BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
3.6 Teknik Penyajian Hasil Analisis
Hasil analisis dapat disajikan melalui dua cara, yaitu metode formal dan informal (Sudaryanto (1993: 144-145). Dalam penelitian ini digunakan metode informal, yaitu menggunakan kata-kata sebagai penjelasan dari analisis data. Hasil data yang telah dianalisis juga akan penulis sajikan.
55 3.7 Kerangka Pikir
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah teks pidato kenegaraan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo yang diperoleh dari internet.
Peneliti menganalisis kohesi yang terdiri atas kohesi garamatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal yang dikemukakan oleh Halliday dan Hasan (1976: 4) yang terdiri dari: (1) Pengacuan (Referensi): (a) Pengacuan persona, (b) Pengacuan demonstratif, (c) Pengacuan komparatif, (2) Penyulihan (Substitusi) (3) Pelesapan, (4) Perangkaian (Konjungsi): (a) Aditif, (b) Adversatif, (c) Kausal, (d) Temporal. Kohesi Leksikal yang dikemukakan oleh Halliday dan Hasan yang terdiri atas: (1) Repetisi, (2) kolokasi, (3) Sinonim, (4) Hiponim, (5) Antonim , (6) Meronimi. Dengan prosedur penelitian dengan cara membaca teks pidato kenegaraan, mentranskripsikan hasil bacaan, menandai teks kalimat yang mengandung rumusan masalah penelitian, mendiskripsikan hasil penelitian dan membuat kesimpulan.
56
Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Pikir mentranskripsikan
hasil bacaan
Kohesi Teks Pidato Kenegaraan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo
membaca teks pidato kenegaraan,
menandai teks
mendiskripsikan hasil penelitian
Analisis Kohesi Gramatikal
Analisis Kohesi Leksikal
Kepaduan Wacana dari Kohesi Gramatikal dan
Kohesi Leksikal
57 BAB IV
ANALISIS DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan
Pada bab ini dibahas hasil analisis data mengenai penggunaan kohesi, baik kohesi gramatikal maupun kohesi leksikal dalam Teks Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo. Unsur kohesi akan dipaparkan dalam bentuk deskriptif. Proses analisis data didasarkan pada jenis kohesi sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab II yaitu kohesi gramatikal yang aspek-aspeknya meliputi: pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi); dan kohesi leksikal yang meliputi: Repetisi (Pengulangan), Kolokasi (Sanding Kata), Sinonim (Padan Kata), Antonim (Lawan Kata), Hiponim (Hubunganatas bawah), dan Meronimi.
Pembahasan mengenai hasil analisis data ini akan diawali dari data yang mengandung kohesi gramatikal dalam wacana Teks Pidato dan dilanjutkan data yang mengandung kohesi leksikal dalam wacana Teks Pidato. Selanjutnya, untuk mempermudah proses analisis data, maka data berupa Teks Pidato dibagi berdasarkan penggalan kalimat-kalimatnya (terdapat pada teks pidato 1 dan teks pidato 2). Kalimat-kalimat yang dimaksud merupakan data dimana unsur-unsur kohesi yang dianalisis itu ditemukan. Selain untuk mempermudah proses analisis data, cara ini juga digunakan untuk mengetahui jumlah kalimat sebagai data yang dianalisis.
Dari wacana teks pidato kenegaraan presiden diperolehlah data yang kemudian dianalisis dengan teknik yang sudah ditentukan. Setelah membaca dan
58
mengamati Teks Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang berbentuk Teks Pidato Kenegaraan Perdana Presiden Republik Indonesia, maka:
1. Teks Pidato Kenegaraan Perdana Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dinamakan Teks Pidato 1.
2. Teks Pidato Kenegaraan Perdana Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dinamakan Teks Pidato 2.
Berikut ini dijelaskan perolehan Kohesi masing-masing Pidato Kenegaraan Perdana Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Data Teks Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
4.2.1.1 Kohesi Gramatikal
Data yang diperoleh dari teks pidato kenegaraan presiden Susilo Bambang Yudhoyono ditulis dalam tuturan yang diberi kode untuk teks pidato 1 yaitu TP1.
