Dampak Konversi Terhadap Tingkat Efesiensi di Bank Aceh SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Tuanku Michael Hakim Lim NIM. 1113046000110
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M
i
Dampak Konversi Terhadap Tingkat Efesiensi di Bank Aceh
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh:
Tuanku Michael Hakim Lim NIM. 1113046000110 Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I
Prof. Dr. Mohammad Nur Rianto Al Arif, M.Si NIP. 19811013 200801 1 006
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing II
Prilla Kurnia Ningsih. Lc., ME.Sy NIDN. 2008048301
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 9 Juni 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Tuanku Michael Hakim Lim
2. NIM : 1113046000110
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Dampak Konversi Terhadap Tingkat Efesiensi di Bank Aceh
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 Juni 2020
1. Dr. Erika Amelia, SE., M. Si (________________)
NIP. 19771109 200912 2 001 Ketua
2. Dr. Sofyan Rizal, M. Si (____________ ___) NIP. 19760430 201101 1 002 Penguji Ahli
3. Prof. Dr. Muhammad Nur Rianto Al Arif, M. Si (___________ __) NIP. 18811013 200801 1 006 Pembimbing I
4. Prilla Kurnia Ningsih. Lc., ME.Sy (______________) NIDN. 2008048301 Pembimbing II
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi yang berjudul “Dampak Konversi Terhadap Tingkat Efesiensi di Bank Aceh” merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Program Studi Perbankan Syariah di UIN Jakarta, Jakarta Selatan
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Jakarta, Jakarta Selatan.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Jakarta, Jakarta Selatan.
Jakarta, 30 Mei 2020
(Tuanku Michael Hakim Lim)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Pribadi
1. Nama : Tuanku Michael Hakim Lim
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juli 1993
3. Alamat : Jl. Kemuning Blok F2 no 12,
Kedaung 2. Pendidikan
1. SD : SDS Waskito III
2. SMP : SMPN 17 Kota Tangsel
3. SMA : SMAN 4 Kota Tangsel
3. Pengalaman Organisasi
Rohis SMAN 4 Kota Tangsel
COINS UIN Syarif Hidayatullah
Pengusaha Kampus Tangsel
4. No. Telp : 0857.1850.2463
v ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the Impact of Conversion on the Level of Efficiency at Bank Aceh. This study uses Bank Aceh Syariah data published on the official website of Bank Aceh 2010 to 2018. The results of data analysis using multiple regression methods using dummy variables to measure the policy of conversion to efficiency. The variables used are Conversion dummy and Third Party Funds (DPK), Non Performing Finance (NPF), and Finance to Deposit Ratio (FDR). The results showed that the conversion dummy variable had an effect on efficiency, DPK had a negative and significant effect on efficiency, NPF had a positive and significant effect on efficiency while FDR had a negative and significant effect on efficiency.
Keywords: Conversion, DPK, NPF, FDR, Regression
vi ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Dampak Konversi Terhadap Tingkat Efesiensi di Bank Aceh. Penelitian ini menggunakan data Bank Aceh Syariah yang dipublikasikan oleh website resmi Bank Aceh 2010 sampai 2018.
Hasil analisis data menggunakan metode regresi berganda dengan menggunakan variabel dummy untuk mengukur kebijakan Konversi terhadap efesiensi. Variabel yang digunakan adalah dummy Konversi serta Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Finance (NPF), dan Finance to Deposit Ratio (FDR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dummy Konversi berpengaruh terhadap Efesiensi, DPK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap efesiensi, NPF berpengaruh positif dan signifikan terhadap efesiensi sedangkan FDR berpengaruh negative dan signifikan terhadap efesiensi.
Kata Kunci: Konversi, DPK, NPF, FDR, Regresi
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelsaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW serta para sahabatnya yang telah membawa umatnya ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi. Syukur Alhamdulillah, berkat kerja keras serta doa dan dorongan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelsaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu tugas akademis dalam menyelsaikan Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan trimakasih kepada.
1. Bapak Dr.Ahmad Tholabi Kharlie, S.H, M.H, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarifhidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E,AK,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarifhidayatullah Jakarta.
3. Bapak AM.Hasan Ali, M.A, dan Bapak Abdurrauf, Lc, M.A selaku Tim Task Force Passing Out Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarifhidayatullah Jakarta.
viii
4. Ibu Dr. Erika Amelia,S.E, M,Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syariah dan Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, MM selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarifhidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr. M. Nur Rianto Al-Arif, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, arahan dan wawasan ilmu pengetahuan dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.
7. Pimpinan dan seluruh staff akademik dan staff perpustakaan utama dan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta.
8. Teman-teman Komunitas Pengurus Jaber (Jagoan Berbagi) 9. Teman-teman Komunitas HiBer (Hijau Bersaudara)
10. Teman-teman seperjuangan passing out.
11. Adik – Adik tercinta Clarissa, Vanessa, Leo, Rena, Brayant,dan Lia.
12. Istri tercinta Amelisah dan Mikhayla Putri Alhakim selaku anak pertama yang selalu menyemangati penulis agar penelitian ini selsai.
13. Serta seluruh pihak yang telah berjasa namun belum mampu penulis sebutkan satu-persatu.
ix
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu selsainya skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan yang lebih baik lagi. Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembacanya. Amin Yaa Rabbal A’alamin.
