• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL SURVEI

3.2. TINGKAT PENGETAHUAN

3.3.1. Pengetahuan Responden terhadap Peraturan

Informasi tingkat pengetahuan dilakukan untuk mengetahui jumlah stakeholder (Badan POM/UPT, Pelaku Usaha, dan Pemerintah Daerah) yang mengetahui bahwa Badan POM telah menerbitkan 8 (delapan) peraturan yang disurvei. Pada Tabel 3.2 terlihat bahwa Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan peraturan yang paling banyak diketahui oleh mayoritas responden (98,1%). Secara keseluruhan terdapat 3 (tiga) peraturan yang hanya diketahui oleh kurang dari 80% responden, yaitu:

1. Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 tentang Cara Iradiasi Pangan Yang Baik (71,7%);

2. Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus (76,5%);

dan

13 3. Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pedoman Cara

Produksi Yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial Yang Diolah Dan Dikemas Secara Aseptik (79,5%).

Hasil yang sama juga terlihat bahwa kurang dari 80% responden pelaku usaha yang mengetahui 3 (tiga) peraturan, sedangkan lebih dari 80%

responden BPOM/UPT sudah mengetahui 8 (delapan) peraturan yang disurvei. Responden dari Pemerintah Daerah memiliki nilai presentase terendah terkait pengetahuan terhadap semua peraturan yang disurvei, dan terdapat 5 (lima) peraturan yang diketahui kurang dari 80%

responden Pemerintah Daerah, yaitu:

1. Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus (33,8%);

2. Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 tentang Cara Iradiasi Pangan Yang Baik (43,7%);

3. Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial Yang Diolah Dan Dikemas Secara Aseptik (54,9%);

4. Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan (62,0%); dan

5. Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 Batas Maksimal Cemaran Mikroba Dalam Pangan Olahan (66,2%).

Tabel 3 Distribusi pengetahuan responden terhadap peraturan

No. Peraturan MENGETAHUI

BPOM Pelaku usaha Pemda Total Batas Maksimal Cemaran Mikroba Dalam Pangan Olahan Cara Iradiasi Pangan Yang Baik

14

No. Peraturan MENGETAHUI

BPOM Pelaku usaha Pemda Total

n=202 n=88 n=71 n=361

Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial Yang Diolah Dan Dikemas Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus

3.3.2. Sumber Informasi Peraturan Badan POM

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden (78,9%) mengetahui peraturan yang diterbitkan oleh Badan POM dari laman BPOM http://jdih.pom.go.id), kemudian dari kegiatan sosialisasi/advokasi (70,4%) dan rekan kerja (54,3%).

Media elektronik merupakan sumber informasi terbesar untuk responden BPOM/UPT yaitu 86,6% (laman BPOM - http://jdih.pom.go.id), disusul 78,7% melalui Sosialisasi/Advokasi. Sama seperti responden BPOM/UPT, laman BPOM (http://jdih.pom.go.id) merupakan sumber informasi terbesar untuk responden pelaku usaha yaitu 81,8% dan sosialisasi/advokasi 60,2%, dan subsite Direktorat Standardisasi Pangan Olahan 54,5%. Sedangkan 13,6% responden menjawab bahwa sumber

15 informasi lainnya diperoleh dari asoasiasi perusahaan seperti GAPMMI, APPNIA dan juga pencarian di internet. Untuk Pemerintah Daerah, sebanyak 74,6% responden mendapatkan informasi dari Balai Besar/Balai/Loka POM setempat, disusul sosialisasi/advokasi 59,2%, dan laman BPOM (http://jdih.pom.go.id) 53,5%.

Berdasarkan data tersebut diperoleh gambaran bahwa, stakeholder telah memanfaatkan sumber informasi yang sesuai yang telah diupayakan oleh Badan POM dalam menyebarluaskan informasi mengenai peraturan-peraturan yang telah diterbitkan sehingga dapat mudah diakses oleh stakeholder. Akan tetapi perlu terus ditingkatkan untuk memperkenalkan laman direkktorat standardisasi pangan olahan dan juga media social agar lebih dimanfaatkan oleh stakeholder mengingat kurang dari 50% yang baru memanfaatkan media tersebut.

