• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Tata Cara Penelitian

1. Pengumpulan Bahan Ekstrak dan Determinasi Tumbuhan

Bahan tumbuhan yang digunakan adalah Daun Beluntas (Pluchea indica

Less) yang tumbuh di daerah Kaliurang Km. 21, Kabupaten Sleman, provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, hasil budidaya dari CV. Merapi Farma Herbal.

Pengambilan cuplikan dilakukan pada sore hari, dipilih daun yang sehat (tidak

terkena hama), diambil pada waktu dan tempat penanaman yang sama. Bahan

yang diperoleh berupa daun segar setidaknya berumur 50 hari. Daun dipilih

berdasarkan warna daun dan pucuk daun yaitu berwarna hijau muda tanpa

bercak serta letak daun yang diambil pucuk 1-6 daun dari atas tanaman

Beluntas. Identifikasi daun beluntas dilakukan oleh CV. Merapi Farma Herbal

yang menyatakan bahwa daun yang digunakan adalah benar daun beluntas

(Pluchea indica L.). Kemudian dilakukan penyerbukan oleh CV. Merapi Farma

Herbal dengan saringan berdiameter 1mm.

2. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Beluntas

Ekstraksi daun beluntas dilakukan dengan metode maserasi menggunakan

pelarut etanol 50% berdasarkan CoA yang dilakukan oleh LPPT UGM.

3. Penetapan Kadar Total Fenolik

Penetapan kadar total fenolik dilakukan dengan metode spektrofotometri

berdasarkan CoA yang dilakukan oleh LPPT UGM.

Potensi antibakteri ekstrak etanol daun beluntas hasil ekstraksi dan

analisis dari LPPT UGM diuji terhadap isolat bakteri ketiak dengan metode

difusi menggunakan paper disk. Seri konsentrasi yang digunakan untuk ekstrak

etanol daun beluntas adalah 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, 10%,

adapun tahap pengujian yaitu:

a. Isolasi bakteri ketiak

Isolasi bakteri dari ketiak dilakukan kepada 5 probandus yang

memiliki kriteria memiliki berat badan berlebih dan memiliki masalah bau

badan secara streak plate menggunakan cutton bud steril. Cotton bud steril

yang sudah dibasahi dengan NaCl steril diusapkan kepermukaan ketiak

kemudian diinokulasikan pada pada cawan petri berisi media NA 15 ml

secara aseptis. Bakteri diinkubasi terbalik selama 24 jam pada suhu 370C.

Setelah inkubasi akan terlihat koloni yang terpisah-pisah. Tiap koloni

diharapkan berasal dari satu sel bakteri dan terdiri dari satu spesies bakteri.

Hasil isolasi akan digunakan untuk tahap penelitian berikutnya.

b. Identifikasi dan Determinasi Isolat bakteri dari Ketiak

Bakteri dari ketiak diidentifikasi dengan pengamatan morfologi

koloni, morfologi sel, dan uji biokimia, dengan melakukan pendekatan

bahwa beberapa bakteri yang diduga menjadi penyebab bau badan

diantaranya ialah Staphylococcus epidermidis, Streptococcus pyogenes,

Staphylococcus aureus, Corybacterium acne, Pseudomonas aeruginosa

(Endarti et al.,2002). Identifikasi dilakukan berdasarkan pada Bergey’s

c. Uji daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dengan metode difusi paperdisk

i. Pembuatan stok dan suspensi bakteri uji

Diambil 1-3 ose bakteri yang sudah dibiakkan, diinokulasikan ke

dalam 5 mL NB dan divortex agar tercampur merata, kemudian

diinkubasikan pada suhu 24 jam. Dibuat suspensi bakteri uji dan

disetarakan dengan larutan standar Mac Farland II.

ii. Uji aktivitas antibakteri

Diambil petri berisi media NA. Kemudian diinokulasikan

suspensi bakteri uji 20 μ, ke media NA secara merata dengan cara

spread plate. Dibuat sumuran dalam media NA berisi suspensi bakteri isolat ketiak, kemudian dengan menggunakan mikropipet, pada

masing-masing sumuran tersebut diinokulasikan 20 μl ekstrak etanol daun beluntas dengan berbagai seri konsentrasi. Inkubasi dilakukan

selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah itu diamati zona keruh dan

jernih pada petri. Menentukan konsentrasi ekstrak etanol yang

memiliki aktivitas antibakteri paling baik dengan mengamati zona

hambat yang terbentuk.

5. Pembuatan Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas dengan Variasi Jumlah Sorbitan Monostearat

Formula standar yang digunakan sebagaideodoran mengacu

hasil survey yang ada dipasaran dan merupakan hasil orientasi

sebelumnya, formula basisdeodoran sebagai berikut :

Water 57,85 % b/b CMC Na 0,75 emulgator 7 Glycerine 12 Parafin liq. 5 Dimethicone 5 Propilen glikol 6 Fragnance 1 Propil paraben 0,2 Metil paraben 0,2 Etanol 2

Ekstrak etanol daun beluntas 3

Berdasrkan formula tersebut dan hasil orientasi maka dibuat dua formula dengan variasi jumlah sorbitan monostearate yaitu:

Formula sorbitan Monostearat 1 2,24

2 4,55

Komposisi formula deodoran ekstrak etanol daun beluntas dengan variasi jumlah sorbitan monostearate yang berbeda menjadi :

b. Pembuatan deodoran

Deodoran ekstrak etanol daun beluntas dibuat dengan

menaburkan 0,75 g CMC Na dalam 58,5mL aquadest secara merata

pada permukaan air kemudian didiamkan selama 24 jam supaya

mengembang. Gliserin dan propilenglikol dicampur terlebih dahulu

secara terpisah tanpa pemanasan (1). Larutan CMC Na yang

dikembangkan 24 jam dipanaskan sampai suhu 600C (2). Campuran 1

ke campuran 2 ditambahkan sambil diaduk manual (3) selama 1

menit.

Cetyl alcohol yang terlebih dahulu sudah dipanaskan pada

suhu 600C hingga meleleh, dicampur dengan alkohol untuk membantu

kelarutan cetyl alcohol, metil paraben dan propil paraben (4).

Kemudian dimasukkan campuran 4 kedalam campuran 3 dan Bahan Formula 1 Formula 2

aquadest 57,85 57,85 CMC Na 0,75 0,75 Glycerine 12 12 Propilenglikol 6 6 Cetyl alcohol 2,45 2,45 Sorbitan monostearate 2,24 4,55 Parafin liq. 5 5 Dimethicone 5 5 Fragnance 1 1 Propil paraben 0,2 0,2 Metil paraben 0,2 0,2 Etanol 2 2

Ekstrak etanol daun beluntas

dilakukan pengadukan secara manual selama 2 menit dalam kondisi

suhu 600C (5). Secara terpisah Span 60 yang terlebih dahulu sudah

dipanaskan pada suhu 600C hingga meleleh, dicampur dengan

campuran parafin liq dan dimethicone pada suhu 600C(6), kemudian

diaduk selama 1 menit. Campuran 6 dimasukkan kedalam campuran

5, kemudian dilakukan pengadukan secara manual selama 2 menit

dalam kondisi suhu 600C (7). Ekstrak etanol daun beluntas

dimasukkan kedalam campuran 7, kemudian dicampur menggunakan

ultrasonifier selama 2 menit dilanjutkan dicampur menggunakan

mixer dengan kecepatan skala 2 selama 3 menit. Kemudian terakhir

ditambahkan parfume dan dicampur menggunakan mixer selama 1

menit.

c. Pengujian daya sebar

Pengujian daya sebar merupakan hasil dari modifikasi

metode pengukuran daya sebar (Garg, Aggrawal, Garg, and Singla,

2002). Deodoran ekstrak etanol daun beluntas ditimbang sebanyak 1

gram diletakkan ditengah kaca bulat berskla. Kaca bulat lain yang

sudah ditimbang diletakkan diatasnya dan ditambahkan beban hingga

125 gram. Diamkan selama 1 menit kemudian diukur diameter

penyebaran yang terbentuk.

Deodoran ekstrak etanol daun beluntas dimasukkan kedalam

wadah dan dipasang pada. Nilai viskositas deodoran ditunjukkan oleh

jarum penunjuk saat viscostester dinyalakan. Hasilnya dicatat.

Pengujian dilakukan setelah deodoran selesai dibuat (48 jam) dan

setelah disimpan selama satu bulan (30 hari).

e. Pengujian mikromeritik

Deodoran ekstrak etanol daun beluntas diletakkan diatas

gelas objek. Kemudian ditutup dengan gelas penutup. Diameter

partikel yang ada diukur sebanyak 300-500 partikel (Martin et al,

1993). Pengujian dilakukan padadeodoran ekstrak etanol daun

beluntas setelah selesai dibuat (24-28 jam) dan setelah disimpan

selama satu bulan. pengukuran diameter droplet dilakukan dengan

menggunakan software Motic image Plus 2.0 hingga didapatkan

diameter (µm) dari 500 droplet yang akan diukur.

Dokumen terkait