Jakarta, Mei 2020 Penulis
x DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat ... 7
1. Tujuan Penelitian ... 7
2. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II Tinjauan Pustaka ... 9
1. Karakteristik Dasar Perbankkan Syariah ... 9
2. Perubahan (Konversi) Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah ... 12
3. Pelaksanaan Perubahan (Konversi) ... 14
4. Konsep Pengukuran Efisiensi Perbankan ... 15
5. Metode Pengukuran Efesiensi ... 16
a. Analisis Rasio FDR ... 16
b. Analisis Rasio NPF ... 19
c. Dana Pihak Ketiga ... 21
d. Analisis Rasio Bopo ... 22
6. Penelitian Terdahulu ... 23
7. Kerangka Pemikiran ... 26
8. Keterkaitan antar Variabel ... 27
a. Hubungan FDR terhadap efesiensi ... 27
b. Hubungan NPF terhadap efesiensi ... 28
c. Hubungan DPK terhadap efesiensi... 29
d. Hubungan Konversi terhadap efesiensi (BOPO) ... 29
9. Hipotesis ... 29
BAB III Metodologi Penelitan ... 31
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 31
B. Metode Pengumpulan Data ... 31
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 32
a. Variabel Independen (x) ... 32
b. Variabel Dependen (y) ... 34
D. Metode Pengolahan Data ... 34
xi
E. Metode Analisis Data ... 35
F. Teknik Analisis Data ... 35
a) Analisis Regresi linear Berganda ... 35
G. Teknik Pengolahan Data ... 37
1. Pengujian Asumsi Klasik... 37
2. Hipotesis ... 41
BAB IV Hasil Penelitian ... 44
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 44
1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 44
2. Visi dan Misi Perusahaan ... 46
B. Hasil Pengujian Data ... 47
1. Uji Asumsi Klasik... 47
2. Uji Regresi Linear Berganda ... 51
3. Uji Hipotesis (Parsial) ... 54
C. Pembahasan ... 58
1. Analisis Sebelum dan Sesudah Kebijakan Konversi terhadap Efesiensi Bank Aceh ... 58
2. Pengaruh Finance to Deposit Ratio (FDR) terhadap efesiensi (BOPO) ... 59
3. Pengaruh Non Performing Finance Ratio (NPF) terhadap efesiensi (BOPO) 60 4. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap efesiensi (BOPO) ... 61
BAB V PENUTUP ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
xii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Perbankan di Indonesia ... 2
Tabel 1.2 Jumlah DPK, NPF, FDR dan BOPO bank Aceh tahun 2010 - 2018 ... 5
Tabel 1.3 Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional ... 12
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 25
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 26
Tabel 4.1 One – Sample – Smirnov Test ... 36
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 38
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi ... 40
Tabel 4.4 Hasil Uji Heterokedastistas ... 44
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 55
Tabel 4.6 Hasil Uji R2 ... 66
Tabel 4.7 Hasil Uji F ... 67
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perbankan Syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat cukup baik. Banyak yang memiliki bank-bank syariah yang hadir di Indonesia yang awalnya berdiri dengan Bank Konvensional tapi sekarang memiliki Bank Syariah untuk di perkenalkan di masyarakat.
Dalam undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah menyatakan bahwa undang-undang yang khusus mengatur perbankan syariah dan dalam undang-undang ini mengatur pula mengenai kepatuhan syariah yang kewenangannya berada pada Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Undang - Undang Perbankan Syariah diharapkan dapat mendorong perkembangan dan pertumbuhan bank syariah di Indonesia lebih cepat serta mampu berperan mendorong perekonomian nasional secara lebih luas. Undang-undang tentang perbankan syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008 memberikan informasi bahwa pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin berkembang dengan baik sampai memiliki pertumbuhan secara cepat dan mampu mengajak masyarakat untuk menabung di bank-bank syariah. Hal ini dapat dilihat pertumbuhan market share perbankan syariah menembus 5,35% sampai dengan bulan Mei 2017 setelah selama 1 dekade selalu dibawah 5%. Sebelum tahun 2006,
2 komposisi asset perbankan syariah didominasi oleh dua BUS (Bank Unit Syariah), yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia.
Secara teori, asset industri perbankan yang terkonsentrasi pada sedikit perusahaan saja dapat menimbulkan risiko konsentrasi (concentrated risk) sehingga apabila terjadi masalah pada sedikit perusahaan tersebut maka
akan berdampak
signifikan.
(Keuangan, 2016).
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa perkembangan perbankan syariah di Indonesia terus meningkat dari tahun 2010 – 2018 dilihat dari
Tahun BUS UUS BPRS BUK
2010 11 23 150 122
2011 11 24 155 120
2012 11 24 158 120
2013 11 23 163 120
2014 12 22 163 119
2015 12 22 163 118
2016 13 21 166 116
2017 13 21 167 115
2018 14 20 167 155
Table 1.1 Perkembangan Jumlah Perbankan di Indonesia
3 pertumbuhan BUS, UUS dan BPRS. Sedangkan untuk pertumbuhan BUK mengalami penurunan dari tahun 2010 – 2018. Hal ini dikarenakan pengkonversian bank umum menjadi bank syariah.
Pada saat ini banyak bank syariah mulai tumbuh dan berkembang baru dari awal berdiri ataupun dari hasil spin off dari induk bank konvensional.
Namun sejak diperlakukan undang – undang No.21 tahun 2008 tentang mengenai perbankan syariah, bahwa perkembangan bank syariah sudah diatur oleh mekanisme baru yaitu dengan mekanisme akuisis dan konversi dari bank konvensional (BUK) menjadi bank umum syariah (BUS), maka penerapannya ada dua macam, yaitu pertama BUK yang memiliki UUS, mengakui bank yang relatif kecil dan mengkonversikannya menjadi syariah. Kedua , BUK melakukan pemisahan ( spin off ) UUS menjadi Bank Umum Syariah (BUS) tersendiri tersendiri.
Kedua pilihan tersebut memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, yang mana apabila suatu bank memilih untuk melakukan spin-off maka bank tersebut membutuhkan dana lebih dari Rp 500.000.000.000,- (lima ratus milyar Rupiah) untuk membentuk bank buku 1 yang cenderung sulit untuk dipenuhi, sedangkan untuk melakukan konversi dibutuhkan political will yang kuat dalam mengkonversi bank terlebih lagi pada bank yang dimiliki oleh pemerintah daerah (Hanggraeni, 2019).
4 Daerah yang memiliki potensi kuat untuk political will adalah Provinsi Aceh dimana Aceh memiliki otonomi khusus untuk membentuk peraturan daerah Syariah atau biasa disebut Qanun. Qanun Aceh No. 11 Tahun 2018 tentang mengenai Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Qanun Nomor 8 Tahun 2014 tentang pokok - pokok Syariat Islam mewajibkan bahwa lembaga keuangan yang akan beroperasi di Aceh harus melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip Syariah. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, memperkuat alasan Bank BPD Aceh ingin menjalani konversi yang diperkuat juga dengan peraturan daerah tentang pelaksanaan syariat islam. Konsekuensi dampak akibat dari peraturan ini adalah setiap lembaga keuangan diwajibkan untuk harus dikonversi menjadi lembaga keuangan Syariah. Konversi ini akan merubah dampak jenis risiko yang akan dihadapi oleh Bank.
Pada 19 September 2016 Bank Aceh secara resmi beroperasi penuh menjadi Bank Aceh Syariah. Ini seiring terbitnya izin operasional perubahan kegiatan usaha Bank Aceh menjadi bank Syariah dari Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (Antara, 2016). Dalam perkembanganya, Bank Aceh Syariah memiliki potensi yang cukup bagus.
Hal ini bisa dilihat dari rasio keuangan sebelum atau sesudah pasca konversi menjadi syariah.
