PENGARUH INTENSITAS BIMBINGAN AGAMA TERHADAP PENGETAHUAN AGAMA ANAK JALANAN DI PANTI
SOSIAL BINA REMAJA TARUNA JAYA 2 DINAS SOSIAL DKI JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh Nur Ossa Velina 11160520000059
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M
ii
iii ABSTRAK
Nur Ossa Velina, 11160520000059, Pengaruh Intensitas Bimbingan Agama Terhadap Pengetahuan Agama Anak Jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta, Di Bawah Bimbingan Artiarini Puspita Arwan, M.Psi.
Fenomena pertambahan anak jalanan di DKI Jakarta semakin tahun terus meningkat. Kehidupan anak jalanan yang jauh dari pembinaan, pengayoman dan pendidikan menjadikan anak jalanan tidak memiliki masa depan yang cerah. Keberadaan Panti Sosial diperuntukkan untuk memberikan keterampilan, pendidikan dan salah satunya pembinaan dalam bidang agama.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat Intensitas Bimbingan Agama yang diberikan pada saat anak jalanan di dalam panti sosial terhadap Pengetahuan Agama Anak Jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sampel diambil dari 80 populasi dengan menggunakan non-probability sampling. Analisis data yang digunakan adalah uji regresi linear berganda, uji koefisien korelasi, uji koefisien determinasi, uji F dan uji T (parsial) dengan menggunakan software SPSS 24.0 for windows.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Intensitas Bimbingan Agama berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Pengetahuan Agama Anak Jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta.
Adapun nilai signifikannya adalah (0,001) atau kurang dari (0,050). Dengan nilai koefisien determinasi sebesar 31,6%.
Dapat disimpulkan bahwa Intensitas Bimbingan Agama berpengaruh sebesar 31,6% terhadap Pengetahuan Agama Anak Jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2.
Kata Kunci: Intensitas, Bimbingan Agama, Pengetahuan Agama, Anak Jalanan, Remaja.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji serta syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Intensitas Bimbingan Agama Terhadap Pengetahuan Agama Anak Jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta”. Karya skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana Sosial (S.Sos) bidang jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam tidak hentinya penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat yang telah berjuang dalam membawa agama yang penuh rahmat yakni Agama Islam sehingga dapat membawa umat manusia dari jaman jahiliyah menjadi jaman terang benderang.
Kemudian penulis juga ingin berterimakasih atas segala doa, motivasi dan dorongan semangat dari kedua orang tua yang tidak lelah mendukung serta memberikan restunya kepada penulis. Juga ucapan terimakasih kepada dosen, sahabat, teman-teman dan pihak lainnya yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya, kepada yang terhormat:
v
1. Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, MSW selaku Wakil Dekan I, Dr. Sihabudin Noor, MA selaku Wakil Dekan II, dan Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III.
2. Ir. Noor Bekti Negoro., S.E, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.
3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku Sekretaris Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang sudah meluangkan waktu membimbing saya.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya Dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan ilmu, semoga berkah dan bermanfaat.
5. Zulkifli Said, SH. MH selaku kepala Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta. Abdul Manaf, S.Sos, M. Si selaku kepala sub bagian tata usaha, Bu Dra. Dhermi Whiyati selaku satuan pelayanan, Ahmad Taufik, AKS selaku satuan pembinaan, kepada Pekerja Sosial (Kak Ega, Kak Khossy serta pak Ahmadin) dan seluruh staff yang terkait dengan pelaksanaan penelitian ini.
vi
6. Kedua orang tua penulis (Osmar Qindhi dan Safinah) atas perhatian, pengorbanan, kasih sayang dan restu yang telah diberikan kepada penulis serta menjadi salah satu semangat penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini
7. Izzudin Abdurrahman Ar-Rasyid dan Nenty Rosdiani yang sudah menemani dan memberikan dukungan penuh dalam penulisan skripsi ini.
8. Sahabat serta teman-teman yang selalu memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini yaitu Monica Desinasari, Risna Wahyu Yuliarti, Krisdayanti, Iip, Munawaroh, Yuha, Debbie serta teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah selalu merahmat dan membalas semua kebaikan kalian atas jasa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini sangat penulis butuhkan. Terakhir semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, 22 Juli 2020
Nur Ossa Velina
vii
ABSTRAK………
iii
KATA PENGANTAR……… iv
DAFTAR ISI……… vii
DAFTAR TABEL……… xiii
DAFTAR GAMBAR………... xv
DAFTAR LAMPIRAN………... xvi
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang………. 1
B. Rumusan Masalah………. 10
C. Tujuan Penelitian……….. 11
D. Manfaat Penelitian……… 11
E. Tinjauan Pustaka………... 12
F. Sistematika Penulisan………... 25
BAB II TINJAUAN TEORITIS………. 27
A. Pengertian Intensitas………. 34
1. Indikator Intensitas………... 33
B. Bimbingan Agama……… 35
1. Indikator Bimbingan Agama……… 37
2. Tujuan Bimbingan Agama………... 38
3. Fungsi Bimbingan Agama………... 35
4. Metode Bimbingan Agama……….. 45
5. Materi Bimbingan Agama……… 47
C. Pengetahuan Agama………. 49
1. Pengertian Pengetahuan………... 50
2. Pengertian Agama……… 55
3. Pengetahuan Agama Remaja………... 49
4. Indikator Pengetahuan Agama………. 57
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan…... 58
D. Anak Jalanan……… 60
1. Definisi Anak Jalanan……….. 61
2. Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Anak Jalanan………. 62
3. Klasifikasi Anak Jalanan……….. 65
4. Karakteristik Anak Jalanan……….. 61
viii
E. Kerangka Berpikir………. 62
F. Hipotesis……… 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 67
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian……….. 68
1. Pendekatan Penelitian……….. 68
2. Jenis Penelitian………. 68
B. Populasi dan Sampel………. 69
1. Populasi……… 70
2. Sampel……….. 71
C. Teknik Sampling………... 71
D. Waktu dan Tempat Penelitian……….. 72
E. Sumber Data………. 72
1. Data Primer……….. 72
2. Data Sekunder……….. 72
F. Instrumen Penelitian………. 73
1. Variabel Penelitian……… 72
a. Variabel Independen (X)………. 73
b. Variabel Dependen (Y)……… 73
G. Definisi Operasional dan Indikator……….. 73
1. Intensitas Mengikuti Bimbingan Agama………. 73
2. Pengetahuan Agama Anak Jalanan……….. 75
H. Uji Instrumen Penelitian……….. 76
1. Uji Validitas………. 76
2. Uji Reliabilitas………. 83
I. Teknik Pengumpulan Data………. 87
1. Observasi……….. 85
2. Wawancara………... 86
3. Kuesioner (Angket)……….. 86
4. Dokumentasi……… 88
J. Teknik Pengolahan Data……… 88
1. Uji Normalitas……….. 89
2. Uji Regresi………... 90
3. Uji Koefisien Korelasi………. 91
4. Uji Koefisien Determinasi………... 92
5. Uji F………. 93
6. Uji T (Parsial)……….. 94
ix
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN……… 95
