BAB III Metodologi Penelitan
F. Teknik Analisis Data
a) Analisis Regresi linear Berganda
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis linier berganda. Analisis regresi linier berganda merupakan suatu teknik analisis statistik yang mempelajari hubungan antara sebuah variabel terkait (dependent variabel) dengan beberapa variabel bebas (independent variable) melalui suatu persamaan statistik, yang sering dijuga disebut dengan model statistik yang berdasarkan prinsip hubungan atau fungsi statistik (Abuzar Asra, 2017).
36 Keguanaan dari analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif.
Bentuk persamaan modal regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan :
BOPO : Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional.
α : Bilangan Konstant
β1 – β4 : Koefisien Regresi dari masing-masing variabel independen
D_Konversi
Dummy 1 : Sesudah Konversi Dummy 0 : Sebelum Konversi
FDR : Financing to Deposit Ratio NPF : Non Performing Financing DPK : Dapa Pihak Ketiga
ᵋ : Variabel Residual
37 G. Teknik Pengolahan Data
1. Pengujian Asumsi Klasik a) Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian (Ghozali, 2011). Tujuan Uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped).
Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan (Santoso S. , 2010).
Uji normalitas pada multivariate sebenarnya sangat kompleks, karena harus dilakukan pada seluruh variabel secara bersama sama.
Namun, uji ini bisa juga dilakukan pada setiap variabel-variabel tersebut juga bisa di anggap memenuhi asumsi normalitas (Santoso S. , Statistik Multivariat (Konsep dan Aplikasi dengan SPSS), 2010).
38 Untuk mendeteksi apakah residualnya berdistribusi normal atau tidak dengan membandingkan nilai Jarque Bera (JB) dengan X2 tabel, yaitu :
a) Jika probabilitas Jarque Bera (JB)> 0,05, maka residualnya berdistribusi normal
b) Jika probabilitas Jarque Bera (JB)< 0,05, maka residualnya berdistribusi tidak normal (Basuki, Pengantar Ekonometrika (Dilengkapi Pengguna Eviews), 2016).
b) Uji Multikolienieritas
Multikoliniearitas adalah persoalan derajat (degree) dan bukan persoalan jenis (kind). Artinya bahwa masalah Multikoliniearitas bukanlah masalah mengenai apakah korelasi di antara variabel-variabel bebas negatif atau positif, tetapi merupakan persoalan mengenai adanya korelasi di antara variabel-variabel bebas.
Multikoliniearitas pada hakekatnya adalah fenomena sampel.
Dalam model fungsi regresi populasi (Population Regression Function = PRF) diasumsikan bahwa seluruh variabel bebas yang termasuk dalam model mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel tak bebas Y, tetapi mungkin terjadi bahwa dalam sampel tertentu.
39 Masalah Multikoliniearitas hanya berkaitan dengan adanya hubungan linier di antara variabel-variabel bebas Artinya bahwa masalah Multikoliniearitas tidak akan terjadi dalam model regresi yang bentuk fungsinya berbentuk non-linier, tetapi masalah Multikoliniearitas akan muncul dalam model regresi yang bentuk fungsinya berbentuk linier di antara variabel-variabel bebas.
Multikonearitas adalah adanya hubungan eksak linier antar variabel penjelas. Multikonearitas diduga terjadi bila nilai R2 tinggi, nilai t semua variabel penjelas tidak signifikan, dan nilai F tinggi.
c) UjiAutokolerasi
Autokorelasi adalah adanya hubungan antar residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain. Konsekuensi autokorelasi adalah biasnya varians dengan nilai yang lebih kecil dari nilai sebenarnya, sehingga nilai R kuadrat dan F-statistik yang dihasilkan cenderung sangat berlebih (overestimated). Cara mendeteksi adanya autokorelasi adalah d dengan membandingkan nilai Durbin Watson statistik hitung dengan Durbin Watson (DW).
