• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEI MONITORING IMPLEMENTASI DAN EFEKTIVITAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PANGAN OLAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SURVEI MONITORING IMPLEMENTASI DAN EFEKTIVITAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PANGAN OLAHAN"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

1

(2)

i

SURVEI MONITORING IMPLEMENTASI DAN EFEKTIVITAS PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PANGAN OLAHAN

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

2021

(3)

ii

SURVEI MONITORING IMPLEMENTASI DAN

EFEKTIVITAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PANGAN OLAHAN

Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2021

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman atau cara apapun tanpa izin tertulis sebelumnya dari Badan POM RI.

Diterbitkan oleh:

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI

Jalan Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat – 10560 Telepon : (62-21) 42875584

Faksimile : (62-21) 42875780 E-mail : standarpangan@pom.go.id

(4)

iii

TIM PENYUSUN LAPORAN

Dra. Yunida Nugrahanti Soedarto, Apt., MP Yusra Egayanti, S.Si, Apt.,M.P

Dra. Deksa Presiana, Apt, M.Kes Yeni Restiani, S.Si, Apt, M.P

Sofhiani Dewi, STP, M.Si Latifah, S.Si, Apt M.K.M Erline Yuniarti, S.Farm., Apt.

Ati Widya Perana, SP, M.P Pratiwi Yuniarti Martoyo, STP, M.P.

Dwi Agustyanti, SP, M.Si

Siti Maemunah, S.Farm, Apt.,M.K.M Meliza Suhartatik, STP, M.K.M Dwi Retno Widiastuti, S.T., M.Si Nurul Ikka Sekardani, S.Farm Apt.

Helena Vidianty, SE Sekar Indah Maharani, S.T.P

Zaky Nur Kusmantoro, S.Si

Destriani Sanjaya Pinem, S.Farm., Apt.

Nur Lisa Rahmaningtyas, S.T.P.

Hilman Naafi Achmad, S.T Asma Zahidah, S.Farm, Apt.

(5)

iv

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. TUJUAN ... 2

1.3. MANFAAT ... 2

1.4. RUANG LINGKUP ... 3

BAB II METODE SURVEI ... 4

PENYUSUNAN KUESIONER... 4

PERTEMUAN KOORDINASI SURVEI ... 4

PERIODE SURVEI ... 4

RESPONDEN DAN JUMLAH SAMPEL ... 4

JUMLAH SAMPEL ... 5

BAHAN DAN ALAT ... 6

PENGOLAHAN DAN ANALISIS ... 6

BAB III HASIL SURVEI ... 7

3.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 7

3.2. TINGKAT PENGETAHUAN ... 12

3.3. TINGKAT PEMAHAMAN ... 16

3.4. TINGKAT IMPLEMENTASI ... 22

3.5. GAMBARAN EFEKTIVITAS PERATURAN YANG DITERBITKAN ... 26

BAB IV PEMBAHASAN ... 40

4.1. PERATURAN BPOM NOMOR 11 TAHUN 2019 BAHAN TAMBAHAN PANGAN .. 40

4.2. PERATURAN BPOM NOMOR 13 TAHUN 2019 BATAS MAKSIMAL CEMARAN MIKROBA DALAM PANGAN OLAHAN ... 45

4.3. PERATURAN BPOM NOMOR 18 TAHUN 2019 CARA IRADIASI PANGAN YANG BAIK ………...51

(6)

v 4.4. PERATURAN BPOM NOMOR 19 TAHUN 2019 PEDOMAN CARA PRODUKSI

YANG BAIK UNTUK PANGAN STERIL KOMERSIAL YANG DIOLAH DAN DIKEMAS SECARA ASEPTIK ... 56 4.5. PERATURAN BPOM NOMOR 20 TAHUN 2019 KEMASAN PANGAN... 62 4.6. PERATURAN BPOM NOMOR 21 TAHUN 2019 PROGRAM MANAJEMEN RISIKO KEAMANAN PANGAN DI INDUSTRI PANGAN ... 68 4.7. PERATURAN BPOM NOMOR 22 TAHUN 2019 INFORMASI NILAI GIZI PADA LABEL PANGAN OLAHAN ... 72 4.8. PERATURAN BPOM NOMOR 24 TAHUN 2019 PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN UNTUK KEPERLUAN GIZI KHUSUS ... 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Distribusi responden berdasarkan kelompok stakeholder ... 7

Gambar 2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin ... 7

Gambar 3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 8

Gambar 4 Distribusi responden BPOM/UPT berdasarkan jabatan ... 8

Gambar 5 Distribusi responden BPOM/UPT berdasarkan bagian/fungsi ... 9

Gambar 6 Distribusi responden pelaku usaha berdasarkan skala usaha ... 9

Gambar 7 Distribusi responden pelaku usaha berdasarkan jenis usaha ... 10

Gambar 8 Distribusi responden pemerintah daerah berdasarkan jabatan ... 10

Gambar 9 Distribusi Responden BPOM/UPT Berdasarkan Sebaran Wilayah ... 11

Gambar 10 Distribusi Responden Pelaku Usaha Berdasarkan Sebaran Wilayah 12 Gambar 11 Distribusi Responden Pemerintah Daerah Berdasarkan Sebaran Wilayah ... 12

Gambar 12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pemahaman ... 16

(8)

vii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Distribusi Responden ... 5

Tabel 2 Proporsi wilayah sebaran responden ... 11

Tabel 3 Distribusi pengetahuan responden terhadap peraturan ... 13

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sumber Informasi ... 15

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pemahaman ... 18

Tabel 6 Distribusi Responden BPOM/UPT dan Pemerintah Daerah terhadap Persepsi pentingnya Memahami Peraturan Perundang-undangan ... 20

Tabel 7 Distribusi Sumber Informasi Terbesar Yang Digunakan Oleh Responden Jika Mengalami Kesulitan Dalam Memahami Peraturan ... 21

Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Implementasi Peraturan ... 22

Tabel 9 Distribusi Responden dalam Penerapan Terhadap Peraturan Perundang- undangan yang Diterbitkan ... 25

Tabel 10 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 Bahan Tambahan Pangan ... 27

Tabel 11 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 Batas Maksimal Cemaran Mikroba Dalam Pangan Olahan ... 28

Tabel 12 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 Cara Iradiasi Pangan Yang Baik ... 30

Tabel 13 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial Yang Diolah Dan Dikemas Secara Aseptik ... 31

Tabel 14 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 Kemasan Pangan ... 33

Tabel 15 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan ... 34

Tabel 16 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2019 Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan Olahan ... 36

Tabel 17 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus ... 37

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan salah satu agenda reformasi pembangunan nasional bidang kesehatan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang akan mendukung percepatan pencapaian tujuan pembangunan nasional. Rencana pembangunan di bidang pengawasan Obat dan Makanan disusun dengan mempertimbangkan kapasitas Badan Pengawas Obat dan Makanan sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan sebagaimana mandat peraturan perundang-undangan dan ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Badan POM. Renstra Badan POM disusun mengacu pada Indikator Pembangunan Persentase Makanan yang Memenuhi Syarat dengan sasaran Terpenuhinya Layanan dasar sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan, mempunyai tugas menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan pangan olahan sebelum beredar (pre-market) maupun pengawasan selama beredar (post market). Kebijakan-kebijakan tersebut dituangkan dalam peraturan yang memuat norma, standar, kriteria, persyaratan dan/atau spesifikasi teknis dengan tujuan menjamin keamanan, mutu, dan manfaat pangan olahan dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dengan tetap memperhatikan aspek kemudahan berusaha untuk mendukung iklim investasi.

Sebagai salah satu instansi pemerintah yang memiliki peran sebagai penyusun kebijakan, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan dituntut untuk mampu memastikan kualitas kebijakan pengawasan pangan olahan yang disusun tersebut berjalan secara optimal, baik yang dilakukan oleh internal maupun eksternal/stakeholder guna menciptakan berbagai kebijakan yang efektif dalam rangka perlindungan masyarakat serta peningkatan daya saing bangsa.

