• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERHADAP PENYEBAB PENYAKIT HAWAR PELEPAH PADI (Response of Rice Varieties and Screening of Bacterial Biological Control

Agents Againts The Rice Sheath Blight Pathogen) ABSTRAK

Penggunaan varietas tahan dan agens hayati merupakan cara yang efektif untuk pengendalian penyakit tanaman. Penelitian ini bertujuan: (i) mengetahui respon beberapa varietas padi terhadap penyebab penyakit hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani Kühn) dan (ii) menapis isolat bakteri yang berpotensi dalam mengendalikan penyakit hawar pelepah padi. Respon varietas padi diuji

menggunakan metode micro-chamber screening di rumah kaca dengan varietas

padi sebagai perlakuan. Penapisan isolat bakteri dilakukan di laboratorium dan di rumah kaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh varietas padi yang diuji dapat diinfeksi oleh R. solani. Berdasarkan kriteria ketahanan penyakit ternyata belum ditemukan varietas padi yang tergolong pada varietas tahan penyakit hawar pelepah. Varietas agak tahan hanya ditunjukkan oleh varietas Cibogo (indeks penyakit 4,9), sedangkan varietas IR64, Cilamaya, Cigeulis, Cisantana, Mekongga, Inpari 13, Way Apo Buru, Ciliwung, Ciherang, dan IR 42 tergolong pada varietas agak rentan (indeks penyakit 5,2 - 6,9), dan varietas Inpara 2, Situ Bagendit, dan Membramo termasuk dalam kelompok varietas rentan (indeks pennyakit 7,1-7,9). Dari 144 isolat bakteri yang ditapis, 30 isolat diantaranya bersifat antibiosis terhadap R. solani di tingkat in vitro, dengan indikasi terbentuknya zona hambatan pada uji di medium PDA dan penurunan bobot basah (0,1-2,4 g) dan bobot kering (0,0-0,12 g) miselium R. solani pada uji di medium PDB. Hasil pengujian di tingkat in vivo, diperoleh 3 isolat bakteri yang menunjukkan penekanan yang signifikan terhadap keparahan penyakit hawar pelepah padi, yaitu isolat TT47 (79,6%), SS19 (56,4%), dan BR2 (49,47%). Dengan demikian 3 isolat bakteri tersebut dapat menjadi kandidat untuk dikembangkan sebagai agens pengendali hayati penyakit hawar pelepah pada tanaman padi yang disebabkan oleh R. solani.

Kata kunci: Varietas padi, bakteri agens hayati, Rhizoctonia solani, hawar pelepah padi.

ABSTRACT

The use of disease-resistant rice varieties and the biological control agents are effective strategies for controlling the plant diseases. The objectives of this research were to (i) determine the response of the rice varieties to the rice sheath blight pathogen R. solani and (ii) screen some potential bacteria as controlling agents of the rice sheath blight disease. Evaluation of rice varieties response was conducted in the screen house using micro-chamber screening method, with rice varieties as treatment. The bacteria were isolated from soil, water, and rice plant part from several ecosystem locations. The trial was arranged in a randomized completely design with bacterial isolates as treatment. The result of this research

showed that all of evaluated rice varieties were able to be infected by R. solani. Based on the resistant criteria none of the varieties tested showed resistant response. Moderately resistant varieties is only indicated by Cibogo (disease index 4.9), somewhat susceptible varieties demonstrated by the variety IR64, Cilamaya, Cigeulis, Cisantana, Mekongga, Inpari 13, Way Apo Buru, Ciliwung, Ciherang, and IR 42 (disease index 5,2 - 6,9), and susceptible varieties shown by varieties Inpara 2, Situ Bagendit, and Membramo (disease index 7,1 - 7,9). Of the 144 bacterial isolates screened, 30 isolates of which were antibiosis against R. solani in vitro, with an indication of the formation of inhibition zones on PDA medium and a decrease in wet weight (0,1 - 2,4 g) and dry weight (0,0 - 0,12 g) of R. solani mycelium on PDB medium. Furthermore, in vivo test obtained three bacterial isolates with a significant suppression of the severity of the rice sheath blight disease, i.e. isolates TT47 (79,6%), SS19 (56,4%), and BR2 (

Keywords: The rice variety, bacteria biological control, Rhizoctonia solani, the rice sheath blight.

49,47%). Therefore, they are candidates as the biological control agents for controlling the rice sheath blight caused by R. solani.

PENDAHULUAN

Penyakit hawar pelepah yang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani Kühn merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi. Patogen tersebut dapat bertahan dalam tanah, sisa-sisa tanaman dan memiliki kisaran inang yang luas sehingga sulit dikendalikan. Serangan oleh penyebab penyakit hawar pelepah dapat mengurangi hasil hingga 40% pada varietas tanaman yang rentan (Groth 2008). Bahkan epidemi penyakit dapat saja terjadi mengingat semakin intensifnya praktek produksi padi dilakukan melalui pengembangan varietas unggul baru (VUB), penggunaan pupuk nitrogen berdosis tinggi atau tidak menggunakan pupuk berimbang, dan adanya fenomena perubahan iklim.