5 Table 1.2 Jumlah DPK, NPF, FDR dan BOPO bank Aceh tahun 2010 - 2018
Indi kator
Periode
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 DPK
(Juta an)
9.984 .532
10.06 1.835
10.67 2.335
11.74 9.481
12.03 0.241
14.15 1.718
14.42 9.246
18.49 9.068
18.38 9.948
NPF
(%) 7.02
3.69 3.30 2.78 2.58 2.30 1.39 1.38 1.04
FDR
(%) 82.46 91.42 89.89 86.80 92.38 84.05 84.59 69.44 71.98 BOP
O
(%) 92.99
77.36 71.51 70.72 73.32 76.07 83.05 78.00 79.09
6 Berdasarkan tabel 1.2, diakhir tahun 2017 menyatakan bahwa total dana pihak ketiga yang dihimpun sebesar Rp. 18.499.068 . Dilihat dari tahun 2010 – 2017, pertumbuhan dalam menghimpun dana pihak ketiga terus meningkat. Dana pihak ketiga ini terdiri dari tabungan, giro dan deposito. Namun pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi Rp.
18.389.948. Hal ini disebabkan oleh penurunan portofolio DPK yang didominasi oleh deposito tahun 2017 sebesar Rp. 6,45 triliun menjadi Rp.
5,28 triliun.
Disisi lain dalam masalah pembiayaan atau kredit macet bisa dilihat melalui indicator rasio keuangan yaitu NPF. Pada tahun 2010, bank aceh mengalami masalah pembiayaan terhadap nasabah atau kredit macet.
Dalam peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2004, indikasi rasio NPF yang ditetapkan adalah 5%. Apabila nilai tersebut lebih dari 5% dapat dikatakan bahwa laba yang diperoleh bank menurun. Dalam perkembangnya setelah itu, pada tahun 2011 – 2018 bank mampu menekan nilai rasio NPF dibawah 5% menjadi 1.04 pada tahun 2018 yang artinya bahwa perkembangan pertumbuhan bank dalam mengatasi kredit macet atau pembiayaan bermasalah dapat diatasi oleh bank dengan baik.
Dalam melakukan pembiayaan, dilihat tahun 2010 – 2016 memiliki nilai rasio yang cukup ideal yaitu diantara 80% - 90%. Artinya bahwa tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana terhadap masyarakat sangat memungkinkan atau tidak beresiko terhadap kesehatan bank dalam
7 melakukan operasi. Namun pada tahun 2017 – 2018 mengalami penurunan, hal ini dikarenakan dampak setelah konversi.
Sedangkan dalam melihat kemampuan bank mengelola beban operasional nya dapat dilihat rasio BOPO. Pada tahun 2010 nilai rasio BOPO memiliki nilai yang sangat tinggi sebesar 92.92% yang artinya bahwa pada saat itu bank mengalami hal yang buruk dalam mengelola biaya operasional. Namun akhir nya dapat ditekan menjadi 79.09% pada tahun 2018. BOPO merupakan salah satu indikator efisiensi dana operasional bank. Semakin tinggi BOPO semakin tidak efektif biaya operasional yang dikeluarkan suatu bank.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut pada sebuah proposal skripsi yang berjudul :
“Dampak konversi Terhadap Tingkat Efisiensi di Bank Aceh”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana dampak konversi Bank Aceh setelah atau sebelum di konversi menjadi Bank Aceh Syariah. Apakah terdapat dampak terhadap tingkat efisiensi Bank Aceh
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
8 a. Untuk menganalisis NPF, DPK dan FDR terhadap efesiensi
secara parsial.
b. Untuk menganalisis NPF, DPK dan FDR terhadap efesiensi secara simultan.
2. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat. Diantaranya:
a. Bagi Penulis
Memperluas wawasan dan pengetahuan dalam pengembangan mengenai perbankan syariah khususnya dampak konversi sebelum atau sesudah menjadi perbankan syariah.
b. Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan wawasan mengenai dampak konversi perbankan konvensional menjadi perbankan syariah.
9
BAB II Tinjauan Pustaka
1. Karakteristik Dasar Perbankkan SyariahSesuai undang - undang no 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan prinsip – prinsip syariah.
(Sudarsono, 2012).
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga bank. Maka Bank Syariah adalah Lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa – jasa lainnya dalam lalulintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat islam (Muhammad, 2007)
Sedangkan berdasarkan UU no 10 tahun 1998, Bank Konvensional yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
10 mana dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran berdasarkan prosedur dan ketentuan yang ditetapkan.
Bank syariah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya tidak menggunakan system bunga, akan tetapi menggunakan prinsip dasar sesuai dengan syariah Islam. Dalam menentukan imbalannya, baik imbalan yang diberikan maupun diterima, bank syariah tidak menggunakan system bunga akan tetapi menggunakan konsep imbalan sesuai akad yang diperjanjikan (Drs. Ismail, 2011).
No Perbedaaan Bank Syariah Bank Konvensional
1 Investasi
Hanya untuk proyek dan produk yang halal serta menguntungkan
Tidak
mempertimbangkan halal atau haram asalkan proyek yang harus dibiayai menguntungkan
2 Return
Yang dibayar dan atau diterima berasal dari bagi hasil atau
pendapatan lainnya
baik yang dibayar kepada nasabah penyimpan dana dan return yang diterima dari
11 berdasarkan prinsip
syariah
nasabah pengguna dana berupa bunga
3 Perjanjian
Dibuat dalam bentuk akad sesuai dengan syariah islam
Perjanjian menggunakan hukum positif
4
Orientasi pembiayaan
tidak hanya untuk keuntungan akan tetapi kiga falah oriented, yaitu
berorientasi pada kesejahteraan masyarakat
Untuk memperoleh keuntungan atas dana yang dipinjamkan
5 Hubungan
Antara nasabah dengan bank adalah mitra
Antara nasabah dengan bank adalah kreditor dan debitur
6
Dewas Pengawas
Terdiri dari BI, Bapepam, Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Terdiri dari BI, Bapepam dan Komisaris
12 Table 1.3
Perbedaan Bank
Syariah dan Konvensional (Drs. Ismail, 2011)
2. Perubahan (Konversi) Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah Perubahan bank konvensional menjadi bank syariah ini yaitu, Pasal 2 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 64/POJK.03/2016 Tahun 2016 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah (“Peraturan OJK 64/2016”) mengatur bahwa Bank Konvensional dapat melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Syariah. Namun Bank Syariah dilarang melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Konvensional, hal ini dikarenakan bertentangan dengan prinsip syariah.