A. Sejarah Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2……….. 95
B. Visi Misi……… 100
C. Struktur Lembaga……….. 101
D. Strategi Pelayanan Lembaga………. 102
E. Alur Pelayanan………... 103
F. Prinsip Lembaga………. 105
G. Kondisi Lembaga Panti Sosial Taruna Jaya 2…………... 116
H. Jadwal Kegiatan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2……… 119
I. Temuan Hasil Penelitian dan Pembahasan………. 121
1. Klasifikasi Responden………. 121
2. Gambaran Umum Responden ……… 125
3. Analisis Data………... 128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 137
A. Simpulan……… 137
B. Saran……….. 137
DAFTAR PUSTAKA………. 139
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Intensitas Bimbingan Agama……… 78 Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Pengetahuan Agama Anak Jalanan.. 80 Tabel 3.3 Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel X (Intensitas
Bimbingan Agama)………... 84 Tabel 3.4 Hasil Output Uji Reliabilitas Variabel Y (Pengetahuan
Agama Anak Jalanan)………... 84 Tabel 3.5 Skala Linkert……….. 87 Tabel 3.6 Interval Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan… 92 Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Panti Sosial Bina Remaja Taruna
Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta………... 116 Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya
2 Dinas Sosial DKI Jakarta………... 118 Tabel 4.3 Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur………. 121 Tabel 4.4 Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan……… 122 Tabel 4.5 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jangka Tinggal di
Panti Sosial Bina Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI
Jakarta………. 123
Tabel 4.6 Tingkat Intensits Bimbingan Agama Yang Diterima Oleh Anak Jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta………... 124 Tabel 4.7 Tingkat Pengetahuan Agama Yang Diterima Oleh Anak
Jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta……… 126 Tabel 4.8 Uji Normalitas……….. 128 Tabel 4.10 Uji Koefisien Korelasi……… 131
xi
Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi……….. 132
Tabel 4.12 Uji F………... 133
Tabel 4.13 Uji T (Parsial)………. 134
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Intensitas Bimbingan Agama Terhadap Pengetahuan Agama Anak Jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta……….. 75 Gambar 4.1 Struktur Lembaga Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta………. 100 Gambar 4.2 Alur Pelayanan Calon WBS di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta…… 102
xiii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Definisi Operasional.
2. Agket Penelitian.
3. Data Skor Responden Variabel X (Intensitas Bimbingan Agama)
4. Data Skor Responden Variabel Y (Pengetahuan Agama Anak Jalanan.
5. Dokumentasi.
6. Persetujuan Proposal Skripsi.
7. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi.
8. Surat Izin Penelitian (Skripsi).
9. Surat Keterangan Penelitian di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia terjadi fenomena pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat, dengan adanya pelonjakan jumlah penduduk di Indonesia, maka akan menimbulkan persoalan baru salah satunya adalah kurangnya pemerataan penduduk yang berada di desa dan kota yang disebabkan oleh tingginya tingkat urbanisasi. Pengertian urbanisasi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan yang juga biasa disebut dengan perpindahan dari desa ke kota.1
Tingginya keinginan masyarakat desa berbondong- bondong ke kota disebabkan oleh faktor pendorong dan faktor penarik, faktor menarik merupakan kondisi yang disebabkan seseorang tertarik untuk pindah ke kawasan perkotaan karena terdapat daya tarik yang ditawarkan sedangkan faktor pendorong terdiri atas fasilitas kesehatan yang memadai, standar hidup yang tinggi, standar pendidikan yang tinggi, fasilitas rekreasi, kesempatan kerja, keamanan kehidupan dan properti yang lebih baik serta
11 Fitri Hamdani Harahap, “Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota di Indonesia”, Jurnal Society, Vol I No 1, Juni 2013.
2
lingkungan sosial yang lebih baik menjadi faktor pendorong seseorang untuk melakukan urbanisasi dari desa ke kota.2
Worldometers mencatat pada 2019 jumlah penduduk perkotaan di Indonesia sebanyak 150,9 juta jiwa atau 55,8%
dari total penduduk Indonesia yang sebesar 270,6 juta jiwa.
Dominasi tersebut meningkat 0,7% dari tahun sebelumnya yang sebesar 147,6 juta jiwa atau 55,1% dari total penduduk Indonesia yang sebesar 267,7 juta jiwa. Worldometers juga memproyeksikan, selama lima tahun mendatang jumlah penduduk perkotaan di Indonesia semakin meningkat. Pada 2020, penduduk perkotaan diproyeksikan sebanyak 154,2 juta jiwa atau 56,4% dari total penduduk Indonesia yang sebesar 273,5 juta jiwa. Angka tersebut meningkat pada 2025 hingga mencapai 170,4 juta jiwa atau 59,3% dari total penduduk Indonesia yang sebesar 287 juta jiwa.3
Pola fikir masyarakat yang memandang bahwa melakukan pindah dari desa ke kota dapat memperbaiki kehidupan mereka maka kota menjadi pusat perhatian mereka. Kehadiran para urban yang tidak dibekali keahlian akan menghasilkan masalah-masalah baru di perkotaan.
Kelompok sosial yang dipandang memberikan atau
2 Widiawaty, Millary A, “Faktor-faktor Urbanisasi Di Indonesia.” INA-Rxiv, April 4 2019. doi:10.31227/osf.io/vzpsw.
3 Dwi Hadya Jayani, Jumlah Penduduk Indonesia, Kota dan Presentase Penduduk Kota Terhadap Jumlah Penduduk Indonesia, Diakses melalui
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/11/berapa-jumlah- penduduk-perkotaan-di-indonesia, pada tanggal 11 januari 2020 pukul 17:23.
3
menimbulkan persoalan sosial di dalam kajian sosial disebut sebagai PMKS (Penyandang Masalah-Masalah Kesejahteraan Sosial). Salah satu dari PMKS (Penyandang Masalah-Masalah Kesejahteraan Sosial) adalah anak jalanan.
Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dijalan, baik untuk mencari nafkah, berkeliaran di jalan ataupun kegiatan lainnya. Tingkat perekonomian yang rendah akan memberikan dampak negatif bagi anak yang secara terpaksa akan ikut serta membantu dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari.
Seorang anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang, bimbingan dan perlindungan orang tua, mendapatkan pendidikan yang layak, melakukan sosialisasi dengan teman sebaya. Namun pada kenyataannya, hal ini tidak sesuai dan masih terdapat perlakuan yang menyimpang terhadap anak- anak, misalnya saja menelantarkan anak tersebut yang dalam hal ini memperkerjakan anak atau membiarkan anak tersebut berkeliaran di jalan.4 Alasan lain anak tersebut bisa sampai turun kejalan bukan semata-mata karena perekonomian yang rendah menurut Heru Prasadja dalam bukunya berpendapat bahwa anak jalanan tidak hanya disebakan karena faktor
4 Aprianna Marselina Sinabutar, dan Endang Larasati Setianingsih, “PENGAWASAN TERHADAP PENANGANAN ANAK JALANAN OLEH DINAS SOSIAL, PEMUDA DAN OLAHRAGA DI KOTA SEMARANG”. Public Policy and Management Review. Vol. 6 No. 2 tahun 2017 hal.607-620.
