• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Gambar

Dalam dokumen 2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI (Halaman 45-70)

Gambar merupakan bagian terpenting dalam suatu proses desain. Bahasa perancangan adalah bahasa gambar. Berikut ini merupakan perjalanan gambar sebagai bagian dari proses desain yang diolah berdasarkan tulisan Freddy H.

Istanto dalam jurnal Nirmana Vol.2 No.1 tahun 2000:

Sejak jaman Paleolothikum, manusia telah menggunakan seni dalam kehidupannya. Bukti-bukti peninggalan manusia purba dalam mengekspresikan rasa seninya ditemukan pada gua tempat tinggalnya.

Gambar yang ditemukan adalah gambar-gambar sejumlah hewan dalam warna campuran merah dan kuning, yang terbuat dari lemak hewan.

Winand Klassen bahkan mencatat awal mula seni ditandai oleh cetakan atau jejak tangan kanan wanita pada sebuah dinding karang, di gua prasejarah di selatan Perancis, 40.000 tahun sebelum Masehi. Bahkan Peter West mencatat bahwa manusia telah lama mengenal teknik gambar yang disebut air brush, yang kini dianggap sebagai sajian visual yang cukup menarik dan canggih.

Ketika manusia membutuhkan bangunan sederhana, mereka membangun dengan mengkomunikasikan maksud dan gagasannya dengan kata-kata, tetapi ketika bangunan itu menjadi sangat kompleks, maka dibuatlah metode rancangan yang disebut metode pictorial, gambar rancangan yang sederhana dan singkat tapi cukup akurat.

Metode pictorial ternyata mampu menghasilkan monument-monumen besar pada zaman Mesir Kuno. Pada 4400-2466 SM ditemukan architectural hieroglyphs. Hieroglyphs adalah gambar atau tanda yang berfungsi sebagai kata di dalam tata tulis Mesir Kuno. Hieroglyphs merupakan perangkat lambang yang sangat khusus, yang diturunkan dari gambar-gambar.

Perangsang besar untuk menggambar terjadi pada zaman Renaissance setelah digunakannya kertas sebagai media gambar. Ketika

orang-orang Mesir membawa papyrus ke Eropa, bahan ini menjadi sangat terkenal, tidak hanya karena lebih murah dibandingkan dengan kulit hewan tetapi juga karena kepraktisannya (dapat digulung).

Akhir abad ke-18 merupakan periode revolusi dan penemuan bagi benua Eropa. The Ecode des Beaux Arts memberi perhatian yang besar pada pentingnya “keindahan” dalam tata saji ilmu desain. Gambar sebagai ungkapan pikiran telah menjadi bagian terpenting dari kehidupan umat manusia. Gambar merupakan media yang ampuh untuk mengungkapkan gagasan karena lebih mudah dicerna. Karena itulah, gambar menjadi bagian yang penting dari suatu proses komunikasi visual (24-29).

Unsur-unsur yang membentuk suatu gambar mempunyai posisi yang penting dalam memberikan arti yang diinginkan terutama dalam kaitannya dengan suatu proses komunikasi visual, unsur-unsur tersebut yaitu:

2.1.6.1.Titik

Unsur titik merupakan bentuk pertama di saat kita menyentuhkan pensil pada kertas gambar. Titik merupakan unsur gambar yang paling sederhana. Titik cenderung tidak memiliki panjang dan lebar serta berukuran relatif kecil (Setianingsih et al. 70). Bentuk titik yang paling umum adalah sebuah bundaran sederhana, tak bersudut, dan tanpa arah. Titik dapat juga berwujud persegi, segi tiga, lonjong, atau bahkan agak runcing (Wong 5).

Gambar 2.29. Variasi Titik

Sumber: Beberapa Asas Merancang Dwimatra, hal. 6

2.1.6.2.Garis (Line)

Garis merupakan salah satu elemen yang penting dalam suatu gambar.