Perubahan kegiatan usaha Bank Konvensional menjadi Bank Syariah dapat dilakukan dua pilihan, yaitu:
1. Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah (BUS)
7
Penyesaian Sengketa
Diupayakan
diselesaikan secara musyawarah antara bank dan nasabahm melalui peradilan agama
Melalui pengadilan negeri setempat.
13 2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) akan menjadi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Perubahan kegiatan usaha Bank Konvensional menjadi Bank Syariah hanya dapat dilakukan dengan izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Pemberian izin ini dilakukan dalam bentuk izin perubahan kegiatan usaha secara sepenuhnya.
Rencana perubahan kegiatan secara operasional usaha Bank Konvensional menjadi Bank Syariah harus dicantumkan dalam rencana bisnis Bank Konvensional. Bank Konvensional yang akan melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Syariah harus memenuhi persyaratan, yaitu:
1. menyesuaikan anggaran dasar;
2. memenuhi persyaratan permodalan;
3. menyesuaikan persyaratan Direksi dan Dewan Komisaris;
4. membentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS); dan
5. menyajikan laporan keuangan awal sebagai sebuah Bank Syariah.
Penyesuaian anggaran dasar mengacu pada Undang-Undang yang mengatur mengenai Perbankan Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.
14 3. Pelaksanaan Perubahan (Konversi)
Permohonan izin perubahan kegiatan usaha secara seutuhnya diajukan oleh Bank Konvensional disertai dengan antara lain:
a. misi dan visi perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Syariah b. rancangan perubahan anggaran dasar
c. nama dan data identitas dari calon Pemegang Saham Pengendali (“PSP”), calon anggota Direksi, calon anggota Dewan Komisaris, dan calon anggota DPS
d. rencana bisnis Bank Syariah
e. studi kelayakan mengenai peluang pasar dan potensi ekonomi dan
f. rencana penyelesaian hak dan kewajiban nasabah.
Perubahan anggaran dasar harus dimintakan persetujuan kepada instansi yang wajib berwenang. Permohonan kepada instansi yang berwenang, yakni dapat dilakukan bersamaan dengan pengajuan permohonan izin perubahan kegiatan usaha secara sepenuhnya.
Bank Konvensional yang dapat mengajukan permohonan izin perubahan kegiatan usaha harus memberikan penjelasan mengenai keseluruhan rencana perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Syariah.
Permohonan izin atau penyampaian laporan perubahan kegiatan usaha diajukan Otoritas Jasa Keuangan dengan alamat Departemen Perbankan Syariah dengan tembusan kepada Kantor Regional Otoritas Jasa Keuangan
15 atau Kantor Otoritas Jasa Keuangan pusat, bagi BUK atau BUS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Regional Otoritas Jasa Keuangan atau Kantor Otoritas Jasa Keuangan.
Bank Konvensional yang telah mendapat izin perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Syariah wajib mencantumkan secara jelas, yaitu:
a. Kata “Syariah” pada penulisan nama
b. Logo pada iB formulir, warkat, produk, kantor, dan jaringan kantor Bank Syariah.
4. Konsep Pengukuran Efisiensi Perbankan
Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi dimana keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, biasa diukur dengan indicator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas (Jumingan, 2006).
Profil ukuran yang popular antara lain: efektifitas dan efesiensi. Penelitan ini memfokuskan pada pengukuran efesiensi (Priyonggo, 2008).
Efisiensi adalah suatu istilah yang sifatnya relatif, yaitu selalu harus dikaitkan dengan kriteria tertentu. Ahli ekonomi melihat efisiensi dari dua sudut pandang, sudut pandang positif dan normatif. Pandangan positif didasarkan pada prilaku manusia yang selalu mencari peningkatan nilai atau value (utility maximization dan profit maximization theory).
Pencarian value adalah pendorong terciptanya mekanisme pasar. Jika tercapai suatu situasi dimana masih ada value yang belum tereksploitasi, prilaku manusia adalah selalu berusaha mencari jalan untuk mencapai
16 value tersebut. Pandangan normatif berakar dari keinginan untuk membuat kebijakan. Untuk menilai apakah kebijakan yang satu lebih baik dari pada kebijakan yang lainnya, dibutuhkan suatu dasar untuk perbandingan (Surifah: 2002).
Efisiensi perbankan merupakan salah satu indikator utama kinerja Perbankan. Efisiensi perbankan merupakan indikator dalam mengukur kinerja keseluruhan dari aktivitas perbankan. Efisiensi adalah penggunaan input yang terendah untuk mencapai jumlah output yang maksimal.
Efisiensi penting karena adanya keterbatasan sumberdaya atau input yang dimiliki organisasi Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi bank dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan tingkat efisiensi di Bank Aceh.
5. Metode Pengukuran Efesiensi
Terdapat beberapa metode untuk mengukur kinerja suatu organisasi agar lebih efesiensi, antara lain dengan analisis rasio.
a. Analisis Rasio FDR
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank (Muhammad, 2007).
Rasio FDR atau yang disebut dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional ini menyatakan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
17 sumber likuditasnya, atau dengan kata lain seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang hendak menarik kembali dananya yang telah disalurkan oleh bank berupa kredit. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Rivai, 2010)
LDR = Total Volume Kredit Total Penerimaan Dana
Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank syariah, berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya Financing to Deposit Ratio ditetapkan oleh Bank Indonesia telah menetukan ketetapan sebagai berikut (Riyadi, 2004):
1. Untuk rasio FDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.
2. Untuk rasio FDR dibawah 110% diberi nilai kredit 110%, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat.
Hal ini berarti bahwa Bank Indonesia memperbolehkan bank dibawah naungannya untuk memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank–
bank tersebut dengan syarat tidak boleh melebihi 110%. Rasio FDR ini pada umumnya memiliki beberapa kelemahan yaitu (Pandia, 2012)
18 1. Investasi dana bank ke dalam earning assets bukan hanya ke dalam bentuk loan (pinjaman), tetapi juga dalam bentuk surat berharga (jangka pendek maupun jangka panjang). Dalam teori ini jenis-jenis investasi non loan diabaikan.
2. Dana yang dapat digunakan dalam bentuk kredit tidak hanya bersumber dari dana pihak ketiga (simpanan masyarakat) tapi juga berasal dari sumber dana lainnya misalnya modal sendiri, dana yang berasal dari pinjaman antarbank (pasar uang) dan lain sebagainya.