1. Referensi (Pengacuan) A. Pengacuan Persona
(1.TP1) Ditengah gejolak dan krisis politik diberbagai wilayah dunia, kita tetap tegak dan tegar sebagai Negara demokrasi yang makin kuat dan stabil.
(2.TP1) Pada kesempatan yang bersejarah ini dan insya Allah penuh berkah ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pimpinan dan anggota MPR-RI, pimpinan dan anggota DPR-RI, pimpinan dan anggota DPD-RI, pimpinan dan anggota lembaga-lembaga Negara lainnya masa bakti 2004-2009, yang telah bersama-sama bekerja keras membangun bangsa dan Negara kita menuju masa depan yang lebih baik.
59
Pronomina kita pada wacana (1.TP1) dan (2.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana. Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada.
(3.TP1) Kepada saudara Muhammad Jusuf Kalla, wakil presiden republik Indonesia periode 2004-2009, yang telah mendampingi saya selama lima tahun terakhir, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan atas jasa dan pengabdian saudara.
Pronomina saudara pada wacana (3.TP1) di atas merujuk pada Muhammad Jusuf Kalla, antaseden yang diacu persona saudara tidak tertulis didalam teks wacana. Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada.
(4.TP1) Kita baru saja melewati periode sejarah 2004-2009 yang penuh dengan tantangan.
(5.TP1) Karena itu, tepatlah kalau dalam beberapa hari ini di berbagai televise internasional muncul tayangan, yang menyebut bangsa kita sebagai
“remarkable” Indonesia.
(6.TP1) Namun, semua itu janganlah membuat kita lengah, lalai, apalagi besar kepala.
(7.TP1) Ingat: pekerjaan besar kita belum selesai.
(8.TP1) Ibarat perjalanan sebuah kapal, ke depan, kita akan mengarungi samudra yang penuh dengan gelombang dan badai.
(9.TP1) Sementara itu harga minyak dan berbagai komoditas masih berfluktuasi, yang dapat mengancam stabilitas dan kepastian ekonomi kita.
Pronomina kita pada wacana (4.TP1) sampai dengan (9.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana. Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada.
60
(10.TP1) Oleh karena itu, walaupun gejala perbaikan perekonomian dunia mulai terlihat, namun kita tidak boleh berhenti untuk terus memperkuat sendi-sendi perekonomian kita,
Pronomina kita pada wacana (10.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana.
Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada. Dan pronominal kita yang muncul dua kali dalam satu tuturan di atas, semuanya mengacu kepada masyarakat Indonesia secara anafora.
(11.TP1) Di dalam negeri kita bersyukur, reformasi telah berjalan makin jauh, namun masih belum tuntas.
(12.TP1) Pengalaman menunjukkan, setiap prestasi yang kita capai biasanya akan disusul oleh tantangan – tantangan baru.
Pronomina kita pada wacana (11.TP1) dan (12.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana. Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada.
(13.TP1) Tetapi saya percaya, semua tantangan ini, baik yang sudah kita ketahui, maupun yang belum dapat kita bayangkan, akan dapat kita hadapi dan atasi.
Pronomina kita pada wacana (13.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana.
Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada. Dan pronominal kita yang muncul tiga kali dalam satu tuturan di atas, semuanya mengacu kepada masyarakat Indonesia secara anafora.
(14.TP1) Tahun ini, kita menyaksikan rakyat Indonesia telah menentukan pilihannya dalam Pemilihan Umum yang berlangsung secara damai dan demokratis.
61
Pronomina kita pada wacana (14.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana.
Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada.
(15.TP1) Tahun ini, kita menyaksikan rakyat Indonesia telah menentukan pilihannya dalam Pemilihan Umum yang berlangsung secara damai dan demokratis.
