• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Tindak Tutur

1. Pengertian Tindak Tutur

Teori tindak tutur atau speech act pertama kali di disampaikan oleh seorang filsuf berkebangsaan Inggris bernama John L. Austin pada tahun 1955 di Universitas Harvard. Austin mengatakan bahwa ketika seseorang mengatakan sesuatu maka ia juga melakukan sesuatu.24

Austinlah yang pertama mengungkapkan bahwa bahasa dapat digunakan untuk melakukan tindakan melalui perbedaan ujaran konstatif dan ujaran performatif. Ujaran konstatif mendeskripsikan atau melaporkan peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan di dunia. Ujaran konstatif dapat dikatakan benar atau salah. Sedangkan ujaran performatif pengujaran kalimat merupakan, atau merupakan bagian dari, melakukan tindakan, yang sekali lagi biasanya tidak dideskripsikan sebagai, atau „hanya‟ sebagai, tindak untuk melakukan sesuatu.25

Menurut Austin agar dapat terlaksana ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam tuturan-tuturan performatif. Syarat-syarat yang diperlukan dan harus dipenuhi agar suatu tindakan dapat berlaku disebut dengan felicity conditions, yaitu:

1. The persons and circumstances must be ppropriate, artinya pelaku dan situasi harus sesuai.

23 Ibid, hlm. 70

24 FX Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 11

25 Louise Cummings, Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 8.

2. The act must be executed completely and correctly by all participants, artinya tindakan harus dilaksanakan dengan lengkap dan benar oleh semua pelaku.

3. The participants must have the appropriate intentions, artinya pelaku harus mempunyai maksud yang sesuai.26

Pandangan John Austin tersebut telah memberikan pengaruh besar di bidang filsafat maupun linguistik. Pada masa-masa selanjutnya, pandangan-pandangan ini telah diadopsi dan dikembangan secara aktif oleh para ahli bahasa lainnya.

Searle mengembangkan hipotesa bahwa pada hakekatnya semua tuturan mengandung arti tindakan, bukan hanya tuturan yang mempunyai kata kerja performatif. Searle juga menjelaskan bahwa dalam komunikasi unsur yang paling kecil adalah tindak tutur seperti menyatakan, membuat pertanyaan, memberi perintah, menguraikan, menjelaskan, minta maaf, berterima kasih, mengucapkan selamat, dan lain-lain.27

Hudson menjelaskan bahwa tindak tutur adalah ujaran yang dibuat sebagai bagian dari interaksi sosial. Tindak tutur merupakan bagian dari peristiwa tutur dan peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi tutur. Setiap peristiwa tutur terbatas pada kegiatan atau aspek-aspek kegiatan yang secara langsung diatur oleh kaidah atau norma bagi penutur.28 Tindak tutur adalah kegiatan seseorang menggunakan bahasa kepada mitra tutur dalam rangka mengkomunikasikan sesuatu. Apa makna yang dikomunikasikan tidak hanya dapat dipahami berdasarkan penggunaan bahasa dalam bertutur tersebut tapi juga ditentukan oleh aspek-aspek komunikasi secara komprehensif, termasuk aspek-aspek situasional komunikasi.29

Analisis tindak tutur adalah mengkaji akibat ucapan berdasarkan sikap pembicara dan pendengar dengan menggunakan tiga perbedaan. Pertama, mengetahui fakta asli yang menjalankan tindakan komunikatif atau tindakan

26 FX Nadar, Op.Cit, hlm. 11-12

27 Ibid, hlm. 11-12

28 Ida Bagus Putrayasa, Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 85.

29 Ibid, hlm. 87

pengungkapan. Kedua, melihat pada tindakan yang muncul sebagai hasil dari pembicara yang melakukan ucapan seperti bertaruh atau berjanji. Ketiga, melihat akibat khusus dari ucapan pembicara pada pendengar, yang mungkin merasa kagum, terbujuk, terancam, dll.30

2. Klasifikasi Tindak Tutur

Searle mengemukakan secara pragmatis terdapat tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act).