Untuk medeteksi adanya serial korelasi dengan membandingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel (probabilitasnya), yakni:
40 a. Jika probabilitas F statistic > 0,05, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah serial korelasi diterima.
b. Jika probabilitas F statistic < 0,05, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah serial korelasi ditolak. Analisis Hasil Ouput : karena Jika probabilitas F statistic 0,75 > 0,05, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah serial korelasi diterima.
d) Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedasitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas (Slamet, 2017). Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi heteroskedasitas adalah dengan mentrasnformasikan ke dalam bentuk logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif, atau dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan variabel yang mengalami.
41 2. Hipotesis
a) Uji Statistik t (parsial)
Uji t diguakan untuk mengetahui adakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen. Derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,005. Apabila nilai signifikansi nilai signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan maka kita menerima hipotesisi alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen. Uji t, pada dasarrnya menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara parsial dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian ini dilakukan uji dua arah dengan hipotesis:
H0 : β1 = 0
Artinya tidak ada pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependen.
Ha : β1 < 0 atau β1 > 0
Artinya ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (Mulyono, 2018).
a. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) merupakan suatu ukuran yang menunjukan besar sumbangan dari variabel penjelas terhadap
42 variabel reason. Dengan kata lain, koefisien determinasi menunjukan ragam (variasi) naik turunnya Y yang diterangkan oleh pengaruh linier X (berapa bagian keragaman dalam variabel Y yang dapat dijelaskan oleh beragamnya nilai-nilai observasi yang diperoleh. Dalam hal ini koefisien determinasi sama dengan satu berarti ragam naik turunnya Y seluruhnya disebabkan oleh X. Dengan demikian, bila nilai X diketahui, nilai Y dapat diramalkan secara sempurna (Sugiarto, 2006).
Jadi, kegunaan koefisien determinasi adalah:
1. Sebagai ukuran ketepatan atau kecocokan garis regresi yang dibentuk dari hasil pendugaan terhadap sekelompok data hasil observasi. Makin besar nilai R2 semakin bagus garis regresi yang terbentuk. Sebaliknya tersebut dalam mewakili data hasil observasi.
2. Mengukur besar proporsi (persentase) dari jumlah ragam Y yang diterangkan oleh model regresi atau untuk mengukur besar sumbangan variabel penjelas X terhadap ragam variabel respon Y.
b) Uji Statistik F (Simultan)
Pengujian Hipotesis secara simultan (Uji Statistik F) Uji F digunakan Untuk Menguji apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen (Hartono, 2018).
43 Dasar pengambilan keputusan dalam uji F berdasarkan nilai F hitung dari F table :
a. Jika nilai Fhitung > Ftabel maka variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai Fhitung < Ftabel maka variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji F berdasarkan nilai signifikansi
a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai signifikasi > 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
44
BAB IV Hasil Penelitian
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan
Gagasan untuk mendirikan Bank milik Pemerintah Daerah di Aceh tercetus atas prakarsa Dewan Pemerintah Daerah Peralihan Provinsi Atjeh (sekarang disebut Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam). Setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah peralihan Provinsi Aceh di Kutaraja (sekarang Banda Aceh) dengan Surat Keputusan Nomor 7/DPRD/5 tanggal 7 September 1957, beberapa orang mewakili Pemerintah Daerah menghadap Mula Pangihutan Tamboenan, wakil Notaris di Kutaraja, untuk mendirikan suatu Bank dalam bentuk Perseroan Terbatas yang bernama “PT Bank Kesejahteraan Atjeh, NV” dengan modal dasar ditetapkan Rp 25.000.000.1
Bank Aceh juga memulai aktivitas perbankan syariah dengan diterimanya surat Bank Indonesia No.6/4/Dpb/BNA tanggal 19 Oktober 2004 mengenai Izin Pembukaan Kantor Cabang Syariah Bank dalam aktivitas komersial Bank. Bank mulai melakukan kegiatan operasional berdasarkan prinsip syariah tersebut pada 5 November 2004.
