-metode tersebut yaitu dengan melacak atau mencari pembenarannya melalui dalil-dalil dari Al-Qur‟ān dan hadis Nabi saw serta pendapat para ulama.

c. Pendekatan Filosofis, hal ini dianggap penting, karena dalam meneliti dan menganalisa pembahasan dalam literatur-literatur yang akan diteliti, akan didapati nilai-nilai moral yang sangat mendalam dan mendasar.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan data melalui hasil bacaan, menelusuri buku-buku atau tulisan-tulisan, majalah, artikel ilmiah, serta sumber hukum primer20 maupun sekunder21 dan literatur lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Setelah melakukan pengumpulan data penulis melakukan penelusuran terhadap buku-buku atau tulisan-tulisan, majalah, artikel ilmiah serta sumber hukum primer maupun hukum sekunder. Selanjutnya penulis mengadakan

20Sumber Hukum Primer yaitu Al-Qurān dan hadis.

21Sumber hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan hukum melaksanakan ibadah haji dan „Umrah dengan menggunakan sumber dana yang haram.

(24)

10

pemilihan terhadap isi buku yang berhubungan dan berkaitan dengan permasalahan penelitian kemudian mencatat hal-hal mengenai apa saja yang dibahas dalam penelitian.

5. Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dilakukan metode pengolahan data untuk kemudian diambil kesimpulan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Identifikasi data: yaitu menelaah data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan.

b. Seleksi data: yaitu memeriksa secara selektif data yang telah terkumpul untuk memenuhi kesesuaian data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

c. Klarifikasi data: yaitu data yang sudah dikoreksi selanjutnya diklarifikasi secara teratur, berurutan dan logis sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.

6. Analisis Data

Data yang telah diolah sedemikian rupa selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Deduktif; metode analisa yang bertitik tolak dari pengetahuan yang umum, kemudian mengambil kesimpulan yang bersifat khusus. Hal ini secara umum berlaku pada pembahasan dalam ilmu fikih untuk menetapkan kaidah-kaidah fikih yang berhubungan dengan pembahasan.

b. Induktif; yaitu metode analisa yang bertitik tolak dari fakta-fakta yang khusus, kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum. Kemudian menelusuri

(25)

11

metode-metode tersebut menurut perspektif para ulama dengan latar belakang yang berbeda-beda.

c. Komparatif; membandingkan data yang satu dengan data yang lain lalu mengambil data yang terbaik, kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan data yang dipilih. Hal ini berlaku ketika dalam suatu permasalahan terdapat lebih dari satu pandangan atau pendapat. Dalam ilmu fikih analisis semisal ini dikenal dengan istilah “ṭarīqah al-jama” dan "ṭarīqah al-tarjīh"

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

a. Memberikan gambaran kepada pembaca akan bahaya harta haram.

b. Megetahui dan memperjelas hukum pelaksanaan ibadah haji dan „umrah dengan menggunakan sumber dana yang haram.

2. Manfaat

a. Sebagai dasar atau wawasan bagi pembaca.

b. Menambah dan memperdalam pengetahuan bagi penulis secara khusus dan pembaca secara umum tentang hukum melaksanakan ibadah haji dan „umrah dengan menggunakan sumber dana yang haram.

c. Menghindarkan pembaca agar tidak terjatuh pada perkara yang haram.

d. Memberikan informasi yang memadai bagi penulis secara khusus dan pembaca secara umum.

e. Dapat dijadikan sebagai acuan bagi yang ingin memperdalam karya tulis ilmiah terutama pada Jurusan Syariah STIBA MAKASSAR.

(26)

12

G. Garis Besar Isi

Pembahasan ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis, garis besar isi ini diharapkan sebagai sarana untuk mempermudah dalam mencari poin- poin tertentu.

Bab pertama pendahuluan. Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah sebagai gambaran tentang alasan perlunya dilakukan penelitian ini. Kemudian rumusan masalah yang berisi poin-poin masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini.Yang selanjutnya, defenisi operasional untuk memberi batasan terhadap tema penelitian. Kemudian tujuan dan manfaat penelitian. Terakhir garis besar isi yang menjadi gambaran umum terhadap isi penelitian.

Bab keduaberisi tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari tiga bagian.

Bagian pertama, gambaran umum tentang haji dan „umrah yang diuraikan dalam tiga poin, pengertian haji dan „umrah, macam-macam haji dan „umrah, syarat, rukun dan wajib „umrah. Bagian kedua hukum haji dan „umrah yang diuraikan dalam dua poin. Pengertian hukum, dasar hukum haji dan „umrah. Bagian ketiga sumber dana haji dan „umrah.

Bab ketiga berisi tentang gambaran umum tentang haji dan „umrah yang terdiri dari dua pembahasan yaitu sejarah singkat haji dan „umrah dan tata cara pelaksanaan haji dan „umrah.

