• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BENTUK TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG

2.5 Tindak Tutur Komisif

2.5.2 Tindak Tutur Komisif Pembeli

2.5.2.1 Tindak Tutur Komisif Berjanji

Menurut KBBI V (2018), berjanji memiliki definisi yaitu menyatakan bersedia dan sanggup untuk berbuat sesuatu. Tindak tutur berjanji digunakan penutur untuk menyatakan kesanggupan atas apa yang ia tuturkan. Berikut dialog yang termasuk ke dalam tindak tutur komisif berjanji.

(62) Konteks : Pembeli menawar harga sebuah pakain. Lalu tawaran tersebut diterima pedagang, pembeli akan membeli lebih dari satu buah.

(a) Pembeli : Ini berapa? (914)

(b) Pedagang : Seratus dua puluh. (915)

(c) Pembeli : Nggak (tidak) seratus (ribu rupiah) aja (saja)?

Aku tak ambil dua. (916)

(Beringharjo, 10 November 2019) Tuturan (62c) “Aku tak ambil dua.” yang dituturkan pembeli kepada pedagang bermaksud untuk berjanji. Pembeli berjanji akan membeli dua buah pakaian jika setiap barangnya seharga seratus ribu rupiah.

Dalam interaksi antara pedagang batik dengan pembeli di Pasar Beringharjo, ditemukan bentuk tindak tutur yang dominan dilakukan pedagang dan pembeli. Dari pihak pedagang, ditemukan tindak tutur asertif, yakni asertif menunjukkan. Di sisi lain, tindak tutur yang dilakukan pembeli yaitu tindak tutur asertif mengeluh. Pedagang batik melakukan tindak tutur asertif menunjukkan ketika ada pembeli yang menanyakan pakaian yang ia cari. Kemudian, pembeli

melakukan tindak tutur mengeluh ketika barang yang diinginkan tidak ada, maka tindak tutur asertif mengeluh digunakan untuk menyatakan keluhan. Kedua bentuk tindak tutur ilokusi di atas merupakan ciri khas penggunaan tindak tutur dalam proses transaksi di pasar karena ada situasi yang mendukung terciptanya tindak tutur.

61 BAB III

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI

DALAM DIALOG PEDAGANG BATIK DENGAN CALON PEMBELI DI PASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

SEPTEMBER–DESEMBER 2019

3.1 Pengantar

Pada bab ini diuraikan fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam dialog antara pedagang dengan calon pembeli di Pasar Beringharjo. Ditemukan tiga fungsi tindak tutur ilokusi, yakni (i) fungsi kolaboratif (collaborative) atau bekerja sama, (ii) fungsi ilokusi konvivial (convivial) atau menyenangkan, dan (iii) fungsi ilokusi kompetitif (competitive) atau bersaing. Ketiga fungsi tersebut dijabarkan berdasarkan dua sumber tuturan, yakni dari segi pedagang dan juga pembeli.

3.2 Fungsi Kolaboratif

Fungsi ilokusi kolaboratif atau bekerja sama adalah fungsi dengan sopan santun yang tidak terlalu dilibatkan karena dalam fungsi ini sopan santun sifatnya tidak relevan (Leech, 1993: 163). Fungsi yang dapat dikategorikan sebagai fungsi kolaboratif antara lain (i) fungsi kolaboratif menyatakan dan (ii) fungsi kolaboratif melaporkan. Keduanya ditemukan dalam wacana percakapan pedagang dan pembeli di Pasar Beringharjo.

3.2.1 Fungsi Kolaboratif Pembeli

Tuturan-tuturan yang dilakukan pembeli ketika bertransaksi dengan pedagang mengandung fungsi kolaboratif, yaitu (i) fungsi kolaboratif menyatakan dan (ii) fungsi kolaboratif melaporkan.

3.2.1.1 Fungsi Kolaboratif Menyatakan

(63) Konteks : Pembeli menganggap harga yang ditawarkan pedagang terlalu mahal.

(a) Pembeli : Gamis sampai berapa? (268)

(b) Pedagang : Itu seratus lima puluh, Ibu. Bisa tawar, berapa?

Bisa tawar, belum harga pas, Ibu. (269) (c) Pembeli : Tak kira lek (saya kira) tiga puluhan

(ribu rupiah), e. (270)

(d) Pedagang : Hehe mboten wonten (tidak ada), ibu.

Iku sek (itu yang) katun, e. (271)

(e) Pembeli : Tiga lima. (272)

(f) Pedagang : Lima puluh, Ibu, kalau mau. (273) (g) Pembeli : Nek sik (kalau yang) biasa-biasa? (274) (h) Pedagang : Menapa (bagaimana), Ibu? (275) (i) Pembeli : Maksud e sek ndak katun-katun

(maksudnya kalau yang bukan katun-katun). (276) (j) Pedagang : Daster, kaos anak, Bu, celana.

Katun semua kalau ini. Sek mboten mung daster kalong-kalong iku. Liyane katun kabeh iki, sedaya.

(Yang bukan cuma daster model kelelawar itu.

Semua katun semua ini). (277)

(k) Pembeli : Nek daster kok larang men ta?