3. Kurang memperhatikan liquid assets yang segera dapat dicairkan dalam bentuk uang kas.
4. Kurang mempertimbangkan security daripada pinjaman.
5. Tidak memperhitungkan stabilitas titipan.
6. Mengabaikan assets yang lain. Dua bank mempunyai rasio sama besar, tetapi 20% dari titipan bank yang satu berbentuk uang kas atau surat berharga jangka pendek, sedangkan bank yang lain mengiventasikanke dalam saham, tentu kedua bank tersebut tidak mempunyai tingkat likuiditas yang sama.
19 Semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi bahwa semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai pembiyaan periode selanjutnya semakin kecil. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dikatakan FDR berpengaruh terhadap pembiayaan bagi hasil yang disalurkan bank syariah kepada masyarakat.
b. Analisis Rasio NPF
Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Finance (NPF) adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklarifikasi kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Termin NPL diperuntukan untu bank umum, sedangkan NPL untuk bank syariah. Non performing finance menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar, kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
NPF merupakan rasio penunjang dalam menentukan kualitas aset bank syariah. Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan yang akan muncul.
20 Bagi bank, semakin dini menganggap pembiayaan yang disalurkan menjadi bermasalah, maka akan semakin baik karena akan berdampak semakin dini pula dalam upaya penyelamatannya sehingga tidak terlanjur parah yang berakibat semakin sulit penyelesaiannya. Pinjaman yang dikucurkan perbankan, tetapi mampu ditagih oleh perbankan karena bisnis dunia usaha sedang lesu, bangkrut atau sebab lainnya (Pandia, 2012). Dalam pembiayaan bermasalah atau resiko kredit adalah resiko akibat kegagalan debitur atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban bank. Risko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak diperkirakan dan juga akan berdampak negatif pada pendapatan dan permodalan bank (Rivai, 2010). Dengan kata lain resiko ini timbul karena tidak adanya kepastian tentang pembayaran kembali oleh debitur. Maka dari itu bank harus berhati – hati , cermat dan teliti dalam menilai calon debitur.
Dalam melakukan kegiatan penanaman dana, bank yang melakukan kegiatan usaha mampu menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan mengatasi atau meminimalisir resiko kerugian atas kegagalan penanaman dananya. Dalam menghitung rasio NPF adalah sebagai berikut:
NPF = Total NPF x 100%
Total Kredit
21 c. Dana Pihak Ketiga
Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya. Secara garis besar sumber dana bank dapat di peroleh dari:
1. Sumber dana dari bank itu sendiri.
2. Sumber dana dari masyarakat luas (dana pihak ketiga).
3. Sumber dana dari lembaga lainnya.
Dana sebagai uang yang disimpan dibank mengandung arti bahwa dana tersebut ditempatkan dalam bentuk simpanan.
Biasanya jenis simpanan (rekening) yang dikelompokakan di sisi adalah rekening giro (demand deposit) dan rekening tabungan (saving deposit).
Sumber dana dari masyarakat luas atau dana pihak ketiga merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan. Masing – masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri, sehingga bank harus pandai dalam menyiasati pemilihan sumber dana. Sumber dana yang dimaksud adalah sebagai berikut :
22 1. Simpanan Giro.
2. Simpanan Tabungan 3. Simpanan Deposito d. Analisis Rasio Bopo
BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan (Riyadi, Banking Asset and Liability Management, 2004) Rumus:
BOPO = Biaya Operasi x 100%
Pendapatan Operasi
Besaranya ratio BOPO yang dapat ditoleransi oleh perbankan di Indonesia sebesar 93.52%, hal ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia. Dari rasio ini dapat diketahui tingkat efesiensi kinerja manajemen suatu bank, jika angka ratio menunjukan di atas 90% dan mendekati 100% ini berarti bahwa kinerja bank tersebut menunjukkan tingkat efesiensi yang sangat rendah. Tetapi jika rasio ini rendah, misalnya mendekati 70% ini berarti kinerja bank yang bersangkutan menunjukan tingkat efesiensi yang tinggi.
23 6. Penelitian Terdahulu
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
1 Analisis Efektivitas Konversi Bank
Konvensional Menjadi Syariah Pada Bank X (Studi Pada Bank X Cabang Y)”
Izza Hawari Husna
Konversi Bank
Konvensional ke Bank Syariah yang
dilakukan Bank X cabang Y
sudahdapatdikatakan efektif,besarnyatingkat efektivitas sebesar 94,7%, hal ini karena Bank X cabangY sudah mampu
memenuhi 18 dari 19 indikator efektivitas organisasi .
Membahas tentang
perkembangan Bank Aceh Syariah setelah konversi.
Tahun Periode dari Tahun 2013- 2017 sesudah dan sebelum bank aceh konversi Dampak sesudah dan sebelum konversi.
2 Konversi Bank
Konvensioal Menjadi Bank Syariah Ditinjau dari Hukum
Prima Intan Sari
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa perbankan
syariah dalam perspektif hukum, Bank syariah bukan sekedar bank bebas
Konversi Bank
Konvensional menjadi Bank Syariah
Analisis dilakukan pada studi kasusu bank Aceh yang sudah dua tahun
24 Positif dan
Hukum Islam
bunga, tetapi juga memiliki orientasi pencapaian
kesejahteraan.
melakukan konversi secara utuh.
3 Efektivitas Sistem Hukum Perbankan Syariah Dalam Uu N0 21 Tahun 2008 Dan Dampaknya Pada
Pembangunan Ekonomi
Nina Nurani
Perbankan syariah nasional memuat aturan yang
lebihkomprehenshif, diharapkan perangkat hukum tersebut dapat memberikan
perlindungan yang lebih memadai, efektif melindungi para investor dan masyarakat lainnya, mampu memberikan kontribusi operasional perbankan
syariah, dapat lebih
Analisis efektivitas Pembangunan ekonomi dalam sistem perbankan
Studi kasusu yang terjadi di dalam lingkungan Bank Aceh Syariah.
25 menjangkau
masyarakat yang membutuhkan diseluruh
Indonesia sehingga dapat mendukung perkembangan ekonomi syariah di Indonesia lebih pesat yang berdampak lebih lanjut pada upaya pencapaian
tujuan pembangunan ekonomi berdasarkan prinsip syariah.
4 Analisis erbandingan Profitabilitas Laoran Keuangan Bank Aceh Syariah Sebelum dan
Devi Silvia
Hasil pengkonversian dari bank
konvensional ke bank syariah yang
dilakukan oleh Bank Aceh Syariah
memberikan dampak yang positif terhadap
Perbandingan rasio laporan keuangan Bank Aceh Syariah sebelum dan sesudah konversi.