Bab keempat merupakan laporan hasil penelitian yang terdiri dari dua poin yang berisi tentang pandangan Islam terhadap pelaksanaan ibadah haji dan „umrah dengan menggunakan sumber dana yang haram. Dan dampak harta haram terhadap pribadi dan umat.

(27)

13

Bab kelima yaitu penutup dari penulisan ini yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran (implikasi) seputar pembahasan, yang berfungsi menjawab inti permasalahan dari sub masalah yang telah diuraikan sebelumnya. Serta beberapa saran yang akan dikemukakan yang merupakan implikasi akhir dari hasil penelitian dan penutupan secara menyeluruh, yang berisi tentang ungkapan syukur penulis.

(28)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Singkat Tentang Ibadah Haji dan ‘Umrah

1. Pengertian Haji dan ‘umrah a. Pengertian Haji

Haji menurut bahasaadalah pergi ke Baitullah (Ka‟bah) untuk melaksanakan ibadah yang telah ditetapkan Allah swt. Secara istilah berarti: pergi menuju Baitul Haram pada waktu tertentu dengan niat melaksanakan beberapa ibadah seperti ṭawaf, sa‟i, wukuf di arafah, dan lain sebagainya.

b. Pengertian „umrah

„Umrah secara bahasa artinya berkunjung (ةَرَايِز(. Dinamakan demikian 22 karna orang yang „umrah bermaksud menziarahi ka‟bah.23 Jika dikatakan i‟tamara al-baita (ia ber‟umrah ke baitullah), artinya ia melakukan ziarah (ke baitullah), Wa a‟marahu, artinya menjadikannya ramai (berpenghuni). Sedang al-mu‟tamir berarti orang yang melakukan ziarah dan pergi ke suatu tempat.

Secarah istilah, „umrah berarti mengunjungi Baitullah al-Harām untuk mengerjakan ṭawaf dan sa‟i. Dengan demikian, dua rukun „umrah adalah mengerjakan ṭawaf di sekeliling Ka‟bah beserta sa‟i antara ṣafā dan Marwah.24

22Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalānī, Syarhi Ṣahīhi Imām ibnu „Abdillah Muhammad bin Ismā‟īl Al-Bukhārī (t.Cet. Maktabah Salafīyah; Riyāḍ).

23Abdul Hakim Bin Amir Abdat, Risalah Haji dan „Umrah (Cet. I; Jakarta: Yayasan ibnu Taimiyah,1997), h. 7.

24Dr. Khalid Abu Syadi, Rihlatul Musytāqi al-Hajju wal „Umratu, terj. Arif Mahmudi : Aku Rindu Naik Haji (Cet. I; Solo: PT. Aqwam Media Profetika, 1433H/2012M), h. 23,28.

14

(29)

15

2. Macam-macam Haji dan ‘Umrah a. Macam-macam haji

Jamaah hajimemilih salah satu dari tiga macam ibadah haji. Bagi yang tidak membawa binatang kurban, jenis haji terbaik adalah tamattu‟. Ini adalah jenis haji terbaik yang Rasulullah saw perintahkan kepada para sahabat.

1) Tamattu‟ („umrah, haji, wajib menyembelih (dam))25

Adalah berihram untuk „umrah pada bulan-bulan haji (Syawal, Żulqa‟dah, dan sepuluh hari pertama bulan Żulhijjah) dengan mengucap “Labbaikallahumma

„umratan mutamatti‟an bihā ilal hajji,” lalu menyelesaikan „umrah dengan ṭawaf, sa‟i dan mencukur rambut (tahallul). Setelah itu, boleh melakukan semua yang sebelumnya dilarang saat ihram.

Pada tanggal 8 Żulhijjah, berihram dari tempat tinggal (atau penginapan) menuju lokasi ibadah haji untuk menyelesaikan manasik haji.

Wajib menyembelih seekor kambing atau sepertujuh unta atau sapi. Jika tidak mampu membeli binatang kurban maka wajib berpuasa tiga hari pada saat haji dan ditambah tujuh hari setelah pulang ke tanah air.

2) Qiran („umrah, haji, wajib menyembelih (dam))

Berihram untuk „umrah sekaligus haji dengan mengucap: “Labbaika

„umratan wa hajjan.” Ketika sampai di mekah, melakukan Ṭawaf Qudum dan sa‟i untuk haji sekaligus „umrah dengan tetap ihram dan tidak bertahallul.

25Dam adalah Menyembelih hewan kurban kambing atau sepertujuh unta atau sapi karna telah menyelesaikan manasik.

(30)

16

Pada tanggal 8 Żulhijjah, menuju lokasi ibadah haji dan menyempurnakan seluruh manasik „umrah dan haji. Sa‟i tidak lagi harus dilakukan karena telah dilakukan setelah ṭawaf qudum.