1 http://www.bankaceh.co.id/?page_id=82 (diakses pada 21 Juli 2020 pukul 10.32 WIB)
45 Sejarah baru mulai diukir oleh Bank Aceh melalui hasil rapat RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) tanggal 25 Mei 2015 tahun lalu bahwa Bank Aceh melakukan perubahan kegiatan usaha dari sistem konvensional menjadi sistem syariah seluruhnya. Maka dimulai setelah tanggal keputusan tersebut proses konversi dimulai dengan tim konversi Bank Aceh dengan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Setelah melalui berbagai tahapan dan proses perizinan yang disyaratkan oleh OJK akhirnya Bank Aceh mendapatkan izin operasional konversi dari Dewan Komisioner OJK Pusat untuk perubahan kegiatan usaha dari sistem konvensional ke sistem syariah secara menyeluruh.
Izin operasional konversi tersebut ditetapkan berdasarkan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor. KEP-44/D.03/2016 tanggal 1 September 2016 Perihal Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Syariah PT Bank Aceh yang diserahkan langsung oleh Dewan Komisioner OJK kepada Gubernur Aceh Zaini Abdullah melalui Kepala OJK Provinsi Aceh Ahmad Wijaya Putra di Banda Aceh.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa kegiatan operasional Bank Aceh Syariah baru dapat dilaksanakan setelah diumumkan kepada masyarakat selambat-lambatnya 10 hari dari hari ini.
Perubahan sistem operasional dilaksanakan pada tanggal 19 September 2016 secara serentak pada seluruh jaringan kantor Bank
46 Aceh. Dan sejak tanggal tersebut Bank Aceh telah dapat melayani seluruh nasabah dan masyarakat dengan sistem syariah murni mengutip Ketentuan PBI Nomor 11/15/PBI/2009.
Proses konversi Bank Aceh menjadi Bank Syariah diharapkan dapat membawa dampak positif pada seluruh aspek kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Dengan menjadi Bank Syariah, Bank Aceh bisa menjadi salah satu titik episentrum pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah yang lebih optimal.
Roadmap Konversi Bank Aceh
25 Mei 2015 : RUPSLB penetapan konversi.
6 Agustus 2015 : Kick off konversi
8 Juni 2015 : Pembentukan tim project manajement (Tahapan/proses administrasi persiapan konversi)
6 Agustus 2016 : Soft Launching (Tahapan/proses administrasi persiapan konversi).
16 September 2016 Cut off sistem Konvensional.
19 September 2016 Go live Bank Aceh Syariah.
3 Oktober 2016 Grand Launching Bank Aceh Syariah.
2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Menjadi “Bank Syariah Terdepan dan Terpercaya dalam Pelayanan di Indonesia”
47 Misi
a. Menjadi penggerak perekonomian Aceh dan pendukung agenda pembangunan daerah
b. Memberi layanan terbaik dan lengkap berbasis TI untuk semua segmen nasabah, terutama sektor usaha kecil, menengah, sektor pemerintah maupun korporasi
c. Menjadi bank yang memotivasi karyawan, nasabah dan stakeholders untuk menerapkan prinsip syariah dalam muamalah secara komprehensif (syumul)
d. Memberi nilai tambah yang tinggi bagi pemegang saham dan masyarakat Aceh umumnya.
e. Menjadi perusahaan pilihan utama bagi profesional perbankan syariah di Aceh.
B. Hasil Pengujian Data 1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Asumsi untuk dapat melihat data berdistribusi normal dapat dilihat apabila nilai Efesiensi dari Asymp. Sig. (2-tailed) tidak signifikan lebih dari 5%
(0.5).
48
Test Statistic .073
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d Tabel 4.1 One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test
Hasil uji normalitas data dilihat pada tabel 4.1 bahwa jumlah nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0.200 berarti diatas 5% atau 0.05. berarti dapat dikatakan dari hasil data diatas bahwa data berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebeas dalam suatu model regresi linier berganda. Hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terkaitnya menjadi terganggu, jika ada korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebasnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Melihat VIF Jika nilai VIF lebih kecil dari 10.00 maka artinya tidak terjadi multikolinearitas terhadap data yang diuji. Sebaliknya, jika nilai
49 VIF lebih besar dari 10.00 maka artinya terjadi multikolinearitas terhadap data yang diuji.
Model
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolieniritas pada table 4.2 pada model regresi korelasi antar variabel independen dummy konversi, DPK, FDR dan NPL. Pada kolom Centred VIF, dari empat variabel tidak ada yang lebih besar dari 10, sedangkan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolieniritas pada keempat variabel bebas tersebut.