(Kalau daster kok mahal sih?) (278) (Beringharjo, 8 September 2019) Pada data (63) terdapat fungsi kolaboratif menyatakan yakni ketika pembeli menyatakan harga daster mahal, yang ditunjukkan dalam tuturan (63k) “Nek daster kok larang men ta? (kalau daster kok mahal sih?)” Fungsi menyatakan pada tuturan tersebut tidak melibatkan sopan santun.

(64) Konteks : Pembeli mengeluh karena harga pakaian mahal.

(a) Pembeli : Pira, Mas, iki, Mas? (Ini berapa, Mas?) (652) (b) Pedagang : Itu seratus dua lima. Bisa tawar, berapa? (653) (c) Pembeli : Kok bengi larang yo?

(Kalau malam kok mahal ya). (654)

(Beringharjo, 19 Oktober 2019) Pada data (64) fungsi kolaboratif menyatakan yaitu ketika pembeli menyatakan keluhan atas harga pakaian yang mahal ketika malam hari. Tuturan di atas tidak melibatkan sopan santun, karena pada dasarnya pembeli hanya menyatakan keluhannya tanpa mementingkan tata krama.

3.2.1.2 Fungsi Kolaboratif Melaporkan

Menurut KBBI V (2018), kata ‘melaporkan’ memiliki definisi

‘memberitahukan’. Fungsi kolaboratif melaporkan terdapat dalam tuturan pembeli ketika memberitahukan suatu hal tanpa melibatkan sopan santun. Berikut data yang mengandung fungsi kolaboratif melaporkan.

(65) Konteks : Pembeli berkata kepada pedagang bahwa ia pernah membeli barang yang sama dengan harga murah.

(a) Pedagang : Mari, bu, mangga (silakan), gamis? (282)

(b) Pembeli : Ni berapa ini, Mas? (283)

(c) Pedagang : Mana, Ibu? Itu dua limaan. (284) (d) Pembeli : Wah, saya dulu beli, lima puluh dapet (dapat) tiga. (285) (Beringharjo, 8 September 2019) Fungsi kolaboratif melaporkan pada data (65) ditunjukkan dalam tuturan (65d)

“Wah, saya dulu beli, lima puluh dapet (dapat) tiga.” Tuturan tersebut melaporkan pengalaman pembeli ketika membeli barang yang sama seharga lima puluh ribu rupiah untuk tiga buah barang. Tuturan tersebut tidak melibatkan

sopan santun dan tata krama karena pada dasarnya pembeli hanya memberitahukan apa yang pernah ia alami ketika membeli sebuah barang.

3.2.2 Fungsi Kolaboratif Pedagang

Ketika berdialog dengan pembeli, terdapat fungsi kolaboratif dalam tuturan-tuturan yang dilakukan pedagang. Fungsi kolaboratif tersebut ialah (i) menyatakan dan (ii) melaporkan.

3.2.2.1 Fungsi Kolaboratif Menyatakan

(66) Konteks : Pembeli menawar harga pakaian, tetapi disanggah pedagang.

(a) Pembeli : Ini ukurannya apa ya? (61)

(b) Pedagang : Itu satu ukuran semua, Pak. Itu yang jumbo. (62)

(c) Pembeli : Yang gemuk nih ya? (63)

(d) Pedagang : Iya. Buat siapa, Pak? (64)

(e) Pembeli : Ibu, buat emak. Kurangin yah? (65) (f) Pedagang : Udah (sudah) murah ya, Pak, itu. Dah, empat lima

nggak papa (tidak apa-apa), empat lima.

Maunya bapak berapa? (66)

(Beringharjo, 7 September 2019) Data (66) mengandung fungsi kolaboratif menyatakan yang ditunjukkan pada tuturan (66f) “Udah murah ya, Pak, itu”. Fungsi pada tuturan tersebut yaitu menyatakan bahwa pakaian yang dijual pedagang harganya sudah murah. Data di atas tujuannya menerangkan kepada pembeli agar percaya, maka sopan santun sifatnya tidak positif.

(67) Konteks : Pedagang tidak mau menyerahkan dagangannya kalau pembeli tidak mau menambah ongkos.

(a) Pembeli : Yang mana ya, hmm. Ijo ini aja (saja) deh. (190) (b) Pedagang : Hijau? Tapi tambah sepuluh, Masnya, ya? (191)

(c) Pembeli : Ah, nggak (tidak) usah. (192) (d) Pedagang : Belum dapet (dapat), Mas. Gimana (bagaimana) ? (193) (e) Pembeli : Nggak papa udah (tidak apa-apa sudah), ah. (194) (f) Pedagang : Ya belum dapet (dapat), Masnya.

Itu udah (sudah) ada harganya kok. (195) (Beringharjo, 8 September 2019) Pada data (67), fungsi kolaboratif menyatakan ditunjukkan ketika pedagang menyatakan bahwa harga pakaian yang diinginkan pembeli tidak bisa ditawar lagi, karena sudah dipatenkan oleh pedagang. Tuturan (67f) “Ya belum dapet (dapat), Masnya. Itu udah (sudah) ada harganya kok.” dituturkan pedagang semata-mata hanya untuk menyatakan bahwa pakaian yang dijual memiliki harga sendiri-sendiri , maka sopan santun tidak dilibatkan pada kondisi ini.