Jamaah yang melakukan haji Qiran, wajib menyembelih seekor kambing atau sepertujuh unta atau sapi. Jika tidak mampu membeli binatang kurban maka wajib berpuasa tiga hari pada saat haji dan tujuh hari setelah pulang ke tanah air.

3) Ifrād (haji saja, tidak wajib menyembelih (dam))

Berihram untuk ibadah haji saja. Ketika sampai di Miqat, mengucapkan

“Labbaikallahhumma hajjan.”Setelah sampai di Mekah, lakukan Ṭawaf Qudum dan sa‟i untuk haji dan tetap berihram sampai seluruh rangkaian ibadah haji selesai.

Orang yang berhaji Ifrād tidak wajib menyembelih atau membayar dam karena tidak menggabungkan antara „umrah dan haji.26

b. Macam-macam „umrah

„Umrah ada dua macam, yaitu:

1) „Umrah yang dilaksanakan sewaktu-waktu.

Hukum „umrah yang dilaksanakan sewaktu-waktu ini ada dua, yaitu:

a) Wajib.

Apabila „umrah yang ia lakukan itu „umrah yang pertama kali, atau „umrah karena nazar atau „umrah untuk mengqaḍa „umrah wajib.

b) Sunah

26Ṭalal al-Aqil dan Khalid al-Jabir, Shihatuka fi al-Hajji, Terj. Syarif Baraja: Benar dan Sehat Berhaji, (Cet. II; Solo: Aqwam, 2012), h. 36,37.

(31)

17

Apabila „umrah yang ia lakukan itu bukan „umrah yang pertama kali, bukan „umrah karena nazar dan bukan „umrah karena mengqaḍa „umrah wajib.

Karena waktunya yang fleksibel, ibadah „umrah yang dilaksanakan sewaktu-waktu ini menjadi trend baru yang banyak diminati kaum muslimin.

Kebanyakan mereka memilih „umrah di bulan Ramaḍān atau di akhir tahun.

2) „Umrahyang dilaksanakan dalam rangkaian ibadah haji dan dilaksanakan pada bulan-bulan haji pula.

Apabila „umrah dilaksanakan dalam rangkaian ibadah haji, maka „umrah itu boleh dilaksanakan sebelum haji, boleh bersama-sama dengan haji dan boleh sesudah haji. Penempatan waktu mengerjakan „umrah itu dalam kaitannya dengan ibadah haji menjadi penentu dalam penyebutan hajinya.

Apabila „umrahnya dikerjakan sebelum haji maka hajinya disebut haji tamattu‟ (wajib bayar denda/dam). Bila „umrahnya dikerjakan bersama-sama haji (dalam satu niat) disebut haji qiran (wajib bayar denda/dam). Dan apabila

„umrahnya dikerjakan sesudah haji maka disebut haji ifrād (tidak bayar dam).

Kebanyakan jamaah haji (khususnya jamaah haji Indonesia) memilih „umrah dahulu baru mengerjakan haji (haji tamattu‟).

„Umrah yang dilaksanakan dalam rangkaian ibadah haji ini hukumnya ada dua yaitu:

a) Wajib, apabila „umrah itu yang pertama kali

b) Sunah, apabila „umrah itu yang kedua kali dan seterusnya.27

27H. M. Aini S. pd. I., Macam-Macam „„Umrah atau Jenis „Umrah, (https://mahkotadakwah.blogspot.co.id/2017/04/macam-macam-‟Umrah-atau-jenis-‟Umrah.html).

(32)

18

3. Syarat, Rukun dan Wajib Haji dan ‘umrah a. Syarat Haji

1) Seorang muslim, maka tidak diwajibkan kepada orang kafir, karena haji merupakan bentuk ibadah, sedang ibadah tidak boleh dilakukan oleh orang kafir, karena tidak sah niatnya.

2) Aqil (berakal)

3) Baligh, haji tidak diwajibkan kepada orang gila dan orang yang kurang waras pikirannya, begitu juga tidak diwajibkan kepada anak kecil, sebagaimana hadis Ali bin Abi Ṭālib bahwa Nabi saw bersabda:

َح ِهوُتْعَمْلا ْنَعَو غلبي َّتََّح ِبيَّصلا ْنَعَو َظِقْيَ تْسَي َّتََّح ِمِئﺎَّنلا ْنَع ٍةَث َلََث ْنَع ُمَلَقْلا َعِفُر َلِقْعَ ي َّتَّ

Artinya:

Pena itu diangkat dari tiga golongan: orang tidur hingga terbangun, anak kecil hingga ia baligh, dan orang gila (kurang sehat akalnya) hingga ia berakal.28

4) Merdeka,29 haji tidak diwajibkan kepada hamba sahaya sebagai kemudahan baginya, karena dia sibuk melayani tuannya, dan karena haji membutuhkan harta sedangkan hamba sahaya tidak mempunyai harta.