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sumber Informasi No Sumber Informasi BPOM/UPT

n=202 2. Balai Besar/Balai/ Loka

POM setempat 3. Sosialisasi/advokasi 159

(78,7%) 6. Laman Direktorat

Standardisasi Pangan

16 3.3. TINGKAT PEMAHAMAN

3.4.1. Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Peraturan

Tingkat pemahaman diukur terhadap responden yang pekerjaannya berkaitan dengan peraturan yang disurvei. Terdapat 3 (tiga) pertanyaan dari masing-masing peraturan dengan pilihan jawaban ya dan tidak.

Tingkat pemahaman dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu sangat baik, baik dan cukup. Gambar 3.12 memperlihatkan data tingkat pemahaman stakeholder secara umum sebagai berikut:

Gambar 12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pemahaman

Keterangan:

X1 = Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan X2 = Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 tentang Batas Maksimal Mikroba dalam

Pangan Olahan

X3 = Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 tentang Cara Iradiasi Pangan yang Baik X4 = Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik

Untuk Pangan Steril Komersial yang Diolah dan Dikemas Secara Aseptik X5 = Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan

X6 = Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan

X7 = Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2019 tentang Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan Olahan

X8 = Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus

X 8

Cukup Baik Baik Sangat Baik

17 Gambar 3.12 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman responden sebagai berikut:

a. Sebanyak 65,97% dan 24,08% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori cukup baik dan kategori baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus;

b. Sebanyak 74,59% dan 22,15% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik dan baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2019 tentang Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan Olahan;

c. Sebanyak 51,32% dan 43,92% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik dan baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan;

d. Sebanyak 57,10% dan 27,06% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori baik dan sangat baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan;

e. Sebanyak 90,31% dan 8,16% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik dan baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial yang Diolah dan Dikemas Secara Aseptik;

f. Sebanyak 50,00% dan 30,72% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik dan baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 tentang Cara Iradiasi Pangan yang Baik;

g. Sebanyak 49,16% dan 33,00% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik dan baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 tentang Batas Maksimal Mikroba dalam Pangan Olahan; dan

h. Sebanyak 48,83% dan 45,91% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori baik dan sangat baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 Bahan Tambahan Pangan.

Untuk mengetahui tingkat pemahaman peraturan pada masing-masing kelompok stakeholder dapat dilihat pada Tabel 3.4 dibawah ini. Pada Tabel ini juga disandingkan dengan data persepsi responden terhadap pemahaman masing-masing peraturan.

18 Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pemahaman

PERATURAN TINGKAT PEMAHAMAN

BPOM/UPT Pelaku Usaha Pemerintah Daerah

S B C P n S B C P n S B C P n Maksimal Mikroba dalam Pangan Olahan Iradiasi Pangan yang Baik

74 Pangan Steril Komersial yang Diolah dan Dikemas Secara Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan

77 Tahun 2019 tentang Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus

14

19 Keterangan:

S = Pemahaman Sangat Baik B = Pemahaman Baik

C = Pemahaman Cukup

P = Persepsi responden yang merasa memahami peraturan yang diterbitkan n = jumlah total responden

20 3.4.2. Pentingnya Pemahaman Terhadap Peraturan Perundang-undangan yang

Diterbitkan

Berdasarkan tabel 3.5 terlihat pada responden BPOM/UPT dan Pelaku Usaha mayoritas menganggap sangat penting harus memahami peraturan perundang-undangan yaitu sebesar 77,2% dan 62,0% serta tidak ada responden yang menganggap kurang penting. Peraturan/regulasi berperan penting dalam memberikan perlindungan dan kepastian hukum baik bagi pemerintah dalam melakukan pengawasan dan pembinaan, bagi pelaku usaha, maupun perlindungan masyarakat, terlihat bahwa mayoritas responden berpersepsi sangat penting untuk memahami peraturan perundang-undangan. Dengan pemahaman yang baik dan persepsi yang sama tujuan regulasi unyuk perlindungan konsumen dan pengawalan perdagangan pangan yang adil dan bertanggung jawab dapat terwujud.

