• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Menghentikan Duccarita, dengan kata lain menghentikan praktek-praktek salah melalui badan, ucapan dan pikiran.

2. Mengembangkan Sucarita, dengan kata lain mengembangkan praktek-praktek benar melaui badan, ucapan dan pikiran.

3. Membuat hati (pikiran) menyingkir dari hal-hal yang menimbulkan kekotoran batin, yaitu keserakahan, kebencian dan kebodohan. Untuk dapat melaksanakan ajaran agama sesuai dengan yang diajarkan oleh agama yang dianutnya adalah suatu pekerjaan yang berat. Pekerjaan-pekerjaan ini dapat dilaksanakan dengan sempurna hanya dalam satu kali kehidupan saja. Untuk dapat melaksanakan itu semua haruslah ada suatu pedoman. Satu-satunya pedoman yang sangat sesuai bagi pemeluk agama Buddha ialah Ovādapāṭimokkha yang salah satu isinya adalah sebagai berikut:

SABBAPAPĀSSA AKARANAṀ - KUSALASSŪPASAMPADĀ

SACITTAPAIYIDAPANAṀ - ETAṀ BUDDHĀNA SASANAṀ. Yang artinya:

JANGANLAH BERBUAT JAHAT - TAMBAHLAH PERBUATAN BAIK

SUCIKAN HATI DAN PIKIRAN - ITULAH AJARAN DARI SEMUA BUDDHA.

Syair diatas adalah bagian yang sangat penting dalam agama Buddha, bahkan dapat juga dikatakan bahwa syair tersebut adalah Jantung agama Buddha. Syair itu merupakan intisari seluruh ajaran yang telah disampaikan oleh Sang Buddha, yang berjumlah 84.000 bab itu. Dengan kata lain, kalimat pertama adalah ringkasan Vinaya Pitaka, kalimat kedua adalah ringkasan Sutta Pitaka, sedangkan kalimat ketiga adalah ringkasan Abhidhamma Pitaka.

ASAL MULA OVĀDAPĀṬIMOKKHA

Menyadari betapa pentingnya Ovādapāṭimokkha ini, maka sangat tepat untuk diceritakan secara garis besar kejadian waktu Ovādapāṭimokkha ini disabdakan oleh Sang Buddha.

Pada waktu sembilan bulan setelah Sang Buddha mencapai Penerangan Sempurna, tepatnya pada saat Purnama Siddhi di bulan

Māgha, Sang Buddha bersemayam di Vihara Veluvanārama (vihara yang dibangun oleh Raja Bimbisara) di dekat kota Rajagaha, India. Pada saat itu terjadi suatu peristiwa yang sangat jarang sekali terjadi, yaitu: Berkumpulnya 1.250 siswa Sang Buddha tanpa mengadakan suatu perjanjian terlebih dahulu. Kesemuanya adalah siswa-siswa langsung sendiri. Dan semua siswaNya itu telah mencapai tingkatan Arahat dan memiliki kekuatan batin atau yang biasa disebut Abhiñña.

Pada saat itulah Sang Buddha sebagai Maha Guru dari Manusia dan Dewa membabarkan pokok-pokok AjaranNya, yang salah satunya adalah yang tertulis diatas.

PENJELASAN:

Sesuai dengan hukumnya, setiap makhluk bertanggung-jawab terhadap kammanya sendiri dan setiap makhluk hidup adalah pembuat kammanya sendiri. Kamma itu dapat dilakukan dengan melalui tiga cara, yaitu melalui perbuatan, ucapan dan pikiran. Perlu juga diketahui, bahwa suatu perbuatan dapat disebut kamma apabila dilandasi dengan suatu kehendak atau dalam Bahasa Palinya disebut Cetanā. Tanpa Cetanā ini tidak mungkin seseorang dapat dikatakan telah membuat kamma. 1. Perbuatan Jasmani (Kāya Kamma)

Yang dimaksud Kāya Kamma adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan melalui badan jasmani, misalnya memukul, menganiaya, mencuri, merampok, membunuh, menodong dan lain-lain.

2. Perbuatan Ucapan (Vaci Kamma)

Yaitu semua perbuatan yang dilakukan dengan melalui ucapan sebagai landasannya, misalnya menipu, mencela, berbohong,

berbicara kasar, memfitnah, mengadu-domba, memuji, memberi nasihat, berdoa/membaca Paritta, memberikan khotbah dan lain-lain. 3. Perbuatan Pikiran (Mano Kamma)

Yaitu semua perbuatan yang dilakukan oleh pikiran, misalnya merencanakan suatu perbuatan, mencuri, merampok, merenungkan sifat- sifat mulia, memancarkan perasaan cinta kasih, melakukan meditasi dan lain-lain.

Ketiga-tiganya adalah landasan pokok bagi terwujudnya suatu kamma. Baik buruknya kamma itu tergantung sepenuhnya pada Cetanā. Apabila kita berbuat, berbicara, berpikir dengan penuh kebencian, keserakahan atau kebodohan, maka kamma yang kita perbuat tergolong kamma buruk atau Akusalakamma dan buahnya sudah pasti penderitaan.

Sedangkan apabila kita berbuat, berbicara, berpikir bebas dari kebencian, keserakahan atau kebodohan, maka kamma yang kita perbuat tergolong kamma baik atau Kusalakamma dan akan berbuah kebahagiaan. Untuk itulah sangat penting bagi kita untuk membuat pikiran kita jauh dari kebencian, keserakahan dan kebodohan (Dosa, Lobha, dan Moha).

