PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, JAKARTA ISLAMIC INDEX, VOLUME PERDAGANGAN, USIA REKSADANA DAN PANDEMI
COVID-19 TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH SAHAM DI INDONESIA PERIODE 2014-2020
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh: Aprila Yutegi NIM: 11170860000013
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Hari ini Rabu Tanggal 17 Bulan Maret 2021 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Aprila Yutegi
2. NIM 11170860000013
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Jakarta Islamic Index,
Volume Perdagangan, Usia Reksadana Dan Pandemi Covid-19 Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Saham Di Indonesia Periode 2014– 2020
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Maret 2021
1. Dr. Sofyan Rizal, M.Si ( )
NIP. 197604302011011002 Penguji I
2. Endra Kasni Laila Yuda, S.Ag., M.Si ( )
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu Tanggal 23 Juni 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Aprila Yutegi
2. NIM 11170860000013
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Jakarta Islamic Index,
Volume Perdagangan, Usia Reksadana Dan Pandemi Covid-19 Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Saham Di Indonesia Periode 2014– 2020
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Juni 2021
1. Dr. Erika Amelia, S.E., M.Si ( )
NIP. 197711092009122001 Ketua
2. Dr. Nofrianto, M. Ag ( )
NIP. 197611112003121002 Pembimbing
3. Ady Cahyadi, M. Si ( )
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Aprila Yutegi
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/25 April 1999 3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Puri Serpong II C1/14 Kel. Babakan Kec. Setu Kota Tangerang Selatan Banten
6. No Handphone 081212271885
7. Email : aprilaayutegii@gmail.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
2005-2011 : SDN Buaran II
2011-2014 : MTsN I Tangerang Selatan
2014-2017 : MAN 4 Jakarta
2017-2021 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
2017-2018 : Anggota Divisi Penelitian dan Pengembangan HMJ Ekonomi Syariah
2018-2019 : Anggota Divisi Penelitian dan Kajian Strategis Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis IV. PENGALAMAN KERJA
2020-2021 : Pemagangan Staf Pendistribusian Badan Amil Zakat Nasional Kota Tangerang Selatan (BAZNAS Tangsel) Apr 2021-Mei 2021 : Volunteer Ramadhan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-
Azhar
V. IDENTITAS KELUARGA
1. Ayah : Sayadi
2. Tempat, Tanggal Lahir: Blora, 21 Mei 1962
3. Ibu : Marpik
4. Tempat, Tanggal Lahir: Blora, 5 Januari 1967
5. Alamat : Puri Serpong II C1/14 Kel. Babakan Kec. Setu Tangerang Selatan Banten
ABSTRACT
Sharia Equity mutual funds have quite a high demand, but in 2020 the Covid-19 pandemic caused a significant downward trend in net asset value. This study aims to analyze the Impact of the Covid-19 Pandemic on Net Asset Value of Shared Sharia Mutual Funds and the influence of macro factors, namely Inflation, Exchange Rate, Jakarta Islamic Index and micro factors, namely Trading Volume and Age of Mutual Funds. This study uses two methods, namely Panel Data Regression and Wilcoxon Signed Ranked Test. The sample in this study consisted of 11 companies registered with the OJK during 2014-2020 with purposive sampling technique. The results of the study show that the Covid-19 pandemic emphasizes the inhibition of economic activities in real terms which implies a decrease in returns on Islamic investment instruments, especially a significant decrease in the NAV of Islamic mutual funds in shares compared to before the Covid-19 pandemic. And partially inflation, JII, trade volume has a significant effect. Meanwhile, the exchange rate and the age of the mutual fund have no effect on the NAV of the Shared Sharia Mutual Fund.
Key words: Islamic Equity Mutual Funds, Net Asset Value, Panel Data Regression, Pandemic covid-19, Wilcoxon Signed Reanked Test.
ABSTRAK
Reksadana syariah saham memiliki peminat secara rerata cukup tinggi namun ditahun 2020 peristiwa pandemi covid-19 membuat terjadi tren penurunan yang signifikan dari nilai aktiva bersih. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Saham serta pengaruh dari faktor makro yaitu Inflasi, Nilai Tukar, Jakarta Islamic Index dan faktor mikro yaitu Volume Perdagangan dan Usia Reksadana. Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu Regresi Data Panel dan uji Wilcoxon Signed Ranked Test. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 11 perusahaan yang terdaftar di OJK selama 2014-2020 dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandemi covid-19 menitikberatkan terhambatnya kegiatan ekonomi secara riil yang mengimplikasikan juga penurunan imbal hasil instrumen investasi syariah teruutama penurunan yang signifikan NAB reksadana syariah saham dibandingkan sebelum pandemi covid-19. Dan secara parsial inflasi, JII, volume perdagangan berpengaruh signifikan. Sementara nilai tukar dan usia reksadana tidak berpengaruh erhadap NAB Reksadana Syariah Saham.
Kata Kunci: Reksadana Syariah Saham, Nilai Aktiva Bersih, Regresi Data
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmat dan karunia setiap waktu. Salawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘Alayhi wa
Sallam sehingga sampai saat ini penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Jakarta Islamic Index, Volume
Perdagangan, Usia Reksadana dan Pandemi Covid-19 Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Saham Di Indonesia Periode 2014-2020”.
Skripsi yang disusun ini bertujuan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi dari Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semuanya.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari tidak terlepas dari segala doa, bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Terima kasih kepada Allah SWT yang selalu memberikan segala ridha, nikmat dan karunia yang harus selalu disyukuri memberikan kemudahan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi dengan tepat waktu.
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan segala dukungan materil dan moril, memberikan cinta dan kasih sayang, mendoakan segala perjuangan anaknya tanpa perlu diminta. Terima kasih untuk semua jasa-jasamu hingga saya dapat kesempatan menempuh pendidikan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan tepat waktu. Mohon maaf apabila ada kata dan kesalahan yang secara tidak sengaja menyakiti.
3. Kakak-kakak tersayang Mbak Maya, Mas Oki, Kak Alin dan adik-adik kembarku Rafka dan Rifki yang menghibur selama proses penyelesaian skripsi.
4. Musab Fadillah sebagai seseorang special yang selalu menyemangati dan mensupport terhadap segala hal yang dilakukan baik selama penulisan skripsi dan dalam kondisi maupun situasi apapun.
5. Bapak Dr. Nofrianto, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu yang berharga dan menyempatkan waktunya untuk dapat mengarahkan dengan penuh kesabaran sehingga saya dapat menyelesaikan proses penulisan skripsi dengan baik dan tepat waktu.
6. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Ibu Dr. Erika Amelia, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah
dan Dwi Nur'aini Ihsan, M.M selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah. 8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuan yang sangat berharga selama perkuliahan beserta seluruh staf karyawan yang telah membantu dan melayani segala keperluan perkuliahan.
9. Sahabat-sahabatku selama perkuliahan sekaligus menjadi teman seperjuangan dalam penulisan skripsi Putri Leli, Salmarani Salsabila, Diny Melga, Tra Mutiara, Ainul Mardiah yang telah memberikan berbagai motivasi dan support selama masa empat tahun perkuliahan.
10. Teman-teman Diyah, Mardiah, Diny, kosan yang telah meluangkan waktu dan tempat belajar dalam perkuliahan bersama Dyan, Dini, Ulmi, Ethna, 11. Teman-teman ekonomi syariah angkatan 2017 khususnya eksyar A yang
tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas sudah saling mendukung.
12. Keluarga BAZNAS Tangsel seluruh Pimpinan beserta Staf yang memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan tugas akhir.
13. Teman-teman Relawan Ramadhan beserta staf LAZ Al-Azhar yang telah memberikan motivasi dan support serta kesempatan untuk membantu mengembangkan skill kedepan.
14. Seluruh pihak yang membantu dalam kelancaran dan kemudahan penyelsaian tugas akhir skripsi.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan karena pengetahuan yang dimiliki masih terbatas. Oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang dapat menjadikan skripsi ini dapat lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak.