(68) Konteks : Pedagang menjelaskan alasan harga sebuah pakaian sedikit lebih mahal.

(a) Pembeli : Ini pinten (berapa), Mas? (235) (b) Pedagang : Itu seratus dua puluh, Ibu, bisa tawar, berapa?

Pinten (berapa)? Mangga (silahkan). (236) (c) Pembeli : Hmm aja nglarangi ta ya

(jangan mahal-mahal ya). (237)

(d) Pedagang : He katun iki (ini), Bu. (238)

(Beringharjo, 8 September 2019) Data (68) mengandung fungsi bekerja sama yaitu saat pedagang menyatakan bahwa sebuah pakaian dengan bahan katun harganya agak mahal. Data tersebut termasuk dalam fungsi kolaboratif menyatakan karena sebatas pernyataan atas harga katun yang mahal, tanpa menghiraukan tujuan sosial.

(69) Konteks : Pedagang memberitahukan kepada pembeli bahwa stok pakaian yang dipilihtinggal sedikit.

(a) Pedagang : Seratus lima puluh, dua, itu Mbak. Udah (sudah)

murah. Udah murah itu, mbak, enggak nek tak

(tidak kalau saya) kasih mahal. (663) (b) Pembeli : Ya, Mas, ya? Tujuh puluh. (664) (c) Pedagang : Tujuh lima. Cuma tambah lima ribu, Mbak.

Seratus lima pulu, Mbak, itu nanti. (665)

(h) Pembeli : Sing oren, oren (yang oranye, oranye). (670) (i) Pedagang : Sek endi, Mbak? (yang mana, Mbak?).

Tinggal tiga ini, Mbak. Dua? Tiga? Itu lainnya rit (ritsleting) semua itu, Mbak. Apa kayak gini (begini),

warna hitam. (671)

(Beringharjo, 19 Oktober 2019) Fungsi pada data (69) yaitu pedagang menyatakan kepada pembeli bahwa harga pakaian yang ditawarkan sudah murah. Selain itu, pedagang menyatakan bahwa model atau warna pakaian yang diinginkan pembeli tidak ada, hanya tersedia warna lain seperti yang ditunjukkan pedagang dalam tuturan “Tinggal tiga ini, Mbak.” Maksud tuturan tersebut yaitu pedagang menunjukkan pakaian lain yang bukan berwarna oranye seperti yang diinginkan pembeli. Fungsi kolaboratif menyatakan juga terdapat pada data berikut.

(70) Konteks : Pembeli meminta saran dari pedagang ketika memilih pakaian.

(a) Pedagang : Apa dua sekalian? Ini sama, cuma beda warna.

Mbaknya mau yang itu apa yang ini? Ini juga bagus.

Yang mana? Terserah mbaknya hahaha. (673)

(b) Pembeli : Bagus yang mana, Mas? (674)

(c) Pedagang : Terserah mbaknya sih. Kayak gini (begini) ? Itu juga bagus. Yang bagus krem ini aja (saja).

Ini aja? Mau yang mana, Mbak? (675)

(Beringharjo, 19 Oktober 2019)

Fungsi data (70) mengandung fungsi kolaboratif yaitu pedagang menyatakan bahwa pakaian yang ditawarkan memiliki warna yang bagus. Data ini tidak melibatkan sopan santun karena pada dasarnya pedagang hanya mengatakan secara nyata bahwa pakaian tersebut memang memiliki motif yang bagus.

3.2.2.2 Fungsi Kolaboratif Melaporkan

(71) Konteks : Pedagang memberi tahu harga pakaian kepada pembeli.

(a) Pembeli : Kalau ini, ini yang apa nih? (170) (b) Pedagang : Itu yang jumbo itu, Mas. Longdress (gaun panjang)

ini, Mas. (171)

(c) Pembeli : Yang jumbo? (172)

(d) Pedagang : Jumbo itu, Mas. (173)

(e) Pembeli : Yang jumbo satu deh. (174)

(f) Pedagang : Jumbo empat puluh tapi itu, Mas. (175) (Beringharjo, 8 September 2019) Data (71) mengandung fungsi kolaboratif melaporkan, yakni ketika pedagang memberitahu kepada pembeli bahwa pakaian yang berukuran jumbo harganya empat puluh ribu rupiah. Oleh karena itu, data di atas termasuk dalam fungsi kolaboratif melaporkan.

(72) Konteks : Pembeli mencari tunik lengan panjang di salah satu kios batik.

(a) Pembeli : Yang lengan panjang ada, Mas? (920) (b) Pedagang : Lengan panjang kosong, adanya pendek. (921) (Beringharjo, 10 November 2019) Pada data (72) terdapat fungsi kolaboratif melaporkan yakni pedagang melaporkan kepada pembeli bahwa pakaian yang lengannya panjang sedang tidak tersedia. Fungsi melaporkan pada data di atas tidak melibatkan sopan santun,

karena pedagang hanya sekadar menginformasikan tidak tersedianya barang yang dicari pembeli.

