• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tidak menciptakan kebijakan

INVASIVE MOLE CAUSING ACUTE ABDOMEN MOLA INVASIF YANG MENGAKIBATKAN ABDOMEN AKUT

PESERTA DIDIK 9.1 Hak Peserta Didik

XIX. Tidak menciptakan kebijakan

Buku Panduan Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi FK Unud

46 9.5 Pelayanan Medis

I. Melayani pemberian anestesia/analgesia pasien bedah elektif, bedah emergensi, dan bedah rawat jalan di kamar bedah yang sesuai SOP yang telah ditetapkan

II. Melayani pemberian anestesia/analgesia di RS yang ditunjuk atas sepengetahuan atau seijin Kepala Bagian/SMF dan KPS atau dalam keadaan darurat atas seijin konsulen Dokter Penanggungjawab Pelayanan (DPJP)

III. Melayani konsultasi untuk pasien di ruangan dan melayani tindakan pada pasien darurat medik, baik di ruangan ataupun ruang resusitasi

IV. Melakukan persiapan preoperatif pada pasien yang akan dilakukan pembedahan elektif atau darurat. Instruksi atau anjuran harus ditulis pada status pasien di ruangan dan ditandatangani disertai nama jelas dan cap residen serta dilaporkan ke konsulen DPJP

V. Setiap kasus bedah elektif yang bermasalah, bila ada penyulit atau perlu ditunda dahulu dan lain-lain, harus dilaporkan dan dikonsultasikan kepada konsulen DPJP VI. Setiap kasus bedah akut yang ada permasalahan (dengan penyulit atau kasus sulit di

luar kemampuan peserta didik yang bertugas) harus dikonsultasikan kepada chief residen dan konsulen DPJP.

VII. Konsultasi pasien harus dilakukan oleh peserta didik paling senior yang bertanggung jawab pada kasus tersebut kepada konsulen DPJP atau konsulen yang ditunjuk

VIII. Penilaian pasien untuk indikasi masuk ruang terapi intensif (RTI) sesuai dengan indikasi yang telah ditetapkan dengan sepengetahuan konsulen DPJP RTI

IX. Semua permintaan yang bersifat konsultasi khusus (penundaan pembedahan, tidak ada indikasi masuk RTI, dan lain-lain), jawaban konsultasi harus atas sepengetahuan dan disertai nama dan cap konsulen DPJP

X. Melayani tindakan medik pada pasien di RTI

XI. Premedikasi diberikan atas sepengetahuan dan menjadi tanggung jawab peserta pendidikan yang akan mengerjakan pasien tersebut dan sepengetahuan DPJP

XII. Setiap tindakan anestesia/analgesia dan tindakan khusus yang dilakukan untuk pertama kalinya harus didampingi oleh konsulen atau chief residen, dan pada kasus-kasus gawat darurat/ cito hendaknya atas sepengetahuan konsulen DPJP

XIII. Peserta didik dapat melakukan tindakan, minimal didampingi oleh peserta didik tahap 3 bila telah minimal tiga kali disupervisi oleh konsulen

XIV. Setiap tindakan anestesia/analgesia harus dibuatkan status anestesia (catatan medik anestesia)

XV. Pasien pasca anestesia menjadi tanggung jawab peserta pendidikan selama minimal 24 jam pasca bedah. Pasien yang tergolong berisiko tinggi atau dengan penyakit yang memerlukan perawatan/pengawasan intensif dapat diserah terimakan kepada dokter jaga dengan pesan-pesan khusus secara tertulis dan lisan

XVI. Penanganan nyeri akut pasca bedah dilakukan selama minimal 72 jam atau kurang dari 72 jam bila sudah tidak diperlukan dan residen yang melakukan pembiusan sebelumnya wajib melakukan follow up setiap hari bekerja sama dengan tim acute pain service (APS). Bila diperlukan, penanganan nyeri dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.

XVII. Keseluruhan pelayanan Anestesi yang dilakukan oleh peserta didik harus mengikuti SOP di RSUP Sanglah dan wajib didokumentasikan pada status: jawaban konsul

Buku Panduan Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi FK Unud

47 Anestesi, evaluasi praanestesi, informed consent Anestesi, status Anestesi dan status follow up pasca Anestesi

XVIII. Peserta didik bekerja sama dengan perawat Anestesi dan DPJP wajib mendokumentasikan setiap kejadian efek samping yang berhubungan dengan tindakan Anestesi dalam suatu formulir yang telah disediakan dan akan dievaluasi setiap enam bulan oleh unit penjaminan mutu Anestesi

XIX. Peserta didik yang menjalani stase di ruang terapi intensif, wajib datang lebih awal setiap harinya untuk melakukan visite terlebih dahulu sebelum mengikuti lapporan pagi.

XX. Peserta didik yang menjalani stase di ruang terapi intensif tetap wajib datang dan melakukan visite pada hari minggu / hari libur lainnya. Setelah selesai visite, dapat mengoperkan tugas observasi kepada residen yang bertugas jaga pada hari minggu / hari libur tersebut.

