KONFLIK MALI (2006-2009)
C. Tindakan yang Dilakukan oleh Pihak Internasional dalam Mengatasi Konflik Mali 2012-2013 Konflik Mali 2012-2013
1. ECOWAS (Economic Community of West African States)
Didirikan pada tahun 1975, kelompok ekonomi dan politik regional ini telah membantu membantu untuk memediasi dan menyelesaikan krisis Mali67. ECOWAS memainkan peran utama dalam upaya mediasi setelah terjadi peristiwa
66
MALI: A Timeline of Northern Conflict, Loc.Cit.
67
32
kudeta militer di Mali. ECOWAS bersama African Union merupakan inisiator untuk penempatan tentara militer regional Afrika di Utara Mali68.
Beberapa langkah yang dilakukan oleh ECOWAS seperti sidang pemimpin ECOWAS pada tanggal 29 Maret 2012 di Abidjan, Pantai Gading. Mereka mengeluarkan perintah agar CNDRE berhenti menjalankan kekuasaan dalam waktu 72 jam atau CNDRE mendapatkan sanksi. Presiden Burkina Faso, Blaise Compore ditunjuk sebagai mediator ECOWAS69.
Pemimpin ECOWAS juga mengancam adanya sanksi bagi junta militer yang sempat menguasai Mali pada tanggal 2 April 2012. Keesokan harinya, para pemimpin junta militer merespon sanksi itu dengan mengabaikan tuntutan ECOWAS yang meminta mereka untuk meninggalkan kekuasaan70.
Selain itu, ECOWAS menyetujui intervensi militer pada November 2012 yang bertujuan untuk merebut Utara Mali. Kelompok regional Afrika Barat ini mendapat dukungan dari Uni Afrika71.
2. African Union
Diresmikan pada tahun 2002, African Union menjadi organisasi penerus dari Organization of African Unity. African Union berperan sebagai fasilitator perdamaian dan transisi politik di Mali.
68Shivit Bakrania, “Conflict Drivers, International Response and the Outlook for Peace in Mali: A Literature Review”, GSDRC Issues Paper, 31 Januari 2013 [jurnal on-line]; tersedia di https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ve d=0CCEQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.gsdrc.org%2Fdocs%2Fopen%2FIP14.pdf&ei=Av 3kU_fQG5He8AXr0IHwDA&usg=AFQjCNHOjjaO_wEB0nuGg23PRS9MUmwEhg&sig2=dA QJ5zdivbr8f5INtLd40Q ;internet; diakses pada 16 Maret 2014 , 14
69
International Crisis Group, 40 70
David Cutter, Timeline: French,Malian Troops Advance in Northern Mali, Loc.Cit.
71
33
3. AFISMA ( African-led International Support Mission in Mali)
AFISMA adalah bentukan dari ECOWAS dan telah disahkan oleh Dewan Keamanan PBB pada tanggal 20 Desember 201272, juga merupakan penerapan dari resolusi 2085 DK PBB73. AFISMA dibentuk untuk membantu pelatihan pasukan keamanan Mali serta mendukung pelatihan dan stabilisasi Utara Mali. AFISMA memulai untuk menyebarkan pasukan militer ke Mali pada Januari 2013. Pada awalnya, AFISMA direncanakan terdiri dari 3300 orang yang tersebar di berbagai daerah di Utara Mali untuk membantu militer Mali hingga kemudian meningkat menjadi 7700 orang pada Januari 2013. Tersebarnya pasukan AFISMA dikritik karena banyaknya waktu yang terbuang untuk mempersiapkan dan menyebarkan pasukan. Pada 1 Juli 2013, AFISMA mentransfer kewenangannya kepada MINUSMA.
4. Perancis
Presiden Perancis, Francois Hollande mengumumkan pada 11 Januari 2013, Perancis akan melakukan intervensi untuk menghentikan langkah pemberontak. . Serangan ini dilakukan setelah adanya pergerakan AQIM, Ansar Al Din dan MUJAO ke Selatan Mali. Pasukan Angkatan Udara Perancis membantu pasukan militer Mali memukul mundur pemberontak dari kota Konna yang dilakukan oleh 2500 pasukan darat Perancis dan 3000 pasukan
72Alexander Thurston & Andrew Lebovich, “A Handbook on Mali‟s 2012-2013 Crisis”, 36 73Better World Champaign, “Mali: The Next Front in the War on Terror The Case for Fully
Funding UN Peace Keepers in Mali”, September 2013 [jurnal on-line]; tersedia di
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ve d=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.betterworldcampaign.org%2Fassets%2Fmali-the-
next-front-in-the-war-on- terror.pdf&ei=VVIEVOi7NMG68gXc6IBw&usg=AFQjCNFH5MH766tPdW_CdJ2wiCiegpcN-Q&sig2=eerR78KY0jgr56l4zFp-zw&bvm=bv.74115972,d.c2E ; internet; diakses pada 13 Maret 2014, 6
34
Afrika. Pada 26 Januari 2013, pasukan gabungan ini berhasil merebut Gao74 dan pada 27 Januari 2013, pasukan gabungan mengembalikan kontrol pemerintah Mali atas Timbuktu. Mereka langsung bergerak ke Kidal pada akhir Januari75.
