• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

2.3 Tinjauan Teori Dan Konsep Kunci

2.3.5 Teori Kekayaan Media

Salah satu komponen dari Computer Mediated Communications (CMC) adalah teori kekayaan media atau biasa disebut dengan Media Richness, dimana dalam teori tersebut merupakan teori kekayaan media dinyatakan media yang mempunyai kemampuan dalam melakukan transmisi informasi yang dibutuhkan.

Kekuatan di dalam melakukan transmisi informasi tergantung pada informasi yang diperlukan pada kondisi yang tidak pasti dan tidak jelas.

Pada teori komunikasi terdapat teori yang menjadi dasar dan suatu panduan dalam penggunaan suatu media pada suatu organisasi, serta dapat dijadikan sebagai pijakan akademik mengenai strategi penggunaan media komunikasi dalam suatu organisasi. Richard L.Daft dan Robert H. Lengel (1986) telah memperkenalkan sebuah teori dengan nama Teori Kekayaan Media atau Media Richness Theory yang merupakan pengembangan dari teori Pengolahan Informasi (Information Processing Theory). Mereka sejak awal mencetuskan teori ini dalam konteks komunikasi organisasi, dan bukan sebagai teori komunikasi massa. Pada awal penelitiannya, mereka melihat terjadi kesalahpahman dan konflik dalam pengambilan keputusan pada suatu organisasi yang ditimbulkan akibat penggunaan saluran komunikasi yang kurang sesuai. Seperti pada saat penggunaan saluran komunikasi secara terbuka digunakan untuk membicarakan suatu masalah yang genting dan sensitive yang seharusnya menggunakan pembicaraan tertutup atau empat mata, atau penggunaan saluran komunikasi surat atau email pada saat membahas tentang sebuah kritikan akan menimbulkan salah atau kegagalan dalam pemahamannya, sehingga seharusnya dapat dilakukan dengan menggunakan telpon.

Lebih spesifik Richard Daft dan Robert Lengel dalam (Venus dan Munggaran, 2017) menyatakan bahwa, “media komunikasi memiliki kapasitas yang berbeda -beda pada pemecahan ambiguitas (communication media have varying capacities for resolving ambiguity), melakukan negosiasi pada penafsiran, (negotiating varying interpretations) dan memudahlan pemahamaan (facilitating understanding). Mereka lebih lanjut menyimpulkan bahwa tidak semua media cocok untuk mengungkapkan pesan atau tugas apapun. Pesan yang sederhana, rutin, pasti, tidak berpotensi salah tafsir, atau tidak bersifat strategis cukup memakai media yang miskin atau ramping (lean media)”.

Konsep kekayaan media yang dikaitkan dengan potensi informasi menurut Daft dan Lengel dapat diangkut oleh suatu media. Itu sebabnya kemudian mereka mendefinisikan konsep kekayaan (Richness) tersebut sebagai kemampuan

mengangkut data atau informasi yang hendak dipertukarkan dalam kurun waktu tertentu.

Kekayaan media menurut Daft and Lengel dalam (Thurlow et al., 2004:49),

“The media richness of a communique era is decided with the aid of using (1) its bandwidth or cappotential to transmit a couple of cues, (2) its cappotential to offer on the spot feedback, (3) its cappotential to assist the usage of herbal or conversational language, and (4) its private focus”. (Kekayaan media dari suatu teknologi komunikasi ditentukan oleh (1) kemampuan atau kemampuan untuk mengirimkan banyak isyarat, (2) kemampuannya untuk memberikan umpan balik langsung, (3) kemampuannya untuk mendukung penggunaan bahasa alami atau percakapan dan (4) fokus pribadinya)

Teori kekayaan media yang disampaikan oleh Daft dan Lengel, dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Kemampuan media untuk mengungkapkan isyarat yang beragam (multiple cues) misalnya nada, volume, gerakan tangan, warna wajah dan isyarat wajah lainnya.

2. Kesegeraan pada mengungkapkan umpan balik (feedback immediacy) yakni seberapa cepat media tersebut mampu menerima respon terhadap pesan.

3. Menggunakan ragam bahasa (language variety) yang terdiri dari kata, angka-angka, sebuah hitungan dalam bentuk rumus, simbol dan lambang lainnya.

4. Media mampu untuk membuat fokus seseorang berkomunikasi secara langsung pada penerima informasi atau media mampu untuk menjadikan sebuah pesan yang mempunyai sifat langsung sesuai dengan ciri kawan komunikasi (Venus dan Munggaran, 2017)

Menggunakan keempat kriteria tersebut, berbagai saluran komunikasi yang ada dapat diidentifikasi apakah suatu media termasuk kategori kaya atau miskin.

Daft dan Lengel kemudian membuat semacam hierarki tentang kekayaan media yang salah satunya terdeskripsikan dalam gambar berikut:

Sumber : (Venus dan Munggaran, 2017)

Gambar 2.1 Hierarki Kekayaan Media yang diukur dari keefektifan media menyalurkan pesan

Pada gambar 2.1 Hierarki tersebut diatas merupakan gambaran yang dimaksudkan oleh Daft dan Lengel pada awal sebelum kemunculan era media digital atau media elektronik interaktif.

