RUMAH PERLINDUNGAN Rencana Intervensi
4.2.3 Tingkat Keberhasilan Program Bantuan Pendidikan
4.2.3.1 Komunikasi
Strategi yang digunakan RPSA Gratama dalam menjelaskan peranan RPSA kepada anak jalanan dan orang tua anak adalah dengan mendatangi langsung ke lokasi anak jalanan ataupun ke rumahnya. Pertama-tama penyampaian informasi dilakukan saat penjangkauan. Disini para pekerja sosial menjelaskan inti dari fungsi RPSA dan program-program yang dijalankan. Setelah itu anak jalanan diberikan undangan untuk berkumpul atau terkadang diadakan tutorial. Baru ketika turorial berlangsung para pekerja sosial menjelaskan fungsi, peranan, dan program-program RPSA lebih rinci. Penyampaian informasi dilakukan dengan sangat terbuka.
Penyampaian informasi secara langsung dan terbuka ini bertujuan untuk mendekatkan diri dengan anak jalanan dan orang tua anak jalanan agar mereka benar-benar mengerti program-program yang dijalankan oleh RPSA Gratama. Pendekatan dilakukan secara personal agar para pekerja sosial mudah mengidentifikasi potensi, latar belakang, permasalahan, dan kebutuhan anak jalanan. Untuk selanjutnya hasil identifikasi ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan metode yang tepat untuk membantu anak jalanan mengatasi masalahnya.
Selain itu, penyampaian program secara langsung dan personal ini bertujuan agar tujuan dan sasaran yang diinformasikan kepada kelompok sasaran jelas. Apabila penyampaian tujuan dan sasaran kebijakan kurang jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, dimungkinkan akan terjadi penolakan dari kelompok sasaran yang bersangkutan. Dari beberapa orang tua anak jalanan yang diwawancarai, beberapa diantaranya kurang mengerti tujuan dari program bantuan pendidikan ini. Karena seringnya mendapatkan bantuan, secara tidak langsung timbullah ketergantungan dari orang tua anak jalanan ini terhadap belas kasihan para penderma dan akhirnya menuju pada hilangnya sikap kemandirian dari mereka untuk membiayai anak-anaknya. Ditambah dengan kurang tahunya mereka terhadap program yang dijalankan RPSA Gratama, setiap ada pekerja sosial yang datang yang ada dalam fikiran mereka adalah mereka akan mendapatkan bantuan.
Semua pekerja sosial di RPSA Gratama bertanggungjawab terhadap penyampaian program-program yang dijalankan oleh RPSA karena sampai saat
ini hanya dua pengurus yang masih aktif yaitu Ibu Agustina Merdekawati dan Septi Kurniawati serta satu pimpinan yaitu Bapak Dwi Priyanto.
Selama ini koordinasi dan komunikasi yang dilakukan RPSA dengan pihak-pihak yang terkait dalam implementasi program bantuan pendidikan ini masih kurang. Komunikasi dan koordinasi yang dilakukan dengan Dinas Pendidikan selama ini masih kurang intensif. Namun, karena dari Dinas Pendidikan sendiri tidak ada program khusus untuk pendidikan anak jalanan, akhirnya koordinasi yang dijalinpun kurang. Hal ini disebabkan program di RPSA dan program yang ada di Dinas Pendidikan tidak berkaitan.
Koordinasi yang dilakukan dengan sekolah cukup baik. Hal ini juga untuk memantau perkembangan anak. Ketika pekerja sosial mengunjungi sekolah tempat anak jalanan bersekolah, terkadang jug dimanfaatkan untuk sharing tentang anak jalanan yang sekolah di sekolah tersebut.
Selain dengan sekolah, koordinasi juga dijalin dengan orang tua anak jalanan. Karena tanpa dukungan mereka program bantuan pendidikan yang dilaksanakan tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hal ini orang tua anak jalanan diberikan bantuan agar mampu mengembangkan usaha sehingga kedepannya dapat membiayai kebutuhan anak. Ini juga bertujuan agar anak tidak menanggung beban yang seharusnya ditanggung orang tua yaitu mencari penghasilan. Tujuan akhirnya kedua program ini dapat saling mendukung sehingga anak tidak lagi turun ke jalan.
Dari beberapa anak jalanan yang diwawancarai, mereka cukup jelas dengan program bantuan pendidikan yang dilaksanakan RPSA Gratama. Mereka
cukup mengetahui tujuan dari program ini yaitu untuk membantu mereka mendapatkan haknya yaitu hak pendidikan sehingga kedepannya mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, tidak lagi turun ke jalan.
