• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selain pengobatan tradisional, masyarakat dewasa ini sudah mengenal dan meminati terapi-terapi alternatif. Terapi-terapi alternatif adalah metode pengobatan dan penyembuhan yang berada di luar metode dan teknik pengobatan modern. Terapi alternatif disebut juga cara-cara penyembuhan nonmedis. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, nonmedis berarti tidak berkaitan dengan ilmu pengobatan.66

      

64Yin dan yang dianggap sebagai unsur primordial alam semesta. Pengertian-pengertian awalnya adalah mendung dan cerah.Kedua pengertian ini kemudian dikembangkan menjadi filsafat dualistis yang mengakomodasi hampir semua konsep.Benda-benda alam dan sifat - sifat yang termasuk dalam kategori prinsip yang adalah langit,matahari,api,panas,kering,cahaya, prinsip kelaki-lakian, bagian luar, sebelah kanan, hidup, tinggi, keagungan, kebaikan, keindahan,kekayaan dan semua unsur positif.Sedangkan prinsip yin mewakili kebalikannya : bumi, bulan, air, dingin, kelembaban, kegelapan, prinsip kewanitaan, bagian dalam, sebelah kiri, kematian, rendah, tidak agung, jahat, buruk, keculasan, kekacauan dan semua unsur negatif (lih. Ibid., hal.75).

65

Ibid., hal.76 -77

66

Drs.Peter Salim dan Yeny Salim, op.cit., hal.1040

Sebagai bahan perbandingan, tabel berikut ini memperlihatkan secara umum perbedaan antara cara penyembuhan medis dan nonmedis: 67

Tabel 2.

Perbedaan cara penyembuhan medis dan nonmedis Cara penyembuhan medis

( Sesuai dengan ilmu kedokteran )

Cara penyembuhan nonmedis ( Di luar ilmu kedokteran )

1. Sebagian besar dilakukan secara “ kimiawi” dalam bentuk berbagai ragam obat , penambahan

vitamin,pengaturan diet dan sebagainya. Obat-obatan itu bisa berbentuk obat luar dan juga bisa berbentuk obat dalam yang

dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara dimakan, diminum, diinjeksi, diinfus, transfusi dan seterusnya. 2. Secara “mekanis” antara lain cabut

gigi atau pergantian gigi,operasi, pencangkokan (mata,jantung,ginjal dan sebagainya), operasi plastik dan lain-lain.

3. Secara “psikologis” untuk penyakit yang bersifat psikosomatis dengan cara psikoterapi dan lain-lain

4. “Penyesuaian lingkungan” dilakukan agar terjadi penyembuhan alamiah misalnya pasien ditempatkan di sanatorium supaya berhubungan dengan hawa segar, pemandangan indah,suara merdu dan sebagainya.

1. Secara mekanis primitif : Ini masih lazim dilakukan orang

karena pada beberapa segi masih terasa besar manfaatnya misalnya pijat,kerikan dan sebagainya. 2. Parapsikologis yaitu aktivasi “tenaga

pribadi” yang diterapkan pada pasien misalnya hipnotisme,magnetisme, occultisme,telepati dan

lain-lain.Proses aktivasi tenaga pribadi ini dilakukan dengan konsentrasi. 3. Secara metafisik banyak dilakukan

dalam berbagai perdukunan yaitu mempergunakan ilmu klenik baik yang bersifat black magic maupun white magic. Semuanya dilakukan dalam bentuk pengumpulan tenaga pribadi, tenaga makhluk-makhluk gaib dan tenaga dari benda-benda antara lain dengan kemenyan, keris, tombak, bunga-bungaan, jimat-jimat dan sebagainya. Semua tenaga itu diakumulasikan dan digunakan sesuai tujuan yang dikehendaki sang dukun baik bersifat “hitam” misalnya untuk membuat orang sakit, tergila-gila dalam cinta, membunuh orang (tenung) dan lain-lain maupun bersifat “putih” yang bertujuan untuk melawan kekuatan hitam sehingga perbaikan-perbaikan dapat

terwujud.Meditasi dan mantra-mantra adalah metode yang dipergunakan dalam proses pengumpulan dan penggunaan tenaga-tenaga untuk mencapai sasarannya.

