• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Lagu Daerah 1.Pengertian Lagu Daerah

Dalam dokumen 2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI (Halaman 26-41)

Lagu merupakan syair-syair yang dinyanyikan dengan irama yang menarik. Lagu bisa menjadi sarana curahan hati orang yang membuat syair lagu atau menggambarkan situasi dan kondisi tertentu. Karena itu, lagu-lagu yang dinyanyikan bisa bernuansa sedih, bisa juga bernuansa gembira atau jenaka.

Pengertian Lagu Daerah menurut Ario Kartono, dkk:

Lagu daerah atau lagu tradisional disebut juga dengan lagu rakyat (folksong), yaitu lagu yang lahir dari tradisi atau budaya setempat. Lagu daerah berisi gambaran tingkah laku masyarakat setempat yang mempunyai ciri dan karakter tersendiri. Bahasa dan dialek yang digunakan adalah bahasa ibu atau bahasa daerah setempat. Bentuk, pola, serta susunan melodi sangat sederhana, mudah untuk dihafal, dan untuk dikuasai masyarakat setempat. Teknik ucapan (artikulasi) dibawakan sesuai dialek setempat, tanpa perlu memperhatikan ketentuan vokalisasi seperti lagu-lagu yang lain (98).

Sedangkan definisi lagu daerah mengacu pada halaman website yang disponsori oleh Wikipedia:

Lagu daerah atau musik daerah, dalam artian istilahnya, adalah musik atau lagu yang dibuat oleh dan untuk orang-orang di daerah tertentu. Musik daerah muncul dan paling dapat bertahan dalam suatu komunitas yang belum terpengaruhi komunikasi massa dan komersialisasi budaya. Jenis seni ini umumnya dibudidayakan oleh keseluruhan komunitas (dan bukan dipertunjukkan hanya oleh orang-orang yang ahli dalam bermusik), dan disampaikan secara lisan dan informal (“Lagu Daerah”, para 1).

2.1.4.2.Tinjauan Lagu Daerah di Dunia

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, musik muncul dan berkembang berabad-abad lalu di Eropa, perkembangannya tersebut meliputi berbagai macam jenis musik dan lagu, diantaranya lagu daerah. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita meninjau terlebih dahulu lagu-lagu daerah di dunia, khususnya di Eropa.

Berikut ini tinjauan lagu daerah di dunia mengacu pada halaman website yang disponsori Encarta Encyclopedia:

Folksong / Folkmusic yang berarti lagu rakyat / musik rakyat mempunyai variasi kata-kata yang berbeda dalam bahasa Eropa.

Perbedaan itu disesuaikan dengan pengertian yang dibuat oleh masing-masing negara terhadap kata tersebut. Volk dalam bahasa German, sama dengan Volkmusic (musik rakyat) atau Volkslied (lagu rakyat), merupakan

musik atau lagu yang dimiliki orang German sebagai cermin kebiasaan mereka. Istilah musik rakyat di Cekoslovakia, Národní Písni (lagu nasional) menekankan pentingnya lagu ini tidak hanya kepada orang-orang Cekoslovakia, tetapi juga kepada perjuangan mereka untuk pembebasan nasional. Dalam bahasa Inggris, folk menggambarkan daerah / tempat dari mana lagu tersebut berasal. Oleh karena itu, di Indonesia istilah folksong lebih dikenal dengan lagu daerah.

Walaupun musik daerah / lagu daerah di Eropa cenderung berbeda, umumnya mereka mempunyai karakteristik yang sama. Musiknya terdiri dari lagu yang diajarkan dari masyarakat yang satu ke masyