• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TARI WURA BONGI MONCA SANGGAR LA-HILA,

4.1 Bentuk Pertunjukan Tari Wura Bongi Monca

4.1.3 Tata Rias dan Busana Tari

Tata rias dan busana dalam seni pertunjukan adalah salah satu komponen penunjang yang penting karena memiliki sifat visual. Dalam sebuah pertunjukan penonton tentu akan melihat dan mengamati secara seksama tata rias dan busana yang dikenakan oleh para penari.

Tata rias dan busana memiliki peran penting dalam sebuah pertunjukan, karena melalui tata rias dan busana penonton dapat mengetahui karakter dari tari an tersebut. Tata rias dan busana juga dapat memberikan identitas pada suatu tari an, sehingga tari an ini memiliki ciri khas tersendiri yang dapat membedakan tari yang satu dengan tari yang lain.

Tata rias dan busana dalam tari Wura Bongi Monca bertujuan agar penari terlihat seragam, sehingga menjadikan tari penyambutan ini tidak hanya kompak dalam bergerak, tetapi juga indah dalam penampilannya. Keseragaman kostum

dalam tari Wura Bongi Monca dimaksudkan untuk membuat penyajian tari an ini tampak harmonis dan rapi, sehingga kesan yang ditampilkan akan dapat menyenangkan perasaan penonton.

4.1.3.1 Tata Rias Tari Wura Bongi Monca

Tata rias dalam tari Wura Bongi Monca bertujuan untuk mempercantik wajah penari, mempertegas bentuk wajah dan mimik penari. Tata rias juga memiliki peran yang tidak kalah penting dalam pertunjukan tari Wura Bongi Monca, karena melalui tata rias, wajah penari tampak lebih cantik, sehingga penonton senang untuk melihatnya.

Tata rias tari Wura Bongi Monca yang dikembangkan oleh Sanggar La-Hila menggunakan tata rias pentas. Hal ini dimaksudkan menambah artistik pada tari an sehingga penonton merasa semakin tertari k untuk menyaksikan pertunjukan tari an ini. Selain tata rias wajah, bagian kepala penari juga tampak ditata agar terlihat lebih indah. Tata rias wajah dan kepala penari juga dibuat menjadi menarik, sebagaimana tampak dalam foto di bawah ini.

Foto 8. Tata Rias Wajah dan Kepala Dokumentasi : IGA Ananta Wijayantri

Tata rias tari Wura Bongi Monca seperti tampak pada foto di atas, menggunakan beberapa alat dan bahan tata rias, antara lain, seperti bedak, lipstick, pensil alis, merah pipi, eyesadow dan lainnya. Sementara, bagian kepala penari menggunakan sanggul modern dengan hiasan bunga matahari berwarna merah.

Dalam setiap pertunjukan tari Wura Bongi Monca memiliki tampilan yang senantiasa berbeda pada bagian rias kepala, hal tersebut dikarenakan oleh jenis bunga yang digunakan untuk menghiasi kepala tidak selalu sama. Bunga yang dipakai untuk menghiasi kepala penari itu, yakni menggunakan bunga plastik. Bunga yang dipakai biasanya bermacam-macam dengan warna yang berbeda-beda pula, seperti mawar merah, mawar putih, melati, cempaka putih, cempaka kuning, dan lain sebagainya.

4.1.3.2 Kostum/busana Tari Wura Bongi Monca

Kostum atau busana tari Wura Bongi Monca merupakan sarana untuk mendukung karakter dan penyajian tari . Kostum atau busana juga merupakan bagian yang dapat menunjang pertunjukan tari agar tampak lebih indah dan menarik. Sebagaimana dengan kostum yang digunakan oleh penari Wura Bongi Monca telah dikembangkan lagi dari bentuk penyajian aslinya. Namun, pada bagian-bagian tertentu tampak masih mendapat pengaruh dari budaya masyarakat Bugis, Makasar, Sulawesi Selatan. Tujuan pengembangan yang terdapat pada kostum atau busana tari Wura Bongi Monca Sanggar La-Hila ini, yaitu agar dapat menunjang penyajian tari Wura Bongi Monca sehingga tampak lebih indah dan menarik, sebagaimana tampak pada foto di bawah ini.

Adapun kostum atau busana tari Wura Bongi Monca adalah sebagai berikut:

a. Memakai baju bodo dengan warna yang dapat disesuaikan dengan keinginan penata, baik warna merah, kuning, putih, ungu, hijau dan lain sebagainya. Baju bodo dibuat dengan menggunakan bahan dasar kain kaca, kain sutra, atau jenis kain lainnya yang dianggap menarik. Baju bodo tersebut dibuat dengan ditambahkan hiasan manik-manik yang berwarna emas atau berwarna warni. Selain itu ditambahkan pula renda berwarna

Foto 9. Busana Tari Wura Bongi Monca Sanggar La-Hila, Dompu Dokumentasi: IGA Ananta Wijayantri

Tanggal 21 Desember 2013  

emas untuk hiasan pinggiran, seperti bagian lengan tangan, bagian leher, dan pinggang. Salah satu contoh baju bodo yang digunakan dalam tari ini tampak dalam foto di bawah ini.

b. Untuk bagian bawahan memakai celana hitam, kemudian mengenakan kain sutra atau kain songket atau jenis kain lainnya, yang dianggap bagus dan menarik. Tujuan dari memakai celana ini agar kaki penari terlihat seragam dan rapi. Selain itu, celana juga bertujuan untuk menutup betis penari sesuai dengan ajaran syariah Islam. Celana juga dibuat dengan tujuan agar dapat dipakai secara bergantian oleh para penari. Selain itu, celana juga dianggap memiliki bahan yang dapat bertahan lebih lama dibandingkan memakai stoking atau kaos kaki panjang berwarna kulit. Model celana yang digunakan tampak pada foto di bawah ini.

Foto 10. Busana Tari: Baju Bodo Dokumentasi: IGA Ananta Wijayantri

Celana yang tampak pada foto tersebut di atas dibuat dengan menggunakan bahan dasar kain katun, yang dianggap bagus dan indah.

c. Memakai ikat pinggang (salepe), dengan 2 macam salepe, yaitu pertama, sebagai pengikat kain ditutupi oleh baju bodo. Kedua, sebagai hiasan yang dipakai setelah baju bodo.

Jenis salepe yang pertama dipakai dengan tujuan mengencangkan kain (tembe) agar tidak mudah lepas, seperti ikat pinggang biasa atau dapat pula memakai tali rafia sebagaimana tampak seperti di bawah ini.

Foto 11. Kostum Tari: Celana dan Kain Dokumen : IGA Ananta Wijayantri

Untuk jenis salepe yang kedua dibuat dengan tujuan untuk menambah artistic atau keindahan penampilan penari. Salepe dibuat dengan warna yang dapat disesuaikan dengan keinginan masing-masing atau disesuaikan dengan warna tembe atau dapat dipilih warna lain yang dianggap menarik, seperti salepe merah yang dihias dengan renda berwarna emas, sebagaimana tampak pada foto di bawah ini.

Foto di atas merupakan salah satu contoh salepe yang paling sering dipakai dalam pertunjukan tari Wura Bongi Monca. Selain contoh salepe

 

   

Foto 13. Contoh Salepe yang Dipakai Untuk Menambah Artistic Dokumentasi : IGA Ananta Wijayantri

Tanggal 21 Dsember 2013.

Foto 12. Contoh Salepe Untuk Mengencangkan Kain Dokumentasi: IGA Ananta Wijayantri

tersebut ada pula contoh salepe lain yang dibuat dan dipakai dengan tujuan untuk menambah penampilan penari menjadi lebih indah, seperti salepe warna kuning, jingga dan coklat, sebagaimana tampak pada foto di bawah ini.

4.1.3.3 Perhiasan (Aksesoris)

Para penari Wura Bongi Monca masing-masing memakai kalung panjang (kondo naru) dan anting panjang (giwa naru), serta memakai gelang tangan ( jima naru), sebagaimana tampak pada foto di bawah ini.

Foto 15. Anting (Giwa Naru) dan Kalung (Kondo Naru) Dokumentasi : IGA Ananta Wijayantri

Tanggal 21 Desember 2013. Foto 14. Macam-macam Contoh Salape

Dokumentasi : IGA Ananta Wijayantri Tanggal 21 Desember 2013.

Foto di atas tampak penari mengenakan gelang tangan. Gelang tersebut merupakan bentuk atau model gelang yang sering digunakan oleh penari Wura Bongi Monca, yang disebut jima naru.

Dari tampilan foto-foto tersebut di atas menunjukkan bahwa perhiasan yang dikenakan oleh para penari, yakni anting, kalung dan gelang kiranya juga telah mendapat pengaruh dari budaya masyarakat Bugis, Makasar, Sulawesi Selatan yang tinggal di daerah Dompu.

Foto 16. Busana Lengkap Tari Wura Bongi Monca Dokumentasi: IGA Ananta Wijayantri

Tanggal 21 Desember 2013.    

4.1.3.4 Properti Tari Wura Bongi Monca

Boko, tempat beras kuning (bongi monca). Boko berbetuk seperti mangkok atau seperti gelas besar, dibuat dengan menggunakan kertas karton sebagai bahan dasar yang kemudian dibalut dengan kain dan renda berwarna emas, serta ditambah dengan manik-manik yang berwarna emas pula, sebagaimana tampak pada foto di bawah ini.

Dokumen terkait