Metode olah data
menggunakan E-Views 9
26 Sesudah
Konversi
perusahaan, yaitu pada keuntungan atau laba yang didapat oleh pihak Bank Aceh mengalami
peningkatan di setiap periodenya.
Table 2.1 Penelitian Terdahulu
7. Kerangka Pemikiran
Perumusan hipotesis dari teori dilakukan berdasarkan argumentasi tertentu yang dituangkan peneliti dalam kerangka berpikir.
27 Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
8. Keterkaitan antar Variabel
a. Hubungan FDR terhadap efesiensi
FDR menunjukkan kemampuan perbankan dalam menyalurkan dana kepada debitur sekaligus membayarkan kembali kepada deposan dengan mengandalkan kredit yang disalurkan sebagai sumber likuiditas (Munir, 2018)
Kondisi ideal, Bank yang mampu menyalurkan lebih banyak pembiayaan dapat meningkatkan pendapatannya sekaligus meningkatkan tingkat efisiensinya (Muljawan, 2014)
FDR
NPF DPK
Kinerja Keuangan (Efesiensi)
BOPO Dummy
(Konversi)
28 b. Hubungan NPF terhadap efesiensi
Risiko bank syariah dalam pemberian fasilitas pembiayaan adalah tidak kembalinya pokok pembiayaan dan tidak mendapat imbalan, ujrah, atau bagi hasil sebagaimana telah disepakati dalam akad pembiayaan antara bank syariah dan nasabah penerima fasilitas.
Disamping itu juga, terdapat risiko bertambah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh bank dan bertambahnya waktu untuk penyelesaian non performing finance (NPF). Serta turunnya kesehatan pembiayaan bank (kolektibilitas pembiayaan menurun).
Non Performinng Financing ini sangat memengaruhi pendapatan operasional bank, karena pendapatan bunga kredit dari debitur merupakan pendapatan operasional bank. Jika terjadi masalah dalam pemberian kredit, misalnya terjadi kemacetan pengembalian pokok dan bunga dalam jumlah relatif besar, maka hal tersebut tidak hanya merugikan bank melainkan juga akan merugikan nasabah penyimpan dana (Santoso, 2010)
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang menunjukkan risiko pembiayaan yang dihadapi bank akibat pemberian pembiayaan dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Semakin tinggi rasio ini semakin buruk kualitas pembiayaan.
(Rustam, 2013)
29 c. Hubungan DPK terhadap efesiensi
Dana pihak ketiga adalah dana yang bersumber dari deposito, tabungan dan giro. Dana tersebut dikelola sangat baik dan efesien agar para nasabah mempercayai kinerja bank dalam mengelola dana tersebut. Maka dari itu perusahaan bank harus mampu tetap menjaga kualitas dan kinerja terhadap efesiensi bank agar mampu bersaing dengan yang lainnya sehingga kepercayaan nasabah terjaga.
d. Hubungan Konversi terhadap efesiensi (BOPO)
Konversi adalah perubahan bentuk badan hukum / perubahan suatu sistem ke sistem yang lain dengan tujuan yang lebih baik.
Untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya, Setelah bank melakukan pengkonversian terdapat perubahan sistem secara menyeluruh dan berpengaruh kepada tingkat efesiensi bank.
9. Hipotesis
Sesuai dengan tujuan penelitian dan kerangka berfikir di atas, maka rumusan hipotesis ini adalah sebagai berikut:
H1: Dummy Konversi berpengaruh secara parsial terhadap tingkat efesiensi (BOPO).
H2: FDR berpengaruh secara parsial terhadap tingkat efesiensi (BOPO)
30 H3: DPK berpengaruh secara parsial terhadap tingkat efesiensi
(BOPO)
H4: NPF berpengaruh secara parsial terhadap tingkat efesiensi (BOPO)
31
BAB III
Metodologi Penelitan
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan kepada dampak Bank Aceh Syariah sesudah dan sebelum konversi yaitu FDR, NPF dan DPK sebagai variable terkait, terhadap dampak konversi Bank Aceh Syariah. Penelitian ini bersifat kuantitatif atas data sekunder menggunakan model variable dummy.
Penelitian ini dilakukan pada Bank Aceh Syariah. Adapun periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2018. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan dan laporan tahunan Bank Aceh Syariah melalui website www.bankaceh.co.id.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, karena metode ini merupakan strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya (Bambang, 2002).
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara cara membuka skripsi, tesis, jurnal dan metode
32 dokumentasi dengan mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan bulanan yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data statistik lainnya yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) dan laporan keuangan Bank Aceh, triwulan I-IV tahun 2010-2018.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2010).
Adapun variabel pada penelitian ini terdiri dari :
a. Variabel Independen (x)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).Variabel ini sering disebut sebagai variabel bebas. Dalam suatu persamaan regresi, variabel bebas bisa lebih dari satu (multiple regression). Jika variabel bebas lebih dari satu, mungkin selain yang sifatnya kualitatif tersebut biasanya menunjukan ada tidaknya suatu attribute, yaitu suatu cara untuk membuat kuantifikasi (berbentuk angka) dari data kualitatif (tidak berbentuk angka) ialah dengan memberi nilai 1 (satu) dan 0 (nol).
Angka 0 (nol) jika atribut yang dimaksud tidak ada (tak terjadi) dan diberi angka 1 (satu) jika terjadi. Variabel yang mengambil
33 nilai 0 dan 1 tersebut dinamakan variabel boneka (dummy variable). Di dalam penelitian ini yang menjadi variabel
independen berupa:
1) Dummy Konversi, yang diukur dengan menggunakan
variabel dummy, dimana bernilai 0 untuk periode sebelum melakukan kebijakan konversi dan bernilai 1 untuk periode setelah adanya kebijakan konversi.
2) Financing to Deposit Ratio (FDR), digunakan untuk indikasi
tingkat kemampuan sebuah bank dalam menyalurkan dana yang berasal dari masyarakat. Penyaluran dana ini didapat dari tabungan, giro dan deposito. Apabila FDR menunjukkan rasio yang tinggi, artinya bank tersebut menyalurkan dana yang dimilikinya dan apabila rasio rendah, maka bank itu kelebihan kapasitas dana yang siap dipinjamkan.
3) Non Performing Financing (NPF), digunakan untuk
memberikan gambaran tentang masalah suatu bank yang harus diatasi dengan segera agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan pihak bank tersebut. Apabila masalah tersebut tidak diselesaikan, maka akan menimbulkan masalah atau dampak dalam penyaluran kredit pada periode berikutnya.