Dengan kualitas kebijakan pengawasan pangan olahan yang baik, diharapkan masyarakat akan semakin terlindungi dari pangan olahan yang tidak memenuhi syarat, kemanan, mutu dan manfaat. Penilaian kualitas kebijakan pengawasan pangan olahan dilakukan melalui pengukuran Indeks Kualitas Kebijakan (IKK) Pengawasan Pangan Olahan. IKK merupakan instrument yang dikembangkan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai profil kualitas kebijakan di Kementerian/Lembaga yang nantinya mendorong penguatan partisipasi dan prinsip-prinsip tata kelola yang baik dalam proses pembuatan kebijakan publik.

(10)

2 IKK dinilai mencakup aspek agenda setting, formulasi kebijakan, implementasi dan evaluasi kebijakan.

Dalam rangka pemenuhan aspek implementasi dan evaluasi dalam penilaian IKK pengawasan pangan olahan, maka dilakukan Survei Monitoring Implementasi dan Efektivitas Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Pangan Olahan. Survei tersebut juga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi terhadap penyusunan peraturan perundang-undangan termasuk evaluasi dalam hal tingkat efektivitas metode dan strategi pelaksanaan komunikasi kebijakan yang dijalankan selama ini.

1.2. TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Survei ini bertujuan untuk mengetahui implementasi dan efektivitas peraturan perundang-undangan dibidang pangan olahan yang telah diterbitkan.

1.2.2 Tujuan Khusus

(a) Mengetahui gambaran pengetahuan stakeholder (Pelaku Usaha Pangan, BPOM/UPT, dan Pemerintah Daerah) terhadap peraturan di bidang pangan olahan.

(b) Mengetahui tingkat pemahaman stakeholder (Pelaku Usaha Pangan, BPOM/UPT, dan Pemerintah Daerah) terhadap peraturan di bidang pangan olahan.

(c) Mengetahui gambaran implementasi stakeholder (Pelaku Usaha Pangan, BPOM/UPT, dan Pemerintah Daerah) terhadap peraturan di bidang pangan olahan.

(d) Mengetahui gambaran efektivitas peraturan di bidang pangan olahan.

1.3. MANFAAT

1.3.1 Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, memperoleh manfaat berupa:

(a) informasi gambaran pengetahuan, pemahaman dan implementasi peraturan perundang-undangan di pangan olahan yang telah disusun.

(b) bahan pertimbangan dalam review/pembuatan kajian kebijakan penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang pangan olahan.

(c) data dukung dalam penghitungan Indeks Kualitas Kebijakan (IKK)

(11)

3 1.3.2 Pelaku Usaha, memperoleh manfaat berupa:

self assessment untuk tingkat pengetahuan, pemahaman dan implementasi terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pangan olahan.

1.3.3 BPOM/UPT memperoleh manfaat berupa:

bahan evaluasi atas efektivitas komunikasi kebijakan yang sudah dilaksanakan oleh daerah.

1.3.4 Pemerintah Daerah memperoleh manfaat berupa:

bahan evaluasi atas efektivitas komunikasi kebijakan yang sudah dilaksanakan oleh daerah.

1.4. RUANG LINGKUP

Survei monitoring implementasi dan efektivitas peraturan perundang-undangan di bidang pangan olahan dilakukan pada tanggal 4-31 Oktober 2021 dengan responden yang terdiri dari Pelaku Usaha Pangan, unit di kedeputian 3 Badan POM dan UPT Badan POM, dan Pemerintah Daerah. Peraturan perundang-undangan di bidang pangan olahan yang disurvei mencakup peraturan yang telah ditetapkan dan diimplementasikan dalam dua tahun, yaitu:

a) Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 Bahan Tambahan Pangan

b) Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 Batas Maksimal Cemaran Mikroba Dalam Pangan Olahan

c) Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 Cara Iradiasi Pangan Yang Baik d) Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 Pedoman Cara Produksi Yang Baik

Untuk Pangan Steril Komersial Yang Diolah Dan Dikemas Secara Aseptik e) Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 Kemasan Pangan

f) Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan

g) Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2019 Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan Olahan

h) Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus.

(12)

4

BAB II METODE SURVEI

PENYUSUNAN KUESIONER

Kegiatan survei monitoring implementasi dan efektivitas peraturan perundang- undangan di bidang pangan olahan diawali dengan penyusunan kuesioner yang dilakukan selama ± 2 bulan dari 28 Juni hingga 9 September 2021, melalui beberapa kali pertemuan pembahasan termasuk dengan melibatkan tim pakar.

Untuk memastikan validitas dan reabilitas kuesinoer yang digunakan, dilakukan uji coba kuesioner pada tanggal 10 September 2021 terhadap 16 (enam belas) responden yang terdiri dari perwakilan BadanPOM, UPT Badan POM, Dinas Kesehatan, serta pelaku usaha pangan.

PERTEMUAN KOORDINASI SURVEI

Dalam rangka menginformasikan dan menyampaikan permintaan kesediaan untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner, maka pada tanggal 4 Oktober dilakukan pertemuan koordinasi dengan mengundang perwakilan responden (Pelaku Usaha Pangan, BPOM/UPT, dan Pemerintah Daerah). Permintaan kesedian untuk pengisian kuesioner juga disampaikan secara tertulis melaui surat dari Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan (surat terlampir).

PERIODE SURVEI

Survei monitoring implementasi dan efektivitas peraturan perundang-undangan di bidang pangan olahan dilaksanakan secara daring selama 28 (dua puluh delapan) hari yaitu mulai tanggal 4 Oktober 2021 sampai dengan 31 Oktober 2021.

RESPONDEN DAN JUMLAH SAMPEL

Populasi Responden dalam kegiatan survei monitoring implementasi dan efektivitas peraturan perundang-undangan di bidang pangan olahan adalah perwakilan dari Badan POM/ UPT BPOM dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota serta pelaku usaha pangan olahan di seluruh Indonesia.

Pelaku usaha pangan berasal dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Asosiasi Industri Minuman (ASRIM), Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA), Asosiasi Flavor dan Fragran Indonesia (AFFI), dan Indonesia Packaging Federation (IFF).

Responden dalam kegiatan survei harus memenuhi kriteria inklusi berikut:

(13)

5 a) Pelaku usaha pangan olahan termasuk UMKM, importir, konsultan pangan,

pengurus asosiasi pelaku usaha/profesi,

- bertugas dengan kegiatan regulatory affairs, produksi, R&D atau QC;

dan

- minimal masa kerja 1 tahun di bidangnya.

b) Badan POM/UPT BPOM:

- minimal PFM Ahli Pertama; dan

- menjalankan fungsi pemeriksaan, penindakan, pengujian, penilaian, pemantauan, atau penyuluhan.

c) Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota

- Minimal jabatan fungsional tertentu (JFT) ahli; dan

- menjalankan tugas sebagai penyuluh keamanan pangan, pengawas pangan, atau petugas registrasi SPP-IRT.

JUMLAH SAMPEL

Responden yang mengisi kuesioner sebanyak 366 orang, namun terdapat 5 (lima) responden yang mengisi kuesioner berulang, sehingga jumlah responden akhir sebanyak 361 responden, dengan komposisi responden sebagai berikut:

Tabel 1 Distribusi Responden

Jumlah sampel 361 responden sudah memiliki presisi yang cukup baik dengan tingkat kepercayaan 95%, kesalahan sampling 3% dan estimasi proporsi stakeholder yang mengetahui peraturan perundang-undangan di bidang pangan olahan sebesar 90%. Karena besar populasi (N) diketahui, maka untuk survei cross sectional maka digunakan rumus Lemeshow sebagai berikut:

Responden Jumlah

(n=361)

%

Badan POM/UPT 202 55,96%

Pelaku Usaha 88 24,38%

Pemerintah Daerah 71 19,67%

(14)

6 𝑛 = 𝑍1−𝛼/22 𝑃(1 − 𝑃)

𝑑2

Keterangan:

n = Besar sampel (361) P = Estimasi Proporsi (90%) d = Presisi (0,031)

Z1-α/2 = nilai z pada derajat kepercayaan 1-α/2 (95%)

BAHAN DAN ALAT

Survei ini dilakukan secara acak dengan mengirimkan tautan survei aplikasi Jotform (https://www.jotform.com/) kepada responden. Pengisian kuesioner dilakukan secara daring.

Alat survei berupa kuesioner dibagi menjadi 3 (tiga) sesuai dengan bidang usaha/instansi (kuesioner terlampir), yaitu:

1. Pelaku usaha pangan olahan.

2. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota 3. Badan POM/ UPT BPOM

Kuesioner terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu:

1. Data responden 2. Pertanyaan umum 3. Pertanyaan khusus

4. Tingkat pemahaman dan implementasi untuk masing-masing peraturan

PENGOLAHAN DAN ANALISIS

Pengolahan dan analisis hasil survei untuk mencapai tujuan survei disajikan dalam analisis univariat absolut sebagaimana dipresentasikan pada Bab III Hasil dan Pembahasaan.

(15)

7

BAB III HASIL SURVEI

3.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN 3.1.1 Gambaran Umum Responden

Berdasarkan hasil survei terhadap 361 responden, mayoritas responden berasal dari Badan POM/UPT (56,0%), berjenis kelamin perempuan (72,0%), dan responden terbesar adalah sarjana (80,6%). Distribusi responden berdasarkan kelompok stakeholder, jenis kelamin dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 3.1, 3.2 dan 3.3.

Gambar 1 Distribusi responden berdasarkan kelompok stakeholder

Gambar 2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Badan POM/UPT;

202 (56,0%)

Pelaku Usaha;

88 (24,4%)

Pemerintah Daerah;

71 (19,7%)

BPOM/UPT PELAKU USAHA PEMDA TOTAL

27,2%

(55) 33,0%

(29) 23,9%

(17)

28,0%

(101) 72,8%

(147)

67,0%

(59) 76,1%

(54)

72,0%

(260)

Laki-laki Perempuan

n = 361 responden

n = 361 responden

(16)

8 Gambar 3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

3.1.2 Distribusi Responden Badan POM/UPT

Gambaran distribusi responden Badan POM/UPT berdasarkan jabatan dan bagian/fungsi pekerjaan terlihat pada Gambar 3.4 dan 3.5. Sebanyak 53,5% responden menduduki jabatan sebagai Pengawas Farmasi dan Makanan (PFM) Ahli Pertama serta mayoritas responden bertugas pada bagian/fungsi pemeriksaan, yaitu sebesar 60,9%.

Gambar 4 Distribusi responden BPOM/UPT berdasarkan jabatan

Direktur/Kepala Balai/Kepala Loka POM;

1 (0,5%)

PFM Pertama;

108 (53,5%) PFM Muda;

75 (37,1%)

PFM Madya;

13 (6,4%)

Lainnya;

5 (2,5%)

BPOM/UPT PELAKU

USAHA

PEMDA TOTAL

0,0% 6,8% 0,0% 1,7%

87,1%

76,1%

67,6%

80,6%

12,9%

17,0% 32,4%

17,7%

BPOM/UPT Pelaku Usaha Pemda Total

SD 0 0 0 0

SMP 0 0 0 0

SMA 0 6 0 6

S1 176 67 48 291

S2 26 15 23 64

S3 0 0 0 0

n = 202 responden

(17)

9 Gambar 5 Distribusi responden BPOM/UPT berdasarkan bagian/fungsi

3.1.3 Distribusi Responden Pelaku Usaha

Berdasarkan skala usaha, mayoritas responden berasal dari perusahaan skala besar (61,36%), sedangkan responden yang berasal dari skala usaha kecil sebesar 25,0% dan dari skala usaha mikro sebesar 11,4%.

Jika dilihat dari sebaran jenis usahanya maka proporsi terbesar responden adalah produsen pangan (72,7%). Distribusi responden pelaku usaha berdasarkan skala usaha dan jenis usahanya terlihat pada Gambar 3.6 dan 3.7.

Gambar 6 Distribusi responden pelaku usaha berdasarkan skala usaha

Pemeriksaan;

123 (60,9%) Penindakan;

28 (13,9%) Pengujian;

14 (6,9%) Penilaian; 9 (4,5%)

Penyuluhan;

26 (12,9%)

Lainnya; 2 (1,0%)

Besar, 54 (61,4%) Menengah,

2 (2,3%) Kecil, 22 (25,0%)

Mikro, 10 (11,4%)

n = 202 responden

n = 88 responden

(18)

10 Gambar 7 Distribusi responden pelaku usaha berdasarkan jenis usaha

3.1.4 Distribusi Responden Pemerintah Daerah

Responden Pemerintah Daerah (Pemda) berasal dari Dinas kesehatan Provinsi, Kota atau Kabupaten. Pada Gambar 3.8 dapat dilihat distribusi responden Pemda berdasarkan jabatan, diketahui bahwa mayoritas responden merupakan pejabat struktural (56,3%), sedangkan untuk jabatan fungsionalnya didominasi oleh administrator kesehatan dan apoteker yaitu sama-sama sebesar 8,5%.

Gambar 8 Distribusi responden pemerintah daerah berdasarkan jabatan

Importir Bahan Baku;

2 (2,3%)

Lainnya; 2 (2,3%) Produsen Bahan

Baku; 4 (4,5%) Importir Produk

Jadi; 7 (8,0%)

Produk Jadi;

9 (10,2%) Produsen Pangan;

64 (72,7%)

Administrator kesehatan; 6 (8,5%)

Analisis obat dan makanan ; 5 (7,0%) Apoteker;

6 (8,5%) Fungsional umum; 3 (4,2%)

Pengelola keamanan pangan segar;

1 (1,4%) Pengelola kefarmasian;

5 (7,0%) Penyuluh obat

dan makanan;

2 (2,8%) Sanitarian;

2 (2,8%) Pengelola Sumber

Daya Kesehatan;

1 (1,4%) Struktural ;

40 (56,3%) n = 88 responden

n = 71 responden

(19)

11 3.1.5 Sebaran Wilayah Responden

Responden tersebar di wilayah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara (termasuk Bali), Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Jumlah responden terbesar berasal dari Jawa dengan rincian responden BPOM/UPT 34,6%, responden pelaku usaha 98,9%, dan responden pemerintah daerah 42,2%, sebagaimana tercantum pada tabel 3.1. Sebaran wilayah responden BPOM/UPT, pelaku usaha, dan pemerintah daerah dapat terlihat pada Gambar 3.9, 3.10, 3.11.

Tabel 2 Proporsi wilayah sebaran responden

Wilayah BPOM/UPT Pelaku Usaha Pemerintah Daerah

n % n % n %

Sumatera 60 29,7 1 1,1 23 32,4

Jawa 70 34,6 87 98,9 30 42,2

Nusa Tenggara*

16 7,9 0 0 1 1,4

Kalimantan 25 12,4 0 0 13 18,3

Sulawesi 12 5,9 0 0 4 5,6

Maluku dan Papua

19 9,4 0 0 0 0

Total 202 100,0 88 100,0 71 100,0

*Termasuk Pulau Bali

Gambar 9 Distribusi Responden BPOM/UPT Berdasarkan Sebaran Wilayah

(20)

12 Gambar 10 Distribusi Responden Pelaku Usaha Berdasarkan Sebaran Wilayah

Gambar 11 Distribusi Responden Pemerintah Daerah Berdasarkan Sebaran Wilayah

3.2. TINGKAT PENGETAHUAN

3.3.1. Pengetahuan Responden terhadap Peraturan

Informasi tingkat pengetahuan dilakukan untuk mengetahui jumlah stakeholder (Badan POM/UPT, Pelaku Usaha, dan Pemerintah Daerah) yang mengetahui bahwa Badan POM telah menerbitkan 8 (delapan) peraturan yang disurvei. Pada Tabel 3.2 terlihat bahwa Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan peraturan yang paling banyak diketahui oleh mayoritas responden (98,1%). Secara keseluruhan terdapat 3 (tiga) peraturan yang hanya diketahui oleh kurang dari 80% responden, yaitu:

1. Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 tentang Cara Iradiasi Pangan Yang Baik (71,7%);

2. Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus (76,5%);

dan

(21)

13 3. Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pedoman Cara

Produksi Yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial Yang Diolah Dan Dikemas Secara Aseptik (79,5%).