Jakarta, 01 Mei 2021 Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRACT ... vii ABSTRAK ... viii DAFTAR ISI ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 13 C. Tujuan Penelitian ... 14 D. Manfaat Penelitian ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 16
A. Landasan Teori ... 16
B. Penelitian Terdahulu ... 61
C. Kerangka Berpikir ... 66
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian ... 67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 75
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 75
B. Metode Penentuan Sampel ... 76
C. Teknik Pengumpulan Data ... 78
D. Teknik Pengolahan Data ... 80
E. Definisi Operasional Variabel ... 96
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 100
A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 100
B. Temuan Hasil Penelitian ... 118
C. Interpretasi Hasil ... 132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 143
DAFTAR PUSTAKA ... 145 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 155
DAFTAR TABEL
1.1 Pertumbuhan Inflasi, Nilai Tukar, JII dan NAB RDS Saham ... 9
3.1 Rincian Pemilihan Sampel ... 77
4.1 Sampel Reksadana Syariah Saham ... 102
4.2 Nilai Aktiva Bersih RDS Saham ... 103
4.3 Inflasi... 105
4.4 Nilai Tukar ... 107
4.5 Jakarta Islamic Index ... 109
4.6 Volume Perdagangan ... 111
4.7 Usia Reksadana ... 114
4.8 NAB RDS Saham Sebelum dan Sesudah Pandemi Covid-19 ... 116
4.9 Model Common Effect ... 119
4.10 Model Fixed Effect ... 120
4.11 Uji Chow ... 121
4.12 Model Random Effect ... 122
4.13 Uji Hausman... 123
4.14 Uji Simultan ... 124
4.15 Uji Parsial ... 125
4.16 Koefisien Determinasi ... 127
4.17 Model Random Effect ... 128
4.18 Uji Normalitas ... 131
DAFTAR GAMBAR
1.1 Perkembangan Jumlah dan NAB Reksadana Syariah dan Konvensional ... 3
1.2 Perkembangan Jumlah dan NAB Reksadana Syariah Saham ... 5
2.1 Kerangka Berpikir ... 66
4.1 Inflasi Periode 2014-2020 ... 104
4.2 Nilai Tukar Periode 2014-2020 ... 106
4.3 Jakarta Islamic Index Periode 2014-2020 ... 108
4.4 Volume Perdagangan Periode 2014-2020 ... 110
4.5 Usia Reksadana Periode 2014-2020 ... 112
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini, Trend investasi reksadana syariah
menunjukkan konsistensi yang semakin baik. Instrumen reksadana syariah
masih tergolong kecil dibandingkan instruen keuangan syariah lainnya
namun secara global telah mengalami pertumbuhan yang signfikan.
Berdasarkan Malaysia International Islamic Finance Centre dalam Outlook
Islamic Funds Industry, pada tahun 2015 total Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah global berada pada USD 60,2 miliar dengan jumlah 1.030
reksadana syariah. Kemudian terjadi peningkatan signifikan ditahun 2017
total NAB tercatat USD 70,8 miliar dengan jumlah sudah mencapai 1.535
reksadana syariah.
Dari keseluruhan negara yang memiliki pangsa pasar yang cukup
besar meliputi Arab Saudi dengan 41 persen dari total NAB reksadana
syariah ditahun 2015 dan perkembangan pada tahun 2017 negara Malaysia
berkontribusi paling besar yang memegang 85,2% pangsa pasar dengan
keunggulannya jumlah sebesar 394 reksadana syariah.dan total nilai aktiva
bersih sekitar USD 59 miliar.
Secara global hal tersebut menunjukkan perkembangan hubungan
investor. Reksadana syariah menjadi daya tarik para investor dalam mencari
likuiditas dengan adanya diversifikasi portofolio atau penyebaran risiko
berbagai efek untuk investor yang dalam pengetahuan mengenai
pengelolaan investasi masih terbatas karena secara proffesional dikelola
oleh manajer investasi sekaligus terpenuhi kebutuhan dalam prinsip-prinsip
agama (Abdullah dkk., 2007).
Reksadana syariah merupakan salah satu produk alternatif
instrumen investasi berbasis syariah yang tepat bagi investor dengan tingkat
pendapatan rendah hingga menengah dan pengelolaannya dilakukan oleh
manajer investasi dengan mengumpulkan dana dari para investor yang
memiliki tujuan dan pengembalian dalam investasi yang sama. Reksadana
syariah meminimalisir tingkat risiko bagi para investor dengan diversifikasi
sehingga menjadi pilihan yang tepat bagi sebagian besar investor yang
belum memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai (Yusuff dkk.,
2017).
Dalam pengelolaan reksadana syariah yang dilakukan oleh manajer
investasi, investor memperoleh keuntungan maupun kerugian melalui Nilai
Aktiva Bersih (NAB) berupa selisih NAB per unit penyertaan saat
pembelian dan penjualan. Nilai aktiva bersih adalah nilai dari keseluruhan
portofolio reksadana tersebut. Semakin tinggi NAB mengindikasikan
besarnya jumlah unit penyertaan (Nandari, 2017). Hal tersebut
2500 2000 1500 1000 500 0 600 500 400 300 200 100 0
Jumlah Reksadana Konvensional Jumlah Reksadana Syariah
NAB Reksadana Konvensional NAB Reksadana Syariah
Gambar 1.1
Perkembangan Jumlah dan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah dan Konvensional
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah Reksadana Konvensional 998 1.289 1.595 1.875 1.916 1.930
Jumlah Reksadana Syariah 93 136 182 224 265 289
NAB Reksadana Konvensional 260 323 429 470 488 499
NAB Reksadana Syariah 11,02 14,91 28,31 34,49 53,74 74,36
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, 2020 (Data diolah)
Di Indonesia sendiri proporsi dari segi Nilai Aktiva Bersih (NAB)
maupun jumlah reksadana syariah masih berkisar 13 persen dibandingkan
reksadana konvensional. Reksadana konvensional pada tahun 2020 telah
mencapai NAB sebesar 499 triliun dengan total 1.993. Namun disamping
itu setiap tahun reksadana syariah terus menunjukkan pertumbuhan yang
tinggi pada tahun 2015 hanya berjumlah 93 reksadana syariah kemudian
ditahun 2019 reksadana syariah terus terjadi peningkatan sebesar 18,30%
dari tahun sebelumnya secara kumulatif totalnya menjadi 265 reksadana
Begitupun dengan nilai aktiva bersih reksadana syariah telah
mengalami pertumbuhan mencapai 89,83% year on year pada tahun 2017
dengan jumlah NAB Reksadana syariah mencapai 28,31 triliun
dibandingkan tahun 2015 yang masih berjumlah 11,02 triliun dan hingga
bulan desember 2020 secara kumulatif nilainya telah mencapai 74,37 triliun
(Otoritas Jasa Keuangan, 2020). Berdasarkan grafik tersebut
menggambarkan perkembangan yang semakin baik dari respon para
investor dalam menempatkannya pada reksadana syariah.
Dalam perkembangan reksadana syariah, beberapa kurun waktu
terakhir jenis reksadana syariah saham mendominasi dibandingkan jenis
reksadana lainnya. Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah saham pada tahun
2018 mendapatkan proporsi dari total keseluruhan NAB Reksadana syariah
sebesar 28,90% yang angkanya sudah berada 9,97 triliun. Selama tujuh
tahun terakhir jumlah reksadana syariah saham meningkat sekitar 30 persen
dimana pada tahun 2014 hanya berjumlah 23 hingga tahun 2020 totalnya 63
reksadana syariah saham. Namun ditahun 2019 NAB reksadana syariah
saham mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 5,5 triliun, hal
tersebut disebabkan porsi NAB reksadana syariah saham hanya sebesar
Gambar 1.2
Perkembangan Jumlah dan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Saham
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, 2019 (Data Diolah)
Nilai aktiva bersih pada reksadana berkaitan dengan penempatan
instrumen investasi portofolio tersebut sehingga pergerakannya tergantung
pada nilai pasar masing-masing efek reksadana (Yazir & Suhardi, 2014).