4
ekonomi bisa juga karena faktor pergaulan, pelarian, tekanan orang tua, atau dasar pilihannya sendiri-sendiri.5
Fenomena anak jalanan sebetulnya sudah berkembang lama, dan pada saat inipun masih dalam tahap pemberantasan anak jalanan di Indonesia. Jumlah anak jalanan di Indonesia yang tersebar di 21 Provinsi, berdasarkan data Direktur Rehabilitasi Sosial Anak pada Kementerian Sosial, hingga Agustus 2017 mencapai angka 16.290 orang. Sebagian besar anak jalanan berasal dari Pulau Jawa, yang terdiri dari Provinsi Jawa Barat sebanyak 2.953 anak, diikuti DKI Jakarta yang mencapai 2.750 anak, lalu Jawa Timur 2.701 anak, serta Jawa Tengah sebanyak 1.477 anak. Di Provinsi Banten tercatat ada 556 anak, sementara di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 503 anak.6
Angka tersebut bukanlah angka yang sedikit melainkan masih perlunya penanganan dari pemerintah yang mana pemerintah sudah mengupayakannya melalui Panti- panti sosial khusus anak jalanan. Kepala Dinas Sosial (Dinsos) DKI, Masrokhan mengatakan institusinya tidak menutup mata dengan fenomena maraknya anak jalanan di Ibu Kota. Beliau mengaku sudah berupaya mengurangi
5 Heru Prasadja dan Murni Ati Agustian, Anak Jalanan dan Kekerasan, (Jakarta: PKPM Unika Atma Jaya, 2000), h.54.
6 Ais, Aljumah. 150 Juta Anak Terlantar di Dunia: Mereka Akan Kemana?.Diakses melalui https://lontar.id/3951/150-juta-anak- terlantar-di-dunia-mereka-akan-ke-mana/ pada tanggal 7 Januari 2020 pukul 12:37.
5
jumlah anak jalanan dengan membuat program bantuan keterampilan agar mereka yang memasuki usia kerja memiliki kemampuan khusus. Sedangkan, untuk anak jalanan yang masih usia anak-anak akan ditampung lebih dulu dan disekolahkan oleh Dinsos DKI. Menurut Masrokhan, program anak jalanan untuk usia kerja dan anak- anak itu diadakan sebagai bekal supaya mereka bisa hidup mandiri, bukan malah mengandalkan belas kasihan orang lain.7
Selain itu, bukan hanya keterampilan saja yang harus diperhatikan dalam melakukan penanganan bagi anak jalanan, ada aspek lain yang perlu diperhatikan yakni program Bimbingan Agama, karena Bimbingan Agama penting untuk membentuk kepribadian anak jalanan ketika nantinya akan kembali lagi kedalam masyarakat. Pentingnya keaktifan mengikuti Bimbingan agama ini dengan perubahan religiusitas telah ditemukan oleh peneliti Siti Nur Wahyu Ery Cahyani, dan dari hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif antara keaktifan mengikuti kegiatan keagamaan dengan tingkat religiusitas siswa, dengan perolehan nilai r tabel diperoleh sebesar 0,575 sedangkan r
7 Rakhmawati, Ribuan Anak Berkeliaran Dijalanan http://www.google.co.id/amp/s/m.republika.co.id/amp/ohfv8519.
Diakses hari Senin 9 Maret 2020.
6
tabel pada taraf signifikan 1% adalah 0,0393 dan pada taraf 5% adalah 0,304.8
Kemudian jika diamati anak jalanan memiliki karakteristik yang khusus tidak seperti umumnya anak-anak yang lain. Anak jalanan memiliki karakteristik ingin bebas ingin lari dalam aturan-aturan yang ada. Pada saat melakukan observasi pertama peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pengurus di bidang pelayanan penerimaan anak jalanan bahwa rata-rata anak jalanan yang baru masuk ke dalam panti ini benar-benar tidak tahu aturan contohnya selesai makan dibiarkan saja, tidak membersihkan diri dan lingkungan sekitar, tidak memiliki waktu kedisipilinan ketika diberitahu juga cenderung tidak mau menerima serta tidak menjalankan ibadah sesuai aturan agama.9 Diantara penyebab utama dari permasalahan tersebut adalah akibat kurangnya pengetahuan anak jalanan mengenai agama.
Kurangnya pengetahuan agama anak jalanan menjadikan dirinya tidak memiliki kesadaran moral dan berakhlak sesuai dengan ajaran agama. Agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, berperilaku,
8 Siti Nur Wahyu Ery Cahyani, Hubungan Aktifitas Mengikuti Kegiatan Keagamaan Dengan Tingkat Religiusitas Siswa Kelas II Di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2015), h.79.
9 Wawancara dengan Ibu Darwi selaku staff pelayanan penerimaan anak jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 pada tanggal 6 Januari 2020.
7
bergaul serta cara berpakaian. Maka dari itu agama berperan penting dalam kehidupan manusia, karena dengan mengikuti ajaran agama manusia dalam kehidupannya dapat sesuai dengan segala sesuatu yang dianjurkan oleh Allah Swt.
Dimana dalam hal ini kehidupan anak jalanan sering kali jauh dari ajaran agama Islam mulai dari cara berpakaian, pergaulan serta kurangnya melaksanakan ibadah keagamaan.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur’an:
{ ًةَبِِّيَط ًةاَيَح ُهَّنَيِيْحُنَلَف ٌنِمْؤُم َوُه َو ىَثْنُأ ْوَأ ٍرَكَذ ْنِم ًاحِلاَص َلِمَع ْنَم َنوُلَمْعَي اوُناَك اَم ِنَسْحَأِب ْمُهَرْجَأ ْمُهَّنَي ِزْجَنَل َو}
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. an- Nahl:97).
Oleh karenanya, ketika anak jalanan memiliki pengetahuan agama dengan baik, maka kemungkinan besar juga akan berpengaruh terhadap kehidupannya sehari-hari yang pastinya merujuk kepada suatu hal yang baik. Yang terpenting dari adanya pengetahuan agama ialah penanaman jiwa percaya kepada Tuhan, membiasakan mematuhi, dan menjaga nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang ditentukan oleh ajaran agama dapat diketahui oleh orang yang mempelajari ilmu agama.
8
Mengingat pentingnya pengetahuan agama agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan untuk di akhirat nanti maka dengan adanya bimbingan agama anak jalanan dapat mempunyai pengetahuan yang luas tentang agama serta menunjang terbentuknya akhlakul karimah, pelaksanaan ibadah, dan etika dalam bermasyarakat. Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta sebagai wadah remaja yang sebelumnya hidup di jalanan, tidak memiliki tempat tinggal dan masa depan yang cerah menjadi perantara dalam membentuk karakter anak jalanan menjadi lebih baik, salah satunya dalam bidang keagamaan. Dalam kegiatannya sehari-hari di dalam Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta tersebut melakukan bimbingan agama yang biasanya diadakan pada hari rabu. Berupa bimbingan bersama kodi (Komunitas Dakwah Islam), baca tulis Al-Qur’an, diajarkan bacaan doa sehari-hari, tahlilan dan yasin pada malam jum’at, juga dibiasakan sholat wajib 5 waktu maupun sholat dhuha dipagi hari.