Bentuk garis dapat menggambarkan kondisi atau suasana tertentu serta mewakili karakter dari gambar yang dibentuknya. Berikut ini adalah pengertian garis yang diambil dari halaman website yang disponsori oleh Logoresource:

Pengertian garis menurut Leksikon Grafika adalah benda dua dimensi tipis memanjang. Sedangkan Lillian Gareth mendefinisikan garis sebagai sekumpulan titik yang bila dideretkan maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan sosoknya disebut dengan garis. Terbentuknya garis merupakan gerakan dari suatu titik yang membekaskan jejaknya sehingga terbentuk suatu goresan. Untuk menimbulkan bekas, biasa mempergunakan pensil, pena, kuas dan lain-lain.

Pentingnya garis sebagai elemen senirupa, sudah terlihat sejak dahulu kala. Manusia jaman dulu menggunakan garis ini untuk membentuk obyek-obyek ritual mereka. Sebagai contoh adalah lukisan di dinding gua Lascaux di Prancis, Leang-leang di Sulawesi, Altamira di Spanyol dan masih banyak lainnya. Selain berupa lukisan, manusia juga menggunakan garis sebagai media komunikasi, seperti huruf paku peninggalan bangsa Phoenicia (abad 12 - 10 SM) yang berupa goresan-goresan. Garis juga memiliki kemampuan untuk mengungkapkan suasana.

Suasana yang tercipta dari sebuah garis terjadi karena proses stimulasi dari bentuk-bentuk sederhana yang sering kita lihat di sekitar kita, yang terwakili dari bentuk garis tersebut. Misalnya bentuk garis lengkung (line of beauty) mencerminkan sesuatu yang gemulai, seperti penari atau ombak di laut.

Berikut ini merupakan beberapa jenis garis beserta suasana / asosiasi yang ditimbulkannya:

1. Horizontal: Memberi sugesti ketenangan atau hal yang tak bergerak.

2. Vertikal: Stabilitas, kekuatan atau kemegahan.

3. Diagional: Tidak stabil, sesuatu yang bergerak atau dinamika.

4. Lengkung S: kelembutan, keanggunan.

5. Zig-zag: Bergairah, semangat, dinamika atau gerak cepat.

6. Bending up right: Sedih, lesu atau kedukaan.

7. Diminishing Perspective: Adanya jarak, kejauhan, kerinduan.

8. Concentric Arcs: Perluasan, gerakan mengembang, kegembiraan 9. Pyramide: Stabil, megah, kuat atau kekuatan yang masif.

10. Conflicting Diagonal: Peperangan, konflik, kebencian dan kebingungan.

11. Spiral: Kelahiran atau generative forces.

12. Rhytmic horizontals: Malas, ketenangan yang menyenangkan.

13. Upward Swirls: Semangat menyala, berkobar-kobar, hasrat yang tumbuh.

14. Upward Spray: Pertumbuhan, spontanitas, idealisme.

15. Inverted Perspective: Keluasan tak terbatas, kebebasan mutlak, pelebaran tak terhalang.

16. Water Fall: Air terjun, penurunan yang berirama, gaya berat.

17. Rounded Archs: Lengkung bulat mengesankan kekokohan.

18. Rhytmic Curves: Lemah gemulai, keriangan.

19. Gothic Archs: Kepercayaan dan religius.

20. Radiation Lines: Pemusatan, peletupan atau letusan.

Gambar 2.30. Variasi Garis.

Sumber: Design Basic 5th ed, hal. 116 Penggunaan garis mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Garis mempunyai daya komunikatif, digunakan pada huruf, peta, grafik, kode, dan sebagainya.