Secara karakteristik reksadana syariah saham merupakan reksadana yang
menempatkan investasinya minimal 80% kedalam protofolio efek bersifat
ekuitas (saham) yang memenuhi prinsip syariah. Hal tersebut membuat
antusiasme investor tinggi dalam menempatkan dananya pada reksadana
syariah saham dengan return yang didapatkan tinggi melalui capital gain
pada pertumbuhan harga-harga saham dan dividen namun juga akan sejalan
dengan risiko yang didapat. Salah satu risiko dari reksadana syariah saham
70 60 50 40 61 63 12 46 9,26 9,97 10 40 7,4 8 30 30 20 10 0 23 5,5 6 4 2,9 2,6 2 0 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Reksadana Syariah Saham
Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Saham
D al am Tr ili u n
yang tercermin dari risiko potensial pergerakan nilai aktiva bersih yang
disebabkan oleh fluktuatif harga pasar (Masruroh, 2014).
Reksadana syariah saham memiliki risiko tinggi dibandingkan jenis
reksadana lainnya dikarenakan penempatan dalam instrumen saham
sehingga cenderung tingkat fluktuasi sangat tinggi pada harga saham
(Waridah & Mediawati, 2016). Dalam kategori risiko khusus reksadana
syariah dengan jenis saham selalu dihadapkan pada volatilitas keuangan
karena terkait dalam perdagangan saham yang dilakukan (Ahmed,
2001:27). Masruroh (2014) Reksadana syariah yang ditempatkan pada pasar
saham tergantung pada kinerja pasar saham secara umum yang secara tidak
langsung berakibat pada nilai aktiva bersih sehingga investor perlu dalam
memperhatikan trend pasar dalam instrumen portofolio yang
ditempatkannya tersebut.
Pada tahun 2020 prospek reksadana syariah saham kini tengah
mengalami tekanan dipengaruhi kondisi peristiwa pandemi virus corona
(Covid- 19) yang terjadi pada kuartal pertama 2020 dengan penyebaran
sangat masif. Bareksa.com, kamis (31/12/2020) berdasarkan data yang
bersumber dari laman Bareksa sejak pandemi covid-19 yang terjadi pada
bulan maret dimana terdapat beberapa indeks reksadana syariah yang
tercatat minus berada pada level terendah salah satunya penurunan sangat
signifikan terjadi pada indeks reksadana saham syariah yang tercatat negatif
32,33 persen. Indeks reksadana syariah saham termasuk yang masih terus
sebesar minus 8,61 persen yaitu indeks reksadana saham syariah tercatat
1.412.
Pandemi covid-19 menyebabkan sentimen negatif bagi
perkembangan kondisi pasar modal global maupun pasar modal Indonesia
tengah bergejolak. Keberadaan pertama virus covid-19 di negara China
sebagai negara ekonomi yang cukup besar di dunia menimbulkan pengaruh
negatif terhadap ekonomi dunia termasuk Indonesia dimana Pasar Modal
Indonesia terkoreksi negatif secara drastis. (Kusnandar & Bintari, 2020).
Midesia (2020)., Saputro (2020) dan Sunayo (2020) terjadi reaksi pasar
akibat kondisi ketidakpastian yang menyebabkan risiko menjadi lebih tinggi
menimbulkan sentimen negatif terhadap return saham syariah sehingga
meningkatkan aktivitas penjualan saham dalam meminimalisir risiko
kedepan dan menurunnya harga saham syariah diawal pengumuman
pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia.
Studi Wenno (2020) dan Febriyanti (2020) peristiwa pandemi
covid-19 memberikan dampak adanya perbedaan signifikan sebelum dan
setelah pengumuman kasus pandemi covid-19 pada harga saham dan
aktivitas volume transaksi. Begitupula penelitian Novitasari (2020)
pandemi covid-19 memberikan dampak pergerakan saham syariah dan
konvensional yang turut tertekan akibat kinerja Jakarta Isalmic Index yang
juga merupakan komposisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Maulana & Ardiansar (2018) Dari pesatnya perkembangan
memilih alternatif reksadana syariah berdasarkan kinerja portofolio masing-
masing. Dalam berinvestasi pada reksadana, Nilai Aktiva Bersih
merupakan salah satu tolak ukur bagi investor dalam mencapai return
sehingga menjadi cerminan baik buruknya kinerja dari reksadana syariah
tersebut (Nandari, 2017). Menurut (Tandelilin, 2010) Pengukuran kinerja
investasi merupakan bagian penting dalam mencapai tujuan investasi.
Sehingga investor perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi hal tetsebut. Menurut Kusumastiti & Ryandono (2019)
Faktor-faktor yang mempengaruhi NAB suatu reksadana perlu diperhatikan
investor untuk meminimalisir risiko pada instrumen portofolio yang
ditempatkan.
Pergerakan Nilai Aktiva Bersih reksadana syariah saham yang
berfluktuatif tidak terlepas dari kondisi iklim investasi dalam negeri
berkaitan dengan perubahan kondisi makroekonomi negara (Antonio,
2013). Perkembangan faktor makroekonomi suatu negara merupakan salah
satu faktor penting yang diperhatikan bagi manajer investasi dalam
reksadana syariah yang akan berdampak pada tingkat pengembalian
investasi yang tercermin dalam nilai aktiva bersih (Nandari, 2017). Studi
(Sahri & Seto, 2015) kinerja reksadana syariah di Indonesia lebih berisiko
tinggi dibandingkan reksadana syariah di Malaysia disebabkan fluktuatif
kondisi makroekonomi Indonesia yang cenderung tidak stabil. Hal tersebut
dibuktikan variabel inflasi dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap
Penelitian Nafisah & Supriyono (2019) faktor-faktor makroekonomi
mempengaruhi dalam portofolio reksadana syariah sehingga berdampak
pada kinerja nilai aktiva bersih dari reksadana syariah yaitu inflasi, nilai
tukar dan jakarta islamic index (JII). Hal tersebut karena cerminan dari
situasi ekonomi dalam negeri dapat ditunjukkan pada inflasi dan nilai tukar.
Sementara Jakarta Islamic Index (JII) merupakan gambaran dari kondisi
pasar modal dan pasar uang.
Tabel 1.1
Pertumbuhan Inflasi, Nilai Tukar, Jakarta Islamic Index dan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Saham Tahun 2013 - 2019
Tahun NAB Reksadana Syariah Saham (Dalam Triliun) Inflasi (%) Nilai Tukar (Rp) JII (Close Price) 2014 2.922 8.36 % 12.502 691.04 2015 2.642 3.35 % 13.864 603.35 2016 7.397 3.02% 13.503 694.13 2017 9.254 3.61% 13.616 759.07 2018 9.970 3.13% 14.553 685.22 2019 5.500 2.72% 13.970 698.09
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia 2019 (Data Diolah)
Al-Abbasy (2012) dan Khasanah & Darmawan (2018) tingkat inflasi
yang mengalami kenaikan menyebabkan pendapatan secara riil masyarakat
menurun dan bagi perusahaan menyebabkan beban operasional yang
semakin tinggi sehingga terjadi penurunan dividen yang diberikan kepada
investor dan berpengaruh terhadap penurunan nilai aktiva bersih reksadana
peningkatan harga barang dan jasa secara agregat sehingga menurunkan
daya beli masyarakat dan memilih portofolio dengan strategi yang tepat
yang secara tidak langsung mempengaruhi penurunan NAB reksadana
syariah (Ariyanti, 2020). Zaman (2017), Nandari (2017) dan Septiana &
Al-Arif (2020) dalam pengaruh jangka panjang inflasi memiliki hubungan
kausalitas terhadap NAB reksadana syariah.
Berdasarkan data fenomena tabel diatas inflasi yang terjadi pada
tahun 2013 dan 2014 tercatat penurunan dari 8.38% menjadi 8.36%
menyebabkan NAB reksadana syariah saham terjadi peningkatan 2.494
triliun menjadi 2.922 triliun. Pada tahun 2017 mengalami kenaikan inflasi
dari tahun sebelumnya yang berada pada 3.02 persen menjadi 3.61 persen,
sedangkan NAB reksadana syariah saham pada tahun 2016 totalnya
berjumlah 7.397 triliun terjadi peningkatan mencapai 9.254 triliun. Dan
ditahun 2019 inflasi yang terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yang
berada pada 3.13% menjadi 2.72%, namun diikuti dengan penurunan NAB
reksadana syariah saham dari 9.970 triliun menjadi 5.500 trilun.