34 4) Dana Pihak Ketiga (DPK), dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank atas kesepkatan dalam bentuk tabungan, giro dan deposito.
b. Variabel Dependen (y)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2010). Variabel ini sering disebut juga sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependennya adalah Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Bank Aceh dari sebelum dan sesudah konversi dari tahun 2010-2018. BOPO mempunyai tujuan sebagai untuk menjadi tolak ukur sebagai efektik / efesiensi perusahaan dalam mengelola biaya operasional.
Apabila rasio menunjukkan nilai yang cenderung meningkat, artinya perusahaan tersebut tidak mampu mengelola biaya operasionalnya. Sedangkan apabila rasio menunjukkan nila yang cenderung kecil, artinya semakin efektif perusahaan tersebut dalam mengelola biaya operasional.
D. Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data ini menggunakan perangkat program
komputer yaitu dengan menggunakan software microsoft excel IBM SPSS 2020.
35
E. Metode Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis model variable dummy. Variable dummy adalah variable yang digunakan untuk mengkuantitatifkan variable yang bersifat kualitatif. Variable dummy merupakan variable yang bersifat kategorikal yang diduga
mempunyai pengaruh terhadap variable yang bersifat kontinue. Variable dummy sering juga disebut variable boneka, binary, kategorik atau dikotom (Basuki, 2016).
Dalam penelitian ini yang terjadi adalah perbedaan situasi, yaitu sebelum dan sesudah Bank Aceh melakukan konversi, oleh karena itu penulis menggunakan regresi linier berganda dengan variabel dummy.
Dalam penelitian ini adapun yang menajdi variable dependen adalah FDR, NPF, DPK sedangkan yang menjadi variable independen yaitu BOPO sebelum dan sesudah Bank Aceh melakukan konversi.
F. Teknik Analisis Data
a) Analisis Regresi linear Berganda
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis linier berganda. Analisis regresi linier berganda merupakan suatu teknik analisis statistik yang mempelajari hubungan antara sebuah variabel terkait (dependent variabel) dengan beberapa variabel bebas (independent variable) melalui suatu persamaan statistik, yang sering dijuga disebut dengan model statistik yang berdasarkan prinsip hubungan atau fungsi statistik (Abuzar Asra, 2017).
36 Keguanaan dari analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing- masing variabel independen berhubungan positif atau negatif.
Bentuk persamaan modal regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan :
BOPO : Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional.
α : Bilangan Konstant
β1 – β4 : Koefisien Regresi dari masing-masing variabel independen
D_Konversi
Dummy 1 : Sesudah Konversi Dummy 0 : Sebelum Konversi
FDR : Financing to Deposit Ratio NPF : Non Performing Financing DPK : Dapa Pihak Ketiga
ᵋ : Variabel Residual
37 G. Teknik Pengolahan Data
1. Pengujian Asumsi Klasik a) Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian (Ghozali, 2011). Tujuan Uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped).
Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan (Santoso S. , 2010).
Uji normalitas pada multivariate sebenarnya sangat kompleks, karena harus dilakukan pada seluruh variabel secara bersama sama.
Namun, uji ini bisa juga dilakukan pada setiap variabel-variabel tersebut juga bisa di anggap memenuhi asumsi normalitas (Santoso S. , Statistik Multivariat (Konsep dan Aplikasi dengan SPSS), 2010).
38 Untuk mendeteksi apakah residualnya berdistribusi normal atau tidak dengan membandingkan nilai Jarque Bera (JB) dengan X2 tabel, yaitu :
a) Jika probabilitas Jarque Bera (JB)> 0,05, maka residualnya berdistribusi normal
b) Jika probabilitas Jarque Bera (JB)< 0,05, maka residualnya berdistribusi tidak normal (Basuki, Pengantar Ekonometrika (Dilengkapi Pengguna Eviews), 2016).
b) Uji Multikolienieritas
Multikoliniearitas adalah persoalan derajat (degree) dan bukan persoalan jenis (kind). Artinya bahwa masalah Multikoliniearitas bukanlah masalah mengenai apakah korelasi di antara variabel- variabel bebas negatif atau positif, tetapi merupakan persoalan mengenai adanya korelasi di antara variabel-variabel bebas.
Multikoliniearitas pada hakekatnya adalah fenomena sampel.
Dalam model fungsi regresi populasi (Population Regression Function = PRF) diasumsikan bahwa seluruh variabel bebas yang termasuk dalam model mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel tak bebas Y, tetapi mungkin terjadi bahwa dalam sampel tertentu.
39 Masalah Multikoliniearitas hanya berkaitan dengan adanya hubungan linier di antara variabel-variabel bebas Artinya bahwa masalah Multikoliniearitas tidak akan terjadi dalam model regresi yang bentuk fungsinya berbentuk non-linier, tetapi masalah Multikoliniearitas akan muncul dalam model regresi yang bentuk fungsinya berbentuk linier di antara variabel-variabel bebas.
Multikonearitas adalah adanya hubungan eksak linier antar variabel penjelas. Multikonearitas diduga terjadi bila nilai R2 tinggi, nilai t semua variabel penjelas tidak signifikan, dan nilai F tinggi.
c) UjiAutokolerasi
Autokorelasi adalah adanya hubungan antar residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain. Konsekuensi autokorelasi adalah biasnya varians dengan nilai yang lebih kecil dari nilai sebenarnya, sehingga nilai R kuadrat dan F-statistik yang dihasilkan cenderung sangat berlebih (overestimated). Cara mendeteksi adanya autokorelasi adalah d dengan membandingkan nilai Durbin Watson statistik hitung dengan Durbin Watson (DW).
Untuk medeteksi adanya serial korelasi dengan membandingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel (probabilitasnya), yakni:
40 a. Jika probabilitas F statistic > 0,05, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah serial korelasi diterima.
b. Jika probabilitas F statistic < 0,05, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah serial korelasi ditolak. Analisis Hasil Ouput : karena Jika probabilitas F statistic 0,75 > 0,05, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah serial korelasi diterima.
d) Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedasitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas (Slamet, 2017). Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi heteroskedasitas adalah dengan mentrasnformasikan ke dalam bentuk logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif, atau dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan variabel yang mengalami.
41 2. Hipotesis
a) Uji Statistik t (parsial)
Uji t diguakan untuk mengetahui adakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen. Derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,005. Apabila nilai signifikansi nilai signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan maka kita menerima hipotesisi alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen. Uji t, pada dasarrnya menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara parsial dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian ini dilakukan uji dua arah dengan hipotesis:
H0 : β1 = 0
Artinya tidak ada pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependen.