2. Garis mempunyai kekuatan ekspresif, misalnya: tebal, tipis, panjang, pendek, lengkung, berombak, dan lain-lain

3. Garis dapat menunjukkan gerak emosi, misalnya ketakutan, kemarahan, keraguan, kekesalan dan sebagainya.

4. Garis mempunyai irama, misalnya: gemulai, kaku, tajam dan lain-lain

2.1.6.3.Kualitas Terang Gelap (Value)

Putih merupakan tekanan yang paling rendah dan hitam merupakan kualitas yang paling gelap, diantara keduanya terdapat abu-abu. Walaupun benda tidak berwarna putih dan hitam tetap saja memiliki tingkatan gelap dan terang yang dapat dianalisa dan dikategorikan sebagai value. Bila garis mendeskripsikan bentuk obyek maka value akan memperjelas dan memperkaya garis sehingga bentuk tiga dimensi menjadi lebih hidup, tempat dan hubungan antar bentuk dapat ditentukan membentuk pola untuk menggambarkan tekstur obyek, serta memberikan kesan dramatis. Derajat perubahan value tergantung dari kesamaan antar bayangan dengan cahaya, juga dari sumbar cahaya yang menimpa obyek (Laurel & Pentak 218).

Gambar 2.31. Skala Value dari abu-abu Sumber: Design Basic 5th ed, hal. 236

Value yang kontras menyiratkan cara cahaya dan bayangan membentuk benda. Efek-efek cahaya pada benda tidak akan terjadi tanpa adanya kontras antara permukaan yang terkena naungan dan bayangan yang dihasilkan oleh benda itu sendiri (Ching 80).

2.1.6.4.Bentuk dan Ruang (Shape dan Space) 1. Bentuk (Shape)

Berikut ini merupakan pengertian bentuk mengacu pada halaman website yang disponsori oleh Logoresource:

Pengertian bentuk menurut Leksikon Grafika adalah macam rupa atau wujud sesuatu seperti bundar, elips, segi empat, dan lain sebagainya.

Pada proses perancangan, bentuk menempati posisi yang tidak kalah penting dibanding elemen-elemen lainnya, mengingat bentuk-bentuk geometris biasa merupakan simbol yang membawa nilai emosional tertentu (“Bentuk”).

Rupa bentuk merupakan konsep dua dimensi dari suatu benda yang berada di dalam batas-batasnya sendiri dan terpisah dari benda visual yang lebih besar. Jadi rupa bentuk tergantung pada garis yang mendeskripsikan batas-batasnya atau kontras dari value, warna, atau tekstur yang terjadi disepanjang batas-batas tersebut. Suatu rupa bentuk tidak dapat berdiri sendiri. Rupa bentuk hanya dapat terlihat dalam kaitannya dengan bentuk-bentuk yang lain atau ruang yang mengelilinginya (Ching 59).

Bentuk suatu benda bisa bersifat dua dimensional yaitu datar tanpa ketebalan, atau bersifat tiga dimensional yang mempunyai ketebalan atau padat. Bentuk dua dimensional antara lain persegi, segitiga, trapesium, jajaran genjang, dan lain sebagainya. Sedangkan bentuk-bentuk tiga dimensional seperti kerucut, kubus, silinder, prisma, dan lain sebagainya.

Semua bentuk-bentuk tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya untuk menciptakan suatu karya desain (Kusmiati R, Pudjiastuti, Suptandar 7-8).

Gambar 2.32. Variasi Bentuk

Sumber: Beberapa Asas Merancang Dwimatra, hal. 15 2. Ruang (Space)

Ruang dalam bahasa Inggris disebut “space”, extent or area of ground, surface, etc. Artinya ruang adalah keluasan dari suatu bidang, permukaan, dan lain sebagainya. Dalam desain elementer ruang dikatakan sebagai bentuk dua atau tiga dimensional, bidang, atau keluasan positif atau negatif yang dibatasi oleh limit. Disamping mempunyai sifat-sifat seperti garis, ruang mempunyai dua dimensi tambahan, yaitu lebar dan dalam. Ruang mempunyai gerakan arah dan ciri-ciri umum, seperti diagonal, horizontal, melengkung, dan lain-lain. Ruang juga dapat terjadi karena adanya persepsi mengenai kedalaman sehingga terasa

jauh dan dekat, tinggi dan rendah, tampak melalu indera pengelihatan (Kusmiati R, Pudjiastuti, Suptandar 8).