Hasil studi Prasetyo & Widiyanto (2019) menunjukkan tingkat
inflasi selama tahun 2013 – 2018 termasuk relatif rendah membuat investor
tidak merespon perubahan tersebut sehingga inflasi tidak berpengaruh
terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Begitupun temuan Fitriyani
(2020) dan Evinovita dkk (2015) variabel makro inflasi tidak
Pada tabel data yang tersaji diatas bahwa pada tahun 2013 ke 2015
terjadi melemahnya nilai tukar dari Rp12.502 menjadi Rp13.864, hal
tersebut kemudian diikuti dengan penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
reksadana syariah saham 2.922 trilun menjadi 2.642 triliun. Pada tahun 2017
dan 2018 juga terjadi pelemahan nilai tukar dari 13.616 menjadi 14.553,
namun NAB mengalami peningkatan 9.254 triliun menjadi 9.970 triliun.
Ditahun 2018 ke tahun 2019 nilai tukar menguat dari 14.553 menjadi
13.970 sedangkan NAB reksadana syariah saham tercatat penurunan yang
signifikan dari 9.970 triliun menjadi 5.500 triliun.
Menurut Studi Nandari (2017) pergerakan nilai tukar yang melemah
mempengaruhi kinerja nilai aktiva bersih reksadana syariah cenderung
menurun hal tersebut disebabkan meningkatnya biaya produksi perusahaan
dan hutang perusahaan. Namun penelitian Adrian & Rachmawati (2019)
menyatakan bahwa pergerakan kurs yang termasuk kedalam stabil dan
wajar membuat investor kurang merespon atas perubahan terhadap
keputusan investasi yang diambilnya. Hal tersebut dapat dibuktikan pada
tabel data selama tahun 2013 -2019 yang disajikan terjadi ketidakkonsisten
antara nilai tukar rupiah dan NAB reksa dana syariah saham.
Penelitian Darmawan (2019) Jakarta Islamic Index memiliki
pengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah saham.
Hal tersebut dapat ditunjukkan keterkaitan Jakarta Islamic Index dengan
reksadana saham syariah dimana instrumen reksadana syariah saham
dan Jakarta Islamic Index sebagai benchmark (tolak ukur) indeks saham
syariah mencerminkan kinerja investasi saham berbasis syariah.
Pada tabel data tersebut dapat ditunjukkan dengan kenaikan dari
Jakarta Islamic Index pada periode tahun 2014 berada pada 691.04
kemudian ditahun 2016 naik menjadi 694.13 dan meningkat kembali 759.07
pada 2017 turut serta memberikan peningkatan pada NAB reksadana
syariah saham yang semula tahun 2014 berjumlah 2.922 triliun kemudian
ditahun 2016 menjadi 7.397 dan peningkatan ditahun 2017 mencapai 9.254
triliun. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh positif antara Jakarta
Islamic Index dengan NAB reksadana syariah saham .
Chairani (2020) usia reksadana dan volume perdagangan yang
termasuk faktor mikro juga berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah.
Menurut (Hermawan & Wiagustini, 2016) reksadana yang memiliki usia
lebih lama menggambarkan track record yang baik dalam pengelolaan
portoflio efek bagi manajer investasi sehingga investor mendapatkan return
yang diharapkan. Dan Volume perdagangan mencerminkan jumlah
pemegang unit penyertaan tinggi yang akan berdampak pada jumlah dana
kelolaan sehingga akan terjadi efisiensi biaya. Namun hasil temuan Adelia
& Ryandono (2020) usia reksadana tidak berpengaruh terhadap NAB
reksadana syariah dikarenakan bukan pada pengalaman manajer investasi
namun situasi ekonomi dan politik dalam negeri maupun kondisi internal
Berdasarkan fenomena uraian latar belakang diatas, hasil penelitian
sebelumnya masih adanya perbedaan dan ketidakkonsistenan dengan
fenomena. Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian-penelitian
sebelumnya dilakukan dengan terfokus pada faktor makro ekonomi meliputi
Inflasi, Nilai Tukar. Jakarta Islamic Index dan faktor mikro yaitu volume
perdagangan dan usia reksadana. Serta peristiwa pandemi covid-19 yang
tengah terjadi sejak kuartal pertama tahun 2020 yang turut berdampak pada
pergerakan Nilai Aktiva Bersih Reksadan Syariah Saham. Maka penulis
tertarik melakukan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Inflasi, Nilai
Tukar, Jakarta Islamic Index, Volume Perdagangan, Usia Reksadana Dan Pandemi Covid-19 Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Saham Di Indonesia Periode 2014– 2020”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Reksadana syariah saham merupakan salah satu reksadana syariah
dengan jumlah reksadana syariah paling banyak namun proporsi Nilai
Aktiva Bersih reksadana Syariah Saham terjadi penurunan sejak tahun
2019.
2. Investor reksadana syariah saham cenderung terus mengalami
terutama terhadap pergerakan harga saham yang dipengaruhi kondisi
makroekonomi Indonesia maupun global.
4. Kondisi Pandemi Covid-19 ditahun 2020 membuat pergerakan
kondisi pasar saham memburuk termasuk Jakarta Islamic Index yang
mengalami penurunan sehingga reksadana syariah saham yang
sebagian besar ditempatkan pada portofolio saham syariah
menyebabkan penurunan NAB reksadana syariah saham secara
signifikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah Inflasi, Nilai Tukar, Jakarta Jslamic Index (JII), Volume
Perdagangan dan Usia Reksadana Terdapat Pengaruh Secara Simultan
dan Parsial Terhadap Total Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah
Saham Periode 2014 – 2020 ?
2. Apakah Terdapat Perbedaan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah
Saham Sebelum dan Sesudah Pandemi Covid-19 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
secara umum tujuan penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengumpulkan bukti empiris mengenai pengaruh secara
simultan dan parsial inflasi, nilai tukar, jakarta islamic index (jii),
2. Untuk mengumpulkan bukti empiris mengenai Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah Saham Sebelum dan Sesudah Pandemi Covid-19.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan wawasan teori terkait variabel-variabel yang
mempengaruhi nilai aktiva bersih reksadana syariah saham serta
menjadi refrensi bagi peneliti selanjutnya yang terkait dengan tema Nilai
Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah saham.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
yang mendalam dalam mempelajari secara langsung terkait faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap nilai aktiva bersih reksadana
syariah saham.
b. Bagi Manajer Investasi dan Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan
dalam keputusan penempatan investasi portofolio efek dalam rangka
meningkatkan kinerja reksadana syariah saham dan bagi investor
menjadi informasi dalam berinvestasi direksadana syariah terkait
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Reksadana Syariah
a. Pengertian Reksadana Syariah
Definisi reksadana syariah berkaitan dengan reksadana
secara umum. Reksadana di Inggris sebutannya dikenal dengan unit
trust dengan makna berarti unit (saham) kemudian di Amerika Reksadana disebut dengan mutual fund yang bermakna dana
bersama dan Reksadana di Jepang dikenal dengan istilah investment
fund yang artinya bermakna pengelolaan dana investasi atas dasar kepercayaan. Secara etimologi reksadana berasal dari kata “reksa”
yang memiliki arti pelihara atau jaga dan kata “dana” yang memiliki
arti sekumpulan. Dengan kata lain pengumpulan dana yang
dipelihara. Berdasarkan definisi diatas reksadana dapat dimaknai
sebagai wadah bagi masyarakat dalam menginvestasikan dananya
dan manajer investasi mengelola untuk ditempatkan dalam protfolio
efek (Soemitra, 2009:165-166).
