• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Pemidanaan sebagaiMiddle Theory (Teori Menengah)

E. Keaslian Penelitian

2. Teori Pemidanaan sebagaiMiddle Theory (Teori Menengah)

Dalam Konteks Pemidanaan biasanya teori pemidanaan di bagi dalam 3 gologongan besar, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Teori Absolut atau Teori Pembalasan

31

Tuntutan dari keadilan yang sifatnya absolut ini dapat terlihat dengan jelas dalam pendapat immanuel kant yaitu pidana merupakan suatu tuntutan kesusialaan. Kant memandang pidana sebagai Kategorische Imperatif yakni seseorang harus dipidana oleh hakim karena ia telah melakukan kejahatan dan

30 Erma Rajagukguk, Filsafat Hukum (Ekonomi), bahan kuliah, di unduh dari www.ermanhukum.com, tgl, 01 Maret 2017. Halaman. 4

31Muladi dan Barda Nawaw Ariefi, Teori – teori dan Kebijakan Pidana,(Bandung : PT Alumni, 1998), Halaman. 10

pidana bukan merupakan suatu alat untuk mencapai suatu tujuan melainkan mencerminkan keadilan.32

Teori Retributif mengajarkan bahwa seseorang bersalah patut mendapat ganjaran hukuman, dan dia harus mendapatkan penderitaan sebagai balasannya tanpa terlalu mempertimbangkan seberapa besar manfaatnya bagi masyarakat jika dia dikenai hukuman, meskipun besarnya hukuman tetap harus sebanding dengan tingkat kesalahan. Dalam hal ini, terlepas seberapa besar konsekuensi dari penghukumannya, secara moral seseorang yang berbuat salh lebih baik dihukum daripada tidak dihukum.33

Tokoh lain yang menganut teori absolut ini adalah Hegel, ia berpendapat bahwa pidana merupakan suatu keharusan logis sebagai konsekuensi dari adanya kejahatan. Karena Kejahatan adalah pengingkaran terhadap ketertiban hukum negara yang merupakan perwujudan dari cita – susila, maka pidana merupakan suatu pembalasan. Lebih lanjut hegel mengatakan bahwa tindak pidana itu harus ditiadakan dengan melakukan pemidanaan sebagai suatu pembalasan yang seimbang dengan beratnya perbuatan yang dilakukan.34

Menurut John Kapla teori Retribution dibagi lagi menjadi dua teori yaitu teori Pembalsan dan Teori Penebusan Dosa. Pembalasan mengandung arti bahwa hutang si penjahat “telah dibayarkan kembali” (The Criminal is paid

32 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Ibid. Halaman. 12

33 Munir Fuady,Teori – teori Besar ( Grand Theory ) dalam Hukum,(Jakarta : Kencanan PrenadaMedia Group, 2013), Halaman. 296

34Muladi dan Barda Nawawi Arief, Op.Cit. Halaman. 12

back) sedangkan penebusan mengadung arti bahwa si penjahat “ Membayar kembali Hutangnya” (The Criminal pays back) .35

teori memandang pemidanaan bukan sebagai pembalasan atas kesalahan si pelaku, tetapi sebagai sarana mencapai tujuan bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju kesejahteraan. Dari teori ini muncul tujuan pemidanaan sebagai sara pencegahan, yaitu pencegahan umum yang ditujukan pada masyarakat. Berdasarkan teori ini, hukuman yang dijatuhkan untuk melaksanakan maksud atau tujuan dari hukuman itu, yakni memperbaiki ketidak puasan masyarakat sebagai akibat kejahatan. Tujuan hukum harus dipandang secara ideal, selain dari itu, tujuan hukum adalah untuk mencegah (Prevensi) Kejahatan.

b. Teori Relatif atau Teori Tujuan (Utilitarian)

36

Pidana Bukanlah sekedar untuk melakukan pembalasan atau pengimbalan kepada orang yang telah melakukan suatu tindak pidana, tetapi mempunyai tujuan – tujuan tertentu yang bermanfaat. Oleh karena itu teori ini inipun sering juga disebut teori tujuan (Utilitarian Theory).37

Teori utilitarian pada pokoknya mengajarkan bahwa menghukum seseorang yang telah berbuat salah adalah untuk mencegah terjadinya kejahatan yang mungkin lebih besar di kemudian hari. Dalam hal ini, besarnya

35Muladi dan Barda Nawawi Arief, Ibid.Halaman. 13

36Leden Marpaung, Asas-teori-praktek Hukum Pidana,(Jakarta: Sinar Grafika, 2009). Halaman.

106 37Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia,(Bandung: PT Rafika Aditama,2009), Halaman. 26

ancaman kerugian bagi masyrakat jika dia tidak dihukum jauh lebih besar dibandingkan besarnya penderitaan bagi si terhukum kalau dia dihukum.38

Pada dasarnya teori ini didasarkan kepada dua Presmis, yaitu pertama bahwa hukuman yang dijatuhkan itu pantas atas dasar pembenaran bahwa hukuman itu membawa manfaat kepada kebaikan secara umum, terutama untuk mencegah orang melakukan kejahatan. Kedua, apabila penjautuhan hukuman itu tidak membawa manfaat yang baik secara umum, maka hal itu akan membawa rasa sakit bagi masyarakat tanpa mebawa keuntungan sama sekali, bahkan penghukuman itu merupakan suatu perlakuan yang salah.39

teori gabungan mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan asas tertib pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana. Pada dasarnya teori gabungan adalah gabungan teori absolut dan teori relatif. Gabungan kedua teori itu mengajarkan bahwa penjatuhan hukuman adalah untuk mempertahankan tata tertib hukum dalam masyarakat dan memperbaiki pribadi si penjahat.

c. Teori Gabungan

40

Teori ini berakar pada pemikiran yang bersifat kontradiktif antara teori absolut dengan teori Relatif. Teori gabungan berusaha menjelaskan dan

38 Munir Fuadi, Op.Cit. Halaman. 295

39 Muhammad Hamdan, Alasan–alasan Penghapusan Pidana Teori dan Studi Kasus,(Bandung:

PT Refika Aditam, 2012), Halaman. 66

40 Leden Marpaung, Op.Cit. Halaman. 107

memberikan dasar pembenaran tentang pemidanaan dari berbagai sudut pandang yaitu41

a. Dalam rangka menentukan benar dan atau tidaknya asas pembalasan, mensyaratkan agar setiap kesalahan harus dibalas dengan kesalahan, maka terhadap mereka telah meninjau tentang pentingnya suatu pidana dari sudut kebutuhan masyrakat dan asa kebenaran.

:

b. Suatu tindak pidana menimbulkan hak bagi negara untuk menjatuhkan pidana dan pemidanaan merupakan suatu kewajiban apabila telah memiliki tujuan yang dikehendaki.

c. Dasar pembenaran dari pidana terletak pada faktor tujuan yakni mempertahankan tertib Hukum.

Teori gabungan dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu :42

a. Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi pembalasan itu tidak boleh melampaui batas dari apa yang perlu dan cukup untuk dapat dipertahankan tata tertib masyarakat.

b. Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib masyarakat, tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh lebih berat daripada perbuatan yang dilakukan terpidana.

41Muladi, Op.Cit, Halaman. 19

42 Romli Atmasasmita, Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, (Bandung: Mandar Maju, 1995), Halaman. 83-84