5) Mampu, haji tidak wajib bagi orang yang tidak mampu, Allah swtberfirman dalam Q.S. Ali-Imrān/3: 97

ِوَّلِلَو َْيِمَلﺎَعْلا ِنَع ِّّنَِغ َوَّللا َّنِإَف َرَفَك ْنَمَو ًلَْيِبَس ِوْيَلِإ َعﺎَطَتْسا ِنَم ِتْيَ بْلا ُّجِح ِسﺎَّنلا ﻰَلَع

28Ibnul Qayyim Al-Jauzīyah, Aunul Ma‟būd li Syarhi Sunan Abi Daud (Cet. III; Riyāḍ:

Dār al-Fikri, 1399 H/1989 M).

29Abu Syujā‟ Ahmad bin Husain bin Ahmad Al-Aṣfahānī, Matan Abu Syujā‟, Terj. D.A.

Pakihsati, Fikih Praktis Mazhab Syāfi‟ī (Cet. I; Solo: Kuttab Publishing, 2016), h. 138.

(33)

19

Terjemahnya:

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah swt, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam."30

b. Rukun Haji

Rukun haji adalah sebagai berikut:

1) Ihram

Ihram yaitu berniat untuk mulai mengerjakan ibadah haji dengan memakai kain putih yang tidak dijahit. Ibadah ini dimulai setelah sampai di miqāt (batas- batas yang telah ditetapkan). Miqat dibagi dua yaitu:

a) miqāt zamani, yakni batas yang telah ditentukan berdasarkan waktu. Mulai bulan Syawal sampai terbit fajar tanggal 10 Żulhijjah. Maksudnya, hanya pada masa itulah ibadah haji bisa dilaksanakan.

b) miqāt makani yakni, batas yang telah ditetapkan berdasarkan tempat. Miqāt makani dibagi ke dalam beberapa tempat yaitu sebagai berikut.

(1) Bagi orang yang bermukim di Mekah, niat ihram dihitung sejak keluar dari Mekah.

(2) Bagi orang yang berasal dari Madinah dan sekitarnya, niat ihram dimulai sejak mereka sampai di Żulhulaifah (Bi‟r Ali).

(3) Bagi orang dari Syam, Mesir, dan arah barat, memulai ihram mereka ketika sampai di Juhfah.

(4) Bagi orang yang datang dari Yaman dan Hijāz, ihram dimulai setelah mereka sampai di bukit Qarnul Manāzil.

30Kementerian Agama R.I., Mushaf Al-Qurān dan Terjemah, h. 62.

(34)

20

(5) Bagi orang dari India, Indonesia, dan negara yang searah memulai ihram setelah mereka berada di bukit Yalamlam.

(6) Bagi orang yang datang dari arah Irak dan yang searah dengannya, ihram dimulai dari Żātu „Irqin.

2) Wukuf di Arafah

Wukuf di Arafah adalah berhenti di Padang Arafah sejak tergelincirnya matahari tanggal 9 Żulhijjah sampai terbit fajar pada tanggal 10 Żulhijjah.

3) Ṭawaf Ifāḍah

Ṭawaf ifāḍah adalah mengelilingi Ka‟bah sebanyak tujuh kali dengan syarat sebagai berikut.

a) Suci dari hadaṣ dan najis baik badan maupun pakaian.

b) Menutup aurat.

c) Ka‟bah berada di sebelah kiri orang yang mengelilinginya.

d) Memulai ṭawaf dari arah hajar aswad (batu hitam) yang terletak di salah satu pojok di luar Ka‟bah.

Macam-macam ṭawaf ada lima yaitu sebagai berikut ini:

(1) Ṭawaf qudum adalah ṭawaf yang dilakukan ketika baru sampai di Mekah.

(2) Ṭawaf ifāḍah adalah ṭawaf yang menjadi rukun haji

(3) Ṭawaf sunah adalah ṭawaf yang dilakukan semata-mata mencari riḍa Allah swt.

(d) Ṭawaf nazar adalah ṭawaf yang dilakukan untuk memenuhi nazar

(35)

21

(e) Ṭawaf wadā‟ adalah ṭawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan kota Mekah

4) Sa‟i

Sa‟i adalah lari-lari kecil atau jalan cepat antara Ṣafā dan Marwah,31 sebagaimana firman Allah swt Q.S. al-Baqarah/2: 158

ِوَّللا ِرِئﺎَعَش ْنِم َةَوْرَمْلاَو ﺎَفَّصلا َّنِإ ﺎَمِِبِ َفَّوَّطَي ْنَأ ِوْيَلَع َحﺎَنُج َلََف َرَمَتْعا ِوَأ َتْيَ بْلا َّجَح ْنَمَف ۖ

ۖ

ٌميِلَع ٌرِكﺎَش َوَّللا َّنِإَف اًرْ يَخ َعَّوَطَت ْنَمَو

Terjemahnya:

Sesungguhnya Ṣafā dan Marwah adalah sebahagian dari syi'ar Allah swt.

Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber‟umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah swt Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.32

a) Syarat-syarat sa‟i adalah sebagai berikut:

(1) Dimulai dari bukit Ṣafā dan berakhir di bukit Marwah.

(2) Dilakukan sebanyak tujuh kali.

(3) Melakukan sa‟i setelah ṭawaf qudum.

5) Tahallul

Tahallul adalah mencukur atau menggunting rambut sedikitnya tiga helai.

Pihak yang mengatakan bercukur sebagai rukun haji, beralasan karena tidak dapat diganti dengan penyembelihan.

6) Tertib

Tertib maksudnya adalah menjalankan rukun haji secara berurutan.

31Abu Syujā‟ Ahmad bin Husai bin Ahmad al-Aṣfahānī, Matan Abi Syujā‟, Terj. D.A.

Pakihsati, Fikih Praktis Madzhab Syafi‟ī (Cet. I; Solo: Kuttab Publishing, 2016), h. 139.

32Kementerian Agama R.I., Mushaf Al-Qurān dan Terjemah, h. 24.

(36)

22

“Rukun Haji harus dilaksanakan bila ada salah satu atau lebih tidak dilaksanakan, maka tidak dapat diganti dengan dam (denda), dan hajinya batal (tidak sah).”

c. Wajib Haji

Wajib haji ada tujuh macam, yakni sebagai berikut:

1) Ihram mulai dari miqāt.

2) Bermalam di Muzdalifah pada malam hari raya haji.

3) Melempar Jumratul „Aqabah.

4) Melempar tiga jumrah yakni:

a) jumrah ulā,

b) jumrah wusṭā, dan c) jumrah „aqabah.

Melempar jumrah ini dilakukan setiap hari pada tanggal 11, 12, dan 13 bulan Żulhijjah dan waktunya setelah tergelincir matahari. Masing-masing jumrah dilempar sebanyak tujuh kali dengan batu kecil.

5) Bermalam di Minā.

6) Ṭawaf wadā‟.

7) Menjauhkan diri dari larangan atau perbuatan yang diharamkan dalam ihram dan „umrah yaitu sebagai berikut:

a) Bagi pria dilarang memakai pakaian berjahit.

b) Menutup kepala bagi pria dan menutup muka bagi wanita c) Memotong kuku.

d) Membunuh hewan buruan

(37)

23

33(

ِمِرْحُلما َو ل َلََح ﻰَلَع ٌماَرَح ُمَرَلحا ُدْيَّصلا(

Artinya:

Berburu di tanah haram, dilarang (haram) atas orang yang sedang tidak ihram atau yang sedang berihram.

e) Memakai wangi-wangian.

f) Hubungan suami isteri (bersetubuh)

g) Mengadakan aqad nikah (kawin atau mengawinkan).

h) Memotong rambut atau bulu badan yang lain.

Wajib Haji harus dilaksanakan dan apabila salah satu ada yang ditinggalkan, maka hajinya sah tapi harus membayar dam (denda).

a. Syarat „Umrah

1) Beragama Islam 2) Baligh (dewasa) 3) Berakal sehat („āqil) 4) Merdeka (bukan budak) 5) Mampu (istiṭā‟ah) b. Rukun „Umrah

1) Ihram dengan niat karena Allah swt sambil mengatakan “labbaika

„umratan” artinya aku memenuhi panggilanmu untuk melakukan

„umrah.

2) Ṭawaf adalah mengelilingi ka‟bah seperti dalam ṭawaf haji.

3) Sa‟i adalah berlari-lari kecil antara bukit ṣafā dan marwah.

4) Tahallul adalah Bercukur atau memotong rambut minimal tiga helai.

33Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudāmah, Al-Mugni (Cet. Maktabah Riyāḍ al-Hadisah; Riyāḍ: 2010).

(38)

24

5) Tertib adalah menjalankan rukun „umrah secara berurutan.

c. Wajib ‘umrah

1) Ihram dari miqāt yang terbagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:

a) Miqāt zamani (batas waktu) yakni dapat dilakukan sewaktu-waktu.

b) Miqāt makani (batas mulai ihram) seperti halnya haji.

2) Menjaga diri dari larangan-larangan ihram yang jumlahnya sama dengan larangan haji di antaranya:

a) Tidak boleh memotong dan mencabut rambut, memotong kuku, menggaruk sampai kulit terkelupas atau mengeluarkan darah

b) Tidak boleh menggunakan parfum, termasuk parfum yang ada pada sabun c) Tidak boleh bertengkar

d) Tidak boleh bermesraan

e) Tidak boleh berhubungan suami istri f) Tidak boleh berkata yang tidak baik g) Tidak boleh menikah atau menikahkan h) Tidak boleh berburu atau membantu berburu

i) Tidak boleh membunuh binatang (kecuali mengancam jiwa), memotong atau mencabut tumbuhan dan segala hal yang mengganggu kehidupan mahluk.

j) Tidak boleh ber make-up

k) Pria tidak boleh memakai penutup kepala, memakai pakaian berjahit, dan tidak boleh memakai alas kaki yang menutup mata kaki

(39)

25

l) Wanita tidak boleh menutup wajah dan memakai sarung tangan sehingga menutupi telapak tangan.

