• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Gaya Desain

Dalam dokumen 2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI (Halaman 80-84)

Ilustrasi memiliki gaya desain dalam perkembangannya, yang di dalam desain grafis menjadi pengaruh estetika visual yang dominant pada waktu dan masa tertentu. Gaya desain atau graphic style ini adalah suatu ragam hias, jenis, atau bentuk visualisasi karya visual (grafis) yang mengacu pada suatu pola atau gaya tertentu sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, seperti diungkapkan pada pernyataan Heller & Chwast, berikut:

Gaya, di dalam hal-hal yang umum adalah karakteristik atau bentuk ekspresi, desain, konstruksi, atau pelaksanaan. Namun ketika berhubungan dengan desain grafis, gaya memberi pengaruh terhadap nilai keindahan visual yang dominan, dalam waktu maupun tempat tertentu.

Gaya desain juga spesifik di dalam pemilihan jenis huruf, kombinasi warna, dan fungsinya (dekoratif atau fungsional. Lebih jauh lagi, gaya desain dipengaruhi oleh material yang didesain dan audience yang dituju (Heller & Chwast 9).

2.1.10.1. Pop Art

1. Sejarah dan perkembangan Pop Art

Pop Art muncul di pertengahan tahun 1950an di Inggris dan di akhir 1950an di Amerika. Pop Art adalah satu gerakan seni utama di abad 20an yang merupakan bentuk penolakan / protes terhadap idealisme form follow function, yang mengesampingkan emosional jiwa manusia. Kata populer berasal dari Yunani yang artinya ‘populis’ (rakyat). Aliran ini mendukung media massa yang populer seperti koran, iklan, televisi, dan komik (“Pop Art” para 4).

Pop Art di Jepang sangat unik dan bisa diidentikkan sebagai Jepang jika dilihat dari subyek dan gayanya. Banyak artis Pop Art Jepang yang menemukan inspirasi dari Anime, dan kadang Ukiyo-e dan seni tradisional Jepang. Pop artis yang paling terkenal sekarang di Jepang adalah Takashi Murakami, yang kelompok artisnya, Kaikai Kiki. Gerakan seni superflat, seorang surrealis, gerakan post modern yang inspirasinya terutama datang dari Anime dan budaya jalanan Jepang, yang sangat bertujuan pada muda-mudi di Jepang, dan memiliki pengaruh budaya yang besar. Artis seperti Aya Takano dan Yoshitomo Nara menggunakan anak-anak sebagai subyek di semua seninya. Sementara Yoshitomo Nara menciptakan pemandangan marah atau pemberontakan melalui anak-anak (“Pop Art” para 5).

2. Ciri-ciri Pop Art

Ciri-ciri gaya desain Pop Art, antara lain:

• Menggunakan warna-warna cerah dan teknik pewarnaan blok datar.

• Menggunakan outline atau garis batas yang jelas dan tegas.

• Menggunakan bentukan-bentukan berulang sebagai elemen utama maupun dekoratif.

2.1.10.2. New Simlicity

Cirinya meminimalisasikan layer bidang teks dan gambar pada desain sehingga visualisasi tampak polos dan sederhana. Memakai warna pastel, miskin ornamen tapi sangat memikat.

2.1.10.3. Art Deco

Berasal dari Paris Exposition des Art Decoratifs et Industries 1925 di Perancis. Art Deco tidak dianggap sebagai aliran, namun hanya gaya atau kecenderungan dalam desain. Kehebatan mesin, transportasi, pesawat terbang, kapal, industri otomotif menajdi inspirasi gaya ini. Art Deco dipengaruhi oleh Kubisme dan Fauvisme serta gaya Mesir dan Indian Aztec (“Art Deco” para 5).

Gaya ini banyak diaplikasikan pada desain grafis, arsitektur, produk industri, furnitur. Jika kaum modernis ‘ngotot’ pada fungsionalisme dan formalisme, maka Art Deco tampil mewah, dan selera kelas atas (“Art Deco”, para 5).

Art deco banyak menggunakan bahan-bahan mahal, dan sedikit ornamen hias. Ornamen yang digunakan lebih beraturan, banyak menggunakan gradasi warna yang halus, efek kilau atau lengkungan logam. Art Deco tak selalu berhubungan dengan kemewahan, namun menggunakan bahan sederhana untuk menampilkan kesan mewah.(Heller

& Chwast 145-147).