Agama menjadi suatu landasan bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupannya. Pengaruhnya yang sangat besar menjadikan agama dibutuhkan oleh manusia sebagai tempat bersandar dan mendapatkan ketenangan batin. Zakiyah Daradjat menyebutkan ada 3 fungsi agama terhadap mereka yang meyakini akan kebenarannya mengenai agama, diantaranya: memberikan bimbingan
9
dalam hidup, menolong dalam menghadapi kesukaran, dan menentramkan batin.10 Sehingga, agama sendiri dapat menjadi patokan dan tuntutan bagaimana seorang mencerminkan menjadi seorang muslim yang baik. Dengan demikian, diharapkan dengan adanya bimbingan agama di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta dapat mempengaruhi anak jalanan dari segi pengetahuannya sehingga dapat meningkat.
Anak jalanan yang berada di panti sosial ini berasal dari Jakarta, yang memang hidup terlantar di jalan seperti pengamen, pengemis, anak punk dan lain-lain yang sebagian besar tidak memiliki tempat tinggal bahkan sudah lama tidak pulang kerumah ataupun bertemu orang tuanya.
Ditempat inilah warga binaan sosial ada yang berusia mulai dari 16 tahun hingga 25 tahun diberikan keterampilan sosial juga keagamaan. Dimana nanti setiap minggunya remaja tersebut akan segera bergantian memimpin doa, bisa membaca Al-Qur’an dan dikarenakan adanya pengetahuan agama mereka menjadikan anak jalanan ini mulai berubah kearah yang lebih baik seperti lebih disiplin, membersihkan peralatan makan sehabis makan, dan membaca doa sebelum melakukan sesuatu.
Berdasarkan latar belakang di atas Bimbingan Agama di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas
10Zakiyah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 58.
10
Sosial DKI Jakarta terhitung sering dilakukan dan terlihat perubahannya berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pekerja sosial. Melihat fenomena yang terjadi di Yayasan itu sendiri dan merujuk pada penelitian sebelumnya yang hasilnya ada yang berpengaruh dan tidak menjadi menarik untuk diteliti di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta untuk mengetahui berpengaruh atau tidaknya dengan adanya Bimbingan Agama terhadap pengetahuan anak jalanan. Oleh karenanya, penulis mencoba meneliti permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul ”Pengaruh Intensitas Bimbingan Agama Terhadap Pengetahuan Agama Anak Jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta”.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada aspek Intensitas Bimbingan Agama dan Pengetahuan Beragama Anak Jalanan, dengan ruang lingkup analisis pengaruh Intensitas Bimbingan Agama terhadap pengetahuan agama di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta.
Adapun anak jalanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berusia 16-23 tahun yang mengikuti kegiatan Bimbingan Agama secara intensif minimal 2 bulan dan tinggal di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta. Anak jalanan disini hanya sebuah sebutan yang sudah biasa disebutkan, nyatanya dalam
11
penelitian kali ini di dalam Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta diisi oleh anak jalanan yang sudah berusia remaja.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh signifikan antara Intensitas Bimbingan Agama terhadap pengetahuan agama anak jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta?
2. Seberapa besar pengaruh Intensitas Bimbingan Agama terhadap pengetahuan agama anak jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta?
D. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh Intensitas Bimbingan Agama terhadap pengetahuan agama anak jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh Intenstas Bimbingan Agama terhadap pengetahuan agama anak jalanan di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 Dinas Sosial DKI Jakarta.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis
12
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi akademisi, praktisi, dan kepada pembaca terkhusus bagi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam dalam bidang pelayanan Bimbingan Agama Islam bagi remaja anak jalanan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif bagi pembimbing Agama Islam, pondok pesantren serta Yayasan dinas sosial yang di dalamnya terdapat bimbingan agama Islam.
F. Tinjauan Pustaka
1. Skripsi Syahirah Ahmad (2018) Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare dengan judul
“Pengaruh Intensitas Bimbingan Agama Islam Terhadap Perilaku Keberagamaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Parepare”. Penelitian ini merupakan penelitian dengan penelitian kuantitatif yang didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomena- fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif.
Adapun hasil penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemberian layanan bimbingan Islam yang intens berpengaruh terhadap berperilaku keberagamaan
13
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Parepare.
Hasil dari penelitian ini adalah secara signifikan terhadap perilaku keberagamaan narapidana di Lembaga Pemasyarakat Kelas IIB dengan perolehan rhitung = 3,608 > rtabel = 0,316 dengan taraf signifikan.
Menurut peneliti dalam skripsi ini mendeskripsikan bahwa pentingnya ajaran agama bagi manusia kemudian agama merupakan peranan penting dalam menuntun manusia menuju jalan kebenaran oleh karenanya dirasa sangat penting bagi narapidana diberikan bimbingan agama Islam sehingga ketika keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Parepare dapat hidup dijalan yang benar sesuai dengan ajaran agama Islam.
Kelebihan dari skripsi ini adalah sangat dibahas mendalam dan sangat lengkap serta dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.
2. Skripsi Robbiana Saputra (2015) mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang dengan judul “Pengaruh Intensitas Mengikuti Bimbingan Agama Islam Terhadap Kesehatan Mental Para Lanjut Usia di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan Teknik pengumpulan data menggunakan skala intensitas mengikuti
14
bimbingan agama dan skala kesehatan mental. Hasil dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh intensitas bimbingan agama Islam terhadap kesehatan mental para lansia di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang. Menurut peneliti dalam skripsi ini ketika memasuki fase usia lanjut pada manusia maka manusia itu akan merasakan kesepian dan kesendirian, keadaan tersebut dapat berpengaruh terhadap kondisi kejiwaannya yang dapat menunjukkan berbagai gangguan jiwa yang diantaranya adalah depresi yang pada gilirannya akan menimbulkan depresi dan putus asa sehingga dengan adanya bimbingan agama Islam dapat mengisi kekosongan hati para lansia dan lebih mendekatkan diri kepada Allah serta menjauhkan para lansia dari gangguan kejiwaan karena memiliki mental yang sehat.
Hasil dari penelitian ini adalah nilai Fregresi sebesar 2,659 lebih besar dari pada F tabel pada taraf signifikan 0,05= 3,20 dan F tabel 0,01= 4,13 dengan nilai (p value) lebih besar dari 0,05 dengan nilai R square sebesar 6,9 yang menunjukkan pengaruh sebesar 6,9%.
Kekurangan dari penelitian skripsi ini adalah pada hasil ditunjukkan ternyata tidak adanya pengaruh intensitas dalam mengikuti bimbingan agama terhadap kesehatan mental para lanjut usia.