Hasil yang sama juga terlihat bahwa kurang dari 80% responden pelaku usaha yang mengetahui 3 (tiga) peraturan, sedangkan lebih dari 80%

responden BPOM/UPT sudah mengetahui 8 (delapan) peraturan yang disurvei. Responden dari Pemerintah Daerah memiliki nilai presentase terendah terkait pengetahuan terhadap semua peraturan yang disurvei, dan terdapat 5 (lima) peraturan yang diketahui kurang dari 80%

responden Pemerintah Daerah, yaitu:

1. Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus (33,8%);

2. Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 tentang Cara Iradiasi Pangan Yang Baik (43,7%);

3. Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial Yang Diolah Dan Dikemas Secara Aseptik (54,9%);

4. Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan (62,0%); dan

5. Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 Batas Maksimal Cemaran Mikroba Dalam Pangan Olahan (66,2%).

Tabel 3 Distribusi pengetahuan responden terhadap peraturan

No. Peraturan MENGETAHUI

BPOM Pelaku usaha Pemda Total

n=202 n=88 n=71 n=361

1. Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan

202 (100,0%)

85 (96,6%)

67 (94,4%)

354 (98,1%) 2. Peraturan BPOM Nomor

13 Tahun 2019 tentang Batas Maksimal Cemaran Mikroba Dalam Pangan Olahan

187 (92,6%)

82 (93,2%)

47 (66,2%)

316 (87,5%)

3. Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 tentang Cara Iradiasi Pangan Yang Baik

167 (82,7%)

61 (68,3%)

31 (43,7%)

259 (71,7%)

4. Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 tentang

179 (88,6%)

69 (78,4%)

39 (54,9%)

287 (79,5%)

(22)

14

No. Peraturan MENGETAHUI

BPOM Pelaku usaha Pemda Total

n=202 n=88 n=71 n=361

Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial Yang Diolah Dan Dikemas Secara Aseptik

5. Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan

197 (97,5%)

78 (88,6%)

64 (90,1%)

339 (93,9%) 6. Peraturan BPOM Nomor

21 Tahun 2019 tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan

175 (86,6%)

74 (84,1%)

44 (62,0%)

293 (81,2%)

7. Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2019 tentang Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan Olahan

195 (96,5%)

80 (90,9%)

57 (80,3%)

332 (92,0%)

8. Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus

182 (90,1%)

70 (79,5%)

24 (33,8%)

276 (76,5%)

3.3.2. Sumber Informasi Peraturan Badan POM

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden (78,9%) mengetahui peraturan yang diterbitkan oleh Badan POM dari laman BPOM http://jdih.pom.go.id), kemudian dari kegiatan sosialisasi/advokasi (70,4%) dan rekan kerja (54,3%).

Media elektronik merupakan sumber informasi terbesar untuk responden BPOM/UPT yaitu 86,6% (laman BPOM - http://jdih.pom.go.id), disusul 78,7% melalui Sosialisasi/Advokasi. Sama seperti responden BPOM/UPT, laman BPOM (http://jdih.pom.go.id) merupakan sumber informasi terbesar untuk responden pelaku usaha yaitu 81,8% dan sosialisasi/advokasi 60,2%, dan subsite Direktorat Standardisasi Pangan Olahan 54,5%. Sedangkan 13,6% responden menjawab bahwa sumber

(23)

15 informasi lainnya diperoleh dari asoasiasi perusahaan seperti GAPMMI, APPNIA dan juga pencarian di internet. Untuk Pemerintah Daerah, sebanyak 74,6% responden mendapatkan informasi dari Balai Besar/Balai/Loka POM setempat, disusul sosialisasi/advokasi 59,2%, dan laman BPOM (http://jdih.pom.go.id) 53,5%.

Berdasarkan data tersebut diperoleh gambaran bahwa, stakeholder telah memanfaatkan sumber informasi yang sesuai yang telah diupayakan oleh Badan POM dalam menyebarluaskan informasi mengenai peraturan- peraturan yang telah diterbitkan sehingga dapat mudah diakses oleh stakeholder. Akan tetapi perlu terus ditingkatkan untuk memperkenalkan laman direkktorat standardisasi pangan olahan dan juga media social agar lebih dimanfaatkan oleh stakeholder mengingat kurang dari 50% yang baru memanfaatkan media tersebut.

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sumber Informasi No Sumber Informasi BPOM/UPT

n=202

Pelaku Usaha n=88

Pemda n=71

Total n=361

1. Rekan kerja 137

(67,8%)

38 (43,2%)

21 (29,6%)

196 (54,3%) 2. Balai Besar/Balai/ Loka

POM setempat

- 13

(14,8%)

53 (74,6%)

66 (18,3%) 3. Sosialisasi/advokasi 159

(78,7%)

53 (60,2%)

42 (59,2%)

254 (70,4%)

4. Email 9

(4,5%)

13 (14,8%)

4 (5,6%)

26 (7,2%) 5. Laman BPOM

(http://jdih.pom.go.id)

175 (86,6%)

72 (81,8%)

38 (53,5%)

285 (78,9%) 6. Laman Direktorat

Standardisasi Pangan Olahan

(standarpangan.pom.go.id)

86 (42,6%)

48 (54,5%)

14 (19,7%)

148 (41,0%)

7. Media sosial 73

(36,1%)

27 (30,7%)

21 (29,6%)

121 (33,5%)

8. Lainnya 1

(0,5%)

12 (13,6%)

0 (0,0%)

13 (3,6%)

(24)

16 3.3. TINGKAT PEMAHAMAN

3.4.1. Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Peraturan

Tingkat pemahaman diukur terhadap responden yang pekerjaannya berkaitan dengan peraturan yang disurvei. Terdapat 3 (tiga) pertanyaan dari masing-masing peraturan dengan pilihan jawaban ya dan tidak.

Tingkat pemahaman dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu sangat baik, baik dan cukup. Gambar 3.12 memperlihatkan data tingkat pemahaman stakeholder secara umum sebagai berikut:

Gambar 12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pemahaman

Keterangan:

X1 = Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan X2 = Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 tentang Batas Maksimal Mikroba dalam

Pangan Olahan

X3 = Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 tentang Cara Iradiasi Pangan yang Baik X4 = Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik

Untuk Pangan Steril Komersial yang Diolah dan Dikemas Secara Aseptik X5 = Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan

X6 = Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan

X7 = Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2019 tentang Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan Olahan

X8 = Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus

X 8 X 7 X 6 X 5 X 4 X 3 X 2 X 1

126; 66,0%

10; 3,3%

9; 4,8%

48; 15,8%

3; 1,5%

32; 19,3%

53; 17,8%

18; 5,3%

46; 24,1%

68; 22,1%

83; 43,9%

173; 57,1%

16; 8,2%

51; 30,7%

98; 33,0%

167; 48,8%

19; 9,9%

229; 74,6%

97; 51,3%

82; 27,1%

177; 90,3%

83; 50,0%

146; 49,2%

157; 45,9%

Cukup Baik Baik Sangat Baik

(25)

17 Gambar 3.12 menunjukkan bahwa tingkat pemahaman responden sebagai berikut:

a. Sebanyak 65,97% dan 24,08% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori cukup baik dan kategori baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus;

b. Sebanyak 74,59% dan 22,15% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik dan baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2019 tentang Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan Olahan;

c. Sebanyak 51,32% dan 43,92% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik dan baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan;

d. Sebanyak 57,10% dan 27,06% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori baik dan sangat baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan;

e. Sebanyak 90,31% dan 8,16% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik dan baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial yang Diolah dan Dikemas Secara Aseptik;

f. Sebanyak 50,00% dan 30,72% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik dan baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 tentang Cara Iradiasi Pangan yang Baik;

g. Sebanyak 49,16% dan 33,00% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik dan baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 tentang Batas Maksimal Mikroba dalam Pangan Olahan; dan

h. Sebanyak 48,83% dan 45,91% responden berturut-turut memiliki pengetahuan dengan kategori baik dan sangat baik terhadap Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 Bahan Tambahan Pangan.

