• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN AKAD SYIRKAH PADA WARALABA 212 MART

(Studi kasus 212 Mart Pancoran)

SKRIPSI

Diajukan kepadan Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

KHALID SYAMIL 11170490000046

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini: Nama Lengkap : Khalid Syamil

NIM : 11170490000046

Fakultas : Syariah dan Hukum Program Studi : Hukum Ekonomi Syariah

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan yang telah saya cantumkan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Juni 2021

‘ Khalid Syamil

(5)

iv

ABSTRAK

Khalid Syamil NIM 11170490000046 PELAKSANAAN AKAD SYIRKAH PADA WARALABA 212 MART (Studi Kasus 212 Mart Pancoran) Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2021 M.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan akad syirkah terhadap waralaba 212 Mart Pancoran yang ditinjau dari Fatwa DSN MUI serta peraturan pemerintah lainnya.. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan 212 mart Pancoran sebagai studi kasus penelitian ini.

Jenis penelitian pada penelitian skripsi ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penulis melakukan pengamatan dan menganalisis secara langsung data yang diperoleh dari lapangan, baik data berupa tulisan ataupun lisan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian yuridis empiris.

Dari hasil penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan akad syirkah pada waralaba 212 Mart Pancoran sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI dan terdapat ketidaksesuaian dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 terkait tentang kriteria usaha di mana pihak 212 Mart Pancoran belum memiliki keuntungan semenjak awal berdirinya hingga saat ini. Kemudian dalam segi transaksi masih menggunakan transaksi konvensional, hal ini belum sesuai dengan unsur-unsur syariah.

Kata Kunci : Waralaba, Akad Syirkah, Fatwa DSN MUI, Peraturan pemerintah. Pembimbing : Mu’min Roup, M.A

Dr. Alimin, M. Ag.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan melimpahkan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan dengan seizin Nya. Shalawat serta Salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya dan semoga dapat menjadi suri tauladan bagi kita semua umat manusia dan semoga kita dapat mendapatkan syafa’atnya.

Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN AKAD SYIRKAH PADA

WARALABA 212 MART (STUDI KASUS 212 MART PANCORAN)”

merupakan hasil coretan karya penulis yang diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum (S.H).

Tak lepas dari proses penulisan skripsi ini, banyak peran dari berbagai macam pihak yang turut serta membantu meringankan beban penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Rasa terimakasih penulis ucapkan kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. A. M. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program studi Hukum Ekonomi Syariah dan Dr. Abdurrauf, M.A selaku Sekretaris Progam Studi Hukum Ekonomi Syariah.

3. Dr. Hasanudin, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi dan pengarahan selama masa perkuliahan. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan keberkahan kepada bapak. Amiin

4. Mu’min Roup, M.A dan Dr. Alimin, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk sekedar memberikan pengarahan ketika penulis

(7)

vi

merasa kesulitan dalam penulisan skripsi. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan keberkahan kepada bapak. Amiin

5. Bapak Imron Halimy S.H selaku ketua Koperasi Syariah Komunitas Jakarta Selatan, yang bersedia untuk di wawancarai oleh penulis dan membantu memberikan data yang diperlukan untuk keperluan penyelesaian skripsi.

6. Keluarga tersayang dan tercinta, Abah Ismail dan Mama Nadiyah Tariq Basharahil, kakak Najmi Fahirah dan adik Najah Amirah, yang telah memberikan semangat dan motivasi, tanpa pamrih mengasihi, tabah dalam menasehati dan selalu memberikan doa yang tulus di setiap sujudnya tanpa mengharap suatu apapun kecuali kesuksesan anak-anaknya. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kesejahteraan di dunia dan Jannatul firdaus di akhirat kelak. Amin ya mujibassaa’ilin

7. Kepada teman hidup penulis Mia Yudra, Rio, Habibi, Doni, Arsyad, Aiman, Muhasa, Fakhri, Irwan, Kevin, Afif, Fadlan, Tebe, yang memberikan kasih sayang, semangat, masukan dan motivasi dalam penulisan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.

8. Keluarga besar prodi Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2017 yang telah memberikan banyak kenangan dan pembelajaran selama masa perkuliahan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan dan menjadikan keluarga besar Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2017 menjadi orang-orang yang sukses. Amiin

9. Keluarga ideologis di HMI KOMFAKSY yang telah menyadarkan penulis untuk berkembang lebih baik dari sebelumnya dan memberikan kepercayaan untuk menjadi seseorang yang berani memegang tanggungjawab sehingga dari pengalaman tersebut, penulis belajar banyak hal baru yang sangat berguna dikemudian hari.

(8)

vii

10. Kepada sahabat Langlang Wirabuana dan Subhanil Hanif Mussaid yang telah memberikan tempat untuk menulis skripsi penulis.

11. Teman-teman Hukum Ekonomi Syariah FSH UIN Jakarta yang telah memberikan banyak momen indah untuk diingat dan disyukuri.

12. Seluruh pihak terkait lainnya yang telah berperan membantu selama penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih atas semua dukungan yang telah diberikan oleh orang-orang yang telah hadir di dalam kehidupan penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga semua dukungan dan kebaikan yang telah kalian berikan mendapat balasan yang mulia dari Allah SWT dan kita semua selalu berada dalam lindungan-Nya serta dipermudah segala urusan di dunia maupun di akhirat. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, namun semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.

Jakarta, 25 Juni 2021

(9)

viii

DAFTAR ISI

PELAKSANAAN AKAD SYIRKAH PADA WARALABA 212 MART ... 1

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Metode Penelitian ... 11

G. Sistematika Penelitian ... 12

H. Framework Analisis ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Pengertian Waralaba ... 14

B. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Waralaba ... 14

C. Perjanjian Waralaba Menurut Hukum Islam... 14

D. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia ... 17

E. Sistem Ekonomi Barat ... 20

(10)

ix

G. Waralaba dalam perspektif islam ... 24

H. Review Studi Terdahulu ... 27

BAB III AKAD WARALABA DALAM FATWA DSN MUI ... 32

A. Gambaran Umum Tentang Waralaba 212 Mart ... 32

B. Struktur Pengurus 212 Mart Pancoran ... 34

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI ... 34

A. Analisis Sistem Waralaba Akad Syirkah Di 212 Mart Pancoran ... 36

B. Hubungan Hukum Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba Antara Koperasi Syariah Komunitas Jakarta Selatan (KSKJS) Dengan 212 Mart Pancoran. ... 45

C. Pandangan Fatwa DSN-MUI tentang akad syirkah dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba terhadap praktik waralaba 212 Mart Pancoran ... 47 BAB V PENUTUP ... 55 A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN ... 63

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang sempurna, serta menyeluruh dan konsepnya tidak hanya mengatur kehidupan yang bersifat vertikal yang sering kali dikaitkan dengan tata cara beribadah kepada Allah swt., namun yang bersifat horizontal pun tidak luput. Dalam fikih Islam, horizontal adalah hubungan antar manusia dalam bermasyarakat, contohnya saja perdagangan yang merupakan salah satu aspek kehidupan, yang tengah dikelompokkan ke dalam masalah mu’amalah.

Sebagai ajaran yang penuh rahmat Allah SWT, Islam melalui dakwah Rasulullah juga mengatur tata nilai dalam bisnis. Bukan hanya dalam tatanan teori namun juga dalam tatanan praktek, mengingat Rasulullah sendiri adalah seorang pedagang. Seiring dengan perkembangan jaman, perkembangan dagang mengalami kemajuan yang pesat, termasuk bisnis atau usaha di bidang ritel khususnya di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada keadaan sekitar, banyak usaha pada bidang ritel yang bermunculan dengan jenis, ukuran dan spesifikasi yang bermacam-macam. Dengan bermunculnya usaha ritel dalam bentuk pasar modern, hal tersebt mengakibatkan pasar tradisional menjadi tergeser dan mulai terancam keberadaannya. Adanya persaingan antara ritel tradisional dengan ritel modern terjadi di hampir seluruh daerah khususnya pada kota-kota besar di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena terbatasnya penawaran dibandingkan dengan permintaan. Oleh karena itu, sebagai pebisnis muslim kita dituntut untuk berpikiran maju agar tidak tertinggal dengan pesaing. Munculnya seorang pesaing dikarenakan adanya celah untuk masuk dalam pasar dengan menciptakan produk atau jasa yang spesifikasinya lebih unggul dari yang sudah ada sebelumnya. Contoh usaha ritel yang dapat ditemui adalah koperasi.