B. Hukum Ibadah Haji dan ‘Umrah 1. Pengertian Hukum

Secara umum atau garis besar, hukum ialah alat pengontrol tingkah laku manusia.Namun, pengertian hukum sendiri ada beberapa versinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian hukum memiliki arti sebuah peraturan atau adat yang mengikat dan dikukuhkan secara resmi oleh pemerintah maupun penguasa dan bersifat mengikat. Adapun defenisi lain menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang kedua adalah peraturan yang dibuat oleh penguasa (pemerintah) atau adat yang berlaku bagi semua orang dalam suatu masyarakat (negara).34

Hukum berasal dari bahasa Arab yang bentuk mufrad (tunggal). Kata jamaknya diambil alih dari bahasa Indonesia menjadi “hukum”. Hukum juga dinamakan recht yang berasal dari kata rechtum, diambil dari bahasa Latin yang berarti pimpinan atau tuntunan atau pemerintahan.

Di dalam ilmu uṣūl fiqh terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan hukum, yaitu hukum (نكح), hākim (نكاحلا), mahkūm fīhi (هيف موكحه), dan mahkūm

„alaihi (هيلع موكحه) . Secara bahasa hukum (نكح) berarti man‟u (عنولا),35 yang berarti

“mencegah”, hukum juga berarti qaḍā‟ (ءاضق), yang berarti “putusan”.

Adapun secara istilah, pengertian hukum menurut ulama uṣūl yaitu:

34Tim penyusu Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, h. 559.

35Abdullah bin Ṣāleh al-Fauzan, Syarhul Waraqāt fī Uṣūl al-Fiqh (Cet. IV; Riyāḍ:

Maktabah Dār al-Minhaj Linnasyri wa al-Tauzī‟, 1434 H), h. 24.

(40)

26

وى مكلح ا

خ ﺎعضو وأ ايريتخو ﺎبلط ,يفلكلما لﺎعفأب قلعتلما عرﺎشلا بﺎط

“Hukum adalah khiṭāb syāri‟ (Allah swt) yang berhubungan dengan perbuatan seorang mukallaf, berupa tuntutan, pilihan ataupun ketetapan.”

Dapat diartikan bahwa hukum bermakna sebuah ketentuan atau peraturan- peraturan yang harus dilaksanakan dan bagi yang melanggarnya akan mendapat hukuman atau sanksi sesuai dengan kesalahan yang diperbuat.36

2. Hukum Melaksanakan Ibadah Haji dan ‘Umrah a. Hukum Melaksanakan Ibadah Haji

Tentang kewajiban melakukan ibadah haji tidak ada seorang ulamapun yang mempersoalkannya.37Seluruh ulama bersepakat bahwa melaksanakan haji wajib bagi mukallaf (baligh), Islam, berakal, merdeka dan yang mampu secara finansial maupun fisik dan hanya dikerjakan satu kali seumur hidup, untuk yang kedua, ketiga dan seterusnya hanyalah sunah.

Di antara dalil diwajibkannya haji sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S. ali-Imrān/3: 97

َو ًلَيِبَس ِوْيَلِإ َعﺎَطَتْسا ِنَم ِتْيَ بْلا ُّجِح ِسﺎَّنلا ﻰَلَع ِوَّلِل َيِمَلﺎَعْلا ِنَع ِّّنَِغ َوَّللا َّنِإَف َرَفَك ْنَمَو ۚ

Terjemahnya:

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah swt, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah swt Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.38

36Ibrahim Lubis, Pengertian Hukum (Medan: Majannai, 2012).

37Ibnu Rusyd, Bidāyah al-Mujtahid wa Nihāyah al-Muqtaṣid, Terj. Abdul Rasyad Ṣiddiq, Bidāyah al- Mujtahid wa Nihāyah al-Muqtaṣid (Cet. II; Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2015), h. 448.

38Kementerian Agama R.I., Mushaf Al-Qurān dan Terjemah, h. 62.

(41)

27

Dari hadis Nabi saw.