c. Uji Autokorelasi
Uji ini dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara variabel pengganggu pada periode t ke periode
t-1 (satu
Test Valuea -0,60036
Cases < Test Value 20
Cases >= Test Value 20
50 Berdasarkan data yang sudah dikelola pada tabel 4.3 nilai Asymp Sig. (2-tailed) dalam penelitian ini sebesar 0,006 yang artinya terjadi masalah autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan yang lain.
Jika varians dari residual tidak tetep maka terjadi heterokedatisitas.
Uji heterokedatisitas dalam penelitian ini menggunakan metode uji glejser, uji glejser dilakukan dengan cara antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Uji glejser dapat menjelaskan jika nilai signifikasi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 5% atau 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas begitupun sebaliknya jika nilai kurang dari 5% atau 0,05 maka data diartikan terjadi masalah heteroskedastisitas.
Coefficientsa
Total Cases 40
Number of Runs 12
Z -2,723
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,006
a. Median
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi
51
a. Dependent Variable: ABS_RES
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedasitas
Berdasarkan tabel 4.4 menjelaskan bahwa hasil nilai signifikasi (Sig) dari semua variable tidak terjadinya gejala heteroskedastisitas karena nilai lebih dari 0,05.
2. Uji Regresi Linear Berganda
Uji Regresi Linier adalah model regresi linear dengan melibatkan lebih dari satu variable bebas atau predictor. Hasil uji berikut
menggunakan program IBM SPSS 20 dengan hasil sebagai berikut:
Coefficientsa
52 DPK -5,383 10,388 -0,518 0,608
FDR -0,035 0,198 -0,174 0,863
NPF 2,805 0,898 3,124 0,004
Dependent Variable: BOPO
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.5 diperoleh koefisien untuk
BOPOt=153,136 + 15,734 Dummy Konversi -5,383 DPKt - 0,035 FDRt + 2,805 NPFt + et
Persamaan regresi ini dapat diterangkan sebagai berikut:
a. Unstandar Koefisien mengandung pengertian bila tidak ada perubahan pada variable X (X = 0) maka variable tidak memiliki penambahan nilai dimana nilai Constant, yaitu a = 153,136.
Nilai konstanta untuk Sig. adalah sebesar 0,409 > 0,05 maka dari itu hipotesis ditolak artinya konstanta tidak berpengaruh signifikan terhadap efesiensi bank.
b. Jika Dummy mengalami peningkatan 1 satuan, maka variable BOPO akan meningkat sebesar 15,743. Std. eror menunjukan nilai 3,823 yang artinya penyimpangan koefisien regresi yang ada dalam model regresi tersebut, semakin kecil penyimpangan dalam koefisien regresi itu bearti semakin bagus kontribusi variable tersebut terhadap variable BOPO. Nilai koefisien regresi Dummy untuk Sig. adalah sebesar 0.000 < 0,05 maka itu
53 hipotesis diterima artinya dummy berpengaruh signifikan terhadap efesiensi bank.
c. Jika DPK mengalami peningkatan 1 satuan maka variable BOPO akan menurun sebesar -5,383. Std. eror menunjukan nilai 10,388 yang artinya penyimpangan koefisien regresi yang ada dalam model regresi tersebut, semakin kecil penyimpangan dalam koefisien regresi itu bearti semakin bagus kontribusi variable tersebut terhadap variable BOPO. Nilai koefisien regresi DPK untuk Sig. adalah sebesar 0,068 > 0,05 maka dari itu hipotesis ditolak artinya dana pihak ketiga tidak berpengaruh signifikan terhadap efesiensi bank.