       67

Anwarudin Hadisusilo, ”Cara-Cara Pengobatan Non Medis Dipandang Dari Ajaran Islam” dalam Mawas Diri, Februari 1979, hal.54-55

4. Mengikuti proses perkembangan spiritual melalui bertapa, pantang dan puasa dalam jangka waktu lama.

2.4.1. Metode-metode terapi alternatif 68

Ada berbagai bentuk terapi alternatif yang digunakan dewasa ini. Geddes dan Groset dalam karya mereka berjudul Terapi-Terapi Alternatif memperlihatkan empat belas metode penyembuhan alternatif. Keempat belas metode itu adalah akupuntur, teknik pengobatan Alexander, chiropractic, hidroterapi, kinesiologi, pijat, osteopati, terapi polaritas, refleksiologi, reiki, shiatsu, yoga, aromaterapi dan pengobatan herbal. 2.4.2. Penyembuhan natural dan supranatural

Selain penyembuhan dengan terapi-terapi alternatif, ada pula cara penyembuhan yang telah lama dikenal yaitu penyembuhan natural dan supranatural. Penyembuhan natural adalah penyembuhan yang dilakukan secara spiritual dengan menggunakan tenaga dalam (cakra-cakra atau pusat energi). 69 Penerapan penyembuhan natural dapat ditemukan pada metode penyembuhan reiki. Menurut cara pengobatan reiki, tubuh manusia terdapat tujuh cakra besar dan sejumlah cakra kecil. Cakra-cakra itu dimulai dari bagian tubuh paling bawah sampai bagian tubuh yang paling atas. Cakra-cakra yang dimaksud adalah cakra akar, cakra seks, cakra kepribadian, cakra jantung, cakra ekspresi, cakra pengetahuan dan cakra mahkota. Cakra-cakra itu mengatur keseimbangan dalam tubuh. Cakra akar merupakan sumber kekuatan dan pusat energi dalam tubuh. Gangguan pada cakra akar akan menyebabkan       

68

Geddes dan Grosset, op.cit., hal.1-363

69

Ir.Fred Andries (ed.), op.cit., hal.6

berbagai gangugan mental atau gejala-gejala fisik. Cakra seks berperan sebagai pengatur faktor-faktor sensual dan seksual. Cakra kepribadian berfungsi sebagai pusat kekuatan dan fokus kebebasan pribadi. Cakra jantung bertugas sebagai pengendali penerimaan diri dan penerimaan orang-orang lain. Cakra ekspresif atau cakra tenggorokan merupakan pengendali semua ekspresi diri baik dalam bentuk bahasa maupun gerakan anggota tubuh. Cakra pengetahuan atau cakra dahi berperan sebagai fokus intuisi dan persepsi terhadap kebenaran. Cakra mahkota hanya dapat dialami melalui kerja sama cakra-cakra yang lain. Kerusakan pada salah satu cakra dapat mempengaruhi cara kerja sistem cakra yang lain. Karena itu penyembuhan yang dilakukan adalah penyembuhan yang menyeluruh sehingga cakra-cakra itu dapat diseimbangkan lagi.70

Penyembuhan natural pada prinsipnya menggunakan tiga kekuatan cakra yaitu cakra dasar, cakra tenggorakan dan cakra mahkota. Cakra dasar dimanfaatkan untuk mengeluarkan warna putih, kuning, oranye dan merah. Cakra tenggorokkan digunakan untuk mengeluarkan warna hijau dan biru. Sedangkan cakra mahkota menghasilkan warna ungu. 71 Selain penggunaan tiga cakra utama, penyembuhan natural memiliki prinsip-prinsip kerja yakni membersihkan organ-organ tubuh berpenyakit dengan warna hijau, memberikan energi ke organ tubuh yang sakit dengan sinar berwarna, menstabilkan energi dengan warna biru dan memutuskan hubungan energi dari penyembuh kepada penderita agar tidak kembali lagi kepadanya.72

Prinsip-prinsip kerja penyembuhan natural berhubungan langsung dengan       

70

Geddes dan Grosset,op.cit.,hal.172-173

71

Ir.Fred Andries (ed.),op.cit.,hal. 29

72

Ibid.