َﻲِضَر ِبﺎَّطَْلْا ِنْب َرَمُع ِنْب ِللهاِدْبَع ِنَْحَّْرلا ِدْبَع ِْبَِأ ْنَع ُللها ﻰَّلَص ِللها َلْوُسَر ُتْعَِسَ :َلﺎَق ﺎَمُهْ نَع ُللها

ُسَر ًادَّمَُم َّنَأَو ،ُللها َّلاِإ َوَلِإ َلا ْنَأ ُةَدﺎَهَش :ٍسَْخَ ﻰَلَع ُمَلَْسِلإْا َِنُِب :ُلْوُقَ ي َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُمﺎَقِإَو ،ِللها ُلْو

َ بْلا ُّجَحَو ،ِةﺎَكَّزلا ُءﺎَتْ يِإَو ،ِةَلََّصلا .)ملسم و يرﺎخبلا هاور(.َنﺎَضَمَر ُمْوَصَو ، ِتْي

Artinya:

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Khaṭṭāb ra., dia berkata, Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, Islam didirikan di atas lima pilar, yaitu bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah dengan benar) selain Allah swt dan Muhammad saw adalah utusan Allah swt, mendirikan ṣalat, menunaikan zakat, pergi haji ke Baitullah dan puasa pada bulan Ramaḍān.” (HR. Bukhari dan Muslim).39

b. Hukum Melaksanakan Ibadah „umrah

Hukum menunaikan ibadah „umrah, yang di dalamnya ada dua ritual ibadah utama yaitu ṭawaf mengelilingi ka‟bah dan sa‟i antara Ṣafā dan Marwah.

Dalam masalah ini ada khilaf (silang pendapat) di antara para ulama.

Ulama Mālikiyah, kebanyakan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa „umrah itu sunah muakkadah, yaitu „umrah sekali seumur hidup.

Sedangkan sebagian ulama Hanafiyah lainnya berpendapat bahwa „umrah itu wajib sekali seumur hidup karena menurut istilah mereka sunah muakkadahah itu wajib.

Pendapat yang paling kuat dari Imam Syāfi‟ī, juga menjadi pendapat ulama Hambali, „umrah itu wajib sekali seumur hidup. Imam Ahmad sendiri berpendapat bahwa „umrah tidak wajib bagi penduduk Mekah karena rukun-rukun

39Imam al-Hāfiẓ Abu Zakaria Yahya Bin Syaraf al-Nawawi, Riyādhus Ṣālihīn, Menggapai Surga dengan Rahmat Allah swt. (t.Cet. Jakarta: Akbar Media, 2010), h. 429.

(42)

28

„umrah yang paling utama adalah ṭawaf keliling Ka‟bah. Mereka, penduduk Mekah, sudah sering melakukan hal ini, maka itu sudah mencukupi mereka.

Ulama Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa „umrah itu hukumnya sunah dengan hadis

ِدْبَع نب ٍرِبﺎَج ْنَع َّللا

َر و َﻲ ِض َع للها ْ ن ُه َم َق ﺎ َلﺎ ُس ِئ « : َل َر ُس ْو ُل َّللا َص و َع للها ﻰ َّل َل ْي ِو َو َس َّل َم َع ْن ُعلا ْم َر ِة

َأ َو َب ٌة ِجا َﻲ ِى َق ؟ َلا : َلﺎ َو ، َأ ْن َ ت ْع َت ِم ُر ُى او َو َأ َض ْف ُل »

40

.

Artinya

:

Dari Jabir bin „Abdillah ra. Ia berkata bahwa Rasulullah saw ditanya mengenai „umrah, wajib ataukah sunah. Nabi saw menjawab, Tidak. Jika engkau ber‟umrah maka itu afḍal.” (HR. Tirmiżi no. 931, sanad hadis ini ḍa‟if (lemah) sebagaimana kata Syaikh al-Albāni)

َو ِثْيِدَِبِ

َط ْل َح َة ُع نب َ ب ْي ِد َّللا َر و َﻲ ِض َع للها ْن ُو َلحا « : ُّج َه ِج ٌدﺎ َو ُعلا ْم َر ُة َت َط ُّ

و ُع . »

Artinya:

Hadis Ṭalhah bin „Ubaidillah ra., Haji itu jihad dan „umrah itu taṭawwu‟‟

(dianjurkan). (HR. Ibnu Majah no. 2989, hadis ini ḍa‟if (lemah) sebagaimana kata Syaikh Al-Albānī)41

Sedangkan ulama Syāfi‟iyah dan Hambali berpendapat bahwa „umrah itu wajib sekali seumur hidup dengan alasan sebagaimana firman Allah swt Q.S. al- Baqarah/2: 196

ِوّلِل َةَرْمُعْلاَو َّجَْلحا ْاوُِّتَِأَو

Terjemahnya:

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan „umrah karena Allah swt.42 Maksud ayat ini adalah sempurnakanlah kedua ibadah tersebut.

40Abdurrahman Muhammad Uṡman, Sunan al-Tirmiżi al-Jami‟ al-Ṣahīh lil Imām al-Hāfiẓ bin „Isa Muhammad bin „Isa Surah al-Tirmiżi, (Cet. Dār al-Fiqh; Riyāḍ), h. 305.

41Muhammad Nāṣiruddīn al-Albānī, Ṣahīh Sunan Ibni Majah (Cet. I; Riyāḍ: Maktabah Islāmiyah, 1407 H/1986 M).