d. Jika FDR mengalami peningkatan 1 satuan maka variable BOPO akan menurun sebesar -0,035. Std. eror menunjukan nilai 0,198 yang artinya penyimpangan koefisien regresi yang ada dalam model regresi tersebut, semakin kecil penyimpangan dalam koefisien regresi itu bearti semakin bagus kontribusi variable tersebut terhadap variable BOPO. Nilai koefisien regresi FDR untuk Sig. adalah sebesar 0,863 > 0,05 maka daari itu hipotesis ditolak artinya FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap efesiensi bank.
e. Jika NPF mengalami peningkatan 1 satuan maka variable BOPO akan meningkat sebesar 2,805. Std. eror menunjukan nilai 0,898 yang artinya penyimpangan koefisien regresi yang ada dalam
54 model regresi tersebut, semakin kecil penyimpangan dalam koefisien regresi itu bearti semakin bagus kontribusi variable tersebut terhadap variable BOPO. Nilai koefisien regresi NPF untuk Sig. adalah sebesar 0,004 < 0,05 maka itu hipotesis diterima artinya NPF berpengaruh signifikan terhadap efesiensi bank.
3. Uji Hipotesis (Parsial)
a. Uji t (Uji Signifikansi Parsial)
Uji t dilakukan untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan masing –masing nilai koefisien regresi (b1 dan b2) secara sendiri-sendiri terhada variabel terkait (Y). dalam penelitian ini uji t digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh signifikan antara Dummy, DPK (Dana Pihak Ketiga), FDR (Finance to Deposit Ratio), NPL (Net Performing Loan) terhadap Efesiensi (BOPO), dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dummy Konversi menunjukan hubungan tidak berpengaruh terhadap Efesiensi (BOPO) dengan melihat nilai probabilitas sebesar 0.000 < 0.05, maka ada pengaruh variable bebas Dummy terhadap variable terikat BOPO. Berdasarkan tabel output spss diketahui nilai t hitung 4,118 > t tabel 2,03011. Maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima. Artinya ada pengaruh Dummy (X1) terhadap BOPO (Y)
55 2. Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukan hubungan berpengaruh terhadap Efesiensi (BOPO) dengan melihat nilai probabilitas sebesar 0,608 > 0.05, maka tidak ada pengaruh variable bebas DPK (X2) terhadap BOPO (Y).
Berdasarkan tabel output spss diketahui nilai t hitung -0,518 < t tabel 2,03011. Maka dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak. Artinya tidak ada pengaruh DPK (X2) terhadap BOPO (Y)
3. Finance to Deposit Ratio (FDR) menunjukan hubungan berpengaruh terhadap Efesiensi (BOPO) dengan melihat nilai probabilitas sebesar 0,863 > 0.05, maka tidak ada pengaruh variable bebas FDR (X3) terhadap BOPO (Y).
Berdasarkan tabel output spss diketahui nilai t hitung -0,174 < t tabel 2,03011. Maka dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak. Artinya tidak ada pengaruh FDR (X3) terhadap BOPO (Y)
4. Net Performing Finance (NPF) menunjukan hubungan tidak berpengaruh terhadap Efesiensi (BOPO) dengan melihat nilai probabilitas sebesar 0,004 < 0.05, maka ada pengaruh variable bebas NPF (X4) terhadap BOPO (Y).
Berdasarkan tabel output spss diketahui nilai t hitung 3,124 > t tabel 2,03011. Maka dapat disimpulkan bahwa
56 H1 diterima. Artinya ada pengaruh NPF (X4) terhadap BOPO (Y)
b. Uji R2 (Uji Signifikansi Parsial)
Model Summaryb
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std.
Error of the Estimate 1 .658a 0,433 0,368 6,50684
a. Predictors: (Constant), NPL, FDR, Dummy, DPK b. Dependent Variable: BOPO
Tabel 4.6 Hasil Uji R2
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa nilai Adjusted R-Square sebesar 0,433 artinya variabel independen Dumy
Konversi, Dana Pihak Ketiga (DPK), Finance to Deposit Ratio (FDR), Net Performing Finance (NPF) mampu menjelaskan variabel dependen Profitabilitas Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional sebesar 43,3% sedangkan sisanya 56,7%
dipengaruhi variabel lain diluar model regresi. Multiple R menjelaskan bahwa korelasi antar variable bebas dengan variable tergantungnya (tidak bebas) sebesar 0,658. Adjust R Square
57 sebesar 0,368 bearti variable Y dapat dijelaskan oleh variable X sebesar 36%. Std Eror of the Estimate menunjukan nilai 6,50684 yang artinya sampling variable ini lemah.
c. Uji F (Uji Signifikansi Simultan)
Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependennya, maka digunkan uji-f dengan menggunakan cara membandigkan F-s
tik dengan F- tabel.