Ha : β1 < 0 atau β1 > 0
Artinya ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (Mulyono, 2018).
a. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) merupakan suatu ukuran yang menunjukan besar sumbangan dari variabel penjelas terhadap
42 variabel reason. Dengan kata lain, koefisien determinasi menunjukan ragam (variasi) naik turunnya Y yang diterangkan oleh pengaruh linier X (berapa bagian keragaman dalam variabel Y yang dapat dijelaskan oleh beragamnya nilai-nilai observasi yang diperoleh. Dalam hal ini koefisien determinasi sama dengan satu berarti ragam naik turunnya Y seluruhnya disebabkan oleh X. Dengan demikian, bila nilai X diketahui, nilai Y dapat diramalkan secara sempurna (Sugiarto, 2006).
Jadi, kegunaan koefisien determinasi adalah:
1. Sebagai ukuran ketepatan atau kecocokan garis regresi yang dibentuk dari hasil pendugaan terhadap sekelompok data hasil observasi. Makin besar nilai R2 semakin bagus garis regresi yang terbentuk. Sebaliknya tersebut dalam mewakili data hasil observasi.
2. Mengukur besar proporsi (persentase) dari jumlah ragam Y yang diterangkan oleh model regresi atau untuk mengukur besar sumbangan variabel penjelas X terhadap ragam variabel respon Y.
b) Uji Statistik F (Simultan)
Pengujian Hipotesis secara simultan (Uji Statistik F) Uji F digunakan Untuk Menguji apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen (Hartono, 2018).
43 Dasar pengambilan keputusan dalam uji F berdasarkan nilai F hitung dari F table :
a. Jika nilai Fhitung > Ftabel maka variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai Fhitung < Ftabel maka variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji F berdasarkan nilai signifikansi
a. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai signifikasi > 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
44
BAB IV Hasil Penelitian
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan
Gagasan untuk mendirikan Bank milik Pemerintah Daerah di Aceh tercetus atas prakarsa Dewan Pemerintah Daerah Peralihan Provinsi Atjeh (sekarang disebut Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam). Setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah peralihan Provinsi Aceh di Kutaraja (sekarang Banda Aceh) dengan Surat Keputusan Nomor 7/DPRD/5 tanggal 7 September 1957, beberapa orang mewakili Pemerintah Daerah menghadap Mula Pangihutan Tamboenan, wakil Notaris di Kutaraja, untuk mendirikan suatu Bank dalam bentuk Perseroan Terbatas yang bernama “PT Bank Kesejahteraan Atjeh, NV” dengan modal dasar ditetapkan Rp 25.000.000.1
Bank Aceh juga memulai aktivitas perbankan syariah dengan diterimanya surat Bank Indonesia No.6/4/Dpb/BNA tanggal 19 Oktober 2004 mengenai Izin Pembukaan Kantor Cabang Syariah Bank dalam aktivitas komersial Bank. Bank mulai melakukan kegiatan operasional berdasarkan prinsip syariah tersebut pada 5 November 2004.
1 http://www.bankaceh.co.id/?page_id=82 (diakses pada 21 Juli 2020 pukul 10.32 WIB)
45 Sejarah baru mulai diukir oleh Bank Aceh melalui hasil rapat RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) tanggal 25 Mei 2015 tahun lalu bahwa Bank Aceh melakukan perubahan kegiatan usaha dari sistem konvensional menjadi sistem syariah seluruhnya. Maka dimulai setelah tanggal keputusan tersebut proses konversi dimulai dengan tim konversi Bank Aceh dengan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Setelah melalui berbagai tahapan dan proses perizinan yang disyaratkan oleh OJK akhirnya Bank Aceh mendapatkan izin operasional konversi dari Dewan Komisioner OJK Pusat untuk perubahan kegiatan usaha dari sistem konvensional ke sistem syariah secara menyeluruh.
Izin operasional konversi tersebut ditetapkan berdasarkan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor. KEP-44/D.03/2016 tanggal 1 September 2016 Perihal Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Syariah PT Bank Aceh yang diserahkan langsung oleh Dewan Komisioner OJK kepada Gubernur Aceh Zaini Abdullah melalui Kepala OJK Provinsi Aceh Ahmad Wijaya Putra di Banda Aceh.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa kegiatan operasional Bank Aceh Syariah baru dapat dilaksanakan setelah diumumkan kepada masyarakat selambat-lambatnya 10 hari dari hari ini.
Perubahan sistem operasional dilaksanakan pada tanggal 19 September 2016 secara serentak pada seluruh jaringan kantor Bank
46 Aceh. Dan sejak tanggal tersebut Bank Aceh telah dapat melayani seluruh nasabah dan masyarakat dengan sistem syariah murni mengutip Ketentuan PBI Nomor 11/15/PBI/2009.
Proses konversi Bank Aceh menjadi Bank Syariah diharapkan dapat membawa dampak positif pada seluruh aspek kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Dengan menjadi Bank Syariah, Bank Aceh bisa menjadi salah satu titik episentrum pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah yang lebih optimal.
Roadmap Konversi Bank Aceh
25 Mei 2015 : RUPSLB penetapan konversi.
6 Agustus 2015 : Kick off konversi
8 Juni 2015 : Pembentukan tim project manajement (Tahapan/proses administrasi persiapan konversi)
6 Agustus 2016 : Soft Launching (Tahapan/proses administrasi persiapan konversi).
16 September 2016 Cut off sistem Konvensional.
19 September 2016 Go live Bank Aceh Syariah.
3 Oktober 2016 Grand Launching Bank Aceh Syariah.
2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Menjadi “Bank Syariah Terdepan dan Terpercaya dalam Pelayanan di Indonesia”
47 Misi
a. Menjadi penggerak perekonomian Aceh dan pendukung agenda pembangunan daerah
b. Memberi layanan terbaik dan lengkap berbasis TI untuk semua segmen nasabah, terutama sektor usaha kecil, menengah, sektor pemerintah maupun korporasi
c. Menjadi bank yang memotivasi karyawan, nasabah dan stakeholders untuk menerapkan prinsip syariah dalam muamalah secara komprehensif (syumul)
d. Memberi nilai tambah yang tinggi bagi pemegang saham dan masyarakat Aceh umumnya.
e. Menjadi perusahaan pilihan utama bagi profesional perbankan syariah di Aceh.
B. Hasil Pengujian Data 1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Asumsi untuk dapat melihat data berdistribusi normal dapat dilihat apabila nilai Efesiensi dari Asymp. Sig. (2-tailed) tidak signifikan lebih dari 5%
(0.5).