42Kementerian Agama R.I., Mushaf Al-Qurān dan Terjemah, h. 30.

(43)

29

Dalil ini menggunakan kata perintah, hal itu menunjukkan akan wajibnya haji dan „umrah.

ِا َّ ت َف َق ُعلا َل ُءﺎ َم َع َل َأ ﻰ َّن ُّشلا ُر َعو َلحا ِف ّْج َو ُعلا ْم َر ِة ُم َل ٌمز َس ، َو ٌءا ِق ْي َل

ِب ُو ُج ُعلا ِبو ْم َر ِة َأ ِب و ْسﺎ ْح َب ِت َِبِﺎ ، ﺎ

َم َك َُه ﺎ َق ﺎ َلاو ِل ْل ِن ُع َل َم ِءﺎ .

“Untuk itu, para ulama sepakat bahwa memulai ibadah haji dan

„umrahmengharuskan penyempurnaan keduanya, meskipun dikatakan

„umrah itu wajib atau dianjurkan, sebagaimana keduanya menjadi pendapat para ulama.”43

Dalil lain yang menunjukan kewajiban „umrah

ْنَع َع ِئﺎ َش َة َر َﻲ ِض َ ت للها َع َع َلﺎ ْ ن َه َق ﺎ ْت َلﺎ ُ ق ْل « : َي : ُت

َ ﺎ َر ُس ْو َل َى ﷲ ْل َع َل ّْنلا ﻰ َس ِءﺎ َه ِج ٌدﺎ َق ؟ َ ن : َلﺎ َع ْم

َع ، َل ْي ِه َّن َه ِج ٌدﺎ ِق َت َلا ِف ْي َلﺎ َلحا : ِو ُّج َو ُعلا ْم َر ُة »

44

.

Artinya:

Dengan hadis „Aisyah ra. ia berkata: wahai Rasulullah saw, apakah wanita juga wajib berjihad?” Beliau saw menjawab: Iya. Dia wajib berjihad tanpaada peperangan di dalamnya, yaitu dengan haji dan „umrah. (HR. Ibnu Mājah no. 2901, hadis ini shahīh sebagaimana kata Syaikh Al-Albānī).

Jika wanita saja diwajibkan „umrah karena itu adalah jihad bagi wanita muslimah, lantas bagaimanakah dengan pria?

Pendapat yang paling kuat dalam hal ini, „umrah itu wajib bagi yang mampu sekali seumur hidup. Sedangkan pendapat yang menyatakan hukumnya sunah muakkadah berdalil dengan dalil yang lemah (ḍa‟īf) sehingga tidak bisa dijadikan hujjah. Jadi bagi yang mampu, sekali seumur hidup berusahalah tunaikan „umrah. Namun perlu diketahui bahwa ibadah „umrah ini bisa langsung

43Al-Imam al-Hāfiẓ Ibnu Fidai „Ismā‟il Ibni Kaṡīr al-Quraisyī al-Dimasyqī, Tafsīr Al- Qurān al-Aẓīm li Ibni Qudāmah (Cet. I; Bairut: Dār al-Mufīd, 1403/1983), h. 201.

44Muhammad Nāṣiruddīn al-Albānī, Ṣahīh Sunan Ibni Mājah (Cet. I; Riyāḍ: Maktabah Islāmiyah, 1407 H/1986 M).

Referensi

Dokumen terkait

Setiap orang yang akan melaksanakan ibadah haji dan umrah tidak boleh melewati Miqat Makani tanpa mengenakan pakaian ihram, bila terjadi pelanggaran batas tempat, atau melewatinya

Ibadah Haji dan Umrah antara PT Siar Haramain International Wisata dengan. Jemaah (Studi pada PT Siar Haramain

Penelitian ini berlatar belakang banyaknya masyarakat yang masih ragu pada hukum penggunaan vaksin meningitis bagi jemaah haji dan umrah. Penelitian ini mengambil

Penyelenggara perjalanan ibadah umrah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) adalah biro perjalanan wisata dan /atau organisasi /lembaga dakwah berbadan hukum yayasan

Setelah dilakukan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pengawasan Operasional Penyelenggaraan Ibadah haji Khusus di Internal Biro Travel Haji dan Umrah

PT. Albis Nusa Wisata Banjarmasin adalah salah satu travel haji dan umrah yang diminati oleh masyarakat dalam menggunakan jasanya untuk menunaikan Ibadah Haji

Sesuai hasil wawancara dengan KASI Haji Umrah Kementerian Agama Surakarta, dinyatakan bahwa peraturan dalam menyelenggarakan ibadah umrah diatur di dalam PMA No 8 Tahun

Penelitianini memperoleh kesimpulan: 1 Dalam peningkatan kualitas pelayanan kepada jamaah haji dan umrah, KBIH Bismika Jember dalam mengelola lembaga menerapkan fungsi manajemen yang