(12)

Perkembangan dunia bisnis di Indonesia dalam menunjang kegiatan ekonomi saat ini terus berkembang seiring dengan semakin ketat persaingan bisnis pada era ini, baik dalam bidang bisnis barang maupun jasa. Struktur perekonomian di Indonesia secara spasial pada tahun 2016-2018 masih didominasi oleh provinsi di Pulau Jawa dalam memberikan kontribusinya pada PDB sebesar 58,48%.1 Dengan melakukan bisnis berdasarkan aturan-aturan dan hukum-hukum Allah maka dalam menjalankan bisnis tersebut kita akan terhindar dari hal hal yang menyimpang, seperti halnya yang dapat terjadi yakni kecurangan, ketidakjujuran, politik, iklan yang tidak sebenarnya, unsur penipuan, dan ha yang menyimpang lainnya yang dapat merugikan orang lain yakni konsumen bahkan pelaku bisnis tersebut.2 Seperti firman Allah SWT yang terdapat dalam ayat berikut:

َنْيِدِسْفُم ِض ْرَ ْلَا ىِف ا ْوَثْعَت َلَ َو ْمُهَءۤاَيْشَا َساَّنلا اوُسَخْبَت َلَ َو “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.”(QS.

Asy- Syu’ara’(26): 183).3 َۤلَقْلا َلَ َو َيْدَهْلا َلَ َو َماَرَحْلا َرْهَّشلا َلَ َو ِهّٰللا َرِٕىۤاَعَش ا ْوُّل ِحُت َلَ ا ْوُنَمٰا َنْيِذَّلا اَهُّيَآٰٰي َبْلا َنْيِيمٰۤا ٰٓ َلََو َدِٕى ََ ْي اَذِا َوۗ اانا َوْض ِر َو ْمِهِيبَّر ْنيِم الْضَف َن ْوُغَتْبَي َماَرَحْلا َص ْنَا ٍم ْوَق ُنٰاَنَش ْمُكَّنَم ِرْجَي َلَ َوۗ ا ْوُداَطْصاَف ْمُتْلَلَح ْمُُ ْوُّد ِمْثِ ْلَا ىَلَع ا ْوُن َواَعَت َلَ َو ۖى ٰوْقَّتلا َو ِيرِبْلا ىَلَع ا ْوُن َواَعَت َو ا ْْۘوُدَتْعَت ْنَا ِماَرَحْلا ِد ِجْسَمْلا ِنَع ِنا َوْدُعْلا َو اوُقَّتا َوۖ َهّٰللا َّنِاۗ َهّٰللا ِباَقِعْلا ُدْيِدَش

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali

1 Badan Pusat Statistik, “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2018 No.

15/02/Th.XXII”, 6 Februari 2019, 6.

2 Veithzal Rizal Zainal, et al, Islamic Marketing Management: Mengembangkan Bisnis

dengan Hijrah ke Pemasaran Islami Mengikuti Praktik Rasulullah لج ه للا ج, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2017), 14-15.

3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Diponegoro,

2008), 374.

(13)

kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Ma’idah (5) : 2).4

Koperasi diyakini sebagai alternatif dan sebagai instrumen ekonomi dalam kehidupan umat Islam yang memiliki sebuah tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam sektor produktivitas. Pada saat ini koperasi tidak hanya melayani simpan pinjam melainkan terdapat juga mini market. Minimarket dapat didefinisikan sebagai sebuah bangunan, usaha akomodasi atau logo perusahaaan yang menyediakan dan menjual barang konsumsi terutama produk rumah tangga dan makanan secara satuan atau bijian dan bahkan menerima transaksi menggunakan ATM. Minimarket syariah merupakan suatu bisnis yang beroperasi di bidang ritel yang menerapkan prinsip syariah.

Label halal saat ini menjadi satu alasan masyarakat muslim dalam memilih dan mengonsumsi suatu makanan, minuman dan lainnya. Selain logo MUI yang sering di cari dalam setiap kemasan yang akan dikonsumsi oleh konsumen, supplier, reseller maupun saluran lainnya harus juga diperhatikannya halal atau tidaknya suatu barang tersebut, karena suatu produk dikatakan halal bukan hanya dilihat dari kemasan yang ada logo MUI-nya tapi dari proses pembuatan, penyaluran barang dari pabrik hingga ke tangan para konsumen.

Koperasi juga dipandang sebagai bentuk instrumen kebijakan yang dapat mencerminkan kekeluargaan yang didasarkan pada asas soko guru perekonomian.5 Melihat demikian kompleksnya permasalahan ekonomi makro dan mikro yang disebabkan telah bergulirnya globalisasi ekonomi, gerakan

4 Ibid., 106.

5 Bryzan Pratama Raka Juang, “Strategi Pembentukan Koperasi Pertanian Syariah Untuk

Pembiayaan Pertanian Syariah Untuk Pembiayaan Pertanian Holtikultura” Skripsi, Universitas Diponegoro, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 2016, hlm 6

(14)

Koperasi baik dalam bentuk Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS) maupun Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), atau juga Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) rasanya sangat tepat untuk menghadapinya, dengan beberapa alasan: Pertama, peran usaha mikro dan kecil dalam memberikan kontribusi terhadap pembentukan produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja dan investasi sangat menentukan dalam menggerakkan perekonomian suatu bangsa. Kedua, tentang struktur pelaku usaha di Indonesia terlihat bahwa kategori dalam skala mikro dan kecil menunjukkan populasi yang paling besar dibandingkan skala usaha menengah besar. Ketiga, jumlah usaha kecil sesuai dengan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005 dilaporkan sebanyak 44.621.823 unit atau 99,84 persen dari total pelaku usaha di Indonesia, sedangkan usaha menengah dan besar masing-masing dilaporkan sebanyak 67.765 unit atau 0,15 persen dan 4171 unit atau 0,01 persen. Dari angka-angka ini menunjukkan harapan untuk terus berusaha dan berupaya untuk memberdayakan usaha mikro kecil melalui berbagai kebijakan dan program-program yang melibatkan berbagai stake holder, termasuk didalamnya adalah perbankan dan koperasi.6

Dengan bermunculannya semangat pebisnis muslim di Indonesia, minimarket 212 Mart hadir dengan mengusung barang-barang berlabel halal dan tidak mendistribusikan produk yang dilarang oleh syariat islam. 212 Mart juga bermitra dengan UMKM dengan cara memperjualbelikan produk rumahan pada tokonya. Dalam penerapannya baik pada aspek produk, pelayanan, pemasaran yang dilakukan, maupun sistem kerja sama dan bagi hasil dengan mitra tentu harus berdasarkan atas prinsip syariah dan aturan syariah serta tanpa adanya larangan dalam syariah yang dilanggar.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rizki Azizah Malik (2019) yang menjelaskan bahwa 212 Mart Surabaya bermitra menggunakan akad Musyarakah karena hampir sebagian besar telah sesuai dengan rukun dan syarat yang ada, saat akan melakukan sebuah perjanjian keduanya

6 Ahmad Sumiyanto, BMT: Menuju Koperasi Modern, (Yogyakarta: ISES Pubishing,

(15)

mengucapkan ijab dan kabul, para anggota saling berkonstribusi memberikan modal yang dapat diukur mengacu pada Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.7

Koperasi Syariah 212 ini berbentuk sebagai Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yang menjalankan salah satu bisnisnya dengan membukai retail dalam golongan minimarket. Koperasi Syariah 212 mendapatkan pengesahan dari pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No. 003136/BH/M.UMKM.2/12017 yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM. Koperasi Syariah 212 adalah Koperasi Primer Nasional yang didirikan oleh tokoh-tokoh umat Islam sebagai implementasi sebagai semangat aksi 212 yang penuh persaudaraan yang bermula pada aksi bela Islam. Aksi bela Islam sendiri lahir terjadi setelah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaha Purnama yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Pulau Pramuka yang berlokasi di Kepulauan Seribu. Ketika itu Basuki Tjahaja Purnama yang biasa dipanggil Ahok melakukan penistaan agama dengan pernyataannya sendiri kepada umat muslim yang ada di Indonesia dengan mengutip surat Al-Maidah ayat 51 untuk tidak memilih pemimpin sesuai agama mayoritas yang ada di negara Indonesia. Karena saat itu sedang mendekati situasi pemilihan calon pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur yang baru periode 2017-2022. Semangat ini kemudian diwujudkan pada upaya menjadikan Koperasi Syariah 212 sebagai wadah perjuangan ekonomi untuk mencapai kemandirian ekonomi umat.8