kekuatan warna dalam kehidupan dari daya sinar matahari. Sinar matahari diketahui memiliki banyak spektrum cahaya yang tidak semuanya dideteksi mata manusia. Kebugaran tubuh dapat terpelihara apabila tubuh melalui mata dan kulit mampu menyerap sinar matahari dengan cukup dan memanfaatkannya dengan benar. Dr.Rochelle McCray, praktisi terapi warna menyebutkan bahwa tiap penyakit yang diderita manusia dapat diidentikkan dengan warna khusus. Atas dasar ini, ia mengembangkan terapi warna.73

Terapi warna dapat dimanfaatkan untuk membantu penderita penyakit agar berangsur-angsur pulih. Terapi warna bertujuan untuk menghalau kemurungan, mempertajam fokus dan merubah suasana hati seseorang. Dalam hal ini, terapi warna bukan obat melainkan pelengkap obat. Terapi warna dilakukan dengan mengaplikasikan warna-warna secara terpusat pada tujuh titik mayor yang disebut cakra. Tiap cakra mengatur organ khusus melalui proses jasmaniah. Energi warna diserap tubuh melalui mata dan kulit. Penyerapannya diteruskan pada bagian tubuh yang mengalami gangguan sesuai ritme dan frekuensi yang berbeda-beda dari setiap warna.Warna-warna yang diserap tubuh direspons oleh setiap cakra dan disalurkan melalui kelenjar-kelenjar utama tubuh seperti thyroid, pancreas, anak ginjal dan gonads. Warna-warna diserap dengan cara menatap, minum air solarisasi (air yang dijemur di sinar matahari), penyinaran (terapi dengan menggunakan lampu yang berspektrum lengkap), makan (makan makanan berwarna sesuai dengan warna yang dipakai pada saat terapi), membalut tubuh (mengenakan atau menyelimuti tubuh dengan warna tertentu), meditasi dan latihan pernafasan, Chromopuncture (gabungan       

73

Keina(ed), Colour Therapy (Yogyakarta : Enigma Publshing, 2004), hal.vii-x

penggunaan warna dengan akupuntur).74 Dalam penyembuhan natural ini, pasien harus bersikap reseptif (menerima) dan santai.75

Selain penyembuhan natural, penderita penyakit dapat menjalani cara penyembuhan supranatural. Penyembuhan supranatural adalah penyembuhan yang dilakukan secara spiritual dengan memanfaatkan tenaga supranatural yang tersalur melalui ubun-ubun. 76 Proses penyembuhannya disebut “proses menjadi ilahi” (divination).77 Penyembuhan yang dilakukan penyembuh supranatural diawali dengan meramalkan (divinatory assessment) sebab-sebab penyakit dan kemalangan pasien yang terungkap dalam diagnosa. Ramalan itu juga mencakup penyelidikan yang lebih luas terhadap lingkungan dan makna hidup.78 Diagnosa dipakai untuk mengetahui apa yang tidak kelihatan dan mengartikulasikan apa yang tidak terdengar. Penyembuh supranatural meyakinkan pasien bahwa penyakit yang dideritanya dapat diobati dan disembuhkan. Ia berusaha memanfaatkan emosi dan psikososial pasien untuk membangkitkan motivasi ke arah penyembuhan. Interaksi yang terjalin antara penyembuh supranatural dan pasien selama proses diagnosa menimbulkan katarsis. Kecuali itu efek-efek terapis yang dihasilkan memungkinkan pasien terlepas dari kecemasan, keraguan, ketakutan, kebimbangan maupun beban penderitaan lainnya.79 Dalam proses diagnosa, penyembuh supranatural melaklukan interaksi dengan keluarga, kerabat, tetangga. Ini dilakukannya untuk memperoleh informasi penting       

74

Ibid., hal.4-6, 20-22

75

Ir.Fred Andries (ed.),op.cit.,hal.31

76

Ibid.

77Divination secara etimologis berasal dari kata “divine” yang berarti berhubungan dengan dewa atau roh suci.