9.6 Tugas Jaga

9.6.1 Instalasi Gawat Darurat ( IRD ) Jaga Triage Instalasi Rawat Darurat (IRD) Peserta Didik Tahap 1

 Merespon panggilan resusitasi di IRD maupun ruang perawatan sekitar area IRD ( ruang ratna, PJT, radiologi IRD, area poliklinik/rekam medis/ rehabilitasi medik pada jam kerja )

 Bertanggung jawab melakukan penanganan dan monitoring pasca resusitasi

 Melakukan tindakan-tindakan medis yang dianggap perlu terhadap pasien-pasien emergency di ruang triage IRD

 Melaporkan pasien kepada residen tahap 2, berkonsultasi dengan residen tahap 2 apabila dijumpai permasalahan diruang resusitasi, baik dengan pasien, keluarga pasien, atau bagian lain

 Membuat laporan jaga di buku jaga Peserta Didik Tahap 2

 Merespon panggilan resusitasi di IRD maupun ruang perawatan sekitar area IRD ( ruang ratna, PJT, radiologi IRD, area poliklinik/rekam medis/rehabilitasi medik pada jam kerja )

 Bertanggung jawab melakukan penanganan dan monitoring pasca resusitasi

 Membantu peserta didik tahap 1 menangani dan melakukan tindakan-tindakan medis yang dianggap perlu terhadap pasien-pasien emergency di ruang triage IRD

 Melaporkan pasien kepada chief jaga IRD, berkonsultasi dengan chief jaga IRD apabila dijumpai permasalahan diruang resusitasi, baik dengan pasien, keluarga pasien, atau bagian lain

Peserta Didik Tahap 3 (Chief Jaga IRD)

 Menerima konsultasi dari residen tahap 2

 Chief jaga IRD akan berkonsultasi dengan konsulen jaga apabila tidak dapat menyelesaikan permasalahan

 Chief IRD akan membuat keputusan dan berkoordinasi dengan bagian lain untuk tindak lanjut pasca resusitasi

Buku Panduan Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi FK Unud

48 Jaga OK Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Peserta Didik Tahap 1

 Melakukan persiapan dan pelaksanaan anestesi sesuai dengan kompetensinya (bedah umum)

 Melakukan persiapan pra anestesia

 Membuat laporan jaga yang diketahui oleh senior jaga

 Memantau pasien pascabedah di ruang pemulihan

 Melaksanakan pengelolaan nyeri pasien-pasien pascabedah elektif sesuai dengan instruksi

 Melakukan persiapan dan pelaksanaan anestesi sesuai dengan kompetensinya (bedah umum)

Peserta Didik Tahap 2

 Melakukan persiapan dan pelaksanaan anestesi sesuai dengan kompetensinya

 Bertanggungjawab atas persiapan yang telah dilakukan oleh peserta didik tingkat 1

 Bertanggung jawab atas perawatan pasien di ruang pemulihan

 Melaporkan kepada leader jaga ( Chief IRD ) mengenai permasalahan yang ditemui pra, durante, dan pascabedah

 Bertanggungjawab atas laporan jaga

 Menyampaikan laporan jaga pada acara laporan pagi Peserta Didik Tahap 3 (Chief Jaga IRD)

 Sebagai koordinator dan bertanggungjawab atas pelayanan anestesia di area IGD

 Bertanggungjawab atas manajerial sumber daya di area IGD 9.6.2 Ruangan Perawatan

Jaga Acute Pain Service (APS) Peserta Didik Tahap 1 dan 2

 Bertanggungjawab atas manajemen nyeri pasien pasca bedah dan pasien konsultasi manajemen nyeri kanker dan nyeri kronik

 Dilaksanakan oleh semester 3 (Tahap 1) sebagai APS Junior dan semester 4 (Tingkat 2) sebagai APS senior

 Bekerja sama dengan semua residen yang mempunyai pasien pasca operasi yang masih diikuti untuk penanganan nyeri akut pasca operasi.

 Setiap harinya tim jaga APS melakukan serah terima pasien dengan tim stase APS

Pasien-pasien yang di follow up dan konsul manajemen nyeri dilaporkan ke DPJP manajemen nyeri

Jaga Ruang Terapi Intensif Peserta Didik Tahap 2 dan 3

 Menerima dan menjawab konsultasi pasien-pasien yang akan masuk RTI dari bagian lain.

 Melakukan tindakan – tindakan medis yang dianggap perlu terhadap pasien-pasien yang dirawat di RTI maupun pasien yang dikonsulkan atas persetujuan trainee/ konsulen jaga RTI, meliputi:

a. Intubasi endotrakea b. Setting ventilator c. Pemasangan CVC

Buku Panduan Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi FK Unud

49 e. Pemasangan jalur arteri

f. Terapi oksigen

g. Terapi keseimbangan asam basa h. Terapi cairan dan elektrolit i. Terapi inotropik dan vasopressor j. Resisusitasi jantung paru otak

k. Nutrisi enteral (termasuk pemasangan akses postpyloric) dan parental l. Terapi supportif lainnya

 Membuat resume pasien konsultasi intensif di buku laporan jaga

 Mengikuti tindakan operatif pasien – pasien RTI yang memerlukan tindakan pembedahan

 Berkonsultasi dengan chief jaga ruangan dan/atau konsulen jaga RTI apabila dijumpai permasalahan di ICU, baik dengan pasien, keluarga pasien atau bagian lain

 Wajib datang lebih awal setiap harinya untuk melakukan visite terlebih dahulu sebelum mengikuti lapporan pagi.

 Tetap wajib datang dan melakukan visite pada hari minggu / hari libur lainnya. Setelah selesai visite, dapat mengoperkan tugas observasi kepada residen yang bertugas jaga pada hari minggu / hari libur tersebut.

Chief Jaga Ruangan (Peserta Didik Tahap 3)

 Bertanggungjawab atas pelayanan anestesia di ruang perawatan (APS, ruang terapi intensif, operasi cito di Instalasi Bedah Sentral, ruang radiologi, burn unit, bayi tabung dan ruang rawat inap lainnya)

 Bertanggung jawab menjawab dan memeriksa semua pasien konsul di ruangan, IRD maupun klinik anestesia

Buku Panduan Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi FK Unud

50 BAB X

TATA TERTIB PESERTA DIDIK