Koperasi Syariah 212 didirikan untuk menopang seluruh kebutuhan umat dan juga memberdayakan seluruh potensi umat Islam yang ada di Indonesia. Salah satu kegiatan yang dihadirkan Koperasi Syariah 212 adalah minimarket yang diberi nama 212 Mart. Dengan munculnya Koperasi Syariah 212 dan membuka sektor di bidang minimarket ini akan membangunkan gairah ekonomi umat Islam yang sempat lesu. Koperasi Syariah 212 didirikan

7 Malik, Rizki Amalia. “Analisis Penerapan Akad Musyarakah Pada Bisnis Ritel Sakinah

Mini Market Surabaya”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 2019

(16)

tujuannya untuk membangun ekonomi umat yang terpercaya, profesional, besar dan kuat sebagai salah satu pilar ibadah, syariah dan dakwah menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Koperasi Syariah 212 membuka bisnis 212 Mart ingin memberi tahu kepada masyarakat bahwa usaha pada sektor retail ini bisa diterapkan dalam ekonomi Islam yang kini perlahan-lahan akan mulai menunjukkan kemajuannya di dalam ekonomi dunia.

Pada penelitian Veronica Wulandary (2018) dalam Skripsi yang berjudul Praktik Waralaba 212 Mart Menurut Fatwa DSN-MUI No.114/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Syirkah dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Mendapatkan hasil penelitian bahwa praktik waralaba 212 mart yang dilakukan oleh Komunitas Koperasi Syariah 212 di Surakarta sesuai dengan fatwa DSN-MUI Nomor: 114/DSN-MUI/IX/2017 tentang akad syirkah dan Peraturan Pemerintah Nomor: 42 Tahun 2007 tentang waralaba. Namun pada Standar Operasional Manajemen (SOM) Koperasi Syariah 212 belum memenuhi Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No:11/Per/M.KUKM/XII/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi. Hubungan Hukum antara Koperasi Syariah 212 dengan 212 Mart di daerah Surakarta adalah sebuah hubungan kemitraan bisnis yang memakai sistem waralaba (Franchise).

Pandangan Fatwa DSN-MUI Nomor 114/DSN-MUI/IX/2017 tentang Syirkah dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba mengenai praktik Waralaba 212 Mart di Surakarta. Pelaksanaan sistem bagi hasil (Syirkah) menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional yang melibatkan Koperasi Syariah 212 dengan Komunitasnya dalam mengelola 212 Mart telah memenuhi 6 ketentuan yaitu Ketentuan Sh{igah, Ketentuan Para Pihak, Ketentuan Rus AlMal, ketentuan Nisbah Bagi Hasil, Ketentuan Kegiatan Usaha, serta Ketentuan Keuntungan (Al-Ribh), Kerugian (al-Khasaroh) dan Pembagiannya. Sedangkan Praktik 212 Mart menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba telah memenuhi semua kriteria yang

(17)

tertera sehingga aman untuk bergabung berinvestasi mengembangkan 212 mart.9

Namira Mahmudah, 2020 Skripsi yang berjudul Sistem Bagi Hasil 212 Mart di Samarinda Salam Perspektif Fikih Muamalah. Dalam skripsi tersebut menunjukkan bahwa pendirian Usaha 212 Mart yang dilakukan oleh PT. KMB sudah sesuai dengan Prinsip Fiqh Muamalah yaitu akad Syirkah Musahamah serta sistem bagi hasil antara para pihak pertama sebagai pemodal (shohibul maal) dengan pihak kedua sebagai pengelola (mudharib) yang terbentuk ialah akad Mudharabah adapun perjanjian kerja sama yang melibatkan para pemodal baru (investor) sebagai sekelompok orang yang menginvestasikan dananya pada sebuah usaha 212 Mart Samarinda mengandung unsur akad Musyarakah.10

Penelitian yang dilakukan oleh Inas Fahmiyah dan juga Moh. Idil Ghufron dampak yang sangat positif terhadap pembangunan perekonomian salah satunya sektor UMKM. Dalam praktiknya sistem waralaba yang digunakan yaitu akad syirkah ‘uqud dengan kerja sama akad atau perjanjian yang didalamnya terdapat beberapa kesaksian dan ikatan antarpelaku waralaba syariah. Sistem waralaba sudah terbukti pencapaiannya terhadap peningkatan ekonomi di Indonesia dan tidaklah bertentangan dengan ekonomi Islam yang didalamnya terdapat adanya kesepakatan antara kedua belah pihak.11

Penelitian yang dilakukan oleh Suryati Dzuluqy menjelaskan bahwa bisnis waralaba terdapat ketentuan-ketentuan hukum waralaba yang dikeluarkan oleh otoritas pemerintah untuk menertibkan kegiatan bisnis waralaba (franchise) dan juga mengacu pada ketentuan-ketentuan Islam. Bisnis waralaba yang tetap menggunakan barang dari dalam negeri yang tidak

9 Dary, Veronica Wulan. “Praktik Waralaba 212 Mart Menurut Fatwa DSN-MUI

No.114/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Syirkah dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba” Skripsi S1 Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2018.

10 Mahmudah, Namira. “Sistem Bagi Hasil 212 Mart di Samarinda Salam Perspektif Fikih

Muamalah”. Skripsi S1 Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Samarinda. 2020

11 Inas Fahmiyah, Moh. Idil Ghufron, (2019), Konsep Waralaba Perspektif Ekonomi

(18)

merugikan pengusaha kecil dan menengah, sehingga dari segi kemaslahatan dapat dibenarkan dalam menurut hukum Islam.12

Gerai 212 Mart sendiri pertama kali didirikan pada 12 Mei 2017, di Ruko Perumahan Taman Yasmin, Kota Bogor, Jawa Barat dengan dana awal sekira Rp300-jutaan yang merupakan patungan dari warga. Dalam website 212 Mart data per tanggal 31 Desember 2018 tercatat ada 205 gerai yang berdiri di seluruh Indonesia. Sampai hari ini, telah ratusan gerai dibuka, bertambah dan ada pula yang menutup gerainya dikarenakan suatu hal. Di beberapa daerah di jakarta selatan terdapat toko yang sudah berganti nama karena melepas keanggotaannya dari koperasi syariah 212 dan di beberapa daerah lainnya ada juga yang tidak menerapkan konsep syariah. Kondisi di beberapa gerai pada saat ini, ada yang belum dapat mengembalikan modal awal dan beberapa gerai lainnya ada yang menutup gerai dikarenakan kurangnya pemasukan untuk biaya operasional.

Berikut data alamat 212 mart di Jakarta Selatan.13

No. Nama Tempat Alamat Status

1 212 Mart Pancoran Jalan Pengadegan Timur Raya No. 16 Pancoran Jakarta Selatan 12770

Beroperasi

2 212 Mart

Pesanggrahan

Ruko Grand Centro Bintaro No. 25 Jalan Raya Kodam, Kelurahan Pesanggrahan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan

Beroperasi

3 212 Mart Jagakarsa Jalan Tanjung 15 Perumahan Rancho Indah, Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530

Berganti Nama

4 212 Mart Tebet Jl. Asem Baris raya No.5 RT007/RW014, Kel. Kebon Baru,

Beroperasi

12 Suryati Dzuluqy, (2019), Bisnis Waralaba Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah,

Jurnal Tahkim Vol. 15, No. 1, Juni 2019

(19)

Kec. Tebet, Jakarta Selatan 5 212 Mart Tegal

Parang

Jl. Tegal Parang Selatan No.99 , Tegal Parang, Mampang Prapatan Jakarta Selatan

Beroperasi

6 212 Mart

Pesanggragan

Jl. H.Ridi Pesanggrahan No. 12-13 Jakarta Selatan

Beroperasi

7 212 Mart Lebak Bulus

Jl. Boulevard Blok 1A No.2-3 Kawasan bisnis CBD Ciledug, Kel. Karang Tengah Kec. Karang tengah Kota Tanggerang

Tutup

Berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini masih perlu untuk ditelitinya kembali dengan studi kasus yang berbeda. Maka penelitian ini melanjutkan dari penelitian sebelumnya Inas Fahmiyah, Moh. Idil Ghufron, Rizki Azizah Malik, Veronica Wulandary dan juga Namira Mahmudah dengan studi kasus. Tempat penelitian di 212 Mart Pancoran, Jakarta Selatan.