Pronomina –nya pada wacana (15.TP1) merujuk pada rakyat Indonesia pada kalimat sebelumnya. Antaseden diacu persona –nya tertulis didalam teks wacana.
(16.TP1) Ini adalah kali ketiga kita mampu menyelenggarakan Pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, serta jujur dan adil.
(17.TP1) Kita semua menang.
Pronomina kita pada wacana (16.TP1) dan (17.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana. Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada (18.TP1) Berkaitan dengan itu, pada kesempatan yang baik ini, saya ingin
menyampaikan rasa hormat kepada Ibu Megawati Soekarnoputri dan Bapak Prabowo Subianto, serta Bapak Muhammad Jusuf Kalla dan Bapak Wiranto, atas partisipasi aktif dan kegigihan beliau-beliau sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu Tahun 2009.
Mereka adalah putra-putri bangsa, yang ikut berjasa memekarkan kehidupan demokrasi kita.
Pada wacana (18.TP1) digunakan pronomina mereka, pronominal persona bentuk ke tiga jamak. Pronominal mereka pada kalimat atas partisipasi aktif dan kegigihan beliau-beliau menunjuk pada mereka secara anaforis.
(19.TP1) Hari ini, saya mengajak segenap komponen bangsa untuk kembali bersatu, dan bersama-sama membangun masa depan kita semua.
(20.TP1) Dengan semangat baru dan kebersamaan, mari kita songsong pembangunan lima tahun ke depan dengan penuh optimisme dan rasa percaya diri.
62
(21.TP1) Kita ingin meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan keunggulan daya saing, pengelolaan sumber daya alam, dan peningkatan sumber daya manusia.
(22.TP1) Ekonomi kita harus tumbuh semakin tinggi.
(23.TP1) Namun, pertumbuhan ekonomi yang kita ciptakan adalah pertumbuhan yang inklusif, pertumbuhan yang berkeadilan, dan pertumbuhan disertai pemerataan.
(24.TP1) Kita juga ingin membangun tatanan demokrasi yang bermartabat, yaitu demokrasi yang memberikan ruang kebebasan dan hak politik rakyat, tanpa meninggalkan stabilitas dan ketertiban politik.
(25.TP1) Kita juga ingin menciptakan keadilan yang lebih baik, ditandai dengan penghormatan terhadap praktek kehidupan yang non-diskriminatif, persamaan kesempatan, dengan tetap memelihara kesetiakawanan sosial dan perlindungan bagi yang lemah.
(26.TP1) Untuk mewujudkan cita-cita kita semua, utamanya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperkuat demokrasi dan meningkatkan keadilan, ada sejumlah kunci sukses yang perlu kita pedomani dan jalankan bersama.
(27.TP1) Pertama, jangan pernah kita menyerah dan patah semangat.
(28.TP1) Ingat, segala keberhasilan monumental bangsa kita.
(29.TP1) Ke depan, dengan semangat ”Indonesia Bisa” inilah, kita akan menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah krisis dunia.
(30.TP1) Dan dengan semangat ini pulalah, kita akan terus mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat kita.
(31.TP1) Dalam demokrasi, kita bisa berbeda pendapat, namun tidak berarti harus terpecah belah.
Pronomina kita pada wacana (19.TP1) sampai dengan (31.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana. Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada.
(32.TP1) Dalam demokrasi yang sehat, ada masanya kita berdebat, ada masanya kita merapatkan barisan.
63
Pronomina kita pada wacana (32.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana.
Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada. Dan pronominal kita yang muncul dua kali dalam satu tuturan di atas, semuanya mengacu kepada masyarakat Indonesia secara anafora.
(33.TP1) Dalam menghadapi berbagai tantangan dunia yang kian berat, para pemimpin bangsa – apapun warna politiknya.
Pronomina –nya pada wacana (33.TP1) merujuk pemimpin bangsa pada pada kalimat sebelumnya. Antaseden diacu persona –nya tertulis didalam teks wacana.
