• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tiga Cara Sang Buddha Mengajar 1. Beliau mengajar agar mereka yang mendengar dapat mengetahui

secara mendalam dan mengerti dengan benar apa yang pantas untuk diketahui dan dimengerti.

2. Beliau mengajar dengan menggunakan contoh-contoh sehingga mereka yang mendengar dapat merenungkan dan melihat (Dhamma) dengan benar (bagi diri mereka sendiri).

3. Beliau mengajar dengan suatu cara yang luar biasa, sehingga mereka yang mengikuti dan melaksanakan Sang Jalan (Dhamma) itu dapat memperoleh faedah-faedah (keuntungan) sesuai dengan praktek mereka.

Seorang pengusaha yang ingin mendapatkan banyak kemajuan dalam usahanya, harus membuat dan menetapkan suatu pedoman/prinsip lebih dahulu, sebelum mereka mulai menjalankan pekerjaannya. Pedoman-pedoman inilah yang banyak menentukan apakah usaha itu akan memperoleh kemajuan dan perkembangan atau tidak. Sebelumnya mereka harus mengerti dan mempelajari dengan sebaik-baiknya hal-hal yang ada hubungannya dengan usaha yang dijalankan tersebut. Mereka harus menyelidiki kelemahan-kelemahan yang ada dan berusaha dengan selekas mungkin untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut bila telah diketahui penyebabnya.

Di samping itu mereka harus membuat rencana-rencana yang akan dijalankan dalam jangka waktu tertentu. Mereka hendaknya juga berusaha sedapat mungkin untuk menjalankan pekerjaannya tersebut sesuai dengan rencana-rencana yang telah dibuat. Maka rintangan-rintangan yang menghalangi jalannya perusahaan akan dapat diatasi sedini mungkin. Dengan demikian tujuan utama perusahaan tersebut akan dapat dicapai.

Demikian pula halnya dengan Sang Buddha, seorang pekerja yang paling utama dalam dunia ini. Pekerjaan mulia Beliau adalah mengajar dan membimbing semua makhluk khususnya manusia untuk menjalankan Dhamma yang akan membuat mereka semua akan memperoleh kedamaian, kesejahteraan serta kebahagiaan. Beliau menjalankan pekerjaanNya dengan sebaik dan sempurna mungkin sehingga keuntungan yang besar tersebut dapat dicapai mereka semua. Karena begitu sempurna AjaranNya (Dhamma), sehingga dapat bertahan terus walaupun telah berusia 2.500 tahun lebih. DhammaNya itu juga dikenal di seluruh penjuru dunia.

Pada waktu Beliau berdiam di Cetiya Gotamaka yang terletak di dekat kota Vesali Beliau menyatakan AjaranNya sebagai berikut:

ABHIÑÑAYAHAṀ BHIKKHAVE DHAMMAṀ DESEMI NO ABHIÑÑAYA

SANIDĀNAHAṀ BHIKKHAVE DHAMMAṀ DESEMI NO ANIDĀNAṀ SAPPATIHARIYĀHAṀ BHIKKHAVE DHAMMAṀ

DESEMI NO APPATIHARIYAṀ

Yang artinya:

“Duhai para Bhikkhu, kami mengajarkan Dhamma demi

Pengetahuan Tertinggi, bukan tidak demi Pengetahuan Tertinggi. Duhai para Bhikkhu, kami mengajarkan Dhamma berdasarkan alasan-alsann, bukan tidak berdasarkan pada alasan-alasan. Duhai para Bhikkhu, kami mengajarkan Dhamma demi Pengertian, bukan tidak demi Pengertian.”

PENJELASAN:

Beliau mengajar agar mereka yang mendengar dapat mengetahui dan mengerti dengan benar apa yang patut untuk diketahui dan dimengerti.

Dalam banyak kesempatan Sang Buddha sering menekankan bahwa Beliau hanya mengajarkan Dhamma kepada mereka yang dapat menerima DhammaNya tersebut. Beliau mengajarkan Dhamma bukan dengan tujuan supaya mereka yang mendengar akan mengetahui PengetahuanNya yang luas dan KebijaksanaanNya yang tinggi, akan

tetapi semata-mata dengan tujuan agar mereka yang mendengar akan dapat mengerti dengan benar. Beliau tidak akan mengajarkan DhammaNya apabila dirasa waktunya masih belum tepat.