Sebelumnya, pada saat kudeta di Mali terjadi, Perancis telah mengirimkan dukungan melalui Delegation of Human Security Service (Delegation du Service de la Securite Interieure/ SSI) dan the Mission for Military and Defence Cooperation (Mission de Cooperation Militaire et de Defense/MCMD). SSI memberikan pelatihan dan bantuan logistik untuk layanan keamanan nasional seperti polisi dan keamanan sipil serta layanan bea cukai Mali. Sedangkan, MCMD memiliki tugas yang berbeda dengan SSI karena bertugas menyediakan peralatan untuk Garda Nasional, dukungan teknis dan logistik, penyediaan peralatan darat dan udara serta pelayanan terstruktur76.
5. European Union (EU)
Uni Eropa melakukan misi pelatihan untuk membantu restrukturissi, reformasi dan membangun kapasitas pasukan keamanan Mali. The EU Training Mission in Mali (EUTM) memiliki mandat selama 15 bulan dan akan secara khusus melatih dan menjadi penasehat angkatan bersenjata Mali. Pelatihan ini berkontribusi untuk memulihkan kapasitas militer dan memungkinkan angkatan bersenjata untuk terlibat dalam operasi militer dengan tujuan memulihkan integritas teritorial Mali.
74
Timeline: Mali Since Independence, Loc.Cit.
75
David Cutter, Timeline: French,Malian Troops Advance in Northern Mali, Loc.Cit.
76Shivit Bakrania, “Conflict Drivers, International Response and the Outlook for Peace in Mali: A
35
Sebelum konflik Mali, Uni Eropa terlibat dalam pembentukan Sahel Security and Development Iniative yang berjalan pada tahun 2007. Pada tahun 2011, Uni Eropa merencanakan strategi keamanan dan pembangunan di Sahel yang bertujuan memfasilitasi pelaksanaan kebijakan nasional melawan ketidakamanan dan diadopsi oleh Mali77.
6. Amerika Serikat
AS mendukung intervensi Perancis melalui information sharing dan mengangkut pasukan Perancis. Sebelum peristiwa kudeta, AS adalah salah satu pendonor bilateral terbesar ke Mali78. Negara tersebut juga mengembangkan rencana regional melawan terorisme seperti Pan Sahel Initiative (PSI) dan Trans-Sahara Counterterrorism Partnership (TSCTP). PSI dibuat pada tahun 2002 oleh Departemen Luar Negeri AS sebagai program bantuan keamanan. PSI memberikan pelatihan kontraterorisme dan bantuan ke Mauritania, Mali, Niger dan Chad. Program PSI dilanjutkan dengan TSCTP.
TSCTP diluncurkan pada tahun 2005 sebagai program kemitraan antara Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan AS. Program TSCTP berfokus melawan terorisme, penyeludupan dan radikalisasi pemuda di Aljazair, Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania, Maroko, Niger, Nigeria, Senegal dan Tunisia79.
77Shivit Bakrania, “Conflict Drivers, International Response and the Outlook for Peace in Mali: A
Literature Review”, 15 78
Ibid
36 7. PBB
Pada 26 Maret 2012, peristiwa kudeta di Mali direspon oleh Dewan Keamanan PBB dengan mengutuk aksi yang dilakukan CNDRE dan menuntut CNDRE menghentikan kekerasan dan kembali ke barak mereka.
Dewan Keamanan PBB juga menyerukan gencatan senjata di Utara Mali pada tanggal 5 April 2012. Permintaan gencatan senjata ini ditanggapi baik oleh MNLA dengan alasan mereka telah mengakhiri operasi militer mereka karena telah mencapai tujuan. Di hari berikutnya, MNLA menyatakan kemerdekaan untuk wilayah Utara Mali (Azawad).
Pada Oktober 2012, Romano Prodi dari Italia ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal PBB Utusan Khusus untuk Sahel. Perannya adalah untuk mengkoordinasikan pengaplikasian Strategi Regional Terpadu PBB untuk Sahel dan mendukung upaya mediasi nasional, regional dan internasional dengan Mali sebagai fokus awalnya80. PBB juga mengirim misi penjaga perdamaian yang bernama United Nations Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali (MINUSMA) sesuai dengan resolusi DK PBB 210081. MINUSMA didirikan pada 25 April 2013 dan mulai menjalankan fungsinya pada 1 Juli 2013 dengan tujuan menstabilkan Mali82.
80Shivit Bakrania, “Conflict Drivers, International Response and the Outlook for Peace in Mali: A
Literature Review”, 16
81Better World Champaign, “Mali: The Next Front in the War on Terror The Case for Fully
Funding UN Peace Keepers in Mali”, 7
37
BAB III