Ruang dapat dibedakan menjadi dua jenis, ruang positif dan ruang negatif. Ruang positif adalah ruang yang berada di dalam benda yang berongga; atau juga ruang dibagian dalam dari penempatan dua masa atau lebih (yang berjarak satu sama lainnya). Dikatakan pula bahwa ruang positif terjadi karena dibatasi oleh dua masa atau lebih. Sedangkan ruang negatif adalah ruang yang berada diluar ruang positif. (Wong 87).

Gambar 2.33. Ruang Positif dan Negatif.

Hubungan antar ruang merupakan bagian dari perencanaan desain, apakah itu merupakan jarak antar huruf atau huruf dengan gambar yang terletak pada sebidang kertas. Ruang sebagai latar belakang dari suatu obyek juga perlu diolah, misalnya dengan memberi warna, tekstur, dan lain-lain (Kusmiati R, Pudjiastuti, Suptandar 8).

2.1.6.5.Pola (Pattern)

Pola merupakan bentuk dekoratif yang bersifat datar dan tidak memiliki gradasi gelap terang sehingga menyerupai siluet dan meminimalkan volume obyek. Umumnya pola hanya bertujuan untuk memperindah seperti misalnya pola dekoratif pada tekstil.

Pola biasanya didefinisikan sebagai pengulangan bentuk dengan motif yang sama digunakan berulang-ulang. Pengertian ini hampir sama dengan tekstur, hanya saja susunan bentuk pada tekstur kadang tidak beraturan sedangkan pola lebih teratur dan tertata. Perbedaan yang paling penting antara pola dan tekstur adalah pada permukaannya. Permukaan pola dan tektur akan tampak sama jika dilihat dengan mata tetapi akan terasa beda jika kita menyentuhnya. Dengan kata lain setiap tekstur dapat

disebut sebagai pola sedangkan pola tidak selalu dapat disebut tekstur (Laurel & Pentak 169).

Gambar 2.34. Contoh Pola (Pattern) Sumber: Design Basic 5th ed, hal. 169 2.1.6.6.Tekstur (Texture)

Tekstur merupakan nilai atau ciri khas suatu permukaan. Permukaan suatu benda dapat dirasakan, lebih kasar maupun halus, keras maupun lembut disebut tekstur. Tekstur merupakan elemen desain yang bersifat ekspresif dan emosional serta menggambarkan ciri khas pelukisnya (Rubin 8). Tekstur dapat dihasilkan menjadi beberapa variasi kuat lemah warna atau arsiran melalui percobaan dengan menggunakan alat-alat yang ada disekitar kita secara kreatif.

Gambar 2.35. Contoh Tekstur (Texture) Sumber: Design Basic 5th ed, hal. 170

Tekstur dapat dibagi menjadi dua macam (Tanoyo 109-110):

• Tekstur raba

Adalah keadaan fisik bahan atau material, yang penghayatannya dapat dilakukan melalui indera raba. Tekstur raba juga disebut tekstur nyata, karena benar-benar dapat dirasakan oleh indera peraba.

• Tekstur lihat

Adalah tekstur yang penghayatannya hanya dapat dilakukan melalui indera penglihatan. Tekstur lihat juga disebut tekstur semu karena tidak benar-benar dapat diraba (tidak ada kesesuaian nilai antara yang dilihat dan diraba).

2.1.6.7.Warna (Colors)

Warna merupakan salah satu elemen terpenting dalam desain. Warna dapat menjadi identitas sebuah benda dan menjadi pembeda yang signifikan antara benda yang satu dengan yang lain. Warna sendiri tercipta dari perbedaan panjang pendeknya gelombang cahaya yang dipantulkan oleh suatu permukaan benda, menghasilkan ribuan variasi yang tak terhingga. Sebuah benda tidak benar-benar memiliki warna. Warna pada benda tersebut muncul karena sinar mencapai suatu permukaan benda. Sebagian spektrum dalam sinar tersebut diserap dan sisanya dipantulkan kembali menurut sifat permukaan benda yang beraneka ragam. Benda berwarna biru sebenarnya adalah benda dengan sifat permukaan menyerap spektrum berbagai warna dalam sinar, tetapi memantulkan hanya warna biru.