Tabel 6 Distribusi Responden BPOM/UPT dan Pemerintah Daerah terhadap Persepsi pentingnya Memahami Peraturan

Perundang-undangan Persepsi

Responden

BPOM/UPT Pemerintah Daerah

n % n %

Sangat Penting

156 77,2% 44 62,0%

Penting 42 20,8% 24 33,8%

Cukup Penting

4 2,0% 3 4,2%

Kurang Penting

0 0,0% 0 0,0%

Total 202 100,0 71 100,0

Berdasarkan Tabel 3.6, sumber informasi terbesar yang digunakan oleh responden BPOM/UPT jika mengalami kesulitan dalam memahami peraturan yaitu 83,66 bertanya pada pegawai BPOM/UPT terkait, internet 57,43%, pedoman implementasi peraturan 47,03%, dan layanan konsultasi daring pada laman Direktorat Standardisasi Pangan Olahan KUSAPA (standarpangan.pom.go.id) sebesar 37,13%. Sedangkan untuk responden pelaku usaha, sumber informasi terbesar yang digunakan jika mengalami kesulitan dalam memahami peraturan yaitu layanan konsultasi daring pada laman Direktorat Standardisasi Pangan Olahan KUSAPA (standarpangan.pom.go.id) sebesar 81,82%, internet 32,95%, rekan kerja 31,82% dan pedoman implementasi peraturan 28,41%. Sumber

21 informasi terbesar yang digunakan oleh responden Pemerintah Daerah jika mengalami kesulitan dalam memahami peraturan yaitu Balai Besar/Balai/Loka POM setempat 85,92%, internet 52,11%, dan rekan kerja 35,21%.

Tabel 7 Distribusi Sumber Informasi Terbesar Yang Digunakan Oleh Responden Jika Mengalami Kesulitan Dalam Memahami Peraturan

Sumber Informasi BPOM/UPT Pelaku Usaha Pemerintah Daerah

n % n % n %

Pegawai BPOM/UPT 169 83,7% - - - -

Rekan Kerja - - 28 31,8% 25 35,2%

Balai Besar/Balai/Loka POM Setempat

- - 24 27,3% 61 85,9%

Media sosial 32 15,8% 13 14,8% 14 19,7%

Internet 116 57,4% 29 32,9% 37 52,1%

ULPK BPOM 49 24,3% 8 9,1% 10 14,1%

Pedoman implementasi peraturan

95 47,0% 25 28,4% 21 29,6%

layanan konsultasi daring pada laman Direktorat Standardisasi Pangan Olahan KUSAPA

(standarpangan.pom.go.id)

75 37,1% 72 81,8% 7 9,9%

Lainnya 6 3,0% 4 4,6% 1 1,4%

Berdasarkan data di atas diperoleh gambaran bahwa, stakeholder telah memanfaatkan dengan baik saluran komunikasi dan sumber informasi yang sesuai, dan menunjukkan adanya koordinasi antara UPT BPOM di daerah dengan pemerintah daerah,

22 3.4. TINGKAT IMPLEMENTASI

3.4.1. TINGKAT Implementasi Peraturan oleh Responden

Informasi terkait penerapan peraturan yang dilakukan oleh masing-masing responden diperoleh melalui beberapa pertanyaan spesifik terkait ruang lingkup masing-masing peraturan serta disesuaikan dengan kelompok responden. Data implementasi disajikan pada tabel 3.7.

Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Implementasi Peraturan A Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan

No, KETERANGAN UPT BPOM 2. Semua BTP dalam prioritas

sampling bisa diuji di

4. Peraturan dapat diterapkan pada saat mengevaluasi produk untuk mendapatkan nomor PIRT

- - 69 (100,0%)

5. Pengaturan Batas Maksimal BTP mudah diterapkan di produk yang akan mengajukan izin edar BPOM /nomor PIRT

B Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 tentang Batas Maksimal Mikroba dalam Pangan Olahan

mikroba dalam prioritas sampling bisa diuji di di uji di laboratorium

- 74 (96,1%) -

23 4. persyaratan cemik dalam

peraturan sudah cukup memenuhi jaminan keamanan produk

- 73 (94,4) -

5. persyaratan cemik diterapkan pada saat mengevaluasi produk untuk mendapatkan nomor PIRT

C Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 Cara Iradiasi Pangan Yang Baik

No, KETERANGAN UPT BPOM pelaksanaan cara iradiasi pangan yang baik

107 (85,6) - 12 (37,5%

3. persyaratan pelabelan pangan iradiasi dapat diterapkan

- 9 (100,0%) -

D. Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial Yang Diolah Dan Dikemas Secara Aseptik

No, KETERANGAN UPT BPOM 2. Verifikasi terhadap

persyaratan cara produksi yang baik untuk pangan steril komersial yang diolah dan dikemas secara aseptik pada peraturan ini dapat dikemas secara aseptik dapat dipenuhi

136 (96,5%) 21 (95,5%) 33 (100,0%)

24 4. Tidak terdapat kendala

dalam pengawasan produk pangan steril komersial yang diolah dan dikemas secara aseptik

117 (83,0%) - -

E Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 Kemasan Pangan

No, KETERANGAN UPT BPOM 2. Persyaratan kemasan

pangan dievaluasi pada produk pangan olahan yg

4. Peraturan digunakan dalam melakukan pengawasan kemasan pangan untuk pangan siap saji

- - 53 (89,8%)

5. Persyaratan kemasan pangan diterapkan di produk pangan yanga akan mengajukan nomor PIRT

- - 58 (98,3%)

F Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan

No, KETERANGAN UPT BPOM

G Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2019 Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan Olahan

No, KETERANGAN UPT BPOM

dicantumkan pada tabel ING dapat diuji di laboratorium

106 (61,6%) - -

3. Tidak terdapat kendala dalam pengawasan pencantuman ING pada produk, terutama yang yang diproduksi oleh UMK

97 (56,4%) - 26 (45,6%)

4. Tidak terdapat kendala untuk mencantumkan tabel ING pada label

- 63 (80,8%) -

25 H Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas

Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus 2. Laboratorium mampu

menguji zat gizi wajib sesuai peraturan ini

84 (60,0%) - -

3. Tidak terdapat kendala dalam pengawasan PKGK di pasaran

127 (90,7%) - -

4. Persyaratan kandungan gizi pada peraturan dapat dipenuhi

- 19 (82,6%) -

5. ketentuan peredaran PKMK dapat diterapkan

- 18 (78,3%) -

3.4.2. Gambaran Upaya Mengatasi Kesulitan dan Keterbatasan dalam Mengimplementasikan Peraturan yang Diterbitkan

Berdasarkan tabel 3.8 menunjukkan bahwa dalam menerapkan regulasi, jika mengalami kesulitan dan keterbatasan maka 91,09% responden BPOM/UPT akan melakukan konsultasi dengan unit kerja terkait.

Sedangkan 77,27% responden pelaku usaha dan 92,96% responden pemerintah daerah akan berkonsultasi dengan BPOM Pusat.