Uraian dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Media paling kaya adalah media tatap muka.

2. Media yang kaya adalah media teleconference, telepon, radio dua arah, atau sehingga media interaktif yang berbasis digital, sepertihalnya media sosial dan fasilitas komunikasi lainnya pada smartphone, yaitu Facebook, tweeter atau media komunikasi lainnya seperti WhatsApp, Line bahkan MMS dimasukkan oleh kedua peneliti tersebut sebagai kelompok media yang kaya.

3. Media miskin yaitu penggunaan media email serta layanan pesan singkat (SMS) pada kelompok, sekalipun derajatnya lebih tinggi dibandingkan surat tradisional yang ditulis pada kertas.

Lebih lanjut Daft dan Lengel dalam (Thurlow et al., 2004: 49-50) mengusulkan, “The third deficit version taken into consideration right here is the Media Richness version wherein pupils proposed that human beings favor to use the „richest‟ verbal exchange medium to allow the maximum green manner of know- how every other. The greater complicated the verbal exchange task, the richer the medium this is needed. In those terms,a private or intimate message will continually require a „rich‟ medium just like the telephone –or, higher still, FtF verbal exchange. By contrast, it turned into assumed that poor (or „lean‟) media like text- primarily based totally CMC genres like e mail can not facilitate such emotionally complicated interactions ” (Daft dan Lengel mengusulkan supaya orang lebih senang memakai media komunikasi terkaya guna memungkinkan cara yang paling efisien untuk mengetahui satu sama lain. Makin rumitnya tugas menurut komunikasi maka makin kaya media yang diperlukan, yang dimaksudkan merupakan informasi secara langsung dan intim tentu diharapkan media yang kaya, contohnya telephone. Berbanding terbalik penggunaan sesuatu yang diasumsikan bahwa media yang buruk (atau 'ramping') misalnya aliran Computer Mediated Communications (CMC) berbasis teks seperti email tidak bisa memfasilitasi hubungan yang kompleks secara emosional. Sekali lagi, ekspresi pada akhirnya lebih diistimewakan daripada komunikasi berbasis teks yang dimediasi secara teknologi.

Sumber: Moczynski (2010) dalam (Irawan, 2015)

Gambar 2.2 Hirarli kekayaan media dari Draft dan Langel

Bohannon (2010) dalam (Irawan, 2015) merujuk pernyataan dari Draft dan Langel, bahwa komunikasi yang menggunakan mediasi berbasis teknologi komputer dengan jaringan internet atau konfrensi video (video conference) yang diletakkan antara komunikasi secara bertatap muka. Komunikasi bermediasi komputer secara personal merupakan jalannya komunikasi seseorang dengan melalui komputer secara personal pula, mempunyai keterlibatan dengan orang lain, terdapat pada pemikiran tertentu, mempunyai keterlibatan pada tahapan dalam membuat serta menciptakan sebuah perantara yang memiliki banyaknya tujuan.

Konfrensi video (video conference) merupakan suatu bagian dari komunikasi yang dimediasikan dengan komputer yang mempunyai kelengkapan dan keunggulan sehingga dapat diletakkan menjadi sebuah komunikasi yang menggunakan media secara interaktif, sesuai dengan keempat ciri yang dimilikinya, yaitu: (1) media mempunyai kemampuan untuk medapatkan feedback; (2) media mempunyai kekuatan untuk pengiriman berbagai macam kode/isyarat; (3) mempunyai kemampuan di dalam penggunaan bahasa dengan cara yang alamiah; (4) ditekankan pada setiap pribadi pada media.

Merujuk beberapa pandangan dari Daft dan Lengel tentang teori kekayaan media yang dalam penggunaannya dijadikan sebagai media pada suatu organisasi, serta dapat dijadikan sebagai pijakan akademik mengenai strategi penggunaan media komunikasi dalam suatu organisasi, maka PT Mandiri Cipta Sejahtera memilih sebuah media yang dapat digunakan pada saat pandemic COVID-19 untuk melakukan hubungan dengan para pelanggannya yaitu menggunakan konfrensi video (video conference) dengan menggunakan media media Zoom Cloud Meeting secara online yang merupakan media yang kaya.

Penggunaan teori Media Richness, dikarenakan dalam penggunaannya teori kekayaan media ini dinyatakan bila sebuah media mempunyai suatu kekuatan dalam melakukan transmisi berbagai pesan yang diperlukan khususnya dalam kegiatan komunikasi dari sebuah organisasi seperti yang dilakukan oleh pihak PT Mandiri Cipta Sejahtera pada saat terjadinya ketidakpastian dan ketidakjelasan informasi antara perusahaan dengan pelanggannya pada saat pandemic COVID-19 dan melakukan system kerja di rumah atau Work form home.

Beberapa aplikasi yang sudah terpasang didalam smartphone seperti WhatsApp, Telegram dan masih banyak lagi, serta saat ini sudah terdapat Zoom Cloud Meeting guna berkomunikasi menggunakan teleconference.

Dokumen terkait