78

Michael Winkelman dan Philip Peek (eds.), op.cit., hal.5-6

79

Ibid., hal.14 -16

yang berkaitan dengan diagnosa dan interpretasi terhadap keluhan-keluhan pasien. Kedua hal itu dilakukannya dalam suatu dialog tidak hanya dengan “kekuatan supranatural”. Tetapi pasien juga diajak berbicara untuk mengintegrasikan situasi-situasi khusus pasien dengan simbol-simbol umum dan lingkungan sosialnya. Melalui kisah-kisah dalam proses menjadi ilahi (divination), sebab-sebab penyakit diklarifikasi. Contoh yang menarik adalah penyakit yang disebabkan oleh “dosa bapak-bapak” dan diturunkan pada anak-anak. Di Afrika misalnya kutukan yang diucapkan oleh leluhur bertahun-tahun silam masih tetap membahayakan jiwa generasi-generasi berikutnya. Dalam proses menjadi ilahi, penyembuh supranatural menghidupkan kembali ingatan kelompok atau keluarga terhadap kutukan yang sudah lama dilupakan. Tujuannya adalah mengetahui keterkaitannya dengan kondisi pasien yang terserang penyakit sehingga pengobatan segera dilakukan. Situasi ini memperlihatkan bahwa penyembuh supranatural dapat menghadirkan kesembuhan bagi pasien. Cara yang digunakannya adalah meminta kontribusi komunitas dalam proses diagnosa agar dapat mengartikan kondisi-kondisi yang merugikan pasien. 80

Proses menjadi ilahi itu melibatkan kemampuan penyembuh supranatural dalam berbahasa (speech) dan bersikap, pengalaman-pengalaman indrawi, mengklarifikasikan gejala-gejala, menemukan sebab penyakit dan menentukan tindakan pengobatannya. Misalnya dalam ritus penyembuhan Ndembu, para penyembuh supranatural menyiapkan area-area sosial maupun tahap-tahapnya. Hal ini mereka lakukan untuk melaksanakan komunikasi oral, menyiapkan alat yang diperlukan dan jalan masuk keluar kekuatan-kekuatan spiritual serta posisi partisipan       

80

Ibid., hal. 19-21

dalam ritual yang dilaksanakan. Partisipan dapat berbicara tentang “teater” atau “arena penyembuhan”. Untuk diketahui, proses menjadi ilahi dapat lebih efektif bila dilakukan pada tempat dan waktu tertentu. Keunikan dalam proses itu di Afrika misalnya adalah pelaksanaannya yang berlangsung di antara lingkungan perkampungan dan semak-semak, antara siang dan malam. Penyembuh supranatural sering mengenakan tanda dan alat kebesaran khusus dalam ritual tersebut. Ia pun menggunakan kata-kata esoterik dan ceritera-ceritera hidup yang membuka pikiran. Namun yang terpenting dalam proses menjadi ilahi itu adalah terdengarnya suara makhluk-makhluk dari dunia lain, pesan-pesan yang berasal dari alat-alat yang digunakan dalam ritus seperti ekor-ekor ayam atau orang yang kerasukan roh. Selain menggunkan bahasa tertentu, penyembuh supranatural menggunakan “penglihatan” dan tangan yang diletakkan pada tubuh pasien. Maksudnya adalah untuk mengumpulkan sensasi dan mengetahui penyakit yang diderita pasien. Peek memperlihatkan bahwa penggunaan tangan kiri yang dianggap tabu dalam proses penyembuhan di Afrika ternyata dapat diterapkan pada kemampuan intuisi bagian kanan tubuh. Ini dilakukan agar dapat menimbulkan efek-efek terapis yang bermanfaat dalam penyembuhan pasien. Melalui diagnosa yang dilakukan penyembuh supranatural, pasien ditempatkan dalam konteks sosial budaya. Pasien pun dibantu menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi dan mendorongnya untuk mengalami kesembuhan. Proses menjadi ilahi “memurnikan” individu untuk mendapatkan kembali kesehatannya. Dengan demikian semua praktek penyembuhan supranatural, unsur-unsur dramaturgi yang dimanfaatkan dalam ritus-ritus dapat memberi kontribusi pada proses penyembuhan pasien.81