Seseorang dilahirkan dalam keadaan yang menyenagkan,

menyusahkan, miskin, kaya, cantik, jelek, pandai, bodoh adalah tergantung kamma yang dia perbuat sebelumnya. Oleh karena itu Sang Buddha sering menyarankan kepada kita agar selalu menjaga panca-indera dan pikiran kita.

NASIHAT PERTAMA

Ajaran Sang Arahanta Sammasambuddha yang pertama adalah menghentikan Duccarita. Dengan kata lain menghentikan semua perbuatan jahat, perbuatan yang akan membuahkan penderitaan. Perbuatan-perbuatan jahat itu dilakukan dengan melalui badan jasmani

(Kāya Duccarita), ucapan (Vaci Duccarita), maupun yang dilakukan oleh pikiran (Mano Duccarita).

Ajaran ini memiliki persamaan dalam pengertiannya dengan

Ovādapāṭimokkha bab yang kesatu yang berbunyi “Janganlah berbuat jahat” atau dalam Bahasa Palinya berbunyi Sabbapapāssa akaranaṁ.

Perbuatan jahat yang dilakukan oleh badan jasmani (Kāya Duccarita) ada tiga, yaitu:

1. Membunuh makhkuk hidup

2. Mencuri atau mengambil barang-barang milik orang lain 3. Berzinah atau berkelakuan asusila

Dan perbuatan jahat yang dilakukan dengan melalui ucapan (Vaci Duccarita) ada empat macam, yaitu:

1. Berdusta/berbohong/menipu

2. Mengadu-domba atau memfitnah sehingga menimbulkan permusuhan

3. Mengeluarkan kata-kata kasar, umpamanya seperti mengumpat, mencaci maki dan lain sebagainya

4. Berbicara tentang hal-hal yang tidak berguna (omong kosong) Sedangkan perbuatan jahat yang dilakukan dengan memulai pikiran (Mano Duccarita) adalah sebagai berikut:

1. Lobha atau keserakahan Ingin memiliki harta orang lain. 2. Byāpāda atau itikad jahat

Pikiran ingin menyakiti orang lain 3. Micchādiṭṭhi atau pandangan salah

Pengertian yang bertentangan dengan hukum kebenaran.

Kesepuluh perbuatan jahat seperti yang tersebut di atas itu adalah hal-hal yang pertama-tama harus dihindarkan oleh seorang pemeluk atau penganut agama Buddha. Tanpa menghentikannya terlebih dahulu, maka perbuatan baik atau Kusala Kamma sulit untuk dilakukan.

NASIHAT KEDUA

Setelah dapat menghentikan Duccarita maka seorang umat Buddha

seharusnya mengembangkan Sucarita. Dengan kata lain,

mengembangkan semua perbuatan baik, perbuatan-perbuatan yang akan mendatangkan kebahagiaan. Perbuatan- perbuatan baik itu dapat

dilakukan dengan melalui badan jasmani (Kāya Sucarita), Ucapan (Vaci Sucarita), Pikiran (Mano Sucarita).

Ajaran ini memiliki persamaan dalam pengertiannya dengan

Ovādapāṭimokkha bab yang kedua, yang berbunyi “Tambahlah perbuatan baik” atau dalam Bahasa Palinya Kusalassūpasampada.

Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh badan jasmani (Kāya Sucarita) ada tiga, yaitu:

1. Menahan diri dari pembunuhan makhluk hidup

2. Menahan diri dari mengambil barang-barang milik orang lain. 3. Menahan diri dari perbuatan asusila.

Dan perbuatan baik yang dilakukan dengan melalui ucapan (Vaci Sucarita) ada empat, yaitu:

1. Menahan diri dari berdusta/berbohong/menipu.

2. Menahan diri dari mengadu-domba atau memfitnah sehingga menimbulkan permusuhan.

3. Menahan diri dari mengeluarkan kata-kata yang kasar dan kotor. 4. Menahan diri dari berbicara tentang hal-hal yang tak berguna. Sedangkan perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan dengan melalui pikiran (Mano

Sucarita) ada tiga, yaitu:

1. Alobha atau ketidakserakahan. Tidak ingin memiliki harta orang lain. 2. Abyāpāda atau itikad tidak jahat.

Tidak mempunyai pikiran untuk menyakiti orang lain. 3. SammāDiṭṭhi atau pandangan benar.

Tidak mempunyai pengertian yang bertentangan dengan kebenaran. Kesepuluh perbuatan baik tersebut di atas adalah perbuatan-perbuatan yang patut dibangkitkan dan kemudian dikembangkan. Dengan mengembangkan kesepuluh perbuatan-perbuatan itu, maka kita akan dapat dilahirkan dalam alam-alam yang menyenangkan (Sugati).

NASIHAT KETIGA

Setelah kita dapat menghentikan Duccarita, dan telah mengembangkan Sucarita, maka hal terakhir yang harus dilakukan adalah membuat pikiran menyingkir dari hal-hal yang menimbulkan kekotoran batin. Tiga hal yang harus disingkirkan dari pikiran adalah:

1. Keserakahan atau LOBHA

2. Kebencian atau DOSA

3. Kebodohan/kegelapan batin atau MOHA

Tiga hal tersebut di atas adalah akar timbulnya semua perbuatan jahat. Apabila tigal hal tersebut belum dapat diatasi maka kesepuluh perbuatan jahat dapat timbul dalam diri kita.

Ajaran ini dapat disamakan dengan Ovādapāṭimokkha bab yang ketiga yang berbunyi “Sucikan hati dan pikiran” atau dalam Bahasa Palinya berbunyi Sacittapariyodapanaṁ.

-o0o-BAB II