Untuk mengetahui tingkat pemahaman peraturan pada masing-masing kelompok stakeholder dapat dilihat pada Tabel 3.4 dibawah ini. Pada Tabel ini juga disandingkan dengan data persepsi responden terhadap pemahaman masing-masing peraturan.

(26)

18 Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pemahaman

PERATURAN TINGKAT PEMAHAMAN

BPOM/UPT Pelaku Usaha Pemerintah Daerah

S B C P n S B C P n S B C P n

Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan

91

47,6% 94

49,2% 6

3,1% 169

88,5% 191 54

65,9% 22

26,8% 6

7,3% 67

81,7% 82 12

17,4% 51

73,9% 6

8,7% 52

75,4% 69

Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 tentang Batas Maksimal Mikroba dalam Pangan Olahan

98

59,8% 45

27,4% 21

12,8% 144

87,8% 164 39

50,6% 28

36,4% 10

13,0% 70

90,9% 77 9

16,1% 25

44,6% 22 39,3%

37

66,1% 56

Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 tentang Cara Iradiasi Pangan yang Baik

74 59,2%

34 27,2%

17 13,6%

101 80,8%

125 5 55,6%

2 22,2%

2 22,2%

6 66,7%

9 4

12,5%

15 46,9%

13 40,6%

20

62,5% 32 Peraturan BPOM Nomor 19

Tahun 2019 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial yang Diolah dan Dikemas Secara Aseptik

128

90,8% 11

7,8% 2

1,4% 119

84,4% 141 17

77,3% 4

18,2% 1

4,5% 18

81,8% 22 32

97,0% 1

3,0% 0

0,0% 23

69,7% 33

Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan

59 32,6%

96 53,0%

26 14,4%

153 84,5%

181 17 27,0%

43 68,3%

3 4,8%

46 73,0%

63 6

10,2%

34 57,6%

19 32,2%

40 32,2%

59

Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 tentang Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan

77 55,0%

57 40,7%

6 4,3%

123 87,9%

140 20 40,8%

26 53,1%

3 6,1%

42 85,7%

49 - - - - 0

Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2019 tentang Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan Olahan

128

74,4% 38

22,1% 6

3,5% 150

87,2% 172 61

78,2% 16

20,5% 1

1,3% 70

89,7% 78 40

70,2% 14

24,6% 3

5,3% 41

71,9% 57

Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus

14 10,0%

39 27,9%

87 62,1%

127 90,7%

140 5 21,7%

5 21,7%

13 56,5%

22 95,7%

23 0

0,0%

2 7,1%

26 92,9%

19 67,9%

28

(27)

19 Keterangan:

S = Pemahaman Sangat Baik B = Pemahaman Baik

C = Pemahaman Cukup

P = Persepsi responden yang merasa memahami peraturan yang diterbitkan n = jumlah total responden

(28)

20 3.4.2. Pentingnya Pemahaman Terhadap Peraturan Perundang-undangan yang

Diterbitkan

Berdasarkan tabel 3.5 terlihat pada responden BPOM/UPT dan Pelaku Usaha mayoritas menganggap sangat penting harus memahami peraturan perundang-undangan yaitu sebesar 77,2% dan 62,0% serta tidak ada responden yang menganggap kurang penting. Peraturan/regulasi berperan penting dalam memberikan perlindungan dan kepastian hukum baik bagi pemerintah dalam melakukan pengawasan dan pembinaan, bagi pelaku usaha, maupun perlindungan masyarakat, terlihat bahwa mayoritas responden berpersepsi sangat penting untuk memahami peraturan perundang-undangan. Dengan pemahaman yang baik dan persepsi yang sama tujuan regulasi unyuk perlindungan konsumen dan pengawalan perdagangan pangan yang adil dan bertanggung jawab dapat terwujud.

Tabel 6 Distribusi Responden BPOM/UPT dan Pemerintah Daerah terhadap Persepsi pentingnya Memahami Peraturan Perundang-

undangan Persepsi

Responden

BPOM/UPT Pemerintah Daerah

n % n %

Sangat Penting

156 77,2% 44 62,0%

Penting 42 20,8% 24 33,8%

Cukup Penting

4 2,0% 3 4,2%

Kurang Penting

0 0,0% 0 0,0%

Total 202 100,0 71 100,0

Berdasarkan Tabel 3.6, sumber informasi terbesar yang digunakan oleh responden BPOM/UPT jika mengalami kesulitan dalam memahami peraturan yaitu 83,66 bertanya pada pegawai BPOM/UPT terkait, internet 57,43%, pedoman implementasi peraturan 47,03%, dan layanan konsultasi daring pada laman Direktorat Standardisasi Pangan Olahan KUSAPA (standarpangan.pom.go.id) sebesar 37,13%. Sedangkan untuk responden pelaku usaha, sumber informasi terbesar yang digunakan jika mengalami kesulitan dalam memahami peraturan yaitu layanan konsultasi daring pada laman Direktorat Standardisasi Pangan Olahan KUSAPA (standarpangan.pom.go.id) sebesar 81,82%, internet 32,95%, rekan kerja 31,82% dan pedoman implementasi peraturan 28,41%. Sumber

(29)

21 informasi terbesar yang digunakan oleh responden Pemerintah Daerah jika mengalami kesulitan dalam memahami peraturan yaitu Balai Besar/Balai/Loka POM setempat 85,92%, internet 52,11%, dan rekan kerja 35,21%.

Tabel 7 Distribusi Sumber Informasi Terbesar Yang Digunakan Oleh Responden Jika Mengalami Kesulitan Dalam Memahami Peraturan

Sumber Informasi BPOM/UPT Pelaku Usaha Pemerintah Daerah

n % n % n %

Pegawai BPOM/UPT 169 83,7% - - - -

Rekan Kerja - - 28 31,8% 25 35,2%

Balai Besar/Balai/Loka POM Setempat

- - 24 27,3% 61 85,9%

Media sosial 32 15,8% 13 14,8% 14 19,7%

Internet 116 57,4% 29 32,9% 37 52,1%

ULPK BPOM 49 24,3% 8 9,1% 10 14,1%

Pedoman implementasi peraturan

95 47,0% 25 28,4% 21 29,6%

layanan konsultasi daring pada laman Direktorat Standardisasi Pangan Olahan KUSAPA

(standarpangan.pom.go.id)

75 37,1% 72 81,8% 7 9,9%

Lainnya 6 3,0% 4 4,6% 1 1,4%

Berdasarkan data di atas diperoleh gambaran bahwa, stakeholder telah memanfaatkan dengan baik saluran komunikasi dan sumber informasi yang sesuai, dan menunjukkan adanya koordinasi antara UPT BPOM di daerah dengan pemerintah daerah,

(30)

22 3.4. TINGKAT IMPLEMENTASI

3.4.1. TINGKAT Implementasi Peraturan oleh Responden

Informasi terkait penerapan peraturan yang dilakukan oleh masing- masing responden diperoleh melalui beberapa pertanyaan spesifik terkait ruang lingkup masing-masing peraturan serta disesuaikan dengan kelompok responden. Data implementasi disajikan pada tabel 3.7.

Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Implementasi Peraturan A Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan

No, KETERANGAN UPT BPOM

n=191

PELAKU USAHA n=82

PEMDA n=69 1. Peraturan dapat diterapkan 191 (100,0%) 80 (97,6%) 69 (100,0%) 2. Semua BTP dalam prioritas

sampling bisa diuji di laboratorium

123 (64,4%) - -

3. BTP yang digunakan dapat diuji di laboratorium

- 56 (68,3) -

4. Peraturan dapat diterapkan pada saat mengevaluasi produk untuk mendapatkan nomor PIRT

- - 69 (100,0%)

5. Pengaturan Batas Maksimal BTP mudah diterapkan di produk yang akan mengajukan izin edar BPOM /nomor PIRT

178 (93,2%) - 59 (85,5%)

6. jenis BTP dalam peraturan sudah memenuhi kebutuhan produk responden

- 64(78,0%) -

B Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 tentang Batas Maksimal Mikroba dalam Pangan Olahan

No, KETERANGAN UPT BPOM

n=164

PELAKU USAHA n=77

PEMDA n=56 1. Peraturan dapat diterapkan 162 (98,8%) 69 (89,6%) 51 (91,1%) 2. Semua jenis cemaran

mikroba dalam prioritas sampling bisa diuji di laboratorium

108 (65,9) - -

3. jenis cemaran yg dipersyaratkan dalam produk yg diproduksi dapat di uji di laboratorium

- 74 (96,1%) -

(31)

23 4. persyaratan cemik dalam

peraturan sudah cukup memenuhi jaminan keamanan produk

- 73 (94,4) -

5. persyaratan cemik diterapkan pada saat mengevaluasi produk untuk mendapatkan nomor PIRT

- - 40 (71,4%)

6. Persyaratan cemik mudah diterapkan di produk yg mengajukan izin edar PIRT atau dalam rangka pengawaan produk PIRT

- - 39 (69,6%)

C Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 Cara Iradiasi Pangan Yang Baik

No, KETERANGAN UPT BPOM

n=125

PELAKU USAHA n=9

PEMDA n=32 1. Peraturan dapat diterapkan 123 (98,4%) 8 (88,9%) 27 (84,4%) 2. Tidak terdapat kendala

dalam pegawasan pelaksanaan cara iradiasi pangan yang baik

107 (85,6) - 12 (37,5%

3. persyaratan pelabelan pangan iradiasi dapat diterapkan

- 9 (100,0%) -

D. Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial Yang Diolah Dan Dikemas Secara Aseptik

No, KETERANGAN UPT BPOM

n=141

PELAKU USAHA n=22

PEMDA n=33 1. Peraturan dapat diterapkan 141 (100,0%) 21 (95,5%) 32 (97,0%) 2. Verifikasi terhadap

persyaratan cara produksi yang baik untuk pangan steril komersial yang diolah dan dikemas secara aseptik pada peraturan ini dapat dilakukan

140 (99,3%) - 32 (97,0%)

3. verifikasi/persyaratan terhadap pemenuhan persyaratan kecukupan panas untuk pangan steril komersial yang diolah dan dikemas secara aseptik dapat dipenuhi

136 (96,5%) 21 (95,5%) 33 (100,0%)

(32)

24 4. Tidak terdapat kendala

dalam pengawasan produk pangan steril komersial yang diolah dan dikemas secara aseptik

117 (83,0%) - -

E Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 Kemasan Pangan

No, KETERANGAN UPT BPOM

n=181

PELAKU USAHA n=63

PEMDA n=59 1. Peraturan dapat diterapkan 179 (98,9%) 56 (88,9%) 56 (94,9%) 2. Persyaratan kemasan

pangan dievaluasi pada produk pangan olahan yg memiliki NIE

170 (93,9%) - -

3. Ketentuan peraturan ini dipertimbangkan pada kemasan pangan yang diproduksi/digunakan

- 60 (95,2%) -

4. Peraturan digunakan dalam melakukan pengawasan kemasan pangan untuk pangan siap saji

- - 53 (89,8%)

5. Persyaratan kemasan pangan diterapkan di produk pangan yanga akan mengajukan nomor PIRT

- - 58 (98,3%)

F Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan

No, KETERANGAN UPT BPOM

n=140

PELAKU USAHA n=49

PEMDA - 1. Peraturan dapat diterapkan 139 (99,3%) 47 (95,9%) -

G Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2019 Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan Olahan

No, KETERANGAN UPT BPOM

n=172

PELAKU USAHA n=78

PEMDA n=57 1. Peraturan dapat diterapkan 171 (99,4%) 76 (97,4%) 52 (91,2%) 2. Semua zat gizi wajib

dicantumkan pada tabel ING dapat diuji di laboratorium

106 (61,6%) - -

3. Tidak terdapat kendala dalam pengawasan pencantuman ING pada produk, terutama yang yang diproduksi oleh UMK

97 (56,4%) - 26 (45,6%)

4. Tidak terdapat kendala untuk mencantumkan tabel ING pada label

- 63 (80,8%) -

(33)

25 H Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas

Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus

No, KETERANGAN UPT BPOM

n=140

PELAKU USAHA n=23

PEMDA n=28 1. Peraturan dapat diterapkan 140 (100,0%) 20 (87,0%) 69 (100,0%) 2. Laboratorium mampu

menguji zat gizi wajib sesuai peraturan ini

84 (60,0%) - -

3. Tidak terdapat kendala dalam pengawasan PKGK di pasaran

127 (90,7%) - -

4. Persyaratan kandungan gizi pada peraturan dapat dipenuhi

- 19 (82,6%) -

5. ketentuan peredaran PKMK dapat diterapkan

- 18 (78,3%) -

3.4.2. Gambaran Upaya Mengatasi Kesulitan dan Keterbatasan dalam Mengimplementasikan Peraturan yang Diterbitkan

Berdasarkan tabel 3.8 menunjukkan bahwa dalam menerapkan regulasi, jika mengalami kesulitan dan keterbatasan maka 91,09% responden BPOM/UPT akan melakukan konsultasi dengan unit kerja terkait.

Sedangkan 77,27% responden pelaku usaha dan 92,96% responden pemerintah daerah akan berkonsultasi dengan BPOM Pusat.

Tabel 9 Distribusi Responden dalam Penerapan Terhadap Peraturan Perundang- undangan yang Diterbitkan

Penerapan BPOM/UPT Pelaku Usaha Pemerintah Daerah

n % n % n %

Menerapkan peraturan dengan pertimbangan risiko

106 52,48% 14 15,91% 15 21,13%

Tidak menerapkan

peraturan yang dianggap menyulitkan

4 1,98% 0 0,00% 3 4,23%

Berkonsultasi dengan konsultan/pakar

19 9,41% 26 29,55% 16 22,54%

(34)

26 Berkonsultasi dengan Balai

Besar/Balai/Loka POM Setempat

- - 30 34,09% 66 92,96%

Berkonsultasi dengan Badan POM Pusat

- - 68 77,27% 18 25,35%

Berkonsultasi melalui layanan konsultasi online pada subsite Direktorata Standardisasi Pangan Olahan KUSAPA

(standarpangan.pom.go.id)

- - 66 75,00% 11 15,49%

Berkonsultasi dengan unit kerja terkait

184 91,09% - - - -

Lainnya 5 2,48% 4 4,55% 1 1,41%

3.5. GAMBARAN EFEKTIVITAS PERATURAN YANG DITERBITKAN

Berdasarkan hasil survey terlihat bahwa secara umum, semua peraturan dapat mempermudah pekerjaan dengan rata-rata lebih dari 90% menjawab mempermudah pekerjaan. Rincian gambaran efektifitas untuk setiap peraturan pada masing-masing responden terlihat pada tabel 10 sampai dengan tabel 17.