3.3 Fungsi Konvivial

Fungsi konvivial atau menyenangkan ialah fungsi ilokusi yang pada dasarnya bertata krama dan bertujuan mencari kesempatan untuk beramah tamah (Leech, terjemahan dari Oka, 1993: 163). Tuturan yang dapat dikategorikan sebagai fungsi konvivial ialah menawarkan dan mengucapkan terima kasih.

3.3.1 Fungsi Konvivial Pembeli

Fungsi konvivial yang terjadi ketika pembeli melakukan wacana percakapan dengan pedagang yaitu fungsi konvivial mengucapkan terima kasih.

3.3.1.1 Fungsi Konvivial Mengucapkan Terima Kasih

(73) Konteks : Pembeli membeli pakaian di salah satu kios batik.

(a) Pedagang : Kalau beli banyak lain lagi, kan jadi murah. (117)

(b) Pembeli : Tiga lima, ya? (118)

(c) Pedagang : Ambil berapa, Ibu? (119)

(d) Pembeli : Satu aja kok. Ya? (120)

(e) Pedagang : Ya sudah.

Makasih ya, Bu, ya. (121)

(f) Pembeli : Makasih ya. (122)

(Beringharjo, 7 September 2019) Tuturan (73f) “Makasih ya.” yang dituturkan pembeli mengandung fungsi berterima kasih karena keinginan pembeli sudah dipenuhi oleh pedagang.

Terdapat kesempatan beramah tamah antara pembeli dengan pedagang, yakni ketika pembeli menawar harga sebuah pakaian, kemudian dikabulkan oleh pedagang.

(74) Konteks : Pembeli melakukan transaksi dengan pedagang kemudian membeli pakaian.

(a) Pembeli : Ini, yang sama kayak yang ini. (625) (b) Pedagang : Ini sama, Ibu. Tiga? Motifnya tiga. (626) (c) Pembeli : Empat ada nggak (tidak) ? Beda ya? (627) (d) Pedagang : Sama, Ibu. Ini aja, Ibu? Satu aja (saja) ? (628)

(e) Pembeli : Ini, empat ini. (629)

(f) Pedagang : Oh empat. (630)

(g) Pembeli : Kalau kayak gini (begini) berapa? (631) (h) Pedagang : Itu seratus lima puluh, Ibu. Pasnya seratus.

Sama ini satu ya, Bu, ya? (632)

(i) Pembeli : Iya. Makasih (terima kasih) ya, Mas, ya. (633) (Beringharjo, 12 Oktober 2019) Fungsi konvivial mengucapkan terima kasih pada data (74) ditunjukkan pada tuturan (74i) ketika pembeli mengucapkan terima kasih kepada pedagang. Pada dialog di atas, mengandung fungsi konvivial berterima kasih karena adanya kesempatan untuk beramah-tamah antara pedagang dengan pembeli. Ramah tamah tersebut terjadi ketika pembeli menanyakan ukuran lain dari sebuah pakaian, kemudian diterima dengan baik oleh pedagang dengan tujuan untuk bertransaksi.

(75) Konteks : Seorang pembeli membeli pakaian. Pedagang menjualnya dengan harga agak murah.

(a) Pembeli : Tujuh lima, ya? Seratus lima puluh, dua, jadinya. (705) (b) Pedagang : Ya udah, Bapak. Mau yang mana? Ini, apa yang ini?

Ini juga sama. Modelnya sama, cuma beda motif ini, Pak.

Yang mana? Ini juga bagus.

Lebih cerah yang ini, Pak. (706)

(c) Pembeli : Iya makanya. (707)

(d) Pedagang : Ini aja? Sing pundi, Pak? (yang mana, Pak?)

Napa sek bunga ngoten iku? (apa yang bunga itu?) (708) (e) Pembeli : All size? (semua ukuran?) (709) (f) Pedagang : Gimana? Iya satu ukuran, Pak. (710) (g) Pembeli : Kalau daster ini berapa? Ini sama ini, sama? (711)

(h) Pedagang : Tiganya, seratus, pak. Seratus, tiga.

Yang pas aja, Pak. Yang pas. (712)

(i) Pembeli : Ini? (713)

(j) Pedagang : Iya. Ini, Pak, kembali dua puluh lima ribu. (714)

(k) Pembeli : Makasih (terima kasih). (715)

(Beringharjo, 20 Oktober 2019) Fungsi konvivial mengucapkan terima kasih pada data (75) ditunjukkan pada tuturan (75k) “Makasih (terima kasih).” Fungsi menyenangkan pada data di atas tampak ketika pembeli mendapatkan harga murah dari pedagang, karena sebelumnya pembeli beramah tamah dengan pedagang melalui tindakan tawar menawar.

3.3.2 Fungsi Konvivial Pedagang

Para pedagang melakukan fungsi konvivial atau menyenangkan berupa fungsi konvivial menawarkan dan fungsi konvivial mengucapkan terima kasih.

3.3.2.1 Fungsi Konvivial Menawarkan

Fungsi menawarkan dilakukan pedagang untuk menjajakan dagangannya kepada pembeli. Hal ini memiliki tujuan untuk beramah-tamah dengan pembeli agar tertarik untuk singgah dan melakukan transaksi.