       81

Ibid., hal.22-26

2.4.3. Penyembuh-penyembuh lain

Penderita penyakit tidak selalu mencari pengobatan ke rumah sakit atau klinik-klinik melainkan juga mendatangi tempat praktek penyembuh-penyembuh lain yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Dalam hal ini, penderita memiliki pertimbangannya sendiri untuk mendapatkan pengobatan. Penderita penyakit bebas menentukan pilihan berobat. Menurut J.Young, ada empat unsur utama yang mendasari pilihan penderita penyakit untuk berobat yaitu “daya tarik” (gravity) yang berkaitan tingkat keparahan dari berbagaia penyakit. Selain itu pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan popular (home remedy) dan tingkat “keyakinan” (faith), terhadap keberhasilan pengobatan berperan penting dalam penentuan pilihan berobat. Faktor lain yang tak boleh diabaikan dalam hal ini adalah“kemudahan” (accessibility) yang meliputi tersedianya biaya dan sarana kesehatan.82

2.4.3.1 Paranormal 83

Sehubungan dengan pilihan berobat, penderita penyakit dapat menjalani proses pengobatan dengan cara paranormal. Paranormal adalah orang yang berkemampuan untuk memahami, mengetahui dan mempercayai hal-hal yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.84 Penyembuhan dengan cara paranormal membantu pasien mengalami pemulihan spontan yang kebetulan. Hal itu terjadi dalam proses psikosomatis yang mengakibatkan penyembuhan diri sendiri. Ciri lainnya adalah       

82

Fauzi Muzaham, op.cit., hal.75.

83

Paranormal sebenarnya merupakan serapan dari bahasa Inggris paranormal yang berarti di samping atau di balik yang normal. Pengertian ini merujuk pada pengalaman-pengalaman luar biasa yang tidak bisa dijelaskan dengan pikiran atau prinsip-prinsip ilmiah yang dikenal secara umum. (lih.Soesanto Kartoatmodjo SH, “Gejala-Gejala Paranormal”dalam Mawas Diri, Januari 1983, hal.20-21)

84

Ruslani, Tabir Mistik Alam Gaib Dan Perdukunan Dalam Terang Sains Dan Agama

(Yogyakarta : Tinta, 2003), hal.107

campur tangan Tuhan yang ajaib dan pengalihan semacam energi dari penyembuh kepada yang disembuhkan (psikokinetik).85

2.4.3.2 Hipnoterapis86

Hipnosis87 sebenarnya telah lama dipraktekkan sebelum diketemukannya penyembuhan secara medis. Dalam dunia kedokteran, hipnosis dipergunakan sebagai sarana penyembuhan klien atau pasien yang umumnya dikenal dengan istilah hipnoterapi, hipnotisme klinis atau hipnotisme medis. Hipnoterapi telah dipergunakan oleh James Braid (1795-1860), seorang dokter berkebangsaan Skotlandia. Semasa hidup James Braid telah menyembuhkan ribuan klien dengan kemampuan hipnoterapinya. Pada tahun 1958 American Medical Association mengesahkan penggunaan hypnosis dalam dunia kedokteran. Hal yang sama dilakukan oleh The British Medical Association (Inggris) dan Italian Medical Association for Study of Hypnosis.88

Cara kerja hipnoterapi tidak sama dengan hypnosis hiburan bahkan lebih sulit. Hipnoterapis harus menerima siapa saja yang datang kepadanya sebagai orang yang membutuhkan bantuan profesional. Hipnoterapi dilakukan bila ada persetujuan antara klien dan hipnoterapis. Hipnoterapis yang menghadapi klien harus dilengkapi dengan pengetahuan tentang derajat penerimaan sugesti klien yang       

85

John J.Heany, The Sacred and The Psychic Parapsychology and Christian Theology ( New York : Paulist Press, 1984 ), hal.58-59.

86

Hipnoterapis adalah sebutan bagi orang yang menggunakan hipnosis untuk membantu klien atau pasien yang mengidap penyakit.