Tabel 9 Distribusi Responden dalam Penerapan Terhadap Peraturan Perundang-undangan yang Diterbitkan

Penerapan BPOM/UPT Pelaku Usaha Pemerintah Daerah

26 Berkonsultasi dengan Balai

Besar/Balai/Loka POM Setempat

- - 30 34,09% 66 92,96%

Berkonsultasi dengan Badan POM Pusat

- - 68 77,27% 18 25,35%

Berkonsultasi melalui layanan konsultasi online pada subsite Direktorata Standardisasi Pangan Olahan KUSAPA

(standarpangan.pom.go.id)

- - 66 75,00% 11 15,49%

Berkonsultasi dengan unit kerja terkait

184 91,09% - - - -

Lainnya 5 2,48% 4 4,55% 1 1,41%

3.5. GAMBARAN EFEKTIVITAS PERATURAN YANG DITERBITKAN

Berdasarkan hasil survey terlihat bahwa secara umum, semua peraturan dapat mempermudah pekerjaan dengan rata-rata lebih dari 90% menjawab mempermudah pekerjaan. Rincian gambaran efektifitas untuk setiap peraturan pada masing-masing responden terlihat pada tabel 10 sampai dengan tabel 17.

27 Tabel 10 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 Bahan Tambahan Pangan

No. Keterangan BPOM

n=191

Pelaku Usaha n=82

Pemda n=69 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 190 (99,5%) 78 (95.1%) 68 (98,6%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 16 (8,4%) 1 (1,2%) 2 (2,9%)

- mudah diterapkan 157 (82,2%) 64 (78,0%) 47 (68,1%)

- sulit diterapkan 18 (9,4%) 17 (20,7%) 19 (27,5)

- sangat sulit diterapkan 0 (0,0%) 0 (0,0%) 1 (1,4%)

3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 76 (43,3%) 36 (55,4) 17 (34,7%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 27 (15,4%) 7 (10,8%) 13 (26,5%)

- Perubahan metode analisis 12 (6,9%) 5 (7,7%) 4 (8,2%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 25 (14,3%) 7 (10,8%) 7 (14,3%) - Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 7 (4,0%) 2 (3,1%) 5 (10,2%) - Peningkatan kompetensi SDM 84 (48,0%) 12 (18,5%) 23 (46,9%)

28

No. Keterangan BPOM

n=191

Pelaku Usaha n=82

Pemda n=69 - Perubahan formulasi produk 25 (14,3%) 30 (46,1%) 8 (16,3%)

- Lainnya 4 (2,3%) 6 (9,2%) 0 (0,0%)

4. Masa penyesuain 24 bulan memadai untuk menerapkan

peraturan ini 185 (96,9%) 70 (85,4%) 66 95,7%)

Tabel 11 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 Batas Maksimal Cemaran Mikroba Dalam Pangan Olahan

No. Keterangan BPOM

n=164

Pelaku Usaha n=77

Pemda n=59 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 162 (98,8%) 71 (92,2%) 50 (89,3%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 11 (6,7%) 1 (1,3%) 2 (3,6%)

- mudah diterapkan 133 (81,1%) 55 (71,4%) 28 (50,0%)

- sulit diterapkan 20 (12,2%) 22 (28,6%) 24 (42,9%)

- sangat sulit diterapkan 0 (0,0%) 1 (1,3%) 2 (3,6%)

29

No. Keterangan BPOM

n=164

Pelaku Usaha n=77

Pemda n=59 3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab

mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 58 (39,7%) 35 (62,5%) 13 (43,3%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 21 (14,4%) 9 (16,1%) 5 (16,7%)

- Perubahan metode analisis 13 (8,9%) 5 (8,9%) 3 (10,0%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 18(12,3%) 5 (8,9%) 5 16,7%)

- Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 9 (6,2%) 2 (3,6%) 4 (12,3%) - Peningkatan kompetensi SDM 69 (47,3%) 10 (17,9%) 15 (50,0%) - Penyesuaian supplier bahan baku 5 (3,42%) 10 (17,9%) 2 (6,7%) - Penyesuaian terhadap samping produk 34 (23,3%) - 7 (23,3%)

- Perubahan formulasi produk - 19 (33,9%) -

- Lainnya 3 (2,0%) 2 (3,6%) 0 (0,0%)

4. Masa penyesuain 24 bulan memadai untuk menerapkan

peraturan ini 151 (92,1%) 64 (83,1%) 42 (75,0%)