B. Identifikasi Masalah

1. Penggunaan bank konvensional pada waralaba 212 mart tidak syariah. 2. Ketetapan dalam legalitas waralaba 212 Pancoran (payung hukum) 3. Perspektif hukum 212 Mart Pancoran.

4. Sistem bagi hasil 212 Mart Pancoran. 5. Penggunaan akad pada 212 Mart Pancoran.

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, untuk mempermudah pembahasan dan penelitian ini, maka penulis membatasi masalah agar lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Adapun

(20)

masalah terhadap penelitian ini mengenai kesesuaian syariah pada waralaba dengan studi kasus di 212 mart Pancoran di Jakarta Selatan.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana sistem waralaba pada 212 Mart di Pancoran?

b. Bagaimana hubungan Hukum Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba Antara Koperasi Syariah Komunitas Jakarta Selatan (KSKJS) Dengan 212 Mart Pancoran?

c. Bagaimana Pandangan Fatwa DSN-MUI tentang akad syirkah dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba terhadap praktik waralaba 212 Mart Pancoran?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sistem waralaba apa yang digunakan di 212 Mart Pancoran.

2. Untuk mengetahui hubungan Hukum Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba Antara Koperasi Syariah Komunitas Jakarta Selatan (KSKJS) Dengan 212 Mart Pancoran.

3. Untuk mengetahui tentang pandangan Fatwa DSN-MUI tentang akad syirkah dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba terhadap praktik waralaba 212 Mart Pancoran.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi akademisi yaitu:

Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi. 2. Manfaat bagi pemerintah:

Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi pertimbangan pemerintah dalam memperhatikan sektor koperasi syariah khususnya pada waralaba 212 mart pada aspek syariah.

(21)

Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi, saran dan masukan dari peneliti untuk 212 Mart Pancoran.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif di mana penelitian kualitatif deskriptif lebih menekankan pada penggunaan diri peneliti sebagai instrumen14. Instrumen dapat berupa observasi, wawancara, dan lain sebagainya. Penelitian ini tetap menggunakan data sekunder tetapi pada bagian kesimpulan akan diambil berdasarkan hasil observasi dan juga hasil wawancara.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan yuridis empiris dengan cara memadukan data primer dengan data sekunder yang ada. Pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dalam kenyataan baik berupa penilaian perilaku, pendapat, dan sikap yang berkaitan erat hubungannya dengan penulisan penelitian15.

3. Sumber Data

Data merupakan satuan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab masalah penelitian. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer pada penelitian ini diperoleh melalui kontrak dan kebijakan regulasi yang ada serta wawancara langsung dengan pihak 212 Mart. b. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Fatwa DSN-MUI NO: 114 /DSN-MUI/IX/2017 dan PP No. 42 tahun 2007 tentang Waralaba,

14 Mulyadi, M. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Data Pemikiran Dasar

Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi dan Media, Vol. 15, No. 1, Januari – Juni 2011. Hal. 131.

15 Saputra, Ari. 2016. Tinjauan Yuridis Kebijakan Dekriminalisasi Tindak Pidana Korupsi

Terkait Perolehan Kekayaan Berdasarkan RUU Pengampunan Pajak Nasional. Lampung: Universitas Lampung.

(22)

review studi terdahulu dan juga data yang didapat pada 212 Mart Pancoran, Jakarta Selatan.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pada metode ini, penulis menempatkan diri secara langsung untuk mengobservasi dan mewawancarai secara terbuka untuk mendapatkan informasi lebih lanjut terkait objek penelitian. Kemudian, hasil penelitian disajikan untuk menggambarkan masalah yang berkenaan dengan penelitian.

5. Teknik Penulisan

Pada penelitian ini, teknik penulisan dan penyusunan yang digunakan ialah berdasarkan Pedoman prinsip - prinsip Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.16

G. Sistematika Penelitian

Sebagai gambaran besar mengenai materi dan pembahasan yang terdapat pada penelitian ini, penulis menyusun sistematika yang merujuk kepada pedoman penulisan yang telah ditetapkan. Penulisan karya ilmiah ini terdiri dari lima bab dengan perincian sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah, kemudian tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka. Pada bab ini berisi mengenai kajian teoritis, kajian konseptual dan mengkaji review studi terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian.

16 Fakultas syariah dan hukum, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam

(23)

BAB III Metode Penelitian. Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian, metode analisis data, sumber data, dan teknik penulisan, serta framework analisis.

BAB IV Pembahasan dan Analisis. Pada bab ini berisi tentang analisis kesesuaian syariah pada pelayanan kesehatan yang ditinjau dari Fatwa 114/DSN-MUI/IX/2017.

BAB V Penutup, Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang dapat diberikan penulis kepada pihak-pihak yang terkait dengan pembahasan ini.

(24)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

WARALABA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI BARAT DAN ISLAM

A. Pengertian Waralaba

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 42 tahun 2007 tentang waralaba, waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/ arau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.17

B. Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Waralaba

Franchisor (pemberi waralaba) adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada franchisee (penerima waralaba).

Franchisee (penerima waralaba) adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang dimiliki franchisor(pemberi waralaba).18

C. Perjanjian Waralaba Menurut Hukum Islam

Perjanjian waralaba merupakan pengembangan dari bentuk kerja sama syirkah. Srikah atau musyarakah menurut istilah adalah keikutsertaan dua orang

17 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang

Waralaba.

18 Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang

(25)

atau lebih dalam suatu usaha tertentu dengan sejumlah modal yang ditetapkan berdasarkan perjanjian untuk bersama-sama menjalankan suatu usaha dan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai dengan bagian yang ditentukan.19

Menurut kompilasi hukum ekonomi syariah, syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang berserikat. 20

1. Rukun dan Syarat Syirkah a. Rukun Syirkah

Adapun yang menjadi rukun syirkah menurut ketentuan islam, yaitu: 1) Sighat (ijab dan Qabul)

2) Pihak-pihak yang mengadakan serikat 3) Objek akad

b. Syarat Syirkah

adapun yang menjadi syarat syirkah, yaitu:21

1) Sighat atau ijab dan qabul harus diungkapkan secara tegas dan menunjukkan tujuan akad yang jelas.

2) Mitra syirkah harus berkompeten dalam menjalankan amanat 3) Keuntungan bias berbentuk persentase atau nisbah

4) Penentuan pembagian keuntungan tidak boleh dalam jumlah nominal, karena bertentangan dengan substansi syirkah.

2. Macam-macam Syirkah

Secara umum, pembagian syirkah terbagi menjadi dua, yaitu; syirkah amlak dan syirkah uqud. Dengan penjabaran sebagai berikut:22

a. Syirkah Amlak

19 Ismail, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), h., 151.) 20 Tim Redaksi FOKUSMEDIA, Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah, (Bandung:

FOKUSMEDIA, 2008), h., 14.

21 Harun, Fiqih Muamalah, (Surakarta: Muhammadiyah University Pree, 2017), h., 186. 22 Hidayat , Enang. Transaksi Ekonomi Syariah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016,

(26)

Syirkah amlak mengandung pengertian sebagai kepemilikan bersama dan keberadaanya muncul apabila dua atau lebih orang secara kebetulan memperoleh kepemilikan bersama atas suatu kekayaan tanpa telah membuat perjanjian kemitraan yang resmi. Misalnya dua orang menerima warisan atau menerima pemberian sebidang tanah atau harta kekayaan, baik yang dapat atau tidak dapat dibagi-bagi. Syirkah amlak sendiri terbagi menjadi dua bentuk, yaitu syirkah ijbariyyah dan syirkah ikhtiyariyyah. Syirkah ijbariyyah adalah syirkah terjadi tanpa adanya kehendak masing-masing pihak.23

b. Syirkah Uqud

Syirkah uqud merupakan akad kerja sama antara kedua belah pihak atau lebih yang melakukan usaha dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang dapat dinikmati bersama dan apabila usaha yang sedang berjalan mengalami kerugian maka kerugian tersebut dapat ditanggung bersama.

Syirkah dalam kategori ini terbagi menjadi syirkah ‘Inan, mufawadha, a’mal dan wujuh.24

1) Syirkah ‘Inan

Adalah suatu akad yang mana terdapat pihak yang memberikan kontribusi modal dan tenaga dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan bersama dan keuntungan tersebut dibagi sesuai dengan kesepakatan diawal kontrak kerja. Keuntungannya dibagi tidak harus melihat dari persentase kontribusi yang diberikan melainkan dilihat dari kesepakatan bersama diawal akad.