(34.TP1) Oleh karena itu, dalam melanjutkan pembangunan bangsa yang tidak pernah sepi dari tantangan, dan dalam melaksanakan reformasi gelombang kedua 10 tahun mendatang, marilah terus kita pupuk dan perkokoh persatuan dan kebersamaan kita.
(35.TP1) Kunci sukses yang ketiga adalah kita harus bisa menjaga jati diri kita, ke-Indonesia-an kita.
(36.TP1) Yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa-bangsa lain adalah budaya kita, “way of life“, dan ke-Indonesia-an kita.
Pronomina kita pada wacana (34.TP1), (35.TP.1), dan (36.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana. Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada. Dan pronominal kita yang muncul dua kali dalam satu tuturan di atas, semuanya mengacu kepada masyarakat Indonesia secara anafora.
(37.TP1) Ke-Indonesiaan kita tercermin dalam sikap pluralisme atau kebhinekaan, kekeluargaan, kesantunan, toleransi, sikap moderat, keterbukaan, dan rasa kemanusiaan.
64
Pronomina kita pada wacana (37.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana.
Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada.
(38.TP1) Hal-hal inilah yang harus selalu kita jaga, kita pupuk dan kita suburkan di hati sanubari kita, dan anak-anak kita.
Pronomina kita pada wacana (38.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana.
Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada. Dan pronominal kita yang muncul tiga kali dalam satu tuturan di atas, semuanya mengacu kepada masyarakat Indonesia secara anafora.
(39.TP1) Kepada para tamu negara-negara sahabat yang berada di tengah kita, terimalah salam persahabatan bangsa Indonesia.
Pronomina kita pada wacana (39.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana.
Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada.
(40.TP1) Atas nama rakyat dan Pemerintah Indonesia, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Sultan Brunei Darussalam Paduka Yang Mulia Sultan Hassanal Bolkiah, Presiden Timor Leste Yang Mulia Jose Ramos Horta, Perdana Menteri Singapura Yang Mulia Lee Hsien-Loong, Perdana Menteri Australia Yang Mulia Kevin Rudd dan Perdana Menteri Malaysia Yang Mulia Dato Seri Mohamad Najib Tun Hj Abdul Razak. Saya juga mengucapkan selamat datang kepada Utusan Khusus dari Thailand, Republik Korea, Amerika Serikat, Republik Ceko, Sri Lanka, Selandia Baru, Jepang dan Philipina.
Kedatangan sahabat-sahabat internasional dalam inaugurasi hari ini merupakan simbol “goodwill” dan kehormatan yang tiada taranya bagi bangsa.
Pronomina sahabat-sahabat pada wacana (40.TP1) di atas merujuk pada, Sultan Brunei Darussalam Paduka Yang Mulia Sultan Hassanal Bolkiah, Presiden Timor Leste Yang Mulia Jose Ramos Horta, Perdana Menteri Singapura Yang Mulia Lee Hsien-Loong, Perdana Menteri Australia Yang Mulia Kevin
65
Rudd dan Perdana Menteri Malaysia Yang Mulia Dato Seri Mohamad Najib Tun Hj Abdul Razak. Saya juga mengucapkan selamat datang kepada Utusan Khusus dari Thailand, Republik Korea, Amerika Serikat, Republik Ceko, Sri Lanka, Selandia Baru, Jepang dan Philipina. Antaseden yang diacu persona saudara tidak tertulis didalam teks wacana. Antaseden persona saudara diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada.
(41.TP1) Indonesia kini dapat dengan leluasa menjalankan “all directions foreign policy” dimana kita dapat mempunyai “a million friends and zero enemy”.
Pronomina kita pada wacana (41.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana.
Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada.
(42.TP1) Kami akan terus menjadi pelopor dalam upaya penyelamatan bumi dari perubahan iklim, dalam reformasi ekonomi dunia utamanya melalui G-20, dalam memperjuangkan Millenium Development Goals, dalam memajukan multilateralisme melalui PBB, dan dalam mendorong tercapainya kerukunan antar peradaban “harmony among civilizations”.