30 Tabel 12 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 Cara Iradiasi Pangan Yang Baik

No. Keterangan BPOM

n=125

Pelaku Usaha n=9

Pemda n=32 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 123 (98,4%) 8 (88,9%) 27 (84,4%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 9 (7,2%) 0 (0,0%) 1 (3,1%)

- mudah diterapkan 98 (78,4%) 3 (33,3%) 16 (50,0%)

- sulit diterapkan 19 (15,2%) 6 (66,7%) 11 (34,4%)

- sangat sulit diterapkan 1 (0,8%) 0 (0,0%) 4 (12,5%)

3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 39 (36,4%) 2 (66,7%) 7 (41,2%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 15 (14,0%) - 1 (5,9%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 15 (14,0%) - 6 (35,3%)

- Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 10 (9,3%) - 7 (41,2%)

- Peningkatan kompetensi SDM 61 (57,0%) - 10 (58,8%)

- Mengganti label - 1 (33,3%) -

31

No. Keterangan BPOM

n=125

Pelaku Usaha n=9

Pemda n=32

- Menyesuaikan sarana/peralatan produksi - -

- Lainnya 3 (2,8%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)

Tabel 13 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial Yang Diolah Dan Dikemas Secara Aseptik

No. Keterangan BPOM

n=141

Pelaku Usaha n=22

Pemda n=33 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 141 (100,0%) 18 (81,8%) 32 (97,0%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 10 (7,1%) 0 (0,0%) 1 (3,0%)

- mudah diterapkan 109 (77,3%) 17 (77,3%) 17 (51,5%)

- sulit diterapkan 22 (15,6%) 3 (13,6%) 14 (42,4%)

- sangat sulit diterapkan 0 (0,0%) 2 (9,1%) 1 (3,0%)

3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

32

No. Keterangan BPOM

n=141

Pelaku Usaha n=22

Pemda n=33 - Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 40 (33,6%) 11 (64,7%) 8 (44,4%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 13 (10,9%) - 2 (11,1%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 15 (12,6%) - 4 (22,2%)

- Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 18 (15,1%) - 6 (33,3%)

- Peningkatan kompetensi SDM 72 (60,5%) - 10 (55,6%)

- Perubahan formulasi produk - - -

- Mereformulasi produk - 1 (5,9%) -

- Menyesuaikan sarana atau peralatan

produksi - 5 (29,4%) -

- Menyesuaikan jumlah dan kompetensi SDM - 1 (5,9%) -

- Memiliki / berkonsultasi dengan personel yang kompeten yang memiliki keahlian mengenai proses dan pengemasan aseptik

- 6 (35,3%) -

- Lainnya 2 (1,7%) 0 (0,0%) 1 (5,6%)

33 Tabel 14 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 Kemasan Pangan

No. Keterangan BPOM

n=181

Pelaku Usaha n=63

Pemda n=59 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 178 (98,3%) 57 (90,5%) 57 (96,6%)

2. Peraturan ini sudah memenuhi kebutuhan produk - 58 (92,1%) -

3. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 10 (5,5%) 3 (4,8%) 1 (1,7%)

- mudah diterapkan 146 (80,7%) 31 (49,2%) 44 (74,6%)

- sulit diterapkan 25 (13,8%) 27 (42,9%) 12 (20,3%)

- sangat sulit diterapkan 0 (0,0%) 2 (3,2%) 2 (3,4%)

4. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 56 (35,9%) 18 (52,9%) 22 (48,9%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 23 (14,7%) - 4 (8,9%)

- Perubahan metode analisis 14 (9,0%) 3 (8,82%) 3 (6,7%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 19 (12,2%) - 7 (15,56)

- Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 14 (9,0%) 1 (2,9%) 7 (15,56)

34

No. Keterangan BPOM

n=181

Pelaku Usaha n=63

Pemda n=59 - Peningkatan kompetensi SDM 90 (57,7%) 6 (17,6%) 23 (51,1%) - Perubahan supplier kemasan 15 (9,6%) 17 (50,0%) 8 (17,8%)