2) Syirkah A’mal/ Syirkah Abdan

Adalah akad kerja sama antara dua orang lebih yang memiliki profesi yang sama dan bekerja sama untuk menerima atau melakukan pekerjaan atau

23 Waskita, Muhammad Panji. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Franchise Syariah

Kebab Studi Kasus Di Kebab Corner Cabang Serang.” َSkripsi S1 Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2018.

24 Firdaus, Muhammad, dkk, Cara Mudah Memahami Akad-Akad Syariah, Jakarta: Renaisan,

(27)

proyek secara bersamaan dan berbagi keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama. Seperti kerja sama arsitektur, dokter dan lain sebagainya.

3) Syirkah Wujuh

Adalah akad kerja sama antara dua orang atau lebih yang mana kerja sama ini tidak memiliki modal untuk melakukan usaha melainkan memiliki image, nama yang baik atau memiliki reputasi yang bagus, memiliki kemampuan atau keahlian dalam berbisnis. Yang mana mereka yang melakukan kerja sama mengambil barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai dengan jaminan reputasi mereka. Untuk keuntungan dan kerugian di bagi sesuai dengan kesepakatan diawal. 4) Syirkah Mudharabah

Adalah suatu akad yang mana pihak pertama memberikan modal dan pihak kedua memberikan tenaga atau pihak kedua sebagai pengelola modal tersebut dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan bersama dan keuntungan tersebut dibagi sesuai dengan kesepakatan diawal kontrak kerja.

Akad ini merupakan gabungan dari syirkah dan mudharabah yang mana syirkah sendiri merupakan suatu akad kerja sama yang mana terdapat dua orang atau lebih yang melakukan kerja sama yang mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dan tenaga dengan kesepakatan pembagian keuntungan kerugian dibagi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

D. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

Terkait dengan fatwa yang berhubungan dengan akad syirkah adalah terdapat dalam Fatwa DSN MUI Nomor 114 tahun 2017 yaitu dengan ketentuan umum sebagai berikut:25

(28)

a. Akad syirkah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk sesuatu usaha tertentu dimana setiap pihak memberikan kontribusi dana/modal usaha dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati atau secara proporsional, sedangkan kerugian ditanggung oleh para pihak secara proporsional, syirkah ini merupakan salah satu bentuk syirkah amwal dan dikenal dengan nama syirkah inan.

b. Syarik adalah mitra atau pihak yang melakukan akad syirkah, baik berupa orang maupun yang dipersamakan dengan orang, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.

c. Ra's al-mal adalah modal usaha berupa harta kekayaan yang disatukan yang berasal dan para syarik.

d. Syirkah amwal adalah syirkah yang ra's al-mal-nya berupa harta kekayaan dalam bentuk uang atau barang.

e. Syirkah 'abdan/syirkah a'mal adalah syirkah yang ra's al-mal-nya bukan berupa harta kekayaan namun dalam bentuk keahlian atau keterampilan usaha/kerja, termasuk komitmen untuk menunaikan kewajiban syirkah kepada pihak lain berdasarkan kesepakatan atau proporsional.

f. Syirkah wujuh adalah syirkah yang ra's al-mal-nya bukan berupa harta kekayaan namun dalam bentuk reputasi atau nama baik salah satu atau seluruh syarik, termasuk komitmen untuk menunaikan kewajiban syirkah kepada pihak lain berdasarkan kesepakatan atau proporsional.

g. Taqwim al-'urudh adalah penaksiran batang untuk diketahui nilai atau harganya.

h. Nisbah bagi hasil dapat juga disingkat nisbah - adalah perbandingan yang dinyatakan dengan angka seperti persentase untuk membagi hasil usaha, baik nisbah-proporsional maupun nisbah-kesepakatan.

i. Nisbah-proporsional adalah nisbah atas dasar porsi ra's al-mal para pihak (syarik) dalam syirkah yang dijadikan dasar untuk membagi keuntungan dan kerugian.

(29)

j. Nisbah-kesepakatan adalah nisbah atas dasar kesepakatan (bukan atas dasar porsi ra's al-mal) yang dijadikan dasar untuk membagi keuntungan.

k. Syirkah da'imah atau syirkah tsabitah adalah syirkah yang kepemilikan porsi ra's al-mal setiap syarik tidak mengalami perubahan sejak akad syirkah dimulai sampai dengan berakhirnya akad syirkah, baik jangka waktunya dibatasi maupun tidak dibatasi.

l. Musyarakoh mutanaqishah adalah syirkah yang kepemilikan porsi ra's al-mal salah satu syarik berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh syarik lainnya.

m. Kerugian usaha musyarakah adalah hasil usaha, di mana jumlah modal usaha yang diinvestasikan mengalami penurunan atau jumlah modal dan biaya- biaya melebihi jumlah pendapatan.

n. At-ta'addi adalah melakukan suatu perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan. o. At-aqshir adalah tidak melakukan suatu perbuatan yang seharusnya dilakukan. p. Mukhalafat asy-syuruth adalah menyalahi isi dan/atau substansi atau

(30)

E. Sistem Ekonomi Barat

Setiap negara mempunyai sistem ekonomi yang berbeda-beda. Sistem ekonomi ini bisa ditentukan oleh falsafah suatu negara, jati diri suatu bangsa, struktur ekonomi suatu negara, budaya, dan lain sebagainya. Menurut Arifin (2009) Sistem ekonomi adalah sebagai cara pengorganisasian satuan ekonomi untuk membuat keputusan-keputusan mengenai berbagai masalah ekonomi masyarakat untuk mencapai kesejahteraan ekonomi yang diharapkan. Dari definisi ini dapat dikatakan bahwa sistem ekonomi merupakan cara suatu negara menata perekonomiannya agar didapat suatu tujuan yang diinginkan agar masyarakat sejahtera secara ekonomi.26

Mayoritas sistem ekonomi yang digunakan dunia adalah sistem ekonomi liberal, Liberal merupakan ekonomi pasar yang mempunyai kebebasan untuk melakukan langkah-langkah kegiatan ekonomi kepada pelaku-pelaku ekonomi bertransaksi. Dalam sistem ekonomi liberal, campur tangan pemerintah tidak ada, kecuali hanya sebagai kontrol agar terlaksananya interaksi ekonomi. Semua orang diberi kebebasan untuk memilih usahanya. Masyarakat bebas mengambil keuntungan, bebas memilih pekerjaan, dan lain sebagainya. Namun, kemampuan untuk bersaing sangat menentukan. Bagi masyarakat yang tidak sanggup bersaing akan selalu tertindas karena bisa dieksploitasi bagi yang kuat, baik dari segi modal atau kapital maupun knowledge.

Kapitalisme mempertahankan sistem liberal karena kebebasan seperti ini sebagai hakikat dari penciptaannya. Dalam perjalanannya, kapitalisme selalu menyesuaikan dan menjaga kebebasan tersebut. Misalnya masalah upah pekerja, menurut konsepsi kapitalis semua keputusan pemerintah atau tuntutan publik adalah tidak relevan. Kemudian paham yang terbentuk bagi kaum liberal adalah kebebasan, berarti ada sejumlah orang yang akan menang dan sejumlah orang yg akan kalah. Kemenangan dan kekalahan ini terjadi karena persaingan. Kebebasan

(31)

akan diartikan sebagai memiliki hak-hak dan mampu menggunakan hak-hak tersebut dengan memperkecil turut campurnya aturan pihak lain seperti “Kita berhak menjalankan kehidupan sendiri.”

Konsep ekonomi liberalis berdasar dari sistem ekonomi kapitalisme yang mengandalkan secara penuh perputaran roda ekonomi melalui mekanisme pasar bebas serta perpindahan modal secara bebas di dalam negeri maupun antarnegara (pasar global). Namun pada kenyataannya di negara-negara maju di Eropa, Amerika, dan sebagian Asia yang berlabel kapitalis, tidaklah sepenuhnya menerapkan perekonomian dengan mekanisme pasar bebas karena masih ada bantuan pemerintah dalam bentuk subsidi, tunjangan, dan fasilitas sosial bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, melindungi industri atau produk lokal dari persaingan dengan produk-produk impor. Pemerintah juga menguasai saham seluruhnya atau sebagian dari saham perusahaan-perusahaan yang dinilai strategis bagi kepentingan nasional atau kesejahteraan rakyat.