Pronomina kami pada wacana (42.TP1) di atas merujuk pada Indonesia, antaseden yang diacu persona kami tidak tertulis didalam teks wacana. Antaseden persona kami diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada.
(43.TP1) Akhirnya, kepada segenap rakyat Indonesia di manapun saudara berada, sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah saudara berikan kepada saya dan Prof. Boediono, untuk melanjutkan kepemimpinan nasional lima tahun mendatang.
Pronomina saudara pada wacana (43.TP1) di atas merujuk pada Rakyat Indoensia, antaseden yang diacu persona saudara tidak tertulis didalam teks wacana. Antaseden persona saudara diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada.
(44.TP1) Mari kita lanjutkan kerja keras dan kerja cerdas kita, guna mencapai prestasi pembangunan yang lebih baik lagi di masa depan.
66
Pronomina kita pada wacana (44.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana.
Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada. Dan pronominal kita yang muncul dua kali dalam satu tuturan di atas, semuanya mengacu kepada masyarakat Indonesia secara anafora.
(45.TP1) Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, dalam membangun bangsa dan negara, menuju bangsa yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan.
Pronomina kita pada wacana (19.TP1) sampai dengan (31.TP1) di atas merujuk pada masyarakat Indonesia, antaseden yang diacu persona kita tidak tertulis didalam teks wacana. Antaseden persona kita diperoleh berdasarkan maksud teks yang ada.
B. Pengacuan Demonstratif
(46.TP1) Hadirin sekalian yang saya muliakan, Hari ini, dengan penuh rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, saya dan Saudara Prof. Dr. Boediono baru saja mengucapkan sumpah di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia untuk mengemban amanah rakyat lima tahun mendatang.
Pada wacana (46.TP1) digunakan kata keterangan demonstratif waktu hari ini. kata hari ini bersifat kataforis yang menerangkan dalam wacana di atas yaitu sumpah diahadapan MPR-RI sebagai presiden.
(47.TP1) Pada kesempatan yang bersejarah dan insya Allah penuh berkah ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pimpinan dan anggota MPR-RI, pimpinan dan anggota DPR-RI, pimpinan dan anggota DPD-RI, beserta pimpinan dan anggota lembaga-lembaga negara lainnya masa bakti 2004-2009, yang telah bersama-sama bekerja keras membangun bangsa dan negara kita menuju masa depan yang lebih baik.
67
Pada wacana (47.TP1) digunakan kata keterangan demonstratif hari ini.
kata hari ini bersifat kataforis yang menerangkan dalam wacana di atas yaitu berkah.
(48.TP1) Hari ini, bangsa Indonesia patut bersyukur dan berbesar hati.
Pada wacana (48.TP1) digunakan kata keterangan demonstratif hari ini.
kata hari ini bersifat kataforis yang menerangkan dalam wacana di atas yaitu bangsa Indonesia.
(49.TP1) Karena itu, tepatlah kalau dalam beberapa hari ini di berbagai televisi internasional muncul tayangan, yang menyebut bangsa kita sebagai
“remarkable Indonesia”.
Pronomina itu dan ini pada wacana (49.TP1) mengacu pada “remarkable Indonesia”. Penggunaan pronomina itu dan ini membentuk wacana yang kohesif.
Kekohesifan terlihat pada ketepatan penggunaan pronomina yang dapat mengikat keseluruhan kalimat.
(50.TP1) bangsa yang dinilai berhasil dalam mengatasi krisis dan tantangan yang berat dan kompleks 10 tahun terakhir ini.
Pronomina ini pada wacana (50.TP1) mengacu pada “tahun”. Penggunaan pronomina ini membentuk wacana yang kohesif. Kekohesifan terlihat pada ketepatan penggunaan pronomina yang dapat mengikat keseluruhan kalimat.
(51.TP1) Namun, semua itu janganlah membuat kita lengah, lalai, apalagi besar kepala.