- Penambahan pengujian 23 (14,5%) 6 (17,6%) 8 (17,8%)

- Lainnya 0 (0,0%) 1 (2,94%) 0 (0,0%)

5. Masa penyesuain 12 bulan memadai untuk menerapkan peraturan ini

174 (96,1%) 33 (52,4%) 53 89,8%)

Tabel 15 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan

No. Keterangan BPOM

n=140

Pelaku Usaha n=49

Pemda n=69 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 140 (100,0%) 45 (91.8%) 68 (98,6%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan - 1 (2,0%) -

- mudah diterapkan - 30 (61,2%) -

35

No. Keterangan BPOM

n=140

Pelaku Usaha n=49

Pemda n=69

- sulit diterapkan - 17 (34,7%) -

- sangat sulit diterapkan - 1 (2,0%) -

3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut - 16 (51,6%) -

- Peningkatan kompetensi SDM - 11 (35,5%) -

- Peningkatan sistem maanjemen keamanan

pangan - 15 (48,4%) -

- Menyesuaiakan sarana atau peralatan

produksi - 9 (29,0%) -

- Lainnya - 1 (3,2%) -

36 Tabel 16 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2019 Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan Olahan

No. Keterangan BPOM

n=172

Pelaku Usaha n=78

Pemda n=57 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 170 (98,8%) 75 (96,2%) 56 (98,2%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 8 (4,6%) 4 (5,1%) 1 (1,7%)

- mudah diterapkan 131 (76,2%) 58 (74,4%) 29 (50,9%)

- sulit diterapkan 32 (18,6%) 15 (19,2%) 25 (43,9%)

- sangat sulit diterapkan 1 (0,6%) 1 (1,3%) 2 (3,5%)

3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 46 (33,1%) 24 (38,7%) 14 (46,7%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 15 (10,8%) - 4 (13,3%)

- Perubahan metode analisis 9 (6,5%) - 2 (6,7%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 20 (14,4%) - 7 (23,3%)

- Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 11 (7,9%) - 7 (23,3%)

- Peningkatan kompetensi SDM 81 (58,3%) - 17 (56,7%)

37

No. Keterangan BPOM

n=172

Pelaku Usaha n=78

Pemda n=57

- Mereformulasi produk - 15 (24,2%) -

- Mengganti label - 40 (64,5%) -

- Menyesuaikan sarana/peralatan produksi - 6 (9,7%) -

- Lainnya 1 (0,7%) 2 (3,23%) 0 (0,0%)

4. Masa penyesuain 30 bulan memadai untuk menerapkan peraturan ini

165 (95,9%) 66 (84,6%) 49 (86,0%)

Tabel 17 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus

No. Keterangan BPOM

n=140

Pelaku Usaha n=23

Pemda n=28 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 140 (100,0%) 18 (78,3%) 27 (96,4%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 7 (5,0%) 0 (0,0%) 1 (3,6%)

- mudah diterapkan 112 (80,0%) 11 (47,8%) 13 (46,4%)

38

No. Keterangan BPOM

n=140

Pelaku Usaha n=23

Pemda n=28

- sulit diterapkan 21 (15,0%) 11 (47,8%) 13 (46,4%)

- sangat sulit diterapkan 0 (0,0%) 1 (4,3%) 1 (3,6%)

3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 39 (32,8%) 5 (45,4%) 6 (42,7%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 11 (9,2%) 2 (14,3%)

- Perubahan metode analisis 6 (5,0%) 2 (14,3%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 16 (13,4%) 4 (28,6%)

- Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 9 (7,6%) 5 (35,7%)

- Peningkatan kompetensi SDM 70 (58,8%) 7 (50,0%)

- Mereformulasi produk 2 (18,2%)

- Mengganti supplier 0 (0,0%)

- Mengganti label 3 (27,3%)

- Menyesuaikan sarana/peralatan produksi 2 (18,2%)