(76) Konteks : Pedagang menawarkan dagangannya kepada pembeli agar bersedia mengunjungi kiosnya.

(a) Pedagang : Mari, Mbak, mau cari apa? Daster-daster?

Ini seratus dua puluh, Mbak, bisa tawar, berapa?

Seratus dua puluh, bisa tawar.

Nanti warna, motif ada itu, Mbak. (293)

(b) Pembeli : Motifnya apa aja? (294)

(c) Pedagang : Ada, Mbak. Ini, ini. Tu yang di dalem (dalam)

masih ada. Tiga model, Mbak. (295)

(d) Pembeli : Nggak lima puluh? (296)

(e) Pedagang : He jauh lima puluh, Mbaknya. Hahaha.

Delapan lima, Mbaknya, kalau mau. (297)

(f) Pembeli : Delapan puluh. (298)

(g) Pedagang : Tambah lima ribu. (299)

(h) Pembeli : Delapan puluh, ya? (300)

(i) Pedagang : Hehe, ya udah (sudah), mari. Dah, ini aja (saja),

Mbaknya? Ini aja? (301)

(j) Pembeli : Berapa? (302)

(k) Pedagang : Delapan puluh katanya tadi? Kalau mau tambah lima ribu juga nggak papa (tidak apa-apa)

hahaha. Ini aja? Gimana (bagaimana) ? (303) (Beringharjo, 8 September 2019) Fungsi konvivial menawarkan pada data (76) dapat dilihat dalam data (76a) dan (76k). Dalam data (76a), pedagang bermaksud menawarkan barang dagangan berupa daster kepada pembeli. Tuturan yang dituturkan pedagang mengandung tata krama dan bertujuan mencari kesempatan untuk beramah-tamah, yakni mempengaruhi pembeli untuk bertransaksi. Begitu pula pada (76k), data tersebut mengandung fungsi konvivial menawarkan yaitu pedagang menawarkan pembeli untuk menambah uang dengan maksud bercanda.

(77) Konteks : Pedagang menawarkan dagangannya kepada pengunjung pasar.

(a) Pedagang : Mari, Ibu, mangga (sillakan).

Outter-outter (baju luar tidak berlengan)

kayak gini (seperti ini), Bu? (329) (b) Pembeli : Ada yang panjang lagi nggak (tidak) ? (330) (Beringharjo, 21 September 2019) Data (77) mengandung fungsi konvivial menawarkan. Hal ini ditunjukkan dengan tuturan yang dilakukan pedagang ketika menawarkan dagangannya. Tuturan (77a)

“Mari, Ibu, mangga. Outter-outter kayak gini, Bu?” mengandung sopan santun dan tata krama karena pedagang memandang pembeli sebagai seseorang yang

harus dihormati. Sopan santun ditunjukkan dengan adanya tuturan “mangga”

yang dalam bahasa Indonesia berarti “silakan”. Tuturan tersebut dituturkan pedagang kepada pembeli karena mitra tuturnya seseorang yang lebih tua.

(78) Konteks : Pedagang membantu pembeli memilih barang yang akan dibeli.

(a) Pedagang : Apa dua sekalian? Ini sama, Cuma beda warna.

Mbaknya mau yang itu apa yang ini? Ini juga bagus.

Yang mana? Terserah mbaknya hahaha (673)

(b) Pembeli : Bagus yang mana, Mas? (674)

(c) Pedagang : Terserah mbaknya, sih. Kayak gini (seperti ini)?

Itu juga bagus. Yang bagus krem ini aja. Ini aja?

Mau yang mana, Mbak? (675)

(Beringharjo, 19 Oktober 2019) Data (78) mengandung fungsi konvivial menawarkan yaitu ketika pedagang menawarkan kepada pembeli untuk membeli dua buah pakaian. Selain itu, pedagang menawarkan pakaian yang cocok untuk dibeli oleh pembeli. Terdapat tata krama dan ramah tamah pedagang ketika melayani pembeli.

3.3.2.2 Fungsi Konvivial Mengucapkan Terima Kasih

(79) Konteks : Barang dagangan pedagang terjual setelah proses transaksi dengan pembeli.

(a) Pembeli : Ini lebih besar atau enggak? (356)

(b) Pedagang : Sama, Ibu. (357)

(c) Pembeli : Ukurane padha tha ya, Mas?

(Ukurannya sama kan, Mas?) (358)

(d) Pedagang : Sama. Satu ukuran itu. Gimana (bagaimana), Ibu? (359) (e) Pembeli : Yang bunga-bunga aja (saja). (360) (f) Pedagang : Yang bunga-bunga aja, Ibu?

Ini, Ibu. Ini kembali empat puluh. Terima kasih. (361) (Beringharjo, 21 September 2019)

Data (79) mengandung fungsi konvivial mengucapkan terima kasih yakni melalui tuturan pedagang pada (79f) “Terima kasih.” Hal ini dinyatakan setelah adanya ramah-tamah pedagang ketika melayani pembeli. Kemudian, tuturan (79f)

“Terima kasih.” yang dituturkan pedagang memiliki maksud ungkapan syukur karena pembeli sudah membeli barang dagangannya. Fungsi konvivial mengucapkan terima kasih juga terdapat pada data berikut.