Menurut Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995
pasal 1 ayat 27 reksadana merupakan wadah yang dipergunakan
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi. Reksadana merupakan pengumpulan dana secara kolektif
dari para investor yang dikelola oleh manajer investasi untuk
kemudian dibentuk portofolio investasi (Johari, 2018).
Menurut Natalina (2015) reksadana merupakan suatu badan
yang mengelola kumpulan dana dari pemodal yang dikelola secara
profesional oleh manajer investasi. Masruroh (2014) Dana yang
sudah dikolektif dari investor perorangan maupun lembaga
selanjutnya oleh manajer investasi ditempatkan ke dalam berbagai
instrumen investasi maupun pasar modal dan lainnya. Dari
pengertian tersebut ada tiga unsur penting dalam reksadana yaitu
kumpulan para pemodal baik individu maupun institusi,
diversifikasi portofolio efek dan manajer investasi sebagai pengelola
investasi atas dana tersebut (Ismanto, 2012).
Soemitra (2009:168) Reksadana syariah merupakan suatu
alternatif bagi umat muslim karena adanya perilaku ambivalensi
(mendua), dimana umat muslim menginginkan dalam menempatkan
danannya untuk melakukan investasi pada reksadana namun tidak
ingin untuk melanggar ketentuan dari prinsip syariah. Reksadana
syariah hadir dalam kegiatan operasional secara prinsip syariah
sehingga menjadi solusi bagi umat muslim. Selain itu juga sekaligus
menjadi alternatif instrumen investasi dalam perkembangan pasar
Menurut Huda & Heykal (2010:251) reksadana syariah
merupakan reksadana yang dalam mekanisme kelolaan dana
investasi maupun kategori portofolio efek dijalankan sesuai prinsip-
prisnsip syariah dan tidak mengandung unsur maysir, gharar, riba
(maghrib). Reksadana syariah pada dasarnya secara definisi sama
dengan reksadana konvensional namun dalam segi akad, kebijakan
atas investasi yang dikelola dan keuntungan sejalan atas prinsip
syariah yang telah ditetapkan (Feriyani, 2013).
Reksadana syariah hadir di Indonesia sejak tahun 1997 yang
diluncurkan oleh PT Dana Reksa Investment Management sebagai
Manajer Investasi dengan bank kustodian Citibank N.A. Jakarta.
Dengan adanya alternatif instrumen investasi syariah tersebut dapat
mewadahi investor muslim dalam berinvestasi sesuai prinsip
syariah, produk yang pertama kali diluncurkan yaitu Danareksa
Syariah (Farid, 2014). Reksadana syariah yang pertama hadir
tersebut didirikan dengan bentuk Kontrak Investasi Kolektif sesuai
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Kemudian
produk reksadana syariah kedua yaitu PNM Syariah dan PNM Dana
Sejahtera yang dikeluarkan oleh PT Nasional Madani (PNM).
Kemudian pada tahun 2004 PT Andalan Artha Advisindo dengan
Mandiri Sekuritas meluncurkan BIG dana syariah sebagai reksadana
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No.20/DSN-MUI/VI/2001
mengenai reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi
menurut ketentuan dan prinsip-prinsip syariat Islam, baik dalam
bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-
mal/rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al- mal, maupun antara manajer investasi sebagai shahib al-mal dengan pengguna investasi. Karakteristik yang dimiliki reksadana syariah
sebagai berikut (Masruroh, 2014) :
1) Adanya lembaga Dewan Pengawas Syariah yang mengawasi
kegiatan pengelolaan reksadana oleh manajer investasi agar
tetap berada pada ketentuan menjalankan prinsip-prinsip
syariah.
2) Penerapan sistem mudharabah dalam hubungan antara
perusahan dengan investor. Dimana pihak investor disini sebagai
shahibul mal yang menyediakan 100% modal sedangkan pihak
perusahaan (manajer investasi) bertindak sebagai mudharib
(pengelola).
3) Kegiatan investasi yang dijalankan harus memenuhi ketentuan
dari prinsip-prinsip syariah yang teah ditetapkan.
Adapun tujuan hadirnya reksadana syariah dapat menjadi
alternatif bagi investor yang menginginkan sumber dan hasil
prinsip syarah. Prinsip syariah reksadana yang dimaksud adalah
prinsip mudharabah atau qiradh dimana investor menanamkan
dananya kemudian dikelola sehingga baik keuntungan maupun
kerugian sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Dalam
reksadana syariah terdapat beberapa prinsip mudharabah dengan
karakteristik sebagai berikut (Farid, 2014:64-65) :
1) Investor (pemodal) sebagai pemilik harta (rab al-mal) turut
menanggung kerugian atas pengelolaan investasi yang dialami
oleh manajer investasi sebagai pengelola (amil).
2) Manajer investasi yang bertindak sebagai pengelola tidak turut
serta dalam menagnggung kerugian atas invetasi tersebut jika
tidak disebabkan karena kelalaian.
3) Keuntungan (ribh) secara proporsional dibagi kedua belah pihak
baik investor maupun manajer investasi sesuai kesepakatan.
b. Karakteristik Reksadana Syariah
Dalam prinsip-prinsip reksadana syariah memiliki pokok
aturan dalam investasinya meliputi (Soemitra, 2009):
1) Investasi ditempatkan pada efek-efek di perusahaan yang dalam
kegiatan usaha dan hasilnya sesuai pedoman syariah. Dimana
termasuk didalamnya tidak memproduksi baik makanan maupun
minuman yang haram, syubhat dan bersifat memabukkan.
Kemudian tidak mengandung transaksi gharar dan riba dan
2) Perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha dan hasil
utamanya sesuai prinsip syariah sementara memiliki anak
perusahaan yang tidak menjalankan aturan maka hal tersebut
menjadi kategori yang tidak sesuai dengan syariah.
3) Perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha dan hasil
utamanya sesuai prinsip syariah sedangkan kepemilikan saham
secara mayoritas dimiliki perusahaan yang dalam kegiatan dan
hasil usahanya bertentangan dengan prinsip syariah
dikategorikan sebagai sesuai dengan syariah.
4) Penempatan dana secara jangka pendek yang tidak dapat untuk
dihindari akan dilakukan pembersihan melalui proses cleansing.
Diantara dana yang digunakan dalam proses cleansing melalui
santunan anak yatim dan fakir miskin, pembangunan fasilitas
umum dan membantu dalam bencana kemanusiaan.
5) Reksadana syariah memiliki perbedaan yang paling mencolok
dengan reksadana konvensional yaitu adanya proses screening
yang berarti proses filter dari instrumen investasi sesuai syariah
dan dalam membersihkan pendapatan yang termasuk non halal
sesuai pedoman syariah dilakukan proses cleansing.
c. Sifat-sifat Reksadana
Reksadana mempunyai sifat-sifat yang berkaitan erat
1) Reksadana Tertutup (Closed-End Fund) yaitu reksadana dalam mekanisme transaksinya tidak dapat membeli saham yang telah
diperdagangkan oleh investor. Sehingga bagi investor
berimplikasi pada tidak diperbolehkan menjual kembali saham
yang telah dimiliki kepada manajer investasi. Jika investor ingin
menjual sahamnya kembali harus dilakukan melalui bursa efek
sebagai tempat transaksi reksadana diperdagangkan.
2) Reksadana Terbuka (Open-End Fund) yaitu reksadana ini dapat melakukan transaksi dengan memperdagangkan saham-saham
dari pemodal hingga sejumlah modal yang telah dikeluarkan.
Para investor disini dapat melakukan penjualan saham kembali
sesuai unit penyertannya jika diminta oleh manajer investasi
melalui bank kustodian yang ditentukan dengan nilai aktiva
bersih per unit penyertaan.
d. Bentuk-bentuk Reksadana
Menurut Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun
1995 Pasal 18, ayat (1), reksadana terdiri dari dua bentuk yaitu :
1) Reksadana berbentuk Perseroan (Corporate Type)
Reksadana dengan bentuk Perseroan (Corporate Type)
merupakan suatu perusahaan yang melakukan usaha dengan
jenis pengelolaan dari portoflio efek investasi. Dalam
mekanisme perusahaan penerbit reksadana ini melakukan
diinvestasikan kedalam efek yang berada di pasar uang.