15
Perbedaan penelitian skripsi ini dengan sebelumnya adalah terletak pada variabel X dimana penelitian sebelumnya ialah Kesehatan Mental dan penelitian kali ini adalah perubahan perilaku, serta objek penelitian juga berbeda.
3. Skripsi Anis Lud Fiana (2018) mahasiswi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang dengan judul “Pengaruh Intensitas Mengikuti Bimbingan dan Konseling Islam Terhadap Kecemasan Emosional Siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Nudia Semarang”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Hasil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh intensitas mengikuti bimbingan dan konseling Islam terhadap kecerdasan emosional siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Nudia Semarang dengan nilai lebih besar dari dengan taraf signifikan 5% (1: 55) yaitu 9,89 > 4,02, hal tersebut menunjukkan adanya nilai signifikan. Penelitian skripsi ini memiliki kelebihan yakni dapat membuktikan bahwa adanya hasil nilai signifikan sehingga pemberian layanan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan diikuti secara sungguh-sungguh dan rutin akan menjadikan siswa bersikap dan bertindak sesuai dengan norma- norma dan agama dalam kehidupan sehari-hari, baik yang hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan Allah.
16
Kekurangan dari penelitian skripsi ini adalah pengaruh R Square (R2) yaitu 0,152 atau 15,2 %.
Adapun sisanya sebesar 84,8 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian, sehingga lebih banyak faktor lain yang mempengaruhi yang diantaranya adalah keluarga, lingkungan, ekonomi dan teman sebaya dibandingkan dengan pengaruh konseling Islam terhadap kecerdasan emosional siswa.
Perbedaan penelitian skripsi ini dengan penelitian yang akan penulis teliti ialah terletak pada variabel Y (Intensitas Bimbingan Agama) dan variabel X (Perubahan Perilaku Anak) objek dari penelitian inipun berbeda yakni penelitian sebelumnya siswa menengah pertama dan peneltian yang penulis teliti adalah anak jalanan.
4. Skripsi Trinikmah Utamimah (2015) mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga dengan judul “Pengaruh Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling Terhadap Ketaatan Siswa Pada Tata Tertib Sekolah di MTS Yakti Tegalrejo Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan hasil penelitian harga r observasi lebih besar dari r tabel, baik taraf signifikan 5% atau 1%. Dinyatakan apabila r observasi lebih besar dari r tabel maka ada komparasi dan hipotesis yang menyatakan pengaruh positif antara intensitas layanan bimbingan dan
17
konseling terhadap ketaatan siswa pada tata tertib sekolah diterima.
Kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti mencantumkan berbagai faktor yang mempengaruhi siswa yang dapat melanggar tata tertib itu sangat lengkap dan teori-teori yang diberikan pun lengkap.
Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis teliti ialah terletak pada variael Y dan variabel X juga berbeda tetapi persamaannya terletak pada pengaruh intensitas suatu bimbingan.
5. Skripsi Rina Wati (2018) mahasiswi Universitas Islam Walisongo Semarang dengan judul “Pengaruh Intensitas Mengikuti Kegiatan Keagamaan Terhadap Perkembangan Moral Siswa Kelas IX Di SMP Hasanuddin 6 Tugu Semarang”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan studi populasi yang mana semua populasi menjadi subyek penelitian. Subyek penelitian berjumlah 53 siswa kelas IX angkatan tahun 2017 di SMP Hasanuddin 6 Tugu Semarang.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh intensitas mengikuti kegiatan keagamaan terhadap perkembangan moral siswa kelas IX SMP Hasanuddin 6 Semarang. yang ditunjukkan Freg hitung yang menunjukkan nilai 34.859 dengan tingkat signifikan 0,000. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat
18
disimpulkan bahwa ada pengaruh intensitas mengikuti kegiatan keagamaan terhadap perkembangan moral siswa kelas IX SMP Hasanuddin 6 Tugu.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara intensitas mengikuti kegiatan keagamaan dengan perkembangan moral siswa kelas IX SMP Hasanuddin 6 Semarang. Semakin tinggi Intensitas mengikuti kegiatan keagamaan maka akan semakin tinggi perkembangan moral siswa kelas IX SMP Hasanuddin 6 Semarang. Sebaliknya semakin rendah intensitas mengikuti kegiatan keagamaan maka akan semakin rendah pula perkembangan moral siswa kelas IX SMP Hasanuddin 6 Semarang. Intensitas mengikuti kegiatan keagamaan memengaruhi perkembangan moral siswa kelas IX SMP Hasanuddin 6 Semarang, sebesar 40,6% dengan R square 0,406, sedangkan sisanya 0,594 artinya 59,4%
dipengaruhi faktor lainnya diluar variabel yang tidak diteliti misalnya dari faktor intern citra diri dan dari faktor ekstern peran orang tua, lingkungan sosial.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama ingin mengukur pengaruh intensitas mengikuti bimbingan agama terhadap sesuatu. perbedaannya ialah terletak pada variable Y dimana penelitian sebelumnyaterhadap moral siswa
19
namun penelitin penulis variabel Y nya adalah perubahan perilaku anak jalanan.
6. Skripsi Robbiana Saputra (2015) mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang dengan judul “Pengaruh Intensitas Mengikuti Bimbingan Agama Islam Terhadap Kesehatan Mental Para Lanjut Usia di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan Teknik pengumpulan data menggunakan skala intensitas mengikuti bimbingan agama dan skala kesehatan mental. Hasil dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh intensitas bimbingan agama Islam terhadap kesehatan mental para lansia di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang. Menurut peneliti dalam skripsi ini ketika memasuki fase usia lanjut pada manusia maka manusia itu akan merasakan kesepian dan kesendirian, keadaan tersebut dapat berpengaruh terhadap kondisi kejiwaannya yang dapat menunjukkan berbagai gangguan jiwa yang diantaranya adalah depresi yang pada gilirannya akan menimbulkan depresi dan putus asa sehingga dengan adanya bimbingan agama Islam dapat mengisi kekosongan hati para lansia dan lebih mendekatkan diri kepada Allah serta menjauhkan para lansia dari gangguan kejiwaan karena memiliki mental yang sehat.
20
Kekurangan dari penelitian skripsi ini adalah pada hasil ditunjukkan ternyata tidak adanya pengaruh intensitas dalam mengikuti bimbingan agama terhadap kesehatan mental para lanjut usia.
Perbedaan penelitian skripsi ini dengan sebelumnya adalah terletak pada variabel X dimana penelitian sebelumnya ialah Kesehatan Mental dan penelitian kali ini adalah perubahan perilaku, serta objek penelitian juga berbeda.
7. Skripsi Anis Lud Fiana (2018) mahasiswi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang dengan judul “Pengaruh Intensitas Mengikuti Bimbingan dan Konseling Islam Terhadap Kecemasan Emosional Siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Nudia Semarang”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Hasil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh intensitas mengikuti bimbingan dan konseling Islam terhadap kecerdasan emosional siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Nudia Semarang dengan nilai lebih besar dari dengan taraf signifikan 5% (1: 55) yaitu 9,89 > 4,02, hal tersebut menunjukkan adanya nilai signifikan. Penelitian skripsi ini memiliki kelebihan yakni dapat membuktikan bahwa adanya hasil nilai signifikan sehingga pemberian layanan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan diikuti secara sungguh-sungguh dan rutin akan menjadikan
21
siswa bersikap dan bertindak sesuai dengan norma- norma dan agama dalam kehidupan sehari-hari, baik yang hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan Allah.