Komunikasi yang dilakukan RPSA dalam menjelaskan peranan RPSA dan program-program yang dilaksanakan cukup efektif. Anak jalanan cukup memahami peranan dan program RPSA. Namun, ada kekurangan disini. Para pekerja sosial kurang mengkomunikasikan hal ini kepada masyarakat. Selain itu, komunikasi yang dijalin dengan orang tua anak jalanan juga kurang efektif. Berdasarkan survey yang dilakukan, beberapa orang tua anak jalanan kurang begitu memahami peranan RPSA. Ada yang hanya mengharapkan bantuan saja, apalagi kalau ada program tertentu. Mereka selalu berharap mendapatkan bantuan dengan ”cuma-cuma”.
Dilihat dari faktor komunikasi ini, implementasi program yang dijalankan kurang mencapai tujuan. Komunikasi yang dijalin dengan pihak-pihak terkait seperti Pemerintah Kota Semarang (Dinsospora Kota Semarang), Dinas Pendidikan, orang tua anak jalanan, anak jalanan, dan masyarakat kurang sehingga kurang mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan pendapat George Edwards yang menyatakan bahwa komunikasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam mewujudkan tercapainya kebijakan secara efektif. Adanya proses komunikasi ini akan memungkinkan setiap anggota komunikasi akan saling membantu mengadakan interaksi dan saling mempengaruhi sehingga organisasi mampu mencapai tujuan.
4.2.3.2 Sumberdaya
Pekerja sosial di RPSA Gratama, mayoritas tidak memiliki metode khusus dalam mengimplementasikan program bantuan pendidikan yang dilaksanakan. Hanya saja mereka mengandalkan pendekatan langsung dengan anak jalanan dan sebelum awal penyampaian para pekerja sosial selalu mengadakan rapat koordinasi mengenai metode-metode penyampaian, pembagian-pembagian wilayah, jadi sudah merupakan kesepakatan bersama seluruh petugas RPSA Gratama. Pendekatan ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan anak jalanan dan menjelaskan keberadaan RPSA serta program-programnya.
Dalam implementasi program bantuan pendidikan ini, metode yang digunakan cukup baik, namun sumberdaya manusianya yang kurang memadai. Hal ini dikarenakan pekerja sosial yang sampai sekarang ini masih aktif tinggal beberapa orang. Ini sangat mempengaruhi pemberian pelayanan kepada anak jalanan karena kurangnya SDM yang ada.
Selain itu, sumber dana (material) yang menjadi modal dalam program ini kurang cukup. Dana yang digunakan untuk membiayai program bantuan pendidikan ini berasal dari swadaya yayasan, usaha-usaha resmi yayasan, donatur tidak tetap, individu, masyarakat, dan bantuan lainnya. Dari pemerintah sendiri, kurang dalam menyikapi implementasi program ini. Terbukti dari Pemerintah Kota Semarang tidak menganggarkan dana khusus untuk pendidikan anak jalanan. Padahal pendidikan anak termasuk anak jalanan sangatlah penting dalam mengubah wawasan atau pengetahuan anak sehingga anak dapat berfikir kreatif
dan akhirnya tidak lagi turun ke jalan. Beberapa hal ini yang menyebabkan kurang efektifnya pemberian pelayanan kepada anak jalanan di Kota Semarang.
Dilihat dari sumber daya manusia, materiil, dan metode yang digunakan RPSA Gratama ini, program yang dilaksanakan kurang maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya dana untuk program bantuan pendidikan, kurangnya SDM (pekerja sosial) yang masih aktif. Walaupun metode yang digunakan cukup baki yaitu dengan pendekatan langsung. Karena sumber daya di RPSA Gratama kurang, maka implementasi programnyapun menjadi kurang maksimal. Ada beberapa anak yang hanya mendapatkan bantuan sampai lulus SMP atau bahkan tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ini sesuai dengan yang diutarakan oleh George Edwards yang menyatakan bahwa sumberdaya merupakan faktor penting dalam implementasi agar dapat berjalan efektif dan efisien.
4.2.3.3 Disposisi
Disposisi merupakan sikap pelaksana para pekerja sosial di RPSA Gratama. Implementasi program bantuan pendidikan untuk anak jalanan ini membutuhkan kesungguhan dari para pekerja sosialnya. Tanpa itu kemungkinan besar upaya penanganan anak jalanan khususnya di Kota Semarang tidak akan berjalan dengan baik.
Para pekerja sosial di RPSA Gratama memiliki komitmen yang kuat dalam upaya penanganan anak jalanan di Kota Semarang. Mereka bersungguh-sungguh dalam membantu anak jalanan mendapatkan haknya yaitu hak pendidikan tanpa motif profit. Para pekerja sosial ini dengan sabar dan ikhlas membantu menangani masalah anak jalanan. Mereka sama sekali tidak mengharapkan imbalan. Mereka
berusaha semaksimal mungkin untuk mengentaskan anak jalanan dan membantu meningkatkan kesejahteraan mereka.