Selain sistem ekonomi liberal, terdapat juga sistem ekonomi neoliberalisme, Neoliberalisme sendiri merupakan nomenklatur yang diciptakan dari luar. Istilah umum yang dikenal adalah liberalisme. Istilah ini berangkat dari filsafat pada masa pencerahan Eropa berupa kebebasan individu dan pasar yang otonom. Di samping itu, neoliberalisme merupakan tahap lanjutan dari liberalisme yang berkembang sekitar abad 18 sampai abad 19 di Barat. Liberalisme asal mulanya adalah bentuk perjuangan kaum borjuis dalam menghadapi kaum konservatif atau feodal. Liberalisme merupakan ideologi kaum borjuis kota. Dalam arti luas, liberalisme adalah paham yang mempertahankan otonomi individu melawan intervensi komunitas. Dalam konteks definisi ada “civic liberalism” maupun liberalisme ekonomi. Liberalisme ekonomi inilah yang nantinya berkembang menjadi neoliberalisme.

Neoliberalisme ini kemudian dilatarbelakangi oleh beragam kegagalan kebijakan ekonomi teknokratis dan intervensionis pada tahun 60-an yang melahirkan ketidakpuasan dan konflik kepentingan. Seperti halnya

(32)

pemikiran-pemikiran ekonomi lainnya, kemunculan neoliberalisme dipicu krisis berupa stagflasi pada 1970-an di negara-negara maju yang memberi angin haluan ini untuk menyerang balik kubu prointervensi dan membawa kembali sebagai wacana kebijakan ekonomi dominan. Kebijakan neoliberal sukses mengurangi inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi di beberapa negara. Perekonomian Inggris membaik setelah Margareth Thatcher menjadi Perdana Menteri Inggris pada tahun 1979. Demikian pula kepemimpinan Ronald Reagan di Amerika Serikat selama dua periode (1981–1989), yang berhasil menurunkan inflasi dan pengangguran. Keduanya menerapkan kebijakan yang sama, yaitu privatisasi, deregulasi, serta pengurangan pajak dan subsidi. Neoliberalisme sendiri bukan merupakan satu teori besar, melainkan merupakan hedging dari serpihan-serpihan beberapa teori kontemporer antiintervensi yang dikembangkan pada konteks historis, politis, dan institusi tertentu. Neolib dapat dikatakan merupakan revival pemikiran ekonomi klasik yang mengadvokasi pasar bebas, kebebasan individu, dan intervensi negara minimal dalam perekonomian yang merupakan kumpulan teori tentang relasi antarnegara, pasar, individu, dan masyarakat dalam sebuah sistem perekonomian yang berlandaskan kapitalisme. Dengan kata lain, kemunculan neoliberal pada tahun 1960-an ini dilatarbelakangi oleh beragam kegagalan kebijakan ekonomi teknokratis dan intervensionis. Neoliberal mensyaratkan dua hal. Pertama, meminimalisir intervensi negara. Kedua, mengakui kebebasan individu. Pada intinya, paham ini memperjuangkan leissez faire (persaingan bebas), yakni paham yang memperjuangkan hak-hak atas kepemilikan dan kebebasan individual. Mereka lebih percaya pada kekuatan pasar untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial ketimbang melalui regulasi negara. Kata neo dalam neoliberalisme merujuk pada bangkitnya kembali bentuk baru aliran ekonomi liberalisme lama yang dulu dibangkitkan ekonom Inggris Adam Smith dalam karyanya “The Wealth of Nations”, saat itu dia dan kawan-kawannya menggagas penghapusan intervensi pemerintah dalam ekonomi.

(33)

F. Sistem Ekonomi Islam

Sistem Ekonomi Islam, cara dan tujuan yang disarankan adalah yang dikehendaki dan dikuasai oleh Allah. Ia perlu dilaksanakan, dan mengabaikannya adalah satu kesalahan agama dan dianggap berdosa di sisi Allah. Melak-sanakannya akan mendapatkan pahala dan menjadi sumber keridhaan serta rahmat dari Allah. Dengan melaksana-kannya kita akan mendapat kebaikan dalam urusan kebendaan dan manfaat kerohanian.27 Sistem Ekonomi Islam adalah peraturan atau

hukum yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad.

Menurut Dr. Muhammad Abdullah al‘Arabi, ekonomi Islam merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang kita simpulkan dari al Qur’an dan as Sunah, dan merupakan bagian perekonomian yang kita dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai tiap lingkungan dan masa.

Sistem ekonomi Islam terdiri dari dua bagian: salah satu tetap, sedangkan yang lain dapat berubah-ubah.28 Ekonomi Islam merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari Al Qur’an dan As Sunah, hal ini sudah sangat jelas di dalam surat Al Baqarah ayat 29: “dialah Allah yang menjadikan segala sesuatu yang ada di bumi untukmu”, ayat 275 “padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Dan ayat Al Hasyr: 7 “supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu sekalian”. Dalam surat Al Hasyr ini menjelaskan bahwa pemimpin harus dapat mengembalikan distribusi kekayaan dalam masyarakat manakala tidak ada keseimbangan di antara mereka yang dipimpinnya.

Sistem ekonomi Islam dibangun atas bangunan perekonomian yang kita dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan dan masa. Di sini dibutuhkan cara-cara penyesuaian atau penyelesaian masalah ekonomi yang dapat dicapai oleh para ahli di suatu negara, sesuai dan sebagai

27 Bakhri, Boy Syamsul, 2011. Sistem Ekonomi Islam dalam Perbandingan. Jurnal Al-hikmah

Vol. 8, No. 1, April 2011

(34)

pelaksanaan dari prinsip-prinsip yang lalu. Sudah sangat jelas keterangan tentang riba yang diharamkan, dan harta yang cukup hubungannya dengan zakat.

Sistem Ekonomi Islam mempunyai dasar pemikiran yang berbeda. Masalah ekonomi yang dinyatakan sebenarnya dianggap sebagai masalah pendistribusian. Masalah pengeluaran bisa dilaksanakan apakah oleh individu atau pemerintah, tetapi yang lebih penting ialah pendistribusian harta dan output harus seksama.

G. Waralaba dalam perspektif islam

Bisnis waralaba hakikatnya telah lama dikenal dalam ekonomi Islam dengan nama syirkah atau musyarakah (kerja sama). Kerja sama dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai kesepakatan awal atas waktu tertentu (sesuai perjanjian). Prinsip dalam waralaba terdapat keterbukaan (transparansi) dan kehati-hatian yang tertuang dalam prinsip ekonomi Islam yaitu gharar (ketidakpastian atau ketidakjelasan) dan tidak diperkenankan mengaplikasikannya terhadap dunia bisnis. (Setiawan, 2013)

Syirkah adalah nama lain dari bermitra dalam ekonomi Islam. Secara bahasa kata syirkah ialah perserikatan dua orang atau lebih. Syirkah bermakna kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berbisnis atau terhadap kekayaan. Islam telah menyatakan sah dan legal terhadap berbisnis dengan cara bermitra atau kerja sama. (Chudri, 2012a). Dalam bahasa arab syirkah berarti percampuran atau interaksi, juga boleh diartikan membagikan sesuatu antara dua orang atua lebih sesuai kebiasaan yang ada. Dalam terminology ilmu fikih dapat diartikan persekutuan usaha untuk mengambil hak atau beroperasi. (Al-Mushlih, 2013)

Waralaba juga dikenal di dalam konsep Syariah, bahwa franchise merupakan pembelian HKI yang berupa merek dagang, penemuan dan ciri khas produk/menejemen usaha sebagai hak yang dimiliki franchisor. Apabila diperhatikan dari sudut bentuk perjanjian yang diadakan oleh franchisor dengan franchise dapat dikemukakan bahwa perjanjian itu sebenarnya merupakan

(35)

pengembangan dari bentuk kerja sama (syarikah). Dikatakan merupakan bentuk pengembangan dari kerja sama, sebab dengan adanya perjanjian franchise itu maka secara otomatis antara franchisor dengan franchisee terbentuk hubungan kerja sama untuk waktu tertentu (sesuai dengan perjanjian). Kerja sama tersebut dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan bagi kedua belah pihak.