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu atau The act of saying something. Tindak ilokusi adalah tuturan yang digunakan untuk melakukan sesuatu disebut juga sebagai The act of doing something. Sedangkan tindak tutur perlokusi atau The act of affection someone adalah tindak tutur yang pengutaraanya bertujuan untuk mempengaruhi lawan tutur.31

Selain secara pragmatis, tindak tutur juga dibagi berdasarkan fungsi, maksud, serta maknanya. Berikut adalah tindak tutur berdasarkan fungsinya menurut Searle:

1. Asertif (Assertives): bertujuan untuk menyampaikan sesuatu berkaitan dengan kebenaran pernyataan yang diungkap, seperti menyatakan menerima atau menolak, mengusulkan, membual, mengeluh, mengajukan pendapat, melaporkan.

2. Direktif (Directives): bertujuan agar lawan tutur melakukan sesuatu untuk menghasilkan suatu efek terhadap tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat.

3. Komisif (Commissives): bertujuan untuk meyampaikan sesuatu yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya, menjanjikan, menawarkna.

4. Ekspresif (Expressive): untuk mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya, mengucapkan terimakasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawa, dan sebagainya.

30 David Crytal, Ensiklopedia Bahasa, Terj. Rahmani Astuti, (Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia, 2015), hlm.

110

31 Ida Bagus Putrayasa, Op.Cit, hlm. 87-88

5. Deklarasi (Declaration): fungsi iloksui ini adalah untuk mengungkapkan pernyataan yang keberhasilan pelaksanaannya tampak pada adanya kesesuaian dengan realitas tindakan, misalnya, mengundurkan diri, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman.32

Berdasarkan asumsi “Berbicara menggunakan suatu bahasa adalah mewujudkan perilaku dalam aturan yang tertentu” maka tindak tutur ilokusi terbagi menjadi lima jenis, yaitu:

1. Tindak tutur representatif yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk menetapkan atau menjelaskan sesuatu apa adanya.

2. Tindak tutur komisif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong pembicaraan melakukan sesuatu. Komisif terdiri atas 2 tipe, yaitu promises (menjanjikan) dan offers (menawarkan).

3. Tindak tutur direktif, yaitu tindak tutur yang mendorong pendengar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh, perintah, meminta.

4. Tindak tutur ekspresif, tindak tutur ini berfungsi untuk mengekspresikan perasaan dan sikap.

5. Tindak tutur deklaratif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk memantapkan sesuatu yang dinyatakan, antara lain dengan setuju, tidak setuju, benar-benar salah, dan sebagainya.33

3. Interaksi Jenis-jenis Tindak Tutur

Pada umumnya penutur tidak menyadari bahwa tuturan yang mereka ujarkan adalah hasil dari berbagai interaksi antara teknik dan strategi bertutur.

Menurut Wijana, apabila di antara teknik dan strategi bertutur itu diinteraksikan maka diperoleh jenis-jenis tindak tutur sebagai berikut:

1. Tindak tutur langsung literal (direct literal speech) adalah tuturan untuk menyatakan sesuatu yang bermakna lugas dan sesuai dengan fungsi tipe kalimatnya. Artinya, tuturan ini diutarakan dengan modus tuturan dan makna tuturan yang sama dengan maksud pengutaraannya.

Contoh: (9.a) Anak-anak boleh bermain di halaman.

32 Ibid, hlm. 89

33 Ibid, hlm. 90-92

Tuturan (9.a) jika diteliti berdasarkan interaksi makna tuturannya dan strategi bertuturnya dapat dikatakan sebagai tuturan yang langsung literal apabila mengandung maksud „anak-anak memang boleh bermain di halaman karena sedang istirahat dan cuacanya cerah‟.

2. Tindak tutur langsung tidak literal, difungsikan sesuai dengan tipe kalimatnya tetapi kata-kata yang digunakan tidak menunjukkan makna yang sama dengan maksud yang dituju oleh penuturnya. Misalnya, maksud memerintah diungkapkan dengan kalimat perintah atau maksud memberitahukan sesuatu dengan kalimat berita, tetapi di balik itu terkandung maksud yang lain dan biasanya untuk maksud menyindir.

Dokumen terkait