Komitmen para pekerja sosial ini sangat berpengaruh terhadap implementasi program bantuan pendidikan yang dilaksanakan RPSA Gratama. Karena menurut George Edwards implementor yang baik harus memiliki disposisi yang baik sehingga kebijakan dapat dijalankan sesuai dengan yang ditetapkan pembuat kebijakan.
4.2.3.4 Struktur Birokrasi
Sebenarnya struktur birokrasi atau struktur organisasi di RPSA Gratama tidak terlalu panjang sehingga tidak cenderung melemahkan pengawasan atau menimbulkan red-tape, yaitu prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang akhirnya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Ini sesuai dengan pendapat George Edwards. Namun ada kendala tersendiri dalam hal ini yaitu semakin sedikitnya jumlah pekerja sosial di RPSA Gratama Semarang sehingga mempengaruhi kinerja dari para pekerja sosial itu sendiri. Kenyataan ini tentu saja dapat mempengaruhi kinerja para pekerja sosial di RPSA Gratama dalam mengimplementasikan program bantuan pendidikan dalam upaya penanganan anak jalanan. Tugas dan tanggungjawab yang sebelumnya sudah diatur dan dibagi menurut struktur organisasi terpaksa tidak diberlakukan kembali mengingat bahwa banyak pekerja sosial di RPSA Gratama yang sudah tidak aktif lagi. Tugas dan tanggungjawab ini selanjutnya dibebankan pada pekerja sosial atau pengurus yang lain sehingga dalam mengimplementasikan program menjadi kurang efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat George Edwards.
Melalui keempat faktor penentu kebijakan tersebut, dapat dianalisa sejauh mana tingkat kemanfaatan program baik secara ideal maupun berdasarkan kenyataan di lapangan serta dapat melihat dampak apa yang diharapkan dan dirasakan oleh anak jalanan sebagai kelompok sasaran dari program bantuan pendidikan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian tentang Implementasi program bantuan pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak Gratama Semarang dalam upaya penanganan anak jalanan di Kota Semarang, jika dilihat dari indikator keberhasilan program RPSA Gratama cukup berhasil dalam mencapai tujuannya yaitu agar anak tidak lagi beraktivitas di jalan, anak kembali ke bangku sekolah bagi yang masih usia sekolah, anak dapat memiliki penghasilan yang layak dengan keterampilan yang dimiliki, anak mampu mengendalikan diri terhadap godaan-godaan untuk kembali ke jalanan. Selain itu, program ini juga sudah cukup membantu anak mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan walaupun dalam pelaksanaannya masih banyak hambatan yang dihadapi dari segi komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasinya. Namun implementasi program ini didukung oleh disposisi (sikap pelaksana) yang baik dari para implementor maupun pekerja sosial sehingga mampu mendukung implementasi program bantuan pendidikan yang dijalankan.
Tolak ukur keberhasilan suatu program tidak hanya ditentukan oleh satu alat ukur saja. Jika dilihat dari intensitas anak berada di jalan atau turun ke jalan, program ini cukup berhasil. Namun turun atau tidaknya anak di jalan itu dipengaruhi seberapa besar masalah dan kondisi si anak. Anak jalanan yang sudah
dibina bertahun-tahun tapi masih berada di jalan belum tentu program dapat dikatakan gagal. Karena jika kondisi anak jalanan cukup parah, butuh waktu yang lama untuk membinanya agar benar-benar tidak lagi kembali ke jalan.
Rata-rata keberhasilan program ini mengentaskan anak jalanan dari jalan jika dirata-ratakan dalan 3 tahun sekitar 60 % anak jalanan tidak turun ke jalan lagi. Tapi walau masih di jalan, ada perubahan dari anak jalanan ini. Anak sudah mempunyai perkembangan wawasan dan pola pikirnya sudah berubah. Jadi untuk mengetahui keberhasilannya itu tidak bisa hanya dipandang dalam sekian tahun tertentu anak masih turun di jalan atau tidak. Karena tolak ukur keberhasilan program pendidikan ini bisa dilihat dari tidak turunnya anak ke jalan lagi, kedua perkembangan pola pikirnya, yang ketiga perubahan perilakunya. Dilihat dari tolak ukur ini, dapat dikatakan RPSA Gratama Semarang sudah cukup berhasil dalam mengimplementasikan program bantuan pendidikan dalam upaya penanganan anak jalanan di Kota Semarang.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Program bantuan pendidikan merupakan salah satu program yang dijalankan RPSA Gratama Semarang dalam upaya penanganan anak jalanan di Kota Semarang selain program bantuan keterampilan dan bantuan orang tua ANJAL. Program ini merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan Pemerintah Kota Semarang terkait penanganan anak jalanan di Kota Semarang.