Sehingga birulah yang tampak pada benda tersebut (gambar 2.36).

Gambar 2.36. Permukaan yang menyerap sinar. Permukaan putih (a) akan memantulkan semua cahaya. Permukaan hitam (b) menyerap cahaya. Permukaan

berwarna (c) dan (d) akan memantulkan warna yang sama dan menyerap warna yang lain.

Sumber: Colour. How to Use Colour in Art and Design, hal. 8

Studi tentang teori warna tidak terlepas dari jasa Sir Isaac Newton pada abad ke-17. Dengan menembakkan sebuah cahaya putih melalui

sebuah prisma, kemudian sinar tersebut dipantulkan acak oleh prisma menghasilkan warna-warna kilauan sebagaimana warna pelangi yang dipantulkan langit (gambar 2.37). Spektrum warna-warna yang dimunculkan dari sumber yang berbeda bila bercampur membentuk warna baru, menurut additive method, tiga warna additive primer adalah merah, biru dan hijau. Percampuran antara merah dan hijau menghasilkan kuning, hijau dengan biru menghasilkan cyan dan merah serta biru memunculkan warna magenta. Warna-warna sekunder inilah yang kemudian menjadi warna-warna dasar untuk film separasi cetak cyan, magenta, yellow (kuning) dan black (hitam) sebagai penambah kepekatan warna, kombinasi warna ini lebih dikenal dengan istilah CMYK. Pada additive method, saat sinar-sinar ini bercampur mnejadi satu yang muncul adalah warna putih.

(Laurel & Pentak 230).

Gambar 2.37. Spektrum Warna

Sumber: Colour. How to Use Colour in Art and Design, hal. 4

Gambar 2.38. Diagram Color Additive Method Sumber: Design Basic 5th ed, hal. 231

Berbagai usaha dilakukan untuk membuat peta-peta warna, untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya seni rupa. Pada abad ke 18 dikenal diagram warna yang disebut sebagai lingkaran warna atau roda

warna. (gambar 2.39). Gambar ini adalah lingkaran warna versi Johannes Itten yang membagi warna menjadi 12 hue atau warna. Saat itu lingkaran warna banyak digunakan sebagai pedoman. Tetapi terdapat ketidakcocokan antara percampuran warna tinta atau cat yang sebenarnya dengan warna yang ditampilkan pada diagram. Hasil yang didapatkan dari percampuran warna-warna sesuai hue lingkaran warna ini sedikit kusam dan kurang memuaskan (Laurel & Pentak 235).

Gambar 2.39. Lingkaran Warna Johannes Itten Sumber: Design Basic 5th ed, hal. 235

Kemudian Munsell mencoba memperbaiki lingkaran warna ini dengan lingkaran versinya dimana lingkaran ini membagi membagi warna dalam 10 hue. (Gambar 2.40). Warna-warna merah, kuning dan biru merupakan warna primer. Dimana warna primer sendiri tidak bisa didapat dari penggabungan warna lain, warna yang paling dasar. Penggabungan antara dua warna primer menghasilkan warna sekunder. Dan penggabungan warna sekunder menghasilkan warna tersier (gambar 2.41).

Gambar 2.40. dan 2.41. Lingkaran Warna Munsell. Gambar kanan:20 warna dalam lingkaran yang terdiri dari 5 warna primer, 5 warna sekunder,

dan 10 warna tersier.

Sumber: Design Basic 5th ed, hal. 235

Mengacu pada teori-teori warna yang ditemukan oleh para ahli tersebut, warna kemudian diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu:

1. Klasifikasi warna berdasarkan Dimensi / Kualitas (Sawahata 8)

• Hue merupakan kualitas yang membedakan antara warna yang satu dengan yang lain, terdiri dari semua warna kecuali hitam dan putih.