Kekurangan dari penelitian skripsi ini adalah pengaruh R Square (R2) yaitu 0,152 atau 15,2 %.
Adapun sisanya sebesar 84,8 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian, sehingga lebih banyak faktor lain yang mempengaruhi yang diantaranya adalah keluarga, lingkungan, ekonomi dan teman sebaya dibandingkan dengan pengaruh konseling Islam terhadap kecerdasan emosional siswa.
Perbedaan penelitian skripsi ini dengan penelitian yang akan penulis teliti ialah terletak pada variabel X ( Bimbingan Agama) dan variabel Y (Peningkatan Pengetahuan Agama) objek dari penelitian inipun berbeda yakni penelitian sebelumnya siswa menengah pertama dan peneltian yang penulis teliti adalah anak jalanan.
8. Skripsi Trinikmah Utamimah (2015) mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga dengan judul “Pengaruh Intensitas Layanan Bimbingan dan Konseling Terhadap Ketaatan Siswa Pada Tata Tertib Sekolah di MTS Yakti Tegalrejo Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan hasil penelitian harga r observasi lebih besar dari r tabel,
22
baik taraf signifikan 5% atau 1%. Dinyatakan apabila r observasi lebih besar dari r tabel maka ada komparasi dan hipotesis yang menyatakan pengaruh positif antara intensitas layanan bimbingan dan konseling terhadap ketaatan siswa pada tata tertib sekolah diterima.
Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian peneliti mencantumkan berbagai faktor yang mempengaruhi siswa yang dapat melanggar tata tertib itu sangat lengkap dan teori-teori yang diberikan pun lengkap. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis teliti ialah terletak pada variael Y dan variabel X juga berbeda tetapi persamaannya terletak pada pengaruh intensitas suatu bimbingan.
9. Skripsi Rina Wati (2018) mahasiswi Universitas Islam Walisongo Semarang dengan judul “Pengaruh Intensitas Mengikuti Kegiatan Keagamaan Terhadap Perkembangan Moral Siswa Kelas IX Di SMP Hasanuddin 6 Tugu Semarang”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan studi populasi yang mana semua populasi menjadi subyek penelitian. Subyek penelitian berjumlah 53 siswa kelas IX angkatan tahun 2017 di SMP Hasanuddin 6 Tugu Semarang.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh intensitas mengikuti kegiatan keagamaan terhadap
23
perkembangan moral siswa kelas IX SMP Hasanuddin 6 Semarang. yang ditunjukkan Freg hitung yang menunjukkan nilai 34.859 dengan tingkat signifikan 0,000. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh intensitas mengikuti kegiatan keagamaan terhadap perkembangan moral siswa kelas IX SMP Hasanuddin 6 Tugu.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan positif antara intensitas mengikuti kegiatan keagamaan dengan perkembangan moral siswa kelas IX SMP Hasanuddin 6 Semarang. Semakin tinggi Intensitas mengikuti kegiatan keagamaan maka akan semakin tinggi perkembangan moral siswa kelas IX SMP Hasanuddin 6 Semarang. Sebaliknya semakin rendah intensitas mengikuti kegiatan keagamaan maka akan semakin rendah pula perkembangan moral siswa kelas IX SMP Hasanuddin 6 Semarang. Intensitas mengikuti kegiatan keagamaan memengaruhi perkembangan moral siswa kelas IX SMP Hasanuddin 6 Semarang, sebesar 40,6% dengan R square 0,406, sedangkan sisanya 0,594 artinya 59,4%
dipengaruhi faktor lainnya diluar variabel yang tidak diteliti misalnya dari faktor intern citra diri dan dari faktor ekstern peran orang tua, lingkungan sosial.
24
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama ingin mengukur pengaruh intensitas mengikuti bimbingan agama terhadap sesuatu. perbedaannya ialah terletak pada variable Y dimana penelitian sebelumnya terhadap moral siswa namun penelitin penulis variabel Y nya adalah perubahan perilaku anak jalanan.
10. Skripsi Muhammad Nurul Hukmah Dzikriyyah (2014) mahasiswa Universitas IAIN Walisongo dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Agama Islam Terhadap Religiusitas Peserta Didik SMP Hasanuddin 4 Mijen Semarang”. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini memiliki hasil 11,9% pengaruh yang signifikan dan positif antara Pengetahuan Agama Islam Terhadap Religiusitas Peserta Didik SMP Hasanuddin 4 Mijen Semarang dengan persamaan regresi Y=
67,315+0,556 X. Dan hasil varians garis regresi Fhitung = 7,447 > Ftabel ( 0,05 ; 1, 55) = 4,02 berarti signifikan, dan Fhitung = 7,447 > Ftabel ( 0,01 ; 1, 55) = 7,12 berarti signifikan.
Perbedaan dengan penelitian penulis terdapat pada Variabelnya dimana penelitian terdahulu Variabel X nya adalah pengetahuan agama dan Variabel Y adalah religiusitas.
25 G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima bab, yang terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, temuan penelitian dan pembahasan, serta simpulan dan saran dengan rincian selanjutnya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, sistematika penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Meliputi teori yang terkait dengan variabel penelitian, kerangka pemikiran, dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Meliputi populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, sumber data, instrument penelitian, Teknik pengumpulan data dan Teknik pengolahan data.
26
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Meliputi temuan hasil penelitian dan pembahasan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Meliputi simpulan dan saran.
27 BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Intensitas
Kata intensitas merupakan pengadopsian kata dari bahasa Inggris yaitu, “Intensity” yang berarti kuat, keras, atau hebat. Kata intensive selanjutnya dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kata intensif atau intensitas, yang mempunyai arti sungguh-sungguh, giat, atau hebat dalam melakukan suatu hal. Intensitas dalam kamus psikologi adalah kuatnya tingkah laku atau pengalaman, atau sikap yang dipertahankan11, sedangkan intensitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah keadaan (tingkat, ukuran), ukuran intens (hebatnya, kuatnya bergelora dan sebagainya)12.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia intensitas ialah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya.13 Sementara itu, Champlin dalam Yuzi Akbari menjelaskan tiga arti intensitas yaitu (1) satu sifat kuantitatif dari satu pengindraan, yang berhubungan dengan intensitas perangsangnya, (2) kekuatan sebuah tingkah laku atau sebuah pengalaman, (3) kekuatan yang
11 Ashari & M. Hafi, Kamus Psikologi, (Surabaya: Usaha Nasional, 1996), hlm. 297.
12 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm. 383.