Tabel 4.7 Hasil Uji F
Berdasarkan tabel, diperoleh nilai Sig. = 0,00 yang berarti <
kriteria signifikan (0,05), dengan demikian model persamaan regresi berdasarkan data penelitian adalah signifikan artinya, model regresi linier memenuhi kriteria linieritas.
Berdasarkan tabel, diperoleh nilai F = 6,684. Karena nilai F
58 regresi berdasarkan data penelitian adalah X1, X2, X3, X4 secara simultan berpengaruh terhadap Y
C. Pembahasan
Adapun pembahasan menurut penulis terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Sebelum dan Sesudah Kebijakan Konversi terhadap Efesiensi Bank Aceh
Konversi adalah suatu proses perubahan dari suatu satu sistem ke sistem lainnya yang lebih baik, atau perubahan bentuk hukum pada sebuah bank ataupun lembaga keuangan menjadi bentuk badan hukum lainnya, Kebijakan konversi yang dialami oleh BPD Aceh atas peraturan daerah Undang – Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Bank melakukan pengkonversian terdapat perubahan sistem secara menyeluruh dan berpengaruh kepada efesiensi bank.
BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitin menunjukan bahwa sebelum dan sesudah Kebijakan Konversi berpengaruh terhadap
59 BOPO dengan melihat nilai koefisien 15,743 dan tingkat Sig, sebesar 0.000.
Pada tahun pertama setelah Bank Aceh melakukan Konversi BOPO mengalami peningkatan sebesar 93,86% pada Laporan Keuangan triwulan III tahun 2016 sebelumnya pada triwulan II nilai BOPO sebesar 74.14% peningkatan ini juga didukung dengan kenaikan DPK sebesar 16.932.548 sebelumnya 15.282.348.
Penelitian ini menunjukan bahwa kebijakan konversi yang diukur dengan Variabel Dummy berpengaruh terhadap efesiensi (BOPO). Pelaksanaan konversi berpengaruh terhadap tingkat Efesiensi Bank Aceh. Jika dilihat dari sisi efisiensi, kualitas aset dan stabilitas institusi menunjukkan hasil yang sangat positif dengan tebukti dapat menjaga kesehatan bank nya seperti tetap berada di zona sehat dengan hasil dibawah 5% terkait dengan NPL dan NPF nya serta memiliki CAR dan ROA yang sangat signifikan mendorong potensi bank agar tetap tidak dalam insolvency atau kepailitan dan tercukupnya ketersediaan modal yang dapat diandalakan.
2. Pengaruh Finance to Deposit Ratio (FDR) terhadap efesiensi (BOPO)
Financing to Deposit Ratio (FDR), digunakan untuk indikasi
tingkat kemampuan sebuah bank dalam menyalurkan dana yang berasal dari masyarakat. Penyaluran dana ini didapat dari tabungan, giro dan deposito. Apabila FDR menunjukkan rasio yang tinggi,
60 artinya bank tersebut menyalurkan dana yang dimilikinya dan apabila rasio rendah, maka bank itu kelebihan kapasitas dana yang siap dipinjamkan.
Nilai koefisien regresi FDR untuk Sig. adalah sebesar 0,863 > 0,05 maka daari itu hipotesis ditolak artinya FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap efesiensi bank. Diketahui nilai t hitung -0,174 < t tabel 2,03011. Maka dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak. Artinya tidak ada pengaruh FDR (X3) terhadap BOPO (Y).
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa FDR tidak mempengaruhi efesiensi bank, begitu juga secara parsial FDR tidak
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa FDR tidak mempengaruhi efesiensi bank, begitu juga secara parsial FDR tidak