2.1.10.4. Revivalism dan Eklektik

Revivalism merupakan gaya desain yang ditemukan pada tahun 50-an di Sk50-andinavia sebagai reaksi atas modernisme y50-ang membuat desain (homogenitas) “kehilangan jiwa”, yang mengangkat kembali Art Deco dan Art Nouveau. Gaya ini mengangkat seni tradisional dalam tipe huruf dan ornamen tradisional (Heller & Chwast 203).

Sedangkan Eklektik, berkembang pada tahun 60-an dengan filsafatnya: “think global act global”. Gaya desain Eklektik merupakan upaya atau pemikiran untuk menggabungkan nilai dan unsur lama dengan unsur baru, tradisional dengan lokal. Eklektik Eropa adalah mengangkat kembali gaya klasik Yunani, untuk Indonesia dapat berarti mengangkat dan memadukan unsur tradisional Jawa, Sumatera, Bali,dan lain-lain (Heller & Chwast 204).

2.2. Analisa Data 2.2.1. S.W.O.T

SWOT merupakan sebuah metode analisa dengan menganalisa kelebihan atau kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity), dan ancaman (Threat) dari suatu produk dalam pasar. Dalam konteks perancangan ini, SWOT digunakan untuk menganalisa produk ini dengan produk-produk serupa yaitu buku lagu-lagu daerah.

1. Strength

Dibandingkan dengan produk serupa, buku berseri ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu pada segi tampilan visual dan pengolahan topik yang diangkat. Tampilan visual dirancang dan disesuaikan dengan kondisi target audience yang dituju, lagu-lagu daerah yang ditampilkan disertai cerita singkat sehingga target audience tidak hanya mengenal tetapi juga mengerti, mempelajari serta memetik nilai-nilai positif yang ada didalamnya. Kelengkapan penyajian data dengan menggunakan notasi angka dan balok yang dimungkinkan dalam format media buku membuat buku tersebut memiliki nilai jual.

2. Weakness

Buku ini dibagi dalam tiga seri dengan isi yang tidak terlalu banyak dalam setiap serinya. Hal ini dimaksudkan agar target audience mampu mengingat keseluruhan isi dari buku tersebut. Namun, ini juga dapat menjadi kelemahan jika dibandingkan dengan buku-buku serupa yang memuat hampir seluruh lagu-lagu daerah yang ada. Kesan yang timbul adalah buku ini menjadi kurang lengkap. Hal ini dikuatirkan akan menjadi pengurang minat bagi beberapa orang untuk membeli dan memiliki buku ini.

3. Opportunity

Hadirnya banyak buku-buku anak tentang kebudayaan Indonesia yang disajikan dalam format yang menarik memberikan peluang bagi produk ini untuk juga hadir sebagai salah satu literatur anak yang mengangkat topik seputar budaya Indonesia. Buku lagu-lagu daerah yang dirancang khusus untuk anak ini merupakan hal yang belum banyak ditemui, sehingga produk ini memiliki peluang yang baik dalam pasar.

4. Threat

Topik lagu daerah memungkinkan munculnya format multimedia yang lebih menarik bagi anak-anak, ditambah dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan target audience untuk dapat mengakses lagu-lagu daerah melalui internet yang dapat dilakukan dengan mudah.

2.2.2. USP (Unique Selling Preposition)

Produk ini merupakan salah satu perwujudan upaya untuk melestarikan budaya Indonesia, yaitu lagu-lagu daerah dan memperkenalkannya pada anak-anak sejak dini yaitu sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar. Sebagai salah satu produk anak-anak, buku ini memberikan tampilan yang lebih eksklusif dan menarik untuk target audiencenya, disertai penjelasan dan pemahaman lebih terhadap topik yang dibahas. Sehingga yang didapatkan bukan hanya lagu tetapi makna dan pesan yang terkandung dalam lagu tersebut. Dilengkapi dengan notasi angka dan balok yang membuat buku ini mempunyai manfaat lebih.

Dalam dokumen 2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI (Halaman 80-84)

Dokumen terkait