87

Kata hipnosis berasal dari bahasa Yunani hypnos yang berarti tidur dalam keadaan

trans. Hipnosis tidak sama dengan keadaan tidur yang biasa. Pada saat seseorang terhipnosis, pikirannya sangat terfokus dan ia mampu mendengarkan kata-kata dan bahkan ia mengikuti kemauan orang yang menghipnosisnya. Setiadi I.Rusli dan Johannes Ariffin Wijaya, The Secret of Hypnosis

(Jakarta : Penebar Plus, 2009), hal. 34

88

Ibid.hal.35 -36

berbeda-beda.89 Ada dua tipe derajat penerimaan sugesti dalam diri setiap klien yaitu derajat penerimaan fisik dan emosi. Setiap klien umumnya memiliki permasalahan yang berhubungan dengan derajat penerimaan masing-masing. Hal itu dapat dilihat dalam tabel berikut : 90

Tabel 3. Tipe-tipe derajat penerimaan sugesti klien

Derajat penerimaan fisik subyek

Derajat penerimaan emosi subyek • Problem fisik eksternal yang

bersifat psikosomatis

• Problem fisik internal yang bersifat psikosomatis

• Takut terbang (naik pesawat) Depresi

• Takut ketinggian • Kecemasan, takut terkontaminasi (penyakit)

• Takut dengan tempat tertutup • Plin plan

• Homoseksualitas • Lesbian

• Kecemasan terhadap ujian atau tes • Kurang percaya diri

Selain pengetahuan dan pengertian tentang derajat penerimaan subyek, hipnoterapis membutuhkan pula pemahaman tentang lima hukum dominan derajat penerimaan. Kelima hukum dimaksud antara lain hukum reaksi berkelebihan, hukum repetisi, hukum dominasi, hukum tindakan yang tertunda dan hukum asosiasi. Pemahaman dan penerapan hukum dominan derajat penerimaan sangat membantu hipnoterapis untuk memanfaatkan kondisi alamiah derajat penerimaan klien sehingga klien dapat

       89

Y F La Kahija, Hipnoterapi ( Jakarta : Gramedia,2007),hal.53

90

W.Gunawan, Hynotherapy The Art of Subconscious Restructuring (Jakarta : Gramedia, 2006), hal.38

dilepaskan dari masalah yang dihadapinya.91 Faktor lain yang perlu diketahui oleh hipnoterapis adalah modalitas belajar visual, auditori dan kinestetik. Bagi klien yang memiliki modalitas belajar visual, cara untuk menghipnosisnya adalah dengan banyak imaginasi atau visualisasi. Bagi klien yang bermodalitas belajar auditori, cara menghipnosisnya dilakukan dengan memasukan informasi melalui pendengaran. Sedang bagi klien yang bermodalitas belajar kinestik, cara menghipnosisnya dilakukan dengan membangkitkan sensasi tubuh atau perasaannya.92

2.4.3.3 Dukun

Praktek perdukunan bukan hal yang asing bagi masyarakat kita. Banyak

orang sering memanfaatkan jasa para dukun untuk mengobati penyakit dan mengatasi berbagai masalah hidup. Istilah “dukun” menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer mengandung dua pengertian yaitu pertama, orang yang mengobati penyakit secara tradisional. Kedua, orang yang dapat memberi jampi, mantra dan lain-lain. Menurut kamus ini dukun dapat diklasifikasikan sesuai dengan spesialisinya antara lain dukun beranak yaitu dukun yang menolong orang yang melahirkan; dukun klenik yaitu dukun yang dapat mengguna-guna atau membuat kekuatan gaib lainnya; dukun tenung yaitu dukun yang dapat mencelakai orang lain dengan kekuatan gaib.93

Klasifikasi dukun tersebut dapat diperluas dengan mengacu pada identifikasi yang dilakukan oleh Clifford Geertz. Dalam bukunya Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, Geertz mengidentifikasi lebih banyak dukun antara lain dukun bayi, dukun pijat, dukun prewangan (perantara manusia dengan dunia gaib), dukun        91 Ibid., hal.39 92 Ibid. 93