(35)

27 Tabel 10 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 Bahan Tambahan Pangan

No. Keterangan BPOM

n=191

Pelaku Usaha n=82

Pemda n=69 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 190 (99,5%) 78 (95.1%) 68 (98,6%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 16 (8,4%) 1 (1,2%) 2 (2,9%)

- mudah diterapkan 157 (82,2%) 64 (78,0%) 47 (68,1%)

- sulit diterapkan 18 (9,4%) 17 (20,7%) 19 (27,5)

- sangat sulit diterapkan 0 (0,0%) 0 (0,0%) 1 (1,4%)

3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 76 (43,3%) 36 (55,4) 17 (34,7%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 27 (15,4%) 7 (10,8%) 13 (26,5%)

- Perubahan metode analisis 12 (6,9%) 5 (7,7%) 4 (8,2%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 25 (14,3%) 7 (10,8%) 7 (14,3%) - Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 7 (4,0%) 2 (3,1%) 5 (10,2%) - Peningkatan kompetensi SDM 84 (48,0%) 12 (18,5%) 23 (46,9%)

(36)

28

No. Keterangan BPOM

n=191

Pelaku Usaha n=82

Pemda n=69 - Perubahan formulasi produk 25 (14,3%) 30 (46,1%) 8 (16,3%)

- Lainnya 4 (2,3%) 6 (9,2%) 0 (0,0%)

4. Masa penyesuain 24 bulan memadai untuk menerapkan

peraturan ini 185 (96,9%) 70 (85,4%) 66 95,7%)

Tabel 11 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 Batas Maksimal Cemaran Mikroba Dalam Pangan Olahan

No. Keterangan BPOM

n=164

Pelaku Usaha n=77

Pemda n=59 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 162 (98,8%) 71 (92,2%) 50 (89,3%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 11 (6,7%) 1 (1,3%) 2 (3,6%)

- mudah diterapkan 133 (81,1%) 55 (71,4%) 28 (50,0%)

- sulit diterapkan 20 (12,2%) 22 (28,6%) 24 (42,9%)

- sangat sulit diterapkan 0 (0,0%) 1 (1,3%) 2 (3,6%)

(37)

29

No. Keterangan BPOM

n=164

Pelaku Usaha n=77

Pemda n=59 3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab

mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 58 (39,7%) 35 (62,5%) 13 (43,3%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 21 (14,4%) 9 (16,1%) 5 (16,7%)

- Perubahan metode analisis 13 (8,9%) 5 (8,9%) 3 (10,0%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 18(12,3%) 5 (8,9%) 5 16,7%)

- Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 9 (6,2%) 2 (3,6%) 4 (12,3%) - Peningkatan kompetensi SDM 69 (47,3%) 10 (17,9%) 15 (50,0%) - Penyesuaian supplier bahan baku 5 (3,42%) 10 (17,9%) 2 (6,7%) - Penyesuaian terhadap samping produk 34 (23,3%) - 7 (23,3%)

- Perubahan formulasi produk - 19 (33,9%) -

- Lainnya 3 (2,0%) 2 (3,6%) 0 (0,0%)

4. Masa penyesuain 24 bulan memadai untuk menerapkan

peraturan ini 151 (92,1%) 64 (83,1%) 42 (75,0%)

(38)

30 Tabel 12 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 Cara Iradiasi Pangan Yang Baik

No. Keterangan BPOM

n=125

Pelaku Usaha n=9

Pemda n=32 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 123 (98,4%) 8 (88,9%) 27 (84,4%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 9 (7,2%) 0 (0,0%) 1 (3,1%)

- mudah diterapkan 98 (78,4%) 3 (33,3%) 16 (50,0%)

- sulit diterapkan 19 (15,2%) 6 (66,7%) 11 (34,4%)

- sangat sulit diterapkan 1 (0,8%) 0 (0,0%) 4 (12,5%)

3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 39 (36,4%) 2 (66,7%) 7 (41,2%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 15 (14,0%) - 1 (5,9%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 15 (14,0%) - 6 (35,3%)

- Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 10 (9,3%) - 7 (41,2%)

- Peningkatan kompetensi SDM 61 (57,0%) - 10 (58,8%)

- Mengganti label - 1 (33,3%) -

(39)

31

No. Keterangan BPOM

n=125

Pelaku Usaha n=9

Pemda n=32

- Menyesuaikan sarana/peralatan produksi - -

- Lainnya 3 (2,8%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)

Tabel 13 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 19 Tahun 2019 Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial Yang Diolah Dan Dikemas Secara Aseptik

No. Keterangan BPOM

n=141

Pelaku Usaha n=22

Pemda n=33 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 141 (100,0%) 18 (81,8%) 32 (97,0%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 10 (7,1%) 0 (0,0%) 1 (3,0%)

- mudah diterapkan 109 (77,3%) 17 (77,3%) 17 (51,5%)

- sulit diterapkan 22 (15,6%) 3 (13,6%) 14 (42,4%)

- sangat sulit diterapkan 0 (0,0%) 2 (9,1%) 1 (3,0%)

3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

(40)

32

No. Keterangan BPOM

n=141

Pelaku Usaha n=22

Pemda n=33 - Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 40 (33,6%) 11 (64,7%) 8 (44,4%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 13 (10,9%) - 2 (11,1%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 15 (12,6%) - 4 (22,2%)

- Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 18 (15,1%) - 6 (33,3%)

- Peningkatan kompetensi SDM 72 (60,5%) - 10 (55,6%)

- Perubahan formulasi produk - - -

- Mereformulasi produk - 1 (5,9%) -

- Menyesuaikan sarana atau peralatan

produksi - 5 (29,4%) -

- Menyesuaikan jumlah dan kompetensi SDM - 1 (5,9%) -

- Memiliki / berkonsultasi dengan personel yang kompeten yang memiliki keahlian mengenai proses dan pengemasan aseptik

- 6 (35,3%) -

- Lainnya 2 (1,7%) 0 (0,0%) 1 (5,6%)

(41)

33 Tabel 14 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 Kemasan Pangan

No. Keterangan BPOM

n=181

Pelaku Usaha n=63

Pemda n=59 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 178 (98,3%) 57 (90,5%) 57 (96,6%)

2. Peraturan ini sudah memenuhi kebutuhan produk - 58 (92,1%) -

3. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 10 (5,5%) 3 (4,8%) 1 (1,7%)

- mudah diterapkan 146 (80,7%) 31 (49,2%) 44 (74,6%)

- sulit diterapkan 25 (13,8%) 27 (42,9%) 12 (20,3%)

- sangat sulit diterapkan 0 (0,0%) 2 (3,2%) 2 (3,4%)

4. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 56 (35,9%) 18 (52,9%) 22 (48,9%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 23 (14,7%) - 4 (8,9%)

- Perubahan metode analisis 14 (9,0%) 3 (8,82%) 3 (6,7%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 19 (12,2%) - 7 (15,56)

- Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 14 (9,0%) 1 (2,9%) 7 (15,56)

(42)

34

No. Keterangan BPOM

n=181

Pelaku Usaha n=63

Pemda n=59 - Peningkatan kompetensi SDM 90 (57,7%) 6 (17,6%) 23 (51,1%) - Perubahan supplier kemasan 15 (9,6%) 17 (50,0%) 8 (17,8%)

- Penambahan pengujian 23 (14,5%) 6 (17,6%) 8 (17,8%)

- Lainnya 0 (0,0%) 1 (2,94%) 0 (0,0%)

5. Masa penyesuain 12 bulan memadai untuk menerapkan peraturan ini

174 (96,1%) 33 (52,4%) 53 89,8%)

Tabel 15 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 21 Tahun 2019 Program Manajemen Risiko Keamanan Pangan di Industri Pangan

No. Keterangan BPOM

n=140

Pelaku Usaha n=49

Pemda n=69 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 140 (100,0%) 45 (91.8%) 68 (98,6%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan - 1 (2,0%) -

- mudah diterapkan - 30 (61,2%) -

(43)

35

No. Keterangan BPOM

n=140

Pelaku Usaha n=49

Pemda n=69

- sulit diterapkan - 17 (34,7%) -

- sangat sulit diterapkan - 1 (2,0%) -

3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut - 16 (51,6%) -

- Peningkatan kompetensi SDM - 11 (35,5%) -

- Peningkatan sistem maanjemen keamanan

pangan - 15 (48,4%) -

- Menyesuaiakan sarana atau peralatan

produksi - 9 (29,0%) -

- Lainnya - 1 (3,2%) -

(44)