Pronomina itu pada wacana (51.TP1) mengacu pada “Ttntangan dan krisis”. Penggunaan pronomina itu membentuk wacana yang kohesif.
Kekohesifan terlihat pada ketepatan penggunaan pronomina yang dapat mengikat keseluruhan kalimat.
68
(52.TP1) Tetapi saya percaya, semua tantangan ini, baik yang sudah kita ketahui, maupun yang belum dapat kita bayangkan, akan dapat kita hadapi dan atasi.
(53.TP1) Tahun ini, kita menyaksikan rakyat Indonesia telah menentukan pilihannya dalam Pemilihan Umum yang berlangsung secara damai dan demokratis.
(54.TP1) Ini adalah kali ketiga kita mampu menyelenggarakan Pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, serta jujur dan adil.
(55.TP1) Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan rasa hormat kepada Ibu Megawati Soekarnoputri dan Bapak Prabowo Subianto, serta Bapak Muhammad Jusuf Kalla dan Bapak Wiranto, atas partisipasi aktif dan kegigihan beliau-beliau sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu Tahun 2009.
(56.TP1) Hari ini, saya mengajak segenap komponen bangsa untuk kembali bersatu, dan bersama-sama membangun masa depan kita semua.
(57.TP1) semua ini hanya bisa dicapai dengan keuletan dan semangat tak kenal menyerah. Sebagaimana sering saya sampaikan dalam berbagai kesempatan, kita harus selalu mengobarkan semangat Harus Bisa ! (58.TP1) Ke depan, dengan semangat ”Indonesia Bisa” inilah, kita akan menjaga
pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah krisis dunia.
(59.TP1) Dengan semangat inilah kita akan menegakkan ”good governance” dan membasmi korupsi.
(60.TP1) Dan dengan semangat ini pulalah, kita akan terus mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat kita.
(61.TP1) Hal-hal inilah yang harus selalu kita jaga, kita pupuk dan kita suburkan di hati sanubari kita, dan anak-anak kita.
(62.TP1) Inilah modal sosial dan potensi nasional yang paling berharga.
(63.TP1) Mengakhiri pidato ini, saya mengajak segenap rakyat Indonesia, untuk terus melangkah maju sebagai sebuah bangsa yang besar, rukun, dan bersatu.
(64.TP1) Kedatangan sahabat-sahabat internasional dalam inagurasi hari ini merupakan simbol “goodwill” dan kehormatan yang tiada taranya bagi bangsa Indonesia.
Pronomina ini pada teks pidato (52.TP1) sampai dengan (64.TP.1) mengacu pada kata sebelumnya. Penggunaan pronomina ini membentuk wacana
69
yang kohesif. Kekohesifan terlihat pada ketepatan penggunaan pronomina yang dapat mengikat keseluruhan kalimat.
2. Substitusi (Penyulihan) A. Substitusi Nominal
(65.TP1) Kepada saudara Muhammad Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004-2009, yang telah mendampingi saya selama lima tahun terakhir, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan atas jasa dan pengabdian saudara, baik kepada pemerintah, maupun kepada bangsa dan negara.
Substitusi yang terdapat pada wacana (65.TP1) di atas yaitu subsitusi pengganti Muhammad Jusuf Kalla nama orang yaitu diganti saudara. Penggantian nama orang dalam sebuah wacana di atas membuat wacana tersebut menjadi kohesif.
(66.TP1) Berkaitan dengan itu, pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan rasa hormat kepada Ibu Megawati Soekarnoputri dan Bapak Prabowo Subianto, serta Bapak Muhammad Jusuf Kalla dan Bapak Wiranto, atas partisipasi aktif dan kegigihan beliau-beliau sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu Tahun 2009. Mereka
(66.TP1) Berkaitan dengan itu, pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan rasa hormat kepada Ibu Megawati Soekarnoputri dan Bapak Prabowo Subianto, serta Bapak Muhammad Jusuf Kalla dan Bapak Wiranto, atas partisipasi aktif dan kegigihan beliau-beliau sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu Tahun 2009. Mereka