Menurut hukum Islam bahwa perjanjian franchise tidak bertentangan dengan Syariah Islam. Tentunya dengan catatan bahwa objek perjanjian franchise tersebut tidak merupakan hal yang dilarang dalam Syariah Islam. Menurut Suhrawardi(2004) apabila obyek franchise merupakan hal yang dilarang dalam Syariah Islam (misalnya, makanan dan minuman yang haram) maka otomatis perjanjian tersebut bertentangan dengan Syariah Islam.29

Konsep Syariah waralaba setara dengan sistem sewa menyewa atau Ijārah karena dijelaskan bahwa dalam sistem waralaba, franchisor berkewajiban memberikan bimbingan kepada franschisee. Bimbingan tersebut meliputi pelatihan teknik menghasilkan produk dan pelatihan tentang manajemen produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, menurut Suhrawardi (2004) franchisor berhak untuk menerima pembayaran dari franchisee. Penyewa berkewajiban membayar jasa pelatih yaitu franchisor. Pembayaran jasa itu dalam Islam disebut sebagai upah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw, dari Ibn Umar Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda:“berikanlah upah kepada orang yang kamu pakai sebelum kering keringatnya”.30

Dalam hukum Islam Waralaba/Franchise tergolong bentuk perjanjian baru. Perjanjian franchise mempunyai persamaan dengan sistem ijārah (sewa-menyewa). Ijārah dapat diartikan sebagai suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian 31Secara terminologi, ada beberapa definisi ijārah yang dikemukakan para ulama fiqh. Ulama Mazhab Hanafi

29 Lubis, Suhrawardi K. (2004). Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 30 Lubis, Suhrawardi K. (2004). Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 31 Lubis, Suhrawardi K. (2004). Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

(36)

mendefinisikannya dengan “transaksi terhadap suatu manfaat dengan imbalan”. Kemudian Ulama Mazhab Syafii menjelaskan ijārah adalah akad atas suatu manfaat tertentu, bersifat mubah dan boleh dimanfaatkan dengan kompensasi atau imbalan tertentu. Adapun Mazhab Maliki mengatakan, ijārah adalah perpindahan kepemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suat kompensasi tertentu.32Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka akad ijārah bisa diartikan sebagai akad pemindahan hak pakai atas barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan (upah sewa) yang tidak dikuti oleh pemindahan hak milik atas barang yang disewa. Ijarāh tersebut sama dengan sistem dalam perjanjian waralaba.

Menurut Suseno (2008) bisnis waralaba syariah merupakan sebuah konsep kerja sama yang menguntungkan antara dua pihak dalam mengembangkan usaha masing-masing, baik franchisor maupun franchisee.33 Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al Maidah: 2). Demikian pula di dalam QS. Shaad: 24, “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang–orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, dan amat sedikitlah mereka ini.” Selanjutnya Rasulullah menerangkan sisi positif dari berserikat ini yaitu dalam hadis Qudsi dari Abu Hurairah Ra, bersabdalah Rasulullah Saw “sesungguhnya Allah Swt berkata: “Aku adalah yang ketiga (penolong) dari dua orang yang berserikat, selama salah satunya tidak mengkhianati kawannya, apabila ia berkhianat maka Aku keluar dari perserikatan dua orang itu” (HR. Abu Dawud No. 3383).

32 Lubis, Suhrawardi K. (2004). Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 33 Suseno Budi, Darmawan (2008). Waralaba Syariah. Jakarta: Cakrawala.

(37)

H. Review Studi Terdahulu

Aspek yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek kesesuaian syariah tentang akad Syirkah dan juga aspek hukum yang melandasi 212 mart Pancoran. Setelah melakukan review dan mengkaji dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat beberapa penelitian-penelitian yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian ini dan akan penulis jadikan sebagai bahan kajian pustaka dalam penelitian ini, sehingga dapat melanjutkan penelitian sebelumnya yang dianggap sama dan perlu adanya penelitian selanjutnya. Penelitian-penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:

Rizki Amalia Malik Sarjana, 2019 dalam Skripsi yang berjudul Analisis

Penerapan Akad Musyarakah Pada Bisnis Ritel Sakinah Mini Market Surabaya. Mendapatkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa penerapan

akad musyārakah pada bisnis ritel Sakinah Minimarket Surabaya dengan 212 Mart Surabaya telah diterapkan sesuai dengan rukun dan syarat yang ada, yang pertama yaitu shighah yang meliputi ijab kabul telah dilakukan oleh Sakinah Minimarket Surabaya dengan 212 Mart Surabaya secara lisan terletak pada langkah MOU dan tertulis pada surat perjanjian kerja sama. Kedua, ‘aqidain, dua pihak yang mengadakan kerja sama Sakinah Minimarket Surabaya dengan 212 Mart Surabaya saling berkonstribusi memberikan modal dan usaha. Ketiga, ma’qud ‘alaih meliputi aset dari dua pihak yang sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia NO: 08/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Musyarakah, modal berupa aset yang diberikan dapat diukur dengan uang tunai dan telah disepakati bersama.

Modal yang diberikan oleh Sakinah Minimarket Surabaya ada yang berasal dari utang kepada Bank Muamalat yang tidak sesuai dengan aturan modal tidak boleh berasal dari suatu utang tanggungan salah satu pihak. Keuntungan dibagi dalam bentuk persentase masing-masing 50%. Apabila terjadi kerugian maka dibebankan sesuai persentase keuntungan masing-masing 50%. Hal tersebut

(38)

dikatakan tidak sah karena menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad pembagian kerugian harus sesuai dengan modal yang diberikan.

Pada penelitian Veronica Wulandary, 2018 dalam Skripsi yang berjudul

Praktik Waralaba 212 Mart Menurut Fatwa DSN-MUI No.114/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Syirkah dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Mendapatkan hasil penelitian bahwa praktik

waralaba 212 mart yang dilakukan oleh Komunitas Koperasi Syariah 212 di Surakarta sesuai dengan fatwa DSN-MUI Nomor: 114/DSN-MUI/IX/2017 tentang akad syirkah dan Peraturan Pemerintah Nomor: 42 Tahun 2007 tentang waralaba. Namun pada Standar Operasional Manajemen (SOM) Koperasi Syariah 212 belum memenuhi Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No:11/Per/M.KUKM/XII/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi. Hubungan Hukum antara Koperasi Syariah 212 dengan 212 Mart di daerah Surakarta adalah sebuah hubungan kemitraan bisnis yang memakai sistem waralaba (Franchise).

Pandangan Fatwa DSN-MUI Nomor 114/DSN-MUI/IX/2017 tentang Syirkah dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba mengenai praktik Waralaba 212 Mart di Surakarta. Pelaksanaan sistem bagi hasil (Syirkah) menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional yang melibatkan Koperasi Syariah 212 dengan Komunitasnya dalam mengelola 212 Mart telah memenuhi 6 ketentuan yaitu Ketentuan Sh{igah, Ketentuan Para Pihak, Ketentuan Rus AlMal, ketentuan Nisbah Bagi Hasil, Ketentuan Kegiatan Usaha, serta Ketentuan Keuntungan (Al-Ribh), Kerugian (al-Khasaroh) dan Pembagiannya. Sedangkan Praktik 212 Mart menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba telah memenuhi semua kriteria yang tertera sehingga aman untuk bergabung berinvestasi mengembangkan 212 mart.

Penerapan waralaba di dalam koperasi syariah masih menjadi primadona dalam membangun perekonomian salah satnya UMKM. Maka dari itu konsep syariah patut terus dijungjung tinggi salah satunya konsep Syirkah. Penelitian

(39)

yang dilakukan oleh Inas Fahmiyah dan juga Moh. Idil Ghufron, 2019 yang berjudul Konsep Waralaba Perspektif Ekonomi Islam yang menyatakan bahwa sistem Waralaba (franchise) sebagai model pengembangan kemitraan bisnis telah terbukti keberadaannya dalam perekonomian nasional karena telah menawarkan peluang sangat besar kepada calon wirausahawan untuk memiliki dan mengembangkan usahanya dengan rasio keberhasilan yang tinggi. Dengan berkembangnya bisnis sistem waralaba di indonesia saat ini akan memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia pula.

Contoh waralaba yang saling bersaing dan berlomba-lomba ialah Indomaret dan Alfamart, bahkan keduanya saling bersaing dan menjadi polemik yang berkepanjangan bahkan ikut mempengaruhi pasar tradisional maupun (Pedagang Kaki Lima) PKL dan pedagang warungan. Hakikatnya kegiatan usaha bisnis bebas dilaksanakan sepanjang kegiatan usaha tersebut tidak bertolak belakang dengan perundang-undangan.