- Memperbaiki jalur distribusi 3 (27,3%)

39

No. Keterangan BPOM

n=140

Pelaku Usaha n=23

Pemda n=28

- Lainnya 2 (1,7%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)

4. Masa penyesuain 30 bulan memadai untuk menerapkan

peraturan ini 136 (97,1%) 16 (69,6%) 27 (96,4%)

40

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. PERATURAN BPOM NOMOR 11 TAHUN 2019 BAHAN TAMBAHAN PANGAN Peraturan Badan POM No. 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan menetapkan ketentuan mengenai jenis bahan tambahan pangan dan batas maksimal pengggunaan bahan tambahan pangan sesuai kategori pangan.

Penetapan peraturan ini bertujuan untuk memberikan acuan bagi tenaga pengawas dalam melakukan tugas pengawasan, acuan bagi pelaku usaha dalam produksi pangan, dan melindungi masyarakat dari penggunaan bahan tambahan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan dan mutu pangan. Hasil survei terhadap pengetahuan dan pemahaman responden, serta bagaimana pelaksanaan penerapan peraturan memberikan gambaran efektivitas pencapaian tujuan penetapan peraturan.

4.1.1 Gambaran Pengetahuan Stakeholder

Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa semua responden BPOM/UPT (100%); 96,6% responden pelaku usaha, dan 94,4%

responden pemerintah daerah mengetahui Peraturan BPOM No. 11 Tahun 2019. Jika dibandingkan dengan peraturan lainnya, Peraturan ini paling banyak diketahui oleh responden secara keseluruhan.

Penyampaian informasi mengenai peraturan telah secara rutin dilakukan setiap tahun dalam bentuk kegiatan advokasi dan sosialisasi. Peraturan yang diterbitkan oleh Badan POM dapat diakses melalui laman standarpangan.pom.go.id dan jdih.pom.go.id.

Sosialisasi juga dilakukan melalui layanan konsultasi online KUSAPA, media sosial, maupun saat menjadi narasumber dalam berbagai kegiatan lintas sektor.

Berdasarkan hasil survei sumber informasi yang banyak digunakan oleh stakeholder secra keseluruhan dalam memperoleh informasi mengenai peraturan pangan olahan yang diterbitkan oleh Badan POM yaitu laman BPOM (http://jdih.pom.go.id) (78,9%);

sosialisasi/advokasi (70,4%) dan rekan kerja (54,3%). Akan tetapi untuk responden dari Pemerintah daerah, sumber informasi yang banyak digunakan adalah Balai besar/Balai/Loka POM setempat (74,6%) dan sosialisasi/advokasi (59,2%). Dari data tersebut, media informasi yang masih dapat dioptimalkan pemanfaatannya sebagai sumber informasi peraturan adalah subsite direktorat dan media sosial.

4.1.2 Tingkat Pemahaman Stakeholder

Hasil survei juga menunjukkan tingkat pemahaman responden secara keseluruhan terhadap Peraturan Badan POM No. 11 Tahun

41 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan sebesar 5,3% cukup baik, 48,8% baik, dan 45,9% sangat baik. Tingkat pengetahuan dipengaruhi faktor internal maupun eksternal. Pada umumnya tingkat 41endidikan berkorelasi dengan tingkat pengetahuan dan tingkat pengetahuan juga dapat ditingkatkan dengan proaktif mencari informasi.

Sebesar 81,9% responden menyatakan paham terhadap Peraturan Badan POM No. 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan.

Pemahaman terendah terdapat pada kelompok responden pemerintah daerah yaitu 75,4%. Hal ini dapat menjadi dasar penetapan target sosialisasi kedepannya, karena pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk melakukan tugas pengawasan

Pemahaman terendah terdapat pada kelompok responden pemerintah daerah yaitu 75,4%. Hal ini dapat menjadi dasar penetapan target sosialisasi kedepannya, karena pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk melakukan tugas pengawasan

Dokumen terkait