• Value merupakan kualitas warna dilihat dari gelap atau terang bila dibanding dengan warna hitam dan putih. Value dapat dibedakan menjadi tiga:

o Tint: warna dengan value tinggi, lebih terang dikarenakan adanya penambahan warna putih. Contohnya, merah adalah hue sedangkan merah muda adalah tint.

o Midtones: merupakan warna yang dihasilkan dari percampuran hue dengan abu-abu.

o Shade: warna dengan value rendah, lebih gelap dikarenakan adanya penambahan warna hitam. Contohnya, merah marun adalah shade dari merah.

• Chroma / Saturation merupakan kualitas warna ditinjau dari intensitas warna, kekuatan dan kelemahan warna. Contohnya, merah memiliki chroma yang lebih tinggi dibanding merah muda atau merah marun.

Gambar 2.42. Diagram Hubungan Hue, Value dan Chroma (saturation) Munsell Sumber: Colour. How to Use Colour in Art and Design, hal. 17

Hubungan hue, value, dan chroma dijelaskan sebagai berikut:

Lingkaran luar menunjukkan skala hue, poros keatas dan kebawah dari lingkaran menunjukkan skala value, dan jari-jari dari poros menuju keluar menunjukkan skala chroma (saturation). Dengan demikian, jika lingkaran hue digerakkan kebawah menuju value gelap secara berangsur-angsur ke hitam, maka akan didapatkan warna-warna baru yang jumlahnya cukup banyak dari hasil percampuran hue, chroma, dan value gelap / hitam. Begitu pula sebaliknya jika lingkaran hue digerakkan ke atas, maka akan diperoleh warna-warna yang banyak jumlahnya dari percampuran hue, chroma, dan value terang / putih (Feisner 17).

2. Klasifikasi warna berdasarkan Spektrum Warna (Sawahata 9)

• Warna primer: warna ini disebut juga warna dasar yang terdiri dari merah, kuning dan biru. Warna ini tidak dapat dicapai melalui percampuran warna lain.

• Warna sekunder: warna ini dibuat dari percampuran dua buah warna primer. Misalnya, merah dan kuning menghasilkan warna oranye.

• Warna tersier: warna ini dibuat dari percampuran sebuah warna primer dengan sebuah warna sekunder. Contohnya kuning dan oranye.

3. Klasifikasi warna berdasarkan Sensasi yang Ditimbulkan (Sawahata 9)

• Cold colors: diidentikkan dengan es. Warna-warna yang termasuk didalamnya adalah biru, biru kehijauan dan hijau. Warna ini memberikan kesan kuat, sangat dingin, keras kepala, bersih dan segar.

• Cool colors: termasuk didalamnya adalah warna biru. Warna ini dapat memberikan kesan menyejukkan, menenangkan dan damai.

• Hot colors: termasuk di dalamnya warna merah. Warna ini memberikan kesan aktif dan menarik perhatian.

• Warm colors: warna hangat didasarkan pada warna merah, namun bukan warna panas. Warna hangat sedikit lebih halus daripada warna panas, dengan adanya penambahan warna kuning. Contohnya merah oranye, oranye, kuning oranye. Warna ini memberikan kesan mengundang dan nyaman.

• Bright colors: termasuk didalamnya semua warna namun tanpa campuran warna dan putih. Warna ini memberikan kesan bersemangat, dinamis dan energi.

• Dark colors: termasuk didalamnya warna yang dominan hitam. Warna ini memberikan kesan kuat, sederhana, elegan dan suram.

• Pale colors: termasuk di dalamnya hue yang dikombinasikan dengan warna putih dalam intensitas yang besar. Warna ini memberikan kesan halus, lembut, muda polos dan romantis.

4. Klasifikasi warna berdasarkan Komposisi Warna (Sawahata 10)

• Achromatic, merupakan komposisi tanpa warna

• Monochromatic, merupakan dasar dari komposisi, terdiri dari satu warna.