(80) Konteks : Pedagang berterima kasih kepada pembeli karena sudah membeli barang dagangannya.

(a) Pedagang : Warna merah nggak (tidak) punya, Bu. Biru?

Nanti birunya kayak gini, gini (begini). (858)

(b) Pembeli : Kalau rok-rok? (859)

(c) Pedagang : Wah, nggak (tidak) ada, Ibu.

Ada lima ribu, Ibu? Biar kembali lima puluh. (860)

(d) Pembeli : Ini? (861)

(e) Pedagang : Iya. Makasih (terima kasih), Bu, ya. (862) (Beringharjo, 9 November 2019) Data (80) mengandung fungsi menyenangkan yaitu pedagang yang mengucapkan terima kasih kepada pembeli karena menunjukkan adanya tata krama dan sopan santun terhadap orang lain.

(81) Konteks : Pedagang melayani pembeli dan menunjukkan sopan santun.

(a) Pembeli : Kegeden (kebesaran) aku nek (kalau) sampai XXL.

Sek kecil nggak (tidak) ada ya?

Dua, dua ratus, ya? (926)

(b) Pedagang : Dua, dua ratus? Sama yang mana? Ini? (927)

(c) Pembeli : Iya. (928)

(d) Pedagang : Oke. (929)

(e) Pembeli : Sama nggak? Ini sama ini, sama nggak? (930) (f) Pedagang : Ini, cuma beda warna.

Yang mana, Ibu? (931)

(g) Pembeli : Hem (kemeja) cowoknya nggak ada, ya? (932)

(h) Pedagang : Hem (kemeja) cowok, ini. (933)

(i) Pembeli : Pendek tapi? (934)

(j) Pedagang : Iya, adanya pendek e, Bu. (935) (k) Pembeli : Ya udah (sudah), ini aja (saja). (936) (l) Pedagang : Niki, Bu (ini, Bu).

Nggih, matur nuwun (ya, terima kasih). (937) (Beringharjo, 10 November 2019) Data (81) menunjukkan adanya fungsi menyenangkan yaitu mengucapkan terima kasih yang ditunjukkan pada tuturan (81l) “Nggih, matur nuwun (ya, terima kasih).” Pada kondisi tersebut terdapat sopan santun pedagang terhadap pembeli, dengan adanya tuturan “matur nuwun” atau ‘terima kasih’. Tuturan tersebut biasa dituturkan seseorang kepada orang lain yang belum dikenal, atau dituturkan orang muda kepada orang yang lebih tua ketika mengucapkan terima kasih. Oleh karena itu, data (81) termasuk ke dalam fungsi konvivial mengucapkan terima kasih.

3.4 Fungsi Kompetitif

Fungsi kompetitif atau bersaing adalah fungsi tindak tutur ilokusi yang tujuannya mengurangi perselisihan maupun ketidakharmonisan (Leech, 1993:

162). Dalam realitas penggunaannya, fungsi ini lebih dominan berada di pihak pembeli, karena pembeli cenderung lebih bebas dan seenaknya ketika melakukan sebuah tranksaksi. Hal ini dapat memicu hilangnya sopan santun.

3.4.1 Fungsi Kompetitif Pembeli

Fungsi kompetitif yang dipakai pembeli ketika berdialog dengan pedagang yaitu fungsi meminta dan fungsi menuntut.

3.4.1.1 Fungsi Kompetitif Meminta

Menurut KBBI V (2018), kata meminta berasal dari kata dasar ‘minta’

berarti berkata-kata supaya diberi atau mendapat sesuatu. Fungsi meminta adalah tindak tutur yang digunakan untuk mendapat sesuatu.

(82) Konteks : Pembeli meminta keringanan harga dengan sedikit memaksa.

(a) Pembeli : Ya, dua lima? (537)

(b) Pedagang : Pas, tiga lima, Ibu.

Enggak kalau kasih mahal, Bu. (538)

(c) Pembeli : Ya? Dua lima, ya? (539)

(d) Pedagang : Pas, tiga lima, Bu, kalau mau. (540) (e) Pembeli : Yo wes (ya sudah) tiga puluh. (541) (f) Pedagang : Pas, tiga lima, Ibu.

Enggak kalau kasih mahal. (542)

(g) Pembeli : Wes (sudah), tiga puluh, ya? (543) (h) Pedagang : Pas, udah murah, Bu, itu.

Enggak kalau kasih mahal.

Nanti warna, motif ada, Ibu, kalau mau. (544)

(i) Pembeli : Tiga puluh. (545)

(j) Pedagang : Udah murah, Ibu. Gimana (bagaimana), Ibu?

Tiga lima, Ibu. (546)

(k) Pembeli : Tiga puluh yo (ya) mahal. (547) (Beringharjo, 6 Oktober 2019) Pada data (82), fungsi kompetitif meminta ditunjukkan dalam (82g) “Wes (sudah), tiga puluh, ya?” dan (82i) “Tiga puluh.” Meskipun hanya menyebutkan harga, tuturan yang dilakukan pembeli bermaksud meminta pengurangan harga dengan sedikit memaksa. Hal ini dapat dilihat dari tuturan pembeli yang berulang-ulang menyebut harga yang diinginkannya kepada pedagang. Kemudian tuturan (82k)

“Tiga puluh yo mahal” yang dituturkan pembeli menunjukkan adanya kekesalan dan ketidakharmonisan karena keinginan pembeli tidak dipenuhi, sehingga ia mengungkapkan bahwa harga tiga puluh ribu termasuk mahal.