Drs. Peter Salim dan Yeny Salim, op.cit., hal. 371

calak (tukang sunat), dukun wiwit (ahli upacara panen), dukun temanten (ahli upacara perkawinan), dukun pentungan (ahli meramal dengan angka), dukun sihir atau juru sihir, dukun susuk (ahli pengobatan dengan menusukkan jarum emas di bawah kulit untuk menambah daya pesona atau kecantikan), dukun japa (tabib yang mengandalkan mantra), dukun jampi (tabib yang menggunakan tumbuh-tumbuhan dan berbagai “obat asli”), dukun siwer (spesialis dalam mencegah kesialan alami, seperti mencegah hujan kalau sedang mengadakan pesta besar, mencegah supaya piring tidak pecah pada saat pesta dan lain-lain) dan dukun tiban (tabib yang kekuatannya bersifat sementara dan merupakan hasil dari kerasukan roh). Dari semua jenis dukun tersebut, hanya dukun bayi yang dikhususkan bagi kaum wanita. Namun dalam situasi tertentu, kaum wanita kerap kali berperan sebagai dukuntiban, dukun prewangan dan cukup lazim menjadi dukun pijet atau dukun temanten. Tetapi mereka tidak pernah menjadi dukun di luar bidang-bidang tersebut. Sedangkan orang yang memiliki beberapa keahlian sekaligus disebut dukun biasa. Dalam hidup masyarakat tradisional, dukun biasa adalah spesialis magic umum yang dapat membantu semua orang sakit baik fisik maupun psikologis. Ia berperan sebagai peramal kejadian masa depan, penemu barang-barang hilang, pemberi jaminan tentang keuntungan. Bahkan ia tidak enggan mempraktekkan sihir sesuai permintaan orang yang datang kepadanya.94

Dukun-dukun dengan berbagai spesialisasi tersebut tentu memiliki metode tertentu dalam melaksanakan praktek penyembuhan terhadap pasiennya. Berdasarkan hasil penelitian Clifford Geertz, ada tiga jenis dukun yang melayani penyembuhan pasien sesuai cara-cara pengobatan yang digunakannya. Mereka adalah dukun priyayi       

94

Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Terjemahan Aswab Mahasin ( Jakarta : Pustaka Jaya, 1981), hal.116

(dukun-dukun yang bertendensi spiritual), dukun santri (dukun-dukun yang selalu menggunakan ayat-ayat al-Quran yang diinterpretasi secara mistik ), dukun abangan (dukun-dukun yang cenderung memberi perhatian pada teknik-teknik penyembuhan khusus seperti penggunaan jimat, mantra, tumbuh-tumbuhan, ramuan obat dan sejenisnya). 95

Pengelompokkan dukun menurut tata cara pengobatan menempatkan di dalamnya orientasi-orientasi tertentu. Dukun dengan aneka orientasi dapat disebutkan antara lain dukun dengan orientasi religius misalnya dukun santri, dukun dengan orientasi supranatural contohnya dukun prawangan, dukun susuk (inserter of various metals under the skin), dukun tenung (sercerer), dukun nomer, dukun dengan orientasi natural misalnya dukun jampi (employ herb mixtures), dukun pijat (masseur), dukun bayi (midwife), ahli tusuk jarum, dukun dengan orientasi ganda (natural dan supranatural) misalnya dokter atau mantri yang memberi pengobatan dengan cara menggabungkan kedua hal tersebut (terkun atau trikun).96

Peran para dukun dengan berbagai spesialisasinya dalam hidup bermasyarakat tetap menjadi daya tarik tersendiri meskipun telah ada rumah sakit dan klinik pengobatan modern. Ketertarikan masyarakat pada praktek-praktek perdukunan dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yakni faktor kebudayaan, harga diri, komunikasi, ketidaktahuan (ignorance), ekonomi, pengaruh mass media, pengaruh

       95

Ibid.,hal.117-118

96

R.Soejono Prawiraharjo,”Kedokteran Jiwa dan Perdukunan” dalam dr.Soeroso (ed.)

Kumpulan Seminar Tentang Peranan Faktor NonMedis Dalam Pengobatan (Yogyakarta: Ikatan Dokter Indonesia Cabang Yogyakarta,1979), hal.8-9

pandangan vertikal yakni apabila banyak pejabat tinggi berkonsultasi dan berobat