Pelepasan varietas padi baru terus dilakukan setiap tahunnya. Di antara banyak varietas padi sawah yang dilepas dalam beberapa tahun terakhir, varietas yang lebih disukai oleh petani dan konsumen selain IR64 adalah Ciherang, Ciliwung, Way Apo Buru, dan Memberamo. VUB ini telah berkembang dan mulai menggeser dominasi IR64. Menurut Puslitbang Tanaman Pangan (2011), persentase adopsi VUB tersebut oleh petani saat ini adalah Ciherang 47,63%, IR 64 10,50%, Cigeulis 5,17%, Ciliwung 4,38%, Cibogo 3,56%, Cilamaya muncul 1,80%, Mekongga 1,73%, IR 42 1,35%, lainnya 23,87%. Namun demikian belum

ada laporan tentang ketahanan varietas tersebut terhadap penyakit hawar pelepah. Untuk itu perlu dilakukan pengujian ketahanan beberapa varietas unggul yang ditanam petani saat ini terhadap penyakit hawar pelepah.

Untuk mengetahui ketahanan suatu varietas secara cepat dan akurat terhadap patogen hawar pelepah padi di bawah kondisi rumah kaca, dapat digunakan metode micro-chamberscreening yang dikembangkan Jia et al. (2007). Penggunaan metode tersebut dapat mempercepat proses seleksi untuk

meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen R. solani. Metode ini

menggunakan tanaman muda (umur 3 minggu), potongan miselium biakan cendawan R. solani dalam medium potato dextrose agar (PDA), botol plastik bening sebagai pembentuk kondisi lembab. Teknik penghitungan indeks penyakit yang digunakan dalam metode tersebut relatif mudah dibandingkan dengan teknik yang dikembangkan oleh Park et al. (2008). Selain itu, akurasi hasil pengujian dengan menggunakan metode tersebut pada kondisi rumah kaca sama dengan hasil pengujian konvensional dengan menggunakan tanaman dewasa yang dilakukan di lapangan (Jia et al. 2007).

Sementara itu, upaya pencarian teknik pengendalian penyakit hawar pelepah padi perlu terus dilakukan. Penggunaan varietas tahan belum dapat dilakukan karena varietas tahan penyakit hawar pelepah belum tersedia. Untuk mendapatkan varietas tahan memerlukan waktu relatif lama. Petani biasanya menggunakan fungisida sintetik untuk menekan berkembangnya penyakit hawar pelepah di lapangan. Akan tetapi penggunaan fungisida sintetik secara intensif meninggalkan residu yang sulit terdegradasi oleh mikroorganisme sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan manusia, hewan, dan organisme hidup lainnya serta lingkungan (Pingali et al. 1995). Selain itu bahan aktif fungisida dan pestisida sintetik umumnya merupakan produk impor sehingga pengurangan penggunaan fungisida sintetik untuk pengendalian penyakit tanaman ikut mendukung program kemandirian bangsa yang dicanangkan oleh pemerintah.

Salah satu cara pengendalian penyakit yang banyak dikembangkan saat ini adalah penggunaan bakteri agens hayati. Sebagai negara tropik, Indonesia memiliki beraneka ragam mikrob yang berpotensi besar dimanfaatkan sebagai

agens pengendali hayati penyakit tanaman. Pemanfaatan bakteri agens hayati ataupun produk metabolit sekunder yang dihasilkannya bersifat ramah lingkungan. Selain itu aplikasi agens hayati dapat melindungi tanaman dari serangan penyakit dan meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui beberapa

mekanisme. Nagarajkumar et al. (2005) melaporkan bahwa Pseudomonas

fluorescens pfMDU2yang diaplikasikan pada tanaman padi dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh R. solani. Grosch et al. (2005) menggunakan bakteri P. fluorescens B1, P. fluorescens B2, dan Serratia plymuthica B4 untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh R. solani dan dapat mengurangi keparahan penyakit pada tanaman selada hingga 52% dan pada tanaman kentang

hingga 37%. Begitu juga dengan Someya et al. (2003) menggunakan bakteri

Serratia marcescens strain B2 ternyata dapat menekan gejala penyakit hawar pelepah pada tanaman padi.

Isolat bakteri agens hayati yang akan dikembangkan sebagai kandidat agens pengendali hayati perlu dilakukan serangkaian pengujian, mulai dari pengujian in vitro, in planta dan in vivo. Beberapa bakteri agens hayati yang berpotensi untuk pengendalian penyakit hawar pelepah di tingkat in vitro telah dilaporkan Sudir dan Suparyono (2000) tetapi belum diketahui jenis bakteri dan kemampuannya di tingkat in vivo. Pada hal potensi menekan patogen di tingkat in vitro tidak selalu merefleksikan kemampuannya di tingkat in vivo (Fravel 1988). Penelitian Rustam et al. (2005) menunjukkan bahwa isolat bakteri BRA61 dan ES32 yang cukup efektif menekan penyebab penyakit tanaman pisang di tingkat in vitro tidak mampu menekan gejala penyakit pada tanaman pisang di tingkat in vivo.

Penelitian ini bertujuan (i) mengetahui tingkat ketahanan beberapa varietas

padi unggul baru terhadap penyebab penyakit hawar pelepah (R. solani)

menggunakan metode micro-chamber screening (ii) menapis isolat bakteri yang berpotensi sebagai agens hayati untuk menekan perkembangan penyakit hawar pelepah padi.