Sekarang yang menjadi pertanyaan kitam mengapa Dhamma itu patut untuk diketahui dan dimengerti. Satu-satunya jawaban yang tepat ialah karena Dhamma itu akan membawa banyak manfaat dan keuntungan bagi mereka yang melaksanakannya. Jelasnya Sang Buddha tidak akan mengajarkan sesuatu yang tidak dapat membawa keuntungan, walaupun hal itu merupakan suatu kebenaran.

Sang Buddha sering mengajarkan tentang unsur-unsur yang membentuk tubuh makhluk hidup (Dhātu), juga tentang Indriya-indriya (Āyatana) dan tentang kelompok kehidupan (Khanda), dengan tujuan supaya kita dapat mengerti dengan jelas siapakah sesungguhnya kita ini. Adakah yang kekal di dalamnya? Patutkan kita melekat kepadanya? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang patut kita renungkan setiap saat. Apabila kita telah mengerti itu semua dengan benar, maka terbuka semua misteri yang menyelimuti kehidupan ini selama berabad-abad lamanya.

Untuk dapat mengerti ini semua dengan benar bukanlah suatu pekerjaan yang ringan, ini memerlukan suatu perjuangan yang keras sehingga kebijaksanaan yang ada dalam diri kita akan dapat berkembang (Lokuttara Paññā).

Beliau mengajarkan dengan menggunakan alasan-alasan, sehingga mereka yang mendengar akan dapat mengerti dan memahami Dhamma dengan benar.

Jadi semua ajaran-ajaran Sang Buddha adalah suatu kebenaran yang mutlak, bukanlah sesuatu hal yang masih diragukan atau masih samar-samar pengertiannya. Semuanya itu merupakan suatu kenyataan umum yang telah dialami oleh semua makhluk hidup. Juga bukan sesuatu hal yang dibuat-buat atau diada-adakan sendiri, akan tetapi memang telah ada.

Dalam suatu kesempatan Sang Buddha pernah bersabda:

“Oh para Bhikkhu, apakah Tathāgata muncul atau tidak, Dhamma tetap ada. Ini merupakan Hukum Abadi.”

Beliau mengajarkan Dhamma dengan menggunakan suatu cara yang luar biasa, sehingga mereka yang melaksanakan akan memperoleh manfaat dan keuntungan sesuai dengan praktek mereka.

Jelaslah semua ajaran Sang Buddha akan menghasilkan manfaat. Besar kecilnya manfaat tersebut tergantung sepenuhnya pada usaha yang telah dilakukan. Misalnya tentang Pancasila Buddhis, siapa pun yang bisa melaksanakan semuanya akan memperoleh manfaat atau keuntungan yang sempurna. Mereka yang hanya melaksanakan sebagian saja juga akan memperoleh manfaat walaupun agak kurang.

TAMBAHAN:

Sang Buddha adalah seorang guru yang tidak pernah menggunakan kekuasaanNya untuk dipaksakan kepada murid-muridNya. Dalam banyak hal Sang Buddha sering memberikan hak atau kebebasan kepada murid-muridNya.

1. Kebebasan atau hak dalam hal belajar (Pariyatti)

Sang Buddha tidak pernah melarang siswa-siswaNya untuk mempelajari pengetahuan-pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang secara langsung maupun tidak langsung akan membantu dalam usaha untuk mendapatkan kepandaian, kecerdasan, kepintaran dan kebijaksanaan.

2. Kebebasan atau hak dalam melaksanakan ajaran (Paṭipatti)

Sang Buddha hanyalah sebagai Penunjuk Jalan, setiap murid-muridNya bebas melaksanakan AjaranNya sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Mereka bebas melakukan usaha yang mereka anggap baik untuk diri mereka sendiri maupun makhluk lain.

Kesucian dan kesempurnaan tidaklah dimonopoli oleh seorang Buddha saja, akan tetapi setiap makhluk apabila berusaha dan berjuang dengan sungguh-sungguh dapat memperoleh kesucian. Bahkan mereka juga dapat mencapai hasil seperti apa yang telah dicapai oleh Sang Buddha, jika mereka mau dan terus berusaha.

-o0o-29.