• Analogous, komposisi warna-warna senada. Menggunakan paling sedikit tiga warna yang berdekatan untuk mengatur komposisi.

• Complementary, sebuah komposisi yang terpusat pada warna-warna yang berlawanan dalam diagram warna.

• Clash, merupakan komposisi yang menggunakan warna yang saling bertabrakan dalam diagram warna.

• Neutral, komposisi warna-warna yang berpusat pada warna-warna yang telah dinetralisir dengan menambahkan sedikit warna hitam atau yang berlawanan dengan warna dasar sehingga menghasilkan warna yang berkesan natural.

• Primary, merupakan komposisi dari warna-warna primer.

• Secondary, merupakan komposisi dari warna-warna sekunder.

• Tertiary, tiga komposisi dari warna-warna sekunder.

5. Klasifikasi warna berdasarkan Gaya Pewarnaan (Raharjo 3-7)

• Style datar: gaya pewarnaan yang tidak membaurkan warna yang satu dengan yang lain (blok).

• Realistik style: gaya pewarnaan yang membaurkan warna dengan warna lain yang lebih gelap atau terang untuk kesan hidup dan mendekati kenyataan.

6. Klasifikasi warna berdasarkan Karakteristiknya

• Warna positif atau aktif

Yaitu kuning, merah, kuning kemerahan (jingga), dan juga merah kekuningan. Warna-warna ini memberikan kesan sifat dan karakter yang aktif.

• Warna negatif atau pasif

Yaitu biru, biru kemerahan, merah kebiruan, warna-warna ini mengidentifikasikan kegelisahan, kepatuhan, pemikiran yang lemah lembut.

7. Klasifikasi warna berdasarkan Maknanya (Yudhawati & Kusumawardhani 4)

• Warna biru: identik dengan laut dan langit

Memberikan kesan tenang, segar dan bersih sehingga orang ingin berada di dalamnya.

• Warna hijau: identik dengan tanaman dan lingkungan Menimbulkan kesan stabil, aman, menyejukkan dan segar.

• Warna kuning: identik dengan matahari

Membangkitkan suasana hati yang bersahabat, ceria, dan memberikan inspirasi bagi individu yang terlibat di dalamnya, melambangkan keramahan, supel, keriangan dan kehangatan.

• Warna oranye: identik dengan musim gugur dan buah jeruk Menimbulkan kesan hangat, tentram, kepastian dan keyakinan

• Warna merah: identik dengan api dan darah

Menimbulkan suasana hangat dan meningkatkan semangat. Merah juga melambangkan hubungan sosial atau cinta yang semakin akrab.

• Warna ungu: identik dengan kaum ningrat, rohani

Menimbulkan kesan mewah, bijaksana, romantis, kekayaan, bersifat duniawi, imajinasi, inspirasi, mistik, terlalu melebih-lebihkan.

• Warna hitam: identik dengan malam

Menimbulkan / melambangkan suasana hati yang depresi / berkabung, suasana yang dramastis, berat, formal, serius, sunyi, misteri, takut, kuno, kematian.

• Warna putih: identik dengan cahaya

Melambangkan karakter yang netral, sempurna, suci, baik, polos, bercahaya, halus, sederhana, rapuh, terpencil, dingin.

Hubungan warna dengan anak juga sangat erat. Warna merupakan bagian dari masa kecil. Warna merupakan hal pertama yang dikenal anak. Mereka mengingat hal-hal disekeliling mereka dengan warna. Seiring bertambahnya usia, kekayaan mereka akan warnapun bertambah, namun kegemaran mereka akan

Hubungan warna dengan anak juga sangat erat. Warna merupakan bagian dari masa kecil. Warna merupakan hal pertama yang dikenal anak. Mereka mengingat hal-hal disekeliling mereka dengan warna. Seiring bertambahnya usia, kekayaan mereka akan warnapun bertambah, namun kegemaran mereka akan

Dalam dokumen 2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI (Halaman 45-70)

Dokumen terkait