36 Tabel 16 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 22 Tahun 2019 Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan Olahan

No. Keterangan BPOM

n=172

Pelaku Usaha n=78

Pemda n=57 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 170 (98,8%) 75 (96,2%) 56 (98,2%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 8 (4,6%) 4 (5,1%) 1 (1,7%)

- mudah diterapkan 131 (76,2%) 58 (74,4%) 29 (50,9%)

- sulit diterapkan 32 (18,6%) 15 (19,2%) 25 (43,9%)

- sangat sulit diterapkan 1 (0,6%) 1 (1,3%) 2 (3,5%)

3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 46 (33,1%) 24 (38,7%) 14 (46,7%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 15 (10,8%) - 4 (13,3%)

- Perubahan metode analisis 9 (6,5%) - 2 (6,7%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 20 (14,4%) - 7 (23,3%)

- Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 11 (7,9%) - 7 (23,3%)

- Peningkatan kompetensi SDM 81 (58,3%) - 17 (56,7%)

(45)

37

No. Keterangan BPOM

n=172

Pelaku Usaha n=78

Pemda n=57

- Mereformulasi produk - 15 (24,2%) -

- Mengganti label - 40 (64,5%) -

- Menyesuaikan sarana/peralatan produksi - 6 (9,7%) -

- Lainnya 1 (0,7%) 2 (3,23%) 0 (0,0%)

4. Masa penyesuain 30 bulan memadai untuk menerapkan peraturan ini

165 (95,9%) 66 (84,6%) 49 (86,0%)

Tabel 17 Gambaran Efektifitas Peraturan BPOM Nomor 24 Tahun 2019 Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus

No. Keterangan BPOM

n=140

Pelaku Usaha n=23

Pemda n=28 1. Peraturan ini mempermudah perkerjaan 140 (100,0%) 18 (78,3%) 27 (96,4%) 2. Penyesuaian penerapan peraturan dibandingkan peraturan

sebelumnya

- sangat mudah diterapkan 7 (5,0%) 0 (0,0%) 1 (3,6%)

- mudah diterapkan 112 (80,0%) 11 (47,8%) 13 (46,4%)

(46)

38

No. Keterangan BPOM

n=140

Pelaku Usaha n=23

Pemda n=28

- sulit diterapkan 21 (15,0%) 11 (47,8%) 13 (46,4%)

- sangat sulit diterapkan 0 (0,0%) 1 (4,3%) 1 (3,6%)

3. Penyesuaian yang telah dilakukan (untuk yg menjawab mudah / sangat mudah diterapkan)

- Tidak memerlukan penyesuaian karena

sudah sesuai dengan peraturan tersebut 39 (32,8%) 5 (45,4%) 6 (42,7%) - Perubahan prioritas sampling/pedoman

tindak lanjut 11 (9,2%) 2 (14,3%)

- Perubahan metode analisis 6 (5,0%) 2 (14,3%)

- Perubahan persyaratan

registrasi/perubahan aplikasi 16 (13,4%) 4 (28,6%)

- Penyesuaian jumlah dan mutasi SDM 9 (7,6%) 5 (35,7%)

- Peningkatan kompetensi SDM 70 (58,8%) 7 (50,0%)

- Mereformulasi produk 2 (18,2%)

- Mengganti supplier 0 (0,0%)

- Mengganti label 3 (27,3%)

- Menyesuaikan sarana/peralatan produksi 2 (18,2%)

- Memperbaiki jalur distribusi 3 (27,3%)

(47)

39

No. Keterangan BPOM

n=140

Pelaku Usaha n=23

Pemda n=28

- Lainnya 2 (1,7%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)

4. Masa penyesuain 30 bulan memadai untuk menerapkan

peraturan ini 136 (97,1%) 16 (69,6%) 27 (96,4%)

(48)

40

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. PERATURAN BPOM NOMOR 11 TAHUN 2019 BAHAN TAMBAHAN PANGAN Peraturan Badan POM No. 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan menetapkan ketentuan mengenai jenis bahan tambahan pangan dan batas maksimal pengggunaan bahan tambahan pangan sesuai kategori pangan.

Penetapan peraturan ini bertujuan untuk memberikan acuan bagi tenaga pengawas dalam melakukan tugas pengawasan, acuan bagi pelaku usaha dalam produksi pangan, dan melindungi masyarakat dari penggunaan bahan tambahan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan dan mutu pangan. Hasil survei terhadap pengetahuan dan pemahaman responden, serta bagaimana pelaksanaan penerapan peraturan memberikan gambaran efektivitas pencapaian tujuan penetapan peraturan.

4.1.1 Gambaran Pengetahuan Stakeholder

Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa semua responden BPOM/UPT (100%); 96,6% responden pelaku usaha, dan 94,4%

responden pemerintah daerah mengetahui Peraturan BPOM No. 11 Tahun 2019. Jika dibandingkan dengan peraturan lainnya, Peraturan ini paling banyak diketahui oleh responden secara keseluruhan.

Penyampaian informasi mengenai peraturan telah secara rutin dilakukan setiap tahun dalam bentuk kegiatan advokasi dan sosialisasi. Peraturan yang diterbitkan oleh Badan POM dapat diakses melalui laman standarpangan.pom.go.id dan jdih.pom.go.id.

Sosialisasi juga dilakukan melalui layanan konsultasi online KUSAPA, media sosial, maupun saat menjadi narasumber dalam berbagai kegiatan lintas sektor.

Berdasarkan hasil survei sumber informasi yang banyak digunakan oleh stakeholder secra keseluruhan dalam memperoleh informasi mengenai peraturan pangan olahan yang diterbitkan oleh Badan POM yaitu laman BPOM (http://jdih.pom.go.id) (78,9%);

sosialisasi/advokasi (70,4%) dan rekan kerja (54,3%). Akan tetapi untuk responden dari Pemerintah daerah, sumber informasi yang banyak digunakan adalah Balai besar/Balai/Loka POM setempat (74,6%) dan sosialisasi/advokasi (59,2%). Dari data tersebut, media informasi yang masih dapat dioptimalkan pemanfaatannya sebagai sumber informasi peraturan adalah subsite direktorat dan media sosial.

4.1.2 Tingkat Pemahaman Stakeholder

Hasil survei juga menunjukkan tingkat pemahaman responden secara keseluruhan terhadap Peraturan Badan POM No. 11 Tahun

Gambar

Tabel  1 Distribusi Responden
Gambar  1 Distribusi responden berdasarkan kelompok stakeholder
Gambar  4 Distribusi responden BPOM/UPT berdasarkan jabatan
Gambar  6 Distribusi responden pelaku usaha berdasarkan skala usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan kelambu, kebiasaan berada diluar rumah pada malam hari, kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk, keberaadaan kandang ternak, keberadaan genangan air

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia, memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang telah dijelaskan dalam Pembukaan UUD 1945

Hakekat raja hanya sebagai istilah untuk menunjukkan raja dari semua ilmu (Vidya) yaitu ajaran ketuhanan. Hal ini adalah karena segala apa yang ada berasal dari tuhan

Proyek akhir yang bertema Hanoman Duta dikemas dalam konsep tradisi 40% dan dipadukan dengan tekno 60% ini bertujuan untuk 1) menghasilkan rancangan kostum,

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN BAGIAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008..

Membentuk campuran yang dapat meledak dengan udara pada pemanasan terus-menerus. Membentuk campuran yang dapat meledak dengan udara pada pemanasan terus-menerus. Perkembangan gas

Bagi kelompok liberal (yang banyak dipelopori oleh Jaringan Islam Liberal dan JIMM), pembahasan qishash adalah pembahasan kuno karena hal itu merupakan tradisi bangsa

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian penerapan budaya kerja positif untuk meningkatkan mutu pendidikan pada SMP negeri 1 Sakra Barat dapat