(83) Konteks : Pembeli menyuruh pedagang untuk menyamakan harga pakaian yang dipilihnya dengan pakaian lain.

(a) Pembeli : Mas, yang biru enggak, Mas. (575) (b) Pedagang : Oh yang biru enggak. Ini? Ini panjang, ibu.

Pas seratus, Ibu. (576)

(c) Pembeli : Kalau itu sama? (577)

(d) Pedagang : Beda itu, panjang, Ibu. (578)

(e) Pembeli : Samain lah! (579)

(Beringharjo, 12 Oktober 2019) Pada data (83), fungsi kompetitif meminta ditunjukkan dalam tuturan (83e)

“Samain lah!” Tuturan tersebut dituturkan pembeli kepada pedagang dengan maksud meminta menyamakan harga pakaian yang diinginkan dengan nada memaksa. Oleh karena itu tuturan di atas termasuk dalam fungsi kompetitif meminta.

(84) Konteks : Pembeli meminta pedagang untuk menunjukkan motif lain sebuah pakaian.

(a) Pembeli : Ini aja modelnya? Itu yang tadi nggak boleh

delapan puluh? (563)

(b) Pedagang : Dereng angsal, Ibu. Iku pun murah, Bu. Tigang atus mangkih nek arep mendhet tiga.

Mboten nglarangkke.

(belum boleh, Ibu. Itu sudah murah, Bu. Tiga ratus

nanti kalau mau ambil tiga. Tidak mahal). (564)

(c) Pembeli : Mana motif lainnya lagi? (565)

(d) Pedagang : Ini nanti, Bu. Ini, ini. (566) (e) Pembeli : Warnanya lah, masa ya sama yang itu.

Yang merah, apa ijo. (567)

(Beringharjo, 12 Oktober 2019) Pada data di atas, tuturan (84c) “Mana motif lainnya lagi?” dituturkan pembeli secara tidak langsung bermaksud meminta kepada pedagang untuk menunjukkan pakaian lain dengan motif yang berbeda. Tuturan tersebut termasuk ke dalam

fungsi kompetitif karena sopan santun sifatnya negatif dan tidak terlalu menonjol dalam tuturan tersebut. Fungsi kompetitif meminta juga terdapat dalam data berikut.

(85) Konteks : Pembeli meminta kepada pedagang untuk menyamakan harga pakaian seperti barang yang lain.

(a) Pembeli : Yang jumbo satu, deh. (174)

(b) Pedagang : Jumbo empat puluh tapi itu, Mas. (175) (c) Pembeli : Ah, samain yang ini, dah. (176) (d) Pedagang : Belum dapet masnya. Sudah harganya itu, Mas.

Belum dapet. (177)

(e) Pembeli : Kasih aja (saja) gede satu, kesian (kasihan) tadi

nggak dapet (tidak dapat). (178)

(Beringharjo, 8 September 2019) Pada data (85), tuturan (85c) “Ah samain yang ini, dah.” yang dituturkan pembeli bermaksud meminta pedagang untuk memberikan harga murah sama dengan barang lain yang ia beli. Tuturan tersebut termasuk ke dalam fungsi kompetitif karena mengandung paksaan meski tidak terlalu menonjol.

3.4.1.2 Fungsi Kompetitif Menuntut

Menurut KBBI V (2018), menuntut adalah ‘meminta’ dengan keras supaya dipenuhi. Dalam hal ini, fungsi menuntut dipakai pembeli untuk berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan dari pedagang. Hal ini dapat dijelaskan dalam data berikut.

(86) Konteks : Pembeli menawar harga tunik kepada pedagang dengan sedikit memaksa agar mendapat apa yang ia inginkan.

(a) Pembeli : Berapa ini, Mas? (131)

(b) Pedagang : Itu tunik seratus dua lima. (132) (c) Pembeli : Seratus, dua, ya Mas, ini. (133)

(d) Pedagang : Belum dapet. (134) (e) Pembeli : Seratus ribu, empat aja (saja) nih. (135) (Beringharjo, 8 September 2019) Fungsi kompetitif menuntut ditunjukkan dalam tuturan (86e) “Seratus ribu, empat aja nih”. Tuturan tersebut dituturkan pembeli untuk menawar harga tunik dengan sedikit memaksa, karena pada tuturan sebelumnya – pada data (86d) –, penawaran yang dilakukan pembeli ditolak oleh pedagang. Kemudian pembeli berusaha keras untuk mendapatkan barang tersebut dengan menuturkan tuturan (86e) “Seratus ribu, empat aja nih”.

(87) Konteks : Pembeli menawar harga barang, tetapi tidak diterima pedagang. Lalu pembeli tidak jadi membeli karena tidak mencapai kesepakatan harga.