Reksadana ini memiliki karakteristik utama dimana bentuknya
merupakan Persereoan Terbatas, secara pengelolaannya
dilakukan atas dasar kontrak direksi perusahaan dengan manajer
investasi yang telah dipilih dan untuk penyimpanan kekayaaan
reksadana dilakukan antara manajer investasi dan bank
kustodian.
2) Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Reksadana dengan bentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
merupakan kontrak yang dibuat antar Manajer investasi dan bank
kustodian yang juga melibatkan pemegang unit penyertaan
sebagai investor. Dengan adanya kontrak ini akan
mempengaruhi kewenangan manajer investasi sebagai pengelola
portofolio efek dan bank kustodian sebagai tempat dalam
penitipan dan administrasi investasi. Sehingga masyarakat dapat
membuka wadah bagi investor untuk menempatkan dananya
melalui mendapatkan unit penyertaan. Selain itu dalam
operasionalnya reksadana syariah juga melibatkan Dewan
Pengawas Syariah yang memahami prinsip syariah dalam
perekonomian (Sudarsono, 2008:14).
e. Jenis-jenis Reksadana Syariah
Ditinjau dari segi portofolio, reksadana syariah dapat dibagi
1) Reksadana Syariah Terproteksi yaitu reksadana yang
menempatkan investasi seluruhnya pada efek syariah dalam
pasar modal dan uang dengan karakteristik adanya proteksi yang
diberikan sehingga terdapat ketentuan secara khusus yang
berlaku. Risiko reksadana ini termasuk yang paling rendah
sehingga return yang diberikan terbatas.
2) Reksadana Syariah Pendapatan Tetap (Sharia Fixed Income
Fund) yaitu reksadana yang menempatkan investasi sekurang- kurangnya 80% kedalam efek berupa surat berharga yang
penerbitannya berdasarkan prinsip syariah. Dilihat dari
risikonya lebih tinggi dari reksadana pasar uang sehingga imbal
hasil yang diberikan dapat lebih tinggi namun masih dibawah
reksadana syariah jenis saham atau campuran. Tujuannya yaitu
memberikan hasil imbal hasil yang lebih stabil.
3) Reksadana Syariah Saham (Sharia Equity Fund) yaitu reksadana
yang menempatkan investasi sekurang-kurangnya 80% dari
pengelolaan portofolio kedalam bentuk efek bersifat ekuitas
(saham) sesuai prinsip syariah. Peluang imbal hasil yang
didapatkan termasuk yang paling tinggi dibandingkan lainnya
dan termasuk risikonya juga tinggi. Arifin (2017) Pada dasarnya
reksadana saham sebuah alternatif menarik bagi investor yang
melalui manajer investasi bukan pada banyaknya investor yang
melakukan transaksi saham.
4) Reksadana Syariah Campuran (Sharia Discresionary Fund)
yaitu reksadana yang menempatkan investasi kedalam bentuk
efek syariah bersifat saham dan surat berharga sesuai prinsip
syariah. Reksadana dengan jenis campuran dalam berbagai
saham, obligasi maupun pasar uang sehingga saat kondisi
volatilitas dapat menjadi lebih aman.
f. Unsur-unsur Yang Terdapat Investasi Reksadana
Dalam mekanisme operasional investasi reksadana, ada lima
unsur yang terdapat dalam instrumen investasi reksadana (Farid,
2014:63) :
1) Investor sebagai orang yang menanamkan dananya dalam suatu
usaha untuk memperoleh keuntungan.
2) Manajer Investasi berfungsi sebagai pengelola investasi yang
memantau dan melakukan keputusan terkait penempatan dana
investasi untuk kepentingan investor yang dapat berbentuk
perusahaan efek devisi tersendiri maupun perusahaan khusus
manajemen investasi.
3) Portofolio efek yaitu jumlah seluruh gabungan sekuritas yang
4) Sekuritas yaitu surat berharga atau bukti penyertaan modal
seperti saham, oblgasi dan lainnnya sesuai produk yang telah
diizinkan oleh Bapepam.
5) Bank Kustodian berfungsi sebagai bank yang melakukan
kegiatan pencatatan administrasi reksadana dan penyimpan
kekayaan (safe keeper).
g. Keuntungan Dalam Berinvestasi Reksadana
Reksadana menjadi produk investasi yang menarik karena
mampu menjangkau investor pemula mauuan kemampuan yang
terbatas. Berikut keuntungan dalam melakukan investasi
direksadana (Masruroh, 2014:93-94):
1) Pengelolaan oleh Manajer Investasi Yang Proffesional
Keahlian manajer investasi dalam pengelolaan portofolio
reksadana menjadi peranan penting bagi investor reksadana
mengingat adanya kemampuan dan waktu yang terbatas.
2) Diversifikasi investasi
Dengan adanya diversifikasi atau penyebaran berbagai jenis
efek pada reksadana dapat meminimalisir risiko yang tersebar
pada portofolio reksadana.
3) Informasi Transparan
Melalui publikasi data Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana
dapat membantu investor melihat perkembangan investasi yang
4) Likuiditas Tinggi
Investor yang memiliki reksadana terbuka dapat mencairkan
unit penyertaan dananya setiap saat sesuai dengan ketentuan
harga pasar yang berlaku masing-masing reksadana. Sehingga
tingkat likuiditas reksadana lebih tinggi dibandingkan dengan
instrumen saham maupun obligasi, pembeli yang berminat
disesuaikan dengan jumlah dan harga yang telah disepakati.
5) Biaya Rendah
Pengelolaan dana yang dilakukan secara kolektif oleh
manajer investasi membuat portofolio investasi yang dilakukan
semakin efisien biayanya.
6) Terdapat berbagai pilihan instrumen
Tersedianya berbagai klasifikasi reksadana dengan tingkat
return dan risiko yang dimiliki masing-masing menjadikan
investor dapat mengganti reksadana ke jenis yang lain.
7) Pelayanan Bagi Pemegang Saham
Reksadana terdapat penawaran yang menarik bagi investor
melalui reinvestasi dengan dividen dan capital gain yang
didapatkan (Dja’akum, 2014).
h. Risiko Reksadana
Dalam berinvestasi pada reksadana, investor perlu
mengetahui terdapat berbagai risiko yang berpotensi didalamnya
1) Risiko Penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB) diakibatkan oleh
fluktuatif harga pasar dari portofolio investasi tersebut yang
disebabkan faktor kinerja pasar modal maupun emiten yang
buruk dan kondisi ekonomi politik serta faktor lainnya.
2) Risiko Likuiditas
Risiko terjadinya likuiditas ini dapat disebabkan penarikan
dana secara besar dari pihak pemegang unit penyertaan
reksadana kepada manajer investasi tertentu akibat situasi politik
dan ekonomi yang tidak menentu dan kinerja emiten yang
menjadi portofolio reksadana tersebut sedang memburuk
sehingga perusahaan manajer investasi tersebut mengalami
likuidasi. Manajer investasi akan menghadapi kesulitan dalam
menyediakan uang tunai atas penjualan kembali (redemption)
unit penyertaan yang dimiliki.
3) Risiko Pasar
Risiko pasar yang dimaksud adalah ketika terjadi
menurunnya harga-harga instrumen investasi akibat pasar modal
tengah memburuk kinerjanya yang turut mempengaruhi nilai
aktiva bersih.
4) Risiko Default
Risiko Default terjadi disebabkan jika pemilihan portofolio
kondisi emiten secara tidak terduga terjadi masalah kesulitan
finansial.
5) Risiko Politik dan Ekonomi
Risiko Politik dan Ekonomi dipengaruhi oleh kebijakan
politik dan ekonomi yang menimbulkan sentimen bagi bursa
dalam kinerja yang akan turut berdampak pada perusahaan
sehingga menyebabkan harga sekuritas berfluktuatif
mempengarihi portofolio efek reksadana tersebut.