Waralaba memiliki konsep yang sudah teratur. Tidak diperlukan memulai usaha dari nol, karena terdapat sistem terpadu dalam waralaba, yang memungkinkan seorang penerima waralaba menjalankan usaha dengan baik. Sistem waralaba tidaklah bertentangan dengan ekonomi islam pada umumnya. Di dalamnya terdapat adanya kemitraan usaha dan kesepakatan antara kedua belah pihak. Islampun mengajarkan selalu untuk bermitra dalam menjalankan bisnis. Agar tidak hanya mendapat keuntungan materi saja. Dalam islam terkenal dengan sebutan syirkah yakni perserikatan antara kedua belah pihak dan keuntungan dibagi sesuai kesepakatan bersama. Jadi berbisnis sistem waralaba dalam islam tidaklah sistem baru. Terpenting bagi seorang muslim ialah harus mengedepankan kemaslahatan umat dalam hal muamalah.

Waralaba merupakan salah satu bisnis yang patut untuk dikembangkan dalam kegiatan bisnis khususnya sektor UMKM. Hal tersebut perlu diperhatikan lebih dalam mengenai prinsip syariah yang ada di 212 Mart yang mengkonsepkan waralaba. Prinsip syariah menjadi konsep yang sangat di

(40)

kedepankan salah satunya perjanjian dalam waralaba yang berdasarkan prinsip syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Abdullah Taufik, M.HI. menjelaskan bahwa waralaba dalam perspektif syariah dapat dikaji dari dua aspek yaitu waralaba sebagai hubungan bisnis dan waralaba sebagai perikatan atau perjanjian. waralaba merupakan transaksi bisnis maka harus ada keuntungan diantara keduanya baik diantara pemilik sistem (Franchisor) atau pembeli sistem (Franchise) dan menghindarkan kerugian diantara keduabelah pihak. Sehubungan dengan transaksi bisnis wara laba jika dikonfirmasi dengan syarat dan rukun jual beli terdapat satu item yang tidak sesuai yakni tentang Ma`qud Alaihi (objek ) yang menjadi transaksi jual beli, transaksi jual beli dikatakan syah apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya.

Namira Mahmudah, 2020 Skripsi yang berjudul Sistem Bagi Hasil 212

Mart di Samarinda Salam Perspektif Fikih Muamalah. Dalam skripsi

tersebut menunjukkan bahwa pendirian Usaha 212 Mart yang dilakukan oleh PT. KMB sudah sesuai dengan Prinsip Fiqh Muamalah yaitu akad Syirkah Musahamah serta sistem bagi hasil antara para pihak pertama sebagai pemodal (shohibul maal) dengan pihak kedua sebagai pengelola (mudharib) yang terbentuk ialah akad Mudharabah adapun perjanjian kerja sama yang melibatkan para pemodal baru (investor) sebagai sekelompok orang yang menginvestasikan dananya pada sebuah usaha 212 Mart Samarinda mengandung unsur akad Musyarakah.

Yesi Dwi Lestari, 2020 Skripsi yang berjudul Implementasi akad Syirkah

Pada Waralaba Syariah Ayam Goreng Nelongso. Dalam skripsi tesebut

menunjukan bahwa rumah makan yang berada di Surabaya yang menerapkan sistem akad Syirkah, dimana dalam pembagian hasilnya menerapkan sistem Profit Sharing dan membebaskan royakty fee. Implementasi akad syirkah pada waralaba syariah tersebut sudah sesuai dengan konsep Ekonomi Islam yang dibuktikan dengan adanya persyaratan menjadi mitran yang mewajibkan,

(41)

beragama islam, berakal, memiliki modal, modal yang diperoleh jelas, dan produk memiliki sertifikat halal.

(42)

32

BAB III

AKAD WARALABA DALAM FATWA DSN MUI A. Gambaran Umum Tentang Waralaba 212 Mart

1. Tentang Koperasi Syariah 212 Mart34

Koperasi Syariah 212 memiliki minimarket yang bernama 212 Mart. Toko ini menjual barang kebutuhan sehari-hari masyarakat seperti bahan pokok, perlengkapan rumah tangga, alat tulis, dll. Berbeda dengan minimarket pada umumnya, 212 Mart tidak menjual rokok, minuman keras, alat kontrasepsi dan produk yang tidak halal. Dalam menjalankan bisnisnya, 212 Mart memberikan lapak kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk dapat menjual produknya.

2. Sejarah pendirian Koperasi Syariah 212 Mart35

Berawal dari aksi 212 pada Desember 2016, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggagas pembentukan Koperasi Syariah 212 yang kemudian meluncurkan secara resmi pendaftaran massal melalui saluran online pada tanggal 20 Januari 2017 di Sentul, Bogor. Koperasi Syariah 212 tersebut telah resmi berdiri sejak 24 Januari 2017 berdasar pada Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 003136/BH/M.KUKM.2/I/2017 dan Akta No.02 tanggal 10 Januari 2017, yang dibuat dan disampaikan oleh Notaris SURJADI, SH., MKn., MM serta diterima pada 19 Januari 2017.

Koperasi Syariah 212 secara resmi membuat minimarket yang bernama 212 Mart yang diluncurkan pertama kali pada tanggal 10 Mei 2017 dengan gerai pertama beralamat di Jl. KH. Abdullah Bin Nuh, Ruko No. 80 Taman

34 Tentang Koperasi Syariah 212 Mart https://id.wikipedia.org/wiki/212_Mart dilihat pada

tanggal 15 Mei 2021.

35 Sejarah Pendirian Koperasi Syariah 212 Mart https://id.wikipedia.org/wiki/212_Mart dilihat

(43)

Yasmin Sektor VI, Bogor. Direktur Eksekutif Koperasi Syariah 212 Ahmad Juwaini pada saat peresmian gerai ke-68 di Cimanggis, Depok, menyampaikan target untuk menambah jumlah gerai 212 Mart hingga mencapai 120 gerai di tahun 2018

3. Visi, Misi dan Tujuan Koperasi Syariah 212 Mart Berikut adalah visi dan misi dari 212 Mart:36

a. Visi

“Menjadi 5 (lima) besar Koperasi di Indonesia dari sisi jumlah anggota, penghimpun dana tabungan, jaringan, dan kekuatan investasi pada sektor-sektor produktif pilihan pada tahun 2025.”

b. Misi

“Mengoptimalkan segenap potensi ekonomi dan sumber daya ummat baik secara daya beli, produksi, distribusi, pemupukan modal serta investasi dalam sektor produktif pilihan yang dijalankan secara berjamaah, amanah, profesional yang mampu mendatangkan kesejahteraan pada tataran individu/keluarga, serta mewujudkan izzah (kemuliaan) pada tataran keumatan.”

c. Tujuan didirikan koperasi syariah 212

“Membangun Ekonomi Umat yang tepercaya, profesional, besar dan kuat sebagai salah satu penopang pilar ibadah, syariah dan dakwah menuju kebahagiaan dunia dan keselamatan akhirat.”

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mencetak kaum muda yang berintelektual dan profesional dibutuhkannya upaya kerja sama pihak pemerintah beserta masyarakat untuk mendukung penuh berbagai

Menyelesaikan Soal Matematika Materi Garis dan Sudut pada Siswa Kelas VII A. MTsN 2 Tulungagung Tahun

yang tidak aman dan mengabaikan sopan santun menggunakan jalan raya.. Pengguna jalan berperilaku tidak sesuai dengan rancangan jalan dan bahkan tidak sesuai dengan

The results of this study showed that the estimated value which was generated by using the indirect estimation had a smaller value when it was compared with the predicted value

In engineering product application, Virtual Prototyping is supported by CAD software (Computer Aided Design) for representing geometric information, and CAE

memukulnya. Hal seperti ini tidak hanya terjadi ketika jam istirahat saja, ketika jam pelajaran berlangsungpun anak laki-laki juga mengganggu temannya yang sedang

Defenisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel dapat diukur. Sebagaimana pada hasil penelitian terdahulu terdapat permasalahan mengenai Pengaruh

Dalam catatan Ali Akbar filolog sekaligus peneliti pada Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an Kmenag RI, tentang manuskrip Aceh menyebutkan bahwa mushaf al-Qur’an dari Aceh