Tahapan pelaksanaan penanganan anak jalanan terdiri atas: a. pendekatan awal (penerimaan, registrasi, dan identifikasi awal); b. pertolongan pertama; c. assessment; d. rencana intervensi; e. pelaksanaan Intervensi; f. evaluasi; g. terminasi; dan h. reunifikasi
Macam-macam program bantuan pendidikan yang diberikan oleh RPSA Gratama yaitu berupa uang sekolah, buku, alat tulis, seragam sekolah, tas, dan sepatu. Besarnya bantuan yang diberikan tergantung dengan kebutuhan anak. Tujuan dari program bantuan pendidikan ini adalah untuk membantu anak jalanan agar dapat mengenyam pendidikan dan mendapatkan pengetahuan yang cukup
sehingga kedepannya anak jalanan ini punya bekal yang cukup untuk memasuki dunia kerja. Tujuan finalnya agar anak tidak lagi turun ke jalan. Selain itu juga untuk membantu anak jalanan mendapatkan haknya yaitu hak mendapatkan pendidikan atau pengajaran.
Bantuan pendidikan yang diberikan oleh RPSA Gratama dimanfaatkan anak-anak jalanan penerima bantuan untuk bersekolah. Kebanyakan bersekolah di sekolah swasta. Dampaknya yaitu anak tidak turun ke jalan lagi dan anak bisa bersekolah. Bisa bekerja tetapi bukan sebagai anak jalanan.
Hambatan-hambatan dalam implementasi program bantuan pendidikan di RPSA Gratama adalah sebagai berikut.
1) Pendanaan.
2) Rendahnya kesejahteraan dan tingkat pendidikan orang tua anak jalanan. 3) Hambatan dari anak jalanan.
4) Kesadaran masyarakat untuk membantu sesama masih kurang.
5) Kurang sinerginya pihak-pihak yang terkait dengan implementasi program. Berdasarkan hasil penelitian tentang Implementasi program bantuan pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak Gratama Semarang dalam upaya penanganan anak jalanan di Kota Semarang, jika dilihat dari indikator keberhasilan program, RPSA Gratama cukup berhasil dalam mencapai tujuannya yaitu agar anak tidak lagi beraktivitas di jalan, anak kembali ke bangku sekolah bagi yang masih usia sekolah, anak dapat memiliki penghasilan yang layak dengan keterampilan yang dimiliki, anak mampu mengendalikan diri terhadap godaan-godaan untuk kembali ke jalanan. Selain itu, program ini juga sudah
cukup membantu anak mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan walaupun dalam pelaksanaannya masih banyak hambatan yang dihadapi dari segi komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasinya. Namun implementasi program ini didukung oleh disposisi (sikap pelaksana) yang baik dari para implementor maupun pekerja sosial sehingga mampu mendukung implementasi program bantuan pendidikan yang dijalankan.
5.2 Saran
1) Kepada RPSA Gratama
a. RPSA Gratama seharusnya menggalakkan dana dari pihak-pihak yang berkompeten dan yang terlibat agar mereka dapat mengalokasikan dana untuk pendidikan anak jalanan yang dibina.
b. RPSA Gratama harus meningkatkan komunikasi dengan masyarakat secara umum tentang keberadaan RPSA, peranan, dan program-program yang dijalankan agar masyarakat lebih mengenal RPSA. Harapannya masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam membantu penanganan anak jalanan.
c. RPSA Gratama harus meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan program bantuan pendidikan yang dijalankan RPSA mengingat bahwa penanganan permasalahan anak jalanan bukanlah perkara yang mudah, untuk itu pihak-pihak tersebut harus lebih bersinergi, agar penanganan tidak dilakukan secara terpisah sehingga kedepannya mendapatkan hasil yang maksimal.
2) Kepada Yayasan Gradhika
Yayasan perlu merintis usaha sendiri misalnya usaha “kucingan”, konter pulsa, dan tambal ban agar kedepannya tidak selalu menggantungkan dana dari pemerintah dan anak-anak pasca bina bisa bekerja di sana. Selain itu, hasilnya dapat digunakan untuk membina atau untuk menyokong dana dari program-program yang dilaksanakan termasuk program-program bantuan pendidikan.
3) Kepada Pemerintah
Semoga kedepannya Pemerintah Kota Semarang mengalokasikan dana pendidikan khusus untuk anak jalanan. Karena selama ini program-program yang dijalankan hanyalah program pelatihan keterampilan dan bantuan untuk orang tua anak jalanan.