6) Risiko Inflasi
Risiko Inflasi disebabkan adanya inflasi yang menurunkan
keuntungan secara riil sehingga hasil return yang didapatkan
dari investasi reksadana tidak dapat menutupi karena
menurunnya daya beli.
7) Risiko Nilai Tukar
Risiko Nilai Tukar dapat terjadi apabila terdapat sekuritas
luar negeri yang didalamnya memiliki portofolio efek sehingga
pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi nilai sekuritas.
8) Risiko Spesifik
Risiko Spesifik merupakan risiko yang dimiliki dari masing-
masing sekuritas sesuai dengan kondisi pasar secara umum. Dari
sekuritas risiko berupa kinerja dari perusahaan itu sendiri
i. Mekanisme Pengelolaan Reksadana Syariah
Dalam pengelolaan reksadana syariah lembaga pertama yang
berwenang untuk memberikan pedoman operasional reksadana
syariah dalam bentuk fatwa agar transaksi dan efek-efek yang
dikeluarkan sesuai prinsip syariah yaitu Dewan Pengawas Syariah
(DPS). Kemudian atas pedoman tersebut dari komite investasi
membuat kebijakan dan strategi investasi atas dasar tujuan yang
ingin dicapai dan oleh tim investasi akan membentuk portofolio efek
sesuai prinsip-prinsip syariah tersebut. Penempatan investasi
dilakukan pada bentuk instrumen saham yang telah ditawarkan
kepada publik dan deviden yang dibagikan berdasarkan laba dari
usaha tersebut, deposito yang ditempatkan di Bank Umum Syariah
dan surat utang dalam jangka panjang sesuai dengan pedoman
syariah.
Setelah dilakukan penempatan investasi, maka hasil dari
investasi tersebut antara para investor dalam reksadana syariah
dibagikan secara proporsional. Penghitungan hasil investasi
reksadana syariah dibedakan dengan yang diterima dan dipisahkan
dari pendapatan non halal yang dilaporkan oleh bank kustodian
secara berkala setiap tiga bulan sekali kepada manajer investasi
untuk diberitahukan kepada Dewan pengawas Syariah sekaligus
para investor. Dewan pegawas syariah juga akan mengawasi hasil
non hal digunakan dalam rangka kemaslahatan umat (Khalijah,
2017:333).
2. Nilai Aktiva Bersih
Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau yang sering disebut dengan Net
Asset Value (NAV) adalah nilai dari suatu portofolio reksadana yang bersangkutan (Sudarsono, 2008). Nilai aktiva bersih menunjukkan
pengelolaan dana keseluruhan oleh manajer investasi pada reksadana.
Nilai aktiva bersih merupakan jumlah dari seluruh aktiva (kekayaan)
dikurangi dengan kewajiban (utang) reksa dana tersebut. Aktiva reksa
dana mencakup kas, deposto, saham, obligasi, SBPU, SBI, surat
berharga komersial, right, maupun surat berharga dan efek lainnya.
Untuk kewajiban reksadana seperti fee yang belum dilunasi baik untuk
fee manajer, bank kustodian dan broker (perantara pedagang efek) serta
pajak atau efek yang belum terbayarkan.
Nilai Aktiva Bersih suatu perusahaan reksadana dapat
diformulasikan sebagai berikut (Pratomo & Nugraha., 2011) :
NAVt = (MVAt – LIABt)
NSOt
Keterangan :
NAVt = Nilai Aktiva Bersih Periode t
MVAt = Total nilai pasar Aktiva Periode t
NSOt = Jumlah Unit penyertaan yang beredar (Outstanding)
Adapun untuk nilai aktiva bersih per unit penyertaan mencerminkan
harga yang dibeli investor untuk produk reksadana (Nandari, 2017).
Darmawan (2019) Nilai aktiva bersih dapat menjadi tolak ukur investor
dalam pengambilan keputusan investor untuk berinvestasi direksadana.
Investor dapat memantau setiap hari data NAB yang dipublikasikan oleh
manajer investasi. Besarnya angka nilai aktiva bersih reksadana syariah
mendorong investor dalam berinvestasi pada reksadana.
Menurut Usman (2000) salah satu indikator dalam mengukur kinerja
reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB). Nilai aktiva bersih
merupakan total asset bersih setelah kewajiban sudah dikurangi.
Sedangkan nilai aktiva bersih per saham atau unit investasi merupakan
harga wajar dari portofolio reksadana dimana kewajiban (beban
operasional) sudah terbayarkan kemudian dibagi sesuai dengan jumlah
saham atau unit penyertaan yang beredar dimiliki oleh investor. Dalam
Nilai Aktiva Bersih mengalami pergerakan sangat berfluktuatif seiring
dengan portofolio reksadana, hal tersebut menunjukkan semakin tinggi
nilai aktiva bersih maka jumlah unit penyertaan juga semakin meningkat
begitupun dengan semakin rendah nilai aktiva bersih maka jumlah unit
penyertaan juga semakin menurun. Yazir & Suhardi (2014)
Pertumbuhan nilai aktiva bersih merupakan indikator dalam menilai
penghitungan dari total investasi dan kas yang ada (tidak termasuk
dalam investasi) yang kemudian dikurangi biaya dan beban kegiatan
operasional dan dibagi dengan unit penyertaan yang beredar. Harga
NAB per unit pada reksadana berkaitan dengan penempatan instrumen
investasi portofolio tersebut sehingga pergerakannya tergantung pada
nilai pasar masing-masing efek reksadana.
3. Inflasi
Inflasi merupakan keadaan dimana terjadi harga-harga komoditi
secara umum mengalami kecenderungan yang terus meningkat tinggi
dan berlangsung terus-menerus dalam beberapa jangka waktu yang lama
(Sukendar, 2000). Dalam inflasi secara garis besar terdapat dua istilah
kata yang melekat pada inflasi yaitu pertama kenaikan harga secara
umum dimana dapat diartikan bahwa harga barang dan jasa yang
mengalami peningkatan berkaitan dengan konsumsi barang dan jasa
suatu perekonomian dan kedua terus menerus yang dapat diartikan
keberlangsungan inflasi karena faktor musiman (Suseno & Aisyah,
2009:3). Parakkasi (2016:42) Inflasi merupakan gejala yang ditandai
oleh berbagai harga barang terjadi kenaikan dengan masing-masing
persentase kemungkinan tidak sama dan sifatnya keberlangsungan yang
berkelanjutan.
Al-Maqrizi (1364-1441) yang dikutip dalam buku Euis Amalia
peningkatan yang berlangsung terus-menerus sementara persediaan dari
barang dan jasa semakin terbatas sehingga mengakibatkan konsumen
membayar barang yang sama dengan tingkat harga lebih tinggi (Amalia,
2005:268). Al-Maqrizi menyatakan bahwa inflasi dapat terjadi melalui
dua faktor yaitu faktor alam dan manusia. Sehingga penyebab inflasi
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu (Karim, 2007:140) :
a) Natural Inflation
Inflasi pada jenis ini merupakan jenis penyebab inflasi yang
tidak dapat dikendalikan oleh manusia karena adanya sebab alamiah.
Seperti ketika terjadi bencana alam yang menyebabkan kelangkaan
dalam pasokan bahan makanan dan hasil bumi lainnya. Natural
inflation terjadi disebabkan oleh kenaikan dalam permintaan agregat sementara dalam penawaran agregat terjadi penurunan. Penyebab
dari Natural Inflation dikategorikan menjadi dua yaitu:
1) Akibat uang dari luar negeri yang masuk terlalu banyak sehingga
terjadi kenaikan ekspor sedangkan impor mengalami penurunan
yang mengakibatkan peningkatan dari permintaan agregat. Hal
ini pernah dialami pada masa khalifah Umar ibn khattab r.a
dimana pada saat itu kafilah pedagang yang melakukan kegiatan
penjualan barang-barang ke luar negeri namun nilai tersebut lebih
besar dibandingkan membeli barang dari luar negeri sehingga
mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang berupa kelebihan
uang tersebut dibawa ke Madinah yang berdampak pada
pendapatan dan daya beli masyarakat meningkat. Sehingga
permintaan agregat meningkat yang menyebabkan tingkat harga
secara umum terjadi kenaikan. Untuk mengatasi hal tersebut
khlaifah Umar memberi perintah bahwa tidak diprbolehkan
melakukan pembelian barang dalam jangka waktu dua hari
berturut-turut sehingga setlah itu harga kembali pada tingkat
mormal.