(a) Pembeli : Lima puluh, ya? (792)

(b) Pedagang : Belum dapet (dapat). Saya turunin (turunkan)

lima ribu, tujuh lima kalau mau, Bu. Tujuh lima. (793) (c) Pembeli : Ah nggak mau. Lima puluh lima. (794) (d) Pedagang : Belum dapet, Bu. Sudah pas, sudah murah itu. (795)

(e) Pembeli : Enam lima, ya? (796)

(f) Pedagang : Belum dapet. Sudah murah, tujuh lima, Bu,

itu. Gimana (bagaimana), Ibu? (797)

(g) Pembeli : Tujuh puluh. (798)

(h) Pedagang : Tujuh lima, Bu, kalau mau. Tambah lima

ribu, Bu, kalau mau. (799)

(i) Pembeli : Nggak (tidak), nggak usah. (800) (Beringharjo, 9 November 2019) Pada data (87), setiap tuturan yang dituturkan calon pembeli mengandung fungsi menuntut. Hal ini ditunjukkan dengan tuturan calon pembeli yang berulang kali menyebutkan nominal harga yang diinginkannya ketika menawar harga pakaian.

Kemudian tuturan (87i) “Nggak, nggak usah.” merupakan tujuan dari tuturan

yang berfungsi kompetitif menuntut, yakni mengurangi ketidakharmonisan dalam dialog pembeli dengan pedagang.

(88) Konteks : Calon pembeli tetap memaksa ingin membeli sebuah barang yang ditawar dengan harga murah.

(a) Pedagang : Hijau? Tapi tambah sepuluh masnya, ya? (191)

(b) Pembeli : Ah nggak (tidak) usah. (192)

(c) Pedagang : Belum dapet, mas. Gimana (bagaimana) ? (193) (d) Pembeli : Nggak papa udah ah.

(tidak apa-apa sudah, ah) (194)

(Beringharjo, 8 September 2019) Fungsi menuntut pada data di atas ditunjukkan dalam tuturan (88d) “Nggak papa udah ah.” Tuturan tersebut dituturkan pembeli dengan maksud untuk mendapatkan barang yang ia inginkan tanpa harus menambah uang sebesar sepuluh ribu rupiah. Tuturan tersebut termasuk ke dalam fungsi kompetitif menuntut karena pembeli meminta dengan nada memaksa dan sopan santun tidak relevan.

Penggunaan tindak tutur oleh pedagang dan pembeli di Pasar Beringharjo mengandung beberapa fungsi ilokusi. Setiap tuturan yang mengandung fungsi ilokusi, terdapat sopan santun dan tata krama di dalamnya. Sebab, komunikasi antara pedagang dan pembeli menghasilkan tuturan yang bebas dan terdapat variasi bahasa yang luas. Dari pihak pedagang, terdapat fungsi kolaboratif menyatakan dan fungsi konvivial menawarkan. Kedua fungsi tersebut lebih dominan daripada fungsi lainnya. Kemudian, dari sisi pembeli terdapat fungsi kolaboratif menyatakan. Tuturan yang dilakukan pedagang cenderung mengedapankan sopan santun dan tata krama kepada pembeli. Hal ini terjadi

karena pedagang menganggap pembeli sebagai seseorang yang harus dihormati.

Sebaliknya, unsur sopan santun dari sisi pembeli cenderung tidak relevan, karena ia selalu ingin mendapatkan harga termurah ketika bertransaksi dengan pedagang.

Sehingga, tuturan-tuturan yang dilakukan pembeli bersifat bebas, tergantung situasi dan kondisi pada saat komunikasi berlangsung.

81 BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Masalah dalam penelitian ini adalah apa saja bentuk tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam dialog pedagang batik dengan calon pembeli di Pasar Beringharjo Yogyakarta dan apa saja fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam dialog pedagang batik dengan calon pembeli di Pasar Beringharjo.

Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan pada Bab II dan Bab III, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama, ditemukan empat bentuk tindak tutur ilokusi dalam dialog pedagang batik dengan calon pembeli di Pasar Beringharjo Yogyakarta, yakni (i) tindak tutur ilokusi asertif, (ii) tindak tutur ilokusi direktif, (iii) tindak tutur ilokusi ekspresif, dan (iv) tindak tutur ilokusi komisif. Keempat bentuk tindak tutur ilokusi tersebut masing-masing ditemukan dalam setiap tuturan yang dilakukan pedagang maupun pembeli. Ada enam jenis tindak tutur asertif pedagang, yaitu menunjukkan, menyebutkan, menyatakan, menegaskan, menolak, dan menyanggah. Kemudian ditemukan empat jenis tindak tutur asertif pembeli, yaitu mengeluh, menolak, menyebutkan, dan mengiyakan. Lalu ada tiga jenis tindak tutur direktif pedagang, yaitu merekomendasi, menawarkan, dan menyarankan.

Tindak tutur direktif pembeli ada tiga jenis, yaitu menawar, memohon, dan memaksa. Ada dua jenis tindak tutur ekspresif pedagang, yakni berterima kasih

Tindak tutur direktif pembeli ada tiga jenis, yaitu menawar, memohon, dan memaksa. Ada dua jenis tindak tutur ekspresif pedagang, yakni berterima kasih

Dokumen terkait