• Tidak ada hasil yang ditemukan

SARANA PENDIDIKAN

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa pengumpulan data primer yakni observasi partisipasi, wawancara, dan pengembangan rapport terhadap informan. Namun di samping itu juga sebelum melakukan penelitian lapangan, penulis melakukan pengumpulan data sekunder yakni pengumpulan data dari beberapa buku, jurnal, majalah, koran dan hasil penelitian para ahli lain yang berhubungan dengan pemanfaatan eceng gondok sebagai produk kerajinan guna menambah pengertian dan wawasan penulis demi kesempurnaan akhir penelitian ini.

Maka dengan demikian penulis melakukan 2 teknik pengumpulan data: primer dan sekunder. Adapun data primer yang peneliti lakukan sebagai berikut:

1.5.1.1 Observasi Partisipasi

Dalam metode observasi atau pengamatan, penulis berada di tengah-tengah masyarakat pengrajin eceng gondok, melihat dan mengamati serta menuliskan hasil pengamatan yang diperoleh dari lapangan dalam sebuah catatan lapangan (fieldnote). Hasil dari observasi ini peneliti memperoleh gambaran penuh mengenai aktivitas, tindakan, tingkah laku dan semua hal yang dapat ditangkap panca indra.

Observasi partisipasi dilakukan di Desa Huta Namora, peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan apapun yang terjadi selama proses pengambilan data. Peneliti terjun langsung ke rumah pengrajin eceng gondok dan ikut dalam proses menganyam eceng gondok. Lama observasi dan pengambilan data penelitian, dilakukan kurang lebih selama dua bulan. Peneliti juga menghadiri rapat kampung literasi dan ikut serta memberi pendapat pada saat rapat berlangsung.

Peneliti juga berusaha sedekat mungkin membangun rapport dengan informan dengan menggunakan sudut pandang informan yang diteliti atau emic view. Peneliti mencatat apa saja yang ditangkap dan disaksikan. Catatan-catatan lapangan ini berfungsi sebagai alat bantu dalam pengolahan data dan membantu untuk memperjelas data-data yang didapatkan melalui wawancara, serta sebagai bukti otentik keberadaan penulis di lapangan. Penggunaan alat-alat tersebut terlebih dahulu telah mendapat persetujuan dari informan.

Selain itu penulis juga mengumpulkan data sekunder seperti pengumpulan data dari sumber pustaka atau literatur yang berkenaan dengan skripsi yang ditulis. Dan beberapa sumber lain seperti jurnal-jurnal, artikel, blog dan sumber internet lainnya untuk menambah informasi yang diperlukan.

1.5.1.2 Wawancara

Wawancara adalah peristiwa percakapan (speech event) yang khusus dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan informan yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Wawancara yang dilakukan peneliti adalah secara langsung dan terbuka dengan pengrajin eceng gondok agar mereka dapat menjawab pertanyaan dan bercerita panjang lebar tentang apa yang dialami, dihadapi dan dirasakannya. Wawancara ini dilakukan dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview) dan dengan cara yang santai seperti berbicara dengan sahabat kita, agar proses wawancara berjalan lancar dan tidak kaku.

Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan wawancara yang terstruktur dan mendalam. Wawancara mendalam dilakukan oleh peneliti dengan menggali informasi secara mendalam, terbuka, tegas dan bebas tetapi dengan tetap memperhatikan fokus dalam penelitian. Wawancara mendalam dilakukan dengan bantuan pedoman wawancara (interview guide) yaitu berupa daftar pertanyaan yang disusun peneliti sebelum melakukan wawancara di lapangan. Interview guide ini bersifat terbuka, selama wawancara peneliti mengembangkan pertanyaan di dalam interview guide guna mempertajam data yang dicari.

Dalam proses wawancara saya menggunakan tape recorder, untuk membantu merekam dan mencatat hasil wawancara yang berlangsung, sebagai bentuk kehati-hatian saya akan terbatasnya daya ingat. Peneliti juga menggunakan alat lain seperti kamera foto, buku tulis, pulpen dan alat tulis lainnya. Alat-alat perekam selama di lapangan sangat membantu peneliti ketika melakukan wawancara sehingga data yang diperoleh ketika melakukan wawancara tersimpan dengan baik. Dimana informasi-informasi tidak akan hilang, bermanfaat untuk mengabadikan peristiwa di lapangan guna mendukung data dan bukti lapangan dan dapat juga memberikan gambaran penelitian secara visual.

Wawancara dengan para pengrajin dilakukan sambil kegiatan menganyam berlangsung. Namun ada juga pengrajin yang harus terlebih dahulu buat janji untuk kita wawancarai, seperti Pak Janter karena bertepatan saat itu ada juga mahasiswa Belanda datang untuk belajar menganyam ke rumah beliau. Peneliti datang ke lokasi penelitian pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB setiap hari selama penelitian berlangsung. Terkadang peneliti harus menunggu pengrajin pulang dari ladangnya, mengingat bertani adalah pekerjaan utama para pengrajin. Peneliti harus sabar menunggu untuk 2-4 jam. Wawancara dilakukan kepada semua informan penelitian yang berjumlah empat orang dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Proses wawancara tidak cukup sulit dilakukan, karena sifat informan yang tidak tertutup dan senang bercerita dengan peneliti. Walaupun peneliti terkadang harus berulang-ulang memperjelas maksud dari pertanyaan tersebut dan peneliti

menggunakan bahasa sehari-hari mereka yaitu bahasa Batak Toba agar lebih mudah melakukan komunikasi dengan para pengrajin.

Informan peneliti adalah orang-orang yang dipilih oleh peneliti dan melakukan kegiatan menganyam eceng gondok. Dalam penelitian ini penulis memiliki informan sebanyak empat orang. Masing-masing infoman berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Adapun informan pada penelitian ini adalah Janter Gurning (46 tahun) yang berprofesi sebagai pengrajin eceng gondok, menganyam eceng gondok merupakan pekerjaan utama beliau.

Informan berikutnya yaitu Heddy Simbolon (54 tahun) seorang ibu rumah tangga sekaligus kepala keluarga karena suami beliau sudah lama meninggal, memiliki 4 orang anak, memiliki latar belakang pendidikan SMP dan dan pekerjaan utamanya adalah bertani. Informan lainnya adalah Merli Sinurat (56 tahun) seorang ibu rumah tangga dan menganyam eceng gondok adalah pekerjaan sampingan beliau. Wanjen Simbolon (32 tahun) yang berprofesi sebagai Satpol PP di kantor Bupati Samosir.

1.5.1.3 Analisis Data

Setelah melakukan semua teknik penelitian dan menemukan data maka penulis akan melakukan analisis data. Data yang telah ditemukan dari lapangan akan dikelompokkan ke dalam kategori-kategori yakni pengetahuan menganyam eceng gondok oleh pengrajin, proses menganyam yang juga memiliki keterkaitan dengan motif sosial antar para pengrajin, cara atau proses mereka mengolah eceng gondok, faktor yang melatarbelakangi pemanfaatan eceng gondok di Desa Huta Namora.

Analisis data dilakukan untuk mengetahui makna yang ada dibalik data informasi yang telah diperoleh dari informan. Data diperoleh dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video, dan hasil pemberitaan yang berasal dari media massa, buku-buku yang berkaitan dengan pengelolahan eceng gondok. Dari semua data yang telah dikumpulkan, peneliti harus memilah dan memeriksa kembali kelengkapan data lapangan dan hasil wawancara.

Dokumen terkait