2) Akibat tingkat produksi yang menurun (Aggregate Supply [AS])
disebabkan oleh faktor paceklik, perang, embargo maupun
boikot. Hal ini juga pernah dialami pada masa khalifah Umar ibn
khattab r.a dimana pada saat itu terjadi peristiwa paceklik yang
mengakibatkan kelangkaan barang gandum sehingga tingkat
harga menjadi naik maka penawaran agregat meningkar. Untuk
mengatasi hal ini Khalifah Umar membuat kebijakan impor
mendatangkan gandum dari luar negeri dalam mengembalikan
tingkat harga menjadi normal.
b) Human Error Inflation
Inflasi yang terjadi disebabkan pada kesalahan manusia itu
sendiri. Human Error Inflation dilihat dari penyebabnya dapat
dikategorikan menjad dua yaitu:
1) Korupsi dan administrasi yang buruk
Korupsi dan jalan birokrasi yang terlalu panjang dapat
dikarenakan produsen akan menaikkan biaya produksi akibat dari
membayar orang dalam untuk mengurus kepetingan surat izin
sehingga harga mengalami kenaikan. Dalam ilustrasi kurva hal
tersebut akan menyebabkan tingkat penawaran agregat
mengalami kontraksi (AS).
2) Pajak yang berlebihan (excessive tax)
Pajak yang dikenakan dalam perekonomian secara
berlebihan turut juga membuat tingkat penawaran agregat (AS)
mengalami kontraksi hal tersebut mengakibatkan efeciency loss
maupun dead weight loss.
3) Excessive signore (Percetakan uang berlebihan)
Uang yang dicetak secara berlebihan akan mengakibatkan
peredaran jumlah uang semakin banyak sehingga menimbulkan
turunnya nilai mata uang. Hal tersebut pernah terjadi pada masa
Presiden Soekarno dimana anggaran pemerintah dibiayai oleh
pencetakan uang dan terjadinya inflasi.
Dalam sistem ekonomi islam, inflasi memiliki dampak yang buruk
bagi perekonomian diantaranya yaitu menyebabkan terganggunya
fungsi uang terutama melalui fungsi tabungan, pembayaran dimuka
maupun dalam unit perhitungan. Sehingga orang harus melepas uang
dan juga aset. Kemudian juga membuat kecenderungan orang dalam
mengalami peningkatan terutama pada golongan yang termasuk barang
non primer karena naiknya marginal propensity to consume (MPC).
Selain itu dari segi produsen terjadi penurunan dalam kegiatan produksi
seiring dengan kenaikan harga bahan baku serta semakin tinggi
distribusi pendapatan hal tersebut dikarenakan secara riil tinkat
pendapatannya menjadi menurun. Dan membuat minat nvestasi lebih
ditempatkan kepada hal-hal yang tidak produktif seperti tanah,
bangunan, logam mulia maupun mata uang asing (Fadilla, 2017).
Arjunita (2016) Inflasi berdampak buruk dalam menjaga tingkat daya
beli masyarakat dikarenakan harga-harga barang cenderung mengalami
kenaikan sementara secara tidak langsung pendapatan masyarakat
secara riil terjadi penurunan. Kondisi inflasi yang terjadi berakibat pada
pertumbuhan ekonomi yang melambat karena menimbulkan iklim
dalam investasi menjadi tidak baik bagi investor, masyarakat, pelaku
usaha. Tingkat inflasi yang lebih tinggi dibandingkan negara tetangga
juga menyebabkan suku bunga domestik menjadi kurangnya kompetitif
sehingga turut mempengaruhi pergerakan melemahnya nilai tukar
rupiah sehingga mengakibatkan kenaikan harga barang domestik
dengan sebagaian besar bahan baku luar negeri dan memperbesar
tingkat inflasi.
Dalam inflasi yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti tingkat suku bunga dimana kenaikan suku bunga akan
pinjaman sehingga berdamapak pada terganggunya sektor riil akibat
biaya modal semakin tinggi dan mengurangi investasi dari para pelaku
usaha . Kemudian peningkatan harga barang komoditi luar negeri
menyebabkan terdepresiasinya nilai tukar rupiah, sementara produksi
dalam negeri memiliki ketergantungan terhadap komodtas sehingga
nilai tukar yang tidak stabil membuat harga barang dalam negeri
menjadi naik (Panjaitan, 2016).
Menurut (Atmadja, 1999), inflasi dapat dikelompokkan kedalam
beberapa jenis :
a. Berdasarkan Derajatnya (tingkat keparahan inflasi)
1) Inflasi ringan yaitu inflasi yang berada dibawah kisaran 10%
(single digit). Inflasi yang berada pada dua sampai empat
persen menjadi kategori dalam infasi ringan.
2) Inflasi sedang yaitu inflasi dengan rentang anatara tingkat
10% sampai 30%
3) Inflasi tinggi yaitu inflasi yang sudah berada pada tingkat
30% - 100%
4) Hyperinflation yaitu inflasi yang mencapai tingkat
keparahan cukup tinggi sekali yaitu lebih dari 100%. Inflasi
yang snagat tingi ini diebabkan oleh ketidakpercayaan
seseorang kepada uang sehingga cenderung disimpan dalam
b. Berdasarkan Penyebabnya
1) Demand Pull Inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena tingkat
permintaan agregat mengalami kenaikan yang sangat
signifikan pada komoditi barang-barang produksi semntara
ketersediaan barang tidak ada sehingga menggeserkan kurva
permintaan (excess demand) ke arah kanan dan harga
melambung tinggi. Tingkat permintaan agregat yang besar
tidak diiikuti dengan penawarang barang secara agregat.
2) Cost Push Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan kenaikan
harga-harga faktor produksi baik dalam negeri maupun luar
negeri .yang mengakibatkan biaya produksi lebih tinggi
namun tidak sebanding dengan prodktivitas sehinggga
menurunkan penawaran. Seperti pada upah buruh yang
mengalami kenaikan dalam menutup biaya tersebut
berdampak pada harga yang dinaikkan untuk tetap menjaga
produksi. Sehingga dapat menggerakan kurva penawaran ke
arah kiri atas maka harga barang menjadi naik dan bisa terjadi
penurunan produktifitas perusahaan.
3) Mixed Inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena gabungan dari
dua faktor penyebab inflasi yaitu adanya permintaan yang
meningkat dan tingkat penawaran yang mengalami penurunan.
Inflasi dengan jenis ini paling sering terjadi dikarenakan
seringkali inflasi terjadi murni karena salah satu faktor baik
demand pull inflation maupun cost push inflation, setelah itu
menimbulkan dampak bagi sektor perekonomian lain yang
akan meningkatkan laju inflasi semakin besar (Sutawijaya,
2012).
c. Berdasarkan Asalnya
1) Domestic Inflation, yaitu inflasi yang terjadi berasal dari dalam
negeri adanya kinerja perekonomian negara yang kurang
membaik baik disektor moneter maupun sektor riil oleh pelaku
ekonomi itu sendiri serta masyarakat.
2) Imported Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan dari luar
negeri karena harga komoditinya meningkat sehingga
berdampak juga pada komoditi ekspor mau impor Hal tersebut
dapat teradi seperti pada meningkatnya ekpor kenaikan
permintaan dalam suatu barang tertentu sehingga turut
meningkatkan harga faktor produksi yang diimpor.
d. Berdasarkan Harapan Masyarakat
1) Expected Inflation yaitu Inflasi yang kisaran jumlahnya
diharapkan akan terjadi. Seperti pada halnya tingkat inflasi
dalam rentang waktu tahun 2001 -2006 berada pada 6 persen
kemudian perkiraan inflasi ditahun selanjutnya pada 2007 juga