13 KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Kamus Online (1 januari 2020)
28
mendukung suatu pendapat atau suatu sikap.14 Menurut Partanto dkk. Intensitas adalah kemampuan atau kekuatan, gigih tidaknya, kehebatan.15 Sedangkan dalam kamus psikologi adalah kuatnya tingkah laku atau pengalaman atau sikap yang dipertahankan.16 Lalu menurut Nurkholif Hazim intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha.17 Intensitas merupakan keadaan (tingkatan, ukuran) intensnya (kuat dan hebat) dan sebagainya.
Menurut corsini Intensitas dapat pula berarti:
pertama, hebat atau sangat kuat berkaitan dengan rentang kekuatan. Kedua, tinggi (tentang mutu). Ketiga, bergelora, penuh semangat, berapi-api, berkobar-kobar (tentang perasaan). Keempat, sangat emosional berkaitan dengan orang.18
Berdasarkan pengertian diatas, dapat diartikan bahwa keadaan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan kesungguhan hatinya atau seberapa sering seseorang mengikuti sesuatu kegiatan. Kemudian, Intens
14 Yuzi Akbari, Hubungan Intensitas Penggunaan Sosial Media terhadap Perilaku Belajar Mata Pelajaran Produktif pada Siswa Kelas XI Jasa Boga di SMK 3 Klaten, (Skripsi Sarjana, Fakultas Teknik UYN, 2016), H. 11.
15 purtanto, dkk., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Penerbit Arloka, 1994), hlm. 265.
16 Ashari M. Hafi, Kamus Psychology, (Surabaya: Usaha Nasional, 1996), hlm, 297.
17 Zakiya, Kondisi Intensitas Pengajian dan Peningkatan Religiusitas Pada Lansia Aisyiyah Daerah Banyumas, Jurnal Pemikiran Islam, Volume XVIII, No. 1 Tahun 2017, h. 95.
18 Ibid., h. 95.
29
dalam hal ini merupakan intens dalam hal waktu, semangat yang bergelora serta sikap dan minat dari responden dalam mengikuti Bimbingan Agama. Yang dalam hal ini peneliti menggunakan teori corsini mengenai Intensitas Bimbingan Agama.
1. Indikator Intensitas
Nuraini dalam Muhajir dkk menyatakan intensitas memiliki beberapa indikator, yaitu sebagai berikut:19
1. Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal individu yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu.
motivasi yang dimaksud merupakan dorongan individu untuk mengikuti Bimbingan Agama.
2. Waktu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, waktu adalah seluruh rangkaian yang ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung.20 Waktu merupakan slah satu sumber daya yang harus
19 Muhajir, Iqmaddin, Putra. Intensitas Rupa: Penggunaan Media Pembelajaran Visual Dalam Kelas Linguistik Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Pendidikan Seni Rupa. Volume 03 No.02 Tahun 2015. hlm. 112.
20 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta: Pustaka Utama, 2008), hlm. 1554.
30
dikelola secara efektif dan efesien untuk menunjang aktivitas.21 Di dalam waktu kegiatan terdapat:
a. Durasi Kegiatan
Durasi kegiatan yaitu berupa lamanya kemampuan menggunnakan waktunya untuk melakukan kegiatan. Kegiatan yang dimaksud ialah kegiatan ketika mengikuti Bimbingan Agama.
b. Frekuensi Kegiatan
Frekuensi yang dimaksud adalah seringnya atau kekerapan individu dalam mengikuti kegiatan itu dalam periode waktu tertentu. Frekuensi yang dimaksud adalah seringnya mengikuti Bimbingan Agama.
3. Presentasi Kegiatan
Presentasi yang dimaksud adalah bergairah, semangat. Ini bisa dilihat dari kesungguhan dan dari menyimak/memperhatikannya responden dalam mengikuti Bimbingan Agama.
4. Arah sikap
Sikap sebagai suatu kesiapan pada diri seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal yang bersifat positif maupun negatif. Contoh:
apabila responden (anak jalanan) menyenangi materi tertentu maka dengan sendirinya akan memberikan
21 Bahrur Rosyidi Duraisy, Manajemen Waktu (Konsep dan strategi), https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/, diakses 3 Juli 2020.
31
contoh sikap yang baik dalam mengikuti Bimbingan Agama.
5. Minat
Minat timbul apabila individu tertarik pada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan digeluti memiliki makna pada dirinya, sehingga dirinya tertarik untuk mengikuti Bimbingan Agama tersebut.
B. Bimbingan Agama
Bimbingan secara etismologi merupakan arti dari Bahasa Inggris “guidance” yang berasal dari kata kerja
“guide” artinya menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain kejalan yang benar.22 Pendapat lain juga dikemukakan oleh Natawidjaya yakni bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.23
Menurut Crow dan Crow bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan berpendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-
22 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm.30.
23 W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm.29.
32
kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangnya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
Adapun menurut Failor seorang ahli bimbingan dan konseling di lingkungan sekolah mengartikan bahwa bimbingan adalah bantuan kepada seseorang dalam proses pemahaman dan penerimaan terhadap kenyataan yang ada pada dirinya sendiri serta perhitungan (penilaian) terhadap lingkungan sosial ekonominya masa sekarang dan kemungkinan masa mendatang dan bagaimana mengintegrasikan kedua hal tersebut melalui pemilihan-pemilihan serta penyesuaian-penyesuaian diri yang membawa kepada kepuasan hidup pribadi dan kedayaguaan hidup ekonomi sosial.24
Kemudian pengertian agama adalah aspek penting dalam kehidupan manusia.25 Menurut asal katanya agama berasal dari bahasa Sansekerta a artinya tidak dan gama artinya kacau. Jadi, agama berrati tidak kacau atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Dalam bahasa Latin, agama disebut religere artinya mengembalikan ikatan, memperhatikan dengan seksama. Jadi, agama adalah
24 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 3.
25 Sindung Haryanto, Sosiologi Agama dari Klasik hingga Postmodern, (Yogyakarta: Arr-ruzz Media, 2016), h.21.
33
tindakan mengembalikan ikatan atau memulihkan hubungan dengan Ilahi.26
Jadi, jika disambungkan bimbingan agama menurut Arifin adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasi masalahnya sendiri karena timbul kesadaran, sehingga muncul kebahagiaan hidup masa sekarang dan masa depannya.27
1. Prinsip-prinsip Bimbingan Agama
Prinsip penyuluhan agama Islam menurut Abdul Aziz adalah bahwa penyuluhan agama Islam yang harus diamalkan dalam penyuluhan agama antara lain sebagai berikut:
1) Memberikan keteladan kepada masyarakat
Keteladanan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh Rasulullah yang dapat dipraktekkan pada pelaksanaan penyuluhan agama Islam sepanjang masa.
Misalnya perjalanan hidup Rasulullah menceritakan kepada kita tentang kepribadian manusia yang telah diberikan oleh Allah dengan akhlak yang agung dengan
26 Masganti Sit, Psikologi Agama, (Medan: Perdana Publishing, 2011), h. 2.
27 Arifin, Psikologi Dakwah Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h.24.
34
risalahnya sehingga beliau menjadi tauladan yang baik bagi orang-orang yang beriman.
2) Menerapkan cara bil Hikmah
Bimbingan dengan cara bil hikmah yaitu menyesuaikan situasi dan kondisi sarana penyuluhan agama Islam. Demikian pula metode dan materi dakwah juga sesuai dengan pendekatan hati nuraninya sehingga penyuluhan agama Islam mudah diterima dan diamalkan oleh para jama’ah.
3) Mengenal sebelum memberi penyuluhan agama Islam
2. Tujuan Bimbingan Agama
Dalam rumusan epistimologi keilmuan dakwah menyatakan bahwa Bimbingan Penyuluhan dalam Islam bertujuan menginternalisasikan, mengekstralisasikan dan mentransformasikan sistem ajaran Islam ke dalam kehidupan Individu, keluarga dan kelompok kecil katas dasar masalah khusus (kasuistik) dalam semua kehidupan yang berdampak pada kehidupan individu dan keluarga serta lingkungan sosial.28
Hamdan Bakry adz-Dzaky menjelaskan tujuan dari bimbingan dalam Islam adalah:29
28 M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 97.
29 Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikologi Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), h. 221.
35
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, lapang dan mendapat pencerahan dari Allah SWT.
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang memberikan manfaat bagi dirinya, lingkungan maupun sosial.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan emosi pada individu dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanaan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk mendapatkan kecerdasan spiritual pada individu, sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusna mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian- Nya. Untuk menghasilkan potensi ilahiah sehingga fungsi diri sebagai khalifah di muka bumi dapat terlaksana dengan baik.
3. Fungsi Bimbingan Agama
Bimbingan Agama berfungsi untuk memelihara dan membersihkan diri manusia dengan berbagai praktek ibadah dan akhlak serta menunjukkan kepada manusia dimana letak kebaikan dan cara melaksanakannya dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakatanya.
Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam yang bersumberkan al-Qur’an dan al-Hadist, dalam pelayanannya berupaya menerapkan dan
36
mengembangkan fungsi-fungsi dari al-Qur’an yang dijadikan sumber utama ajaran Islam.30
Menurut Syamsu Yusuf LN, dan A. Juntika Nurihsan, beberapa fungsi dari Bimbingan Agama, adalah sebagai berikut:31
1. Pemahaman, yaitu membantu individu agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya.
2. Preventif, yaitu upaya pembimbing untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh individua tau sekelompok individu.
3. Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada individu yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, maupun karir.
4. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program norma agama.
Kemudian, menurut Ainur Rahim Faqih di dalam bukunya, menyatakan bahwa fungsi Bimbingan
30 M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 103.
31 Syamsu Yusuf, LN dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Remaja Porsadakarya, 2006), cet, kedua, h. 16-17.
37
Agama dapat dirumuskan sebagai berikut:32
1. Fungsi preventif, yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2. Fungsi kuratif atau korektif, yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang dialaminya.
3. Fungsi preservatif, yaitu membantu individu agar situasi yang semula tidak baik menjadi lebih baik, dan kebaikan itu bertahan lama.
4. Fungsi development atau pengembangan, yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi atau kondisi yang baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab masalah bagi dirinya.
4. Metode Bimbingan Agama
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling Agama, yaitu:33
1) Metode interview (wawancara)
Wawancara adalah suatu cara untuk memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan terbimbing pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.
2) Metode kelompok (group guident)
32 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 36.
33 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluh Agama, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1994), h. 5.
38
Metode kelompok adalah suatu metode pengungkapan jiwa atau batin pembinaannya melalui kegiata kelompok, seperti cermah, diskusi, seminar, simposium atau dinamika kelompok. metode ini menghendaki adanya hubungan timbal balik antara pembimbing dan terbimbing maupun antar sesama terbimbing.
3) Metode directive counseling
Metode direktif adalah metode yang bersikap mengarahkan kepada terbimbing untuk berusaha mengatasi kesulitan yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada terbimbing yaitu dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dialami terbimbing.
4) Metode non-directive counseling
Metode non-direktif yaitu metode yang memberikan kesempatan kepada terbimbing untuk mengungkapkan segala permasalahan yang dihadapinya.
Pembimbing lebih bersikap tenang mendengarkan dan memperhatikan serta mencapat poin-poin permasalahan yang disampaikan terbimbing. Sehingga akan muncul kesadaran pada terbimbing apa yang seharusnya dilakukannya.
5) Metode Penganalisahan jiwa (Psikoanalitis)
Metode ini berasal dari metode psiko-analisis Freud yang digunakan untuk mengungkapkan segala
39
tekanan perasaan yang sudah tidak lagi disadari. Metode ini mengasumsikan bahwa perasaan-perasaan tertekan masa lalu yang tidak terselesaikan akan memupuk dan mengendap dalam lapisan jiwa bawah sadar.
5. Materi Bimbingan Agama
Materi bimbingan berisikan ajakan, anjuran dan ide gerakan dalam rangka mencapai tujuan. Ajakan serta anjuran tersebut dimaksudkan agar manusia mau menerima, memahami dan mengikuti ajaran tersebut sehingga ajaran dalam agama Islam dapat dipahami, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semua ajaran Islam tertuang di dalam wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah yang perwujudannya terkandung di dalam Al- Qur’an dan Sunah Nabi.34
Dalam melakukan wawancara bersama dengan peksos, Pembina agama dan staff di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 didapatkan bahwa materi bimbingan agama yang diberikan adalah sebagai berikut:
a. Akidah
Akidah menurut bahasa berasal dari kata aqada, ya’qidu, aqdan atau aqidatan yang artinya mengikatkan.
Bentuk jama’ dari aqidah adalah aqaid yang berarti simpulan atau ikatan iman. Dari kata itu muncul pula kata I’tiqad yang berarti kepercayaan. Sedangkan aqidah
34 W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1991), h.54.
40
secara estimologis berarti ikatan atau sangkutan. Secara praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan, atau iman.35
Ruang lingkup kajian akidah berkaitan dengan rukun iman yaitu: 1) Iman kepada Allah, 2) Iman kepada malaikat, 3) Iman kepada kitab Allah, 4) Iman kepada rasul Allah, 5) Iman kepada hari akhir, 6) Iman kepada Qada dan Qadar. Selama berada di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya 2 anak jalanan diberikan pengamalan-pengamalan seperti diberikan pengetahuan mengenai akidah karena menurut Pembina agama dapat memantapkan kepercayaan dalam menjalankan ajaran agama Islam.
b. Ibadah
Secara umum ibadah berarti bakti manusia kepada Allah SWT. Karena didorong dan dibangkitkan oleh akhlak tauhid. Ibadah berarti penyerahan mutlak dan kepatuhan sepenuhnya secara lahir dan batin bagi manusia kepada kehendak Ilahi. Ibadah dalam Islam bukan berarti hanya beribadah kepada Allah, dengan kata lain bahwa semua kegiatan, baik yang bersegi
‘ubudiyyah maupun yang bersegi mu’amalah, adalah
35 E. Hassan Saleh, Study Islam Di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, (Jakarta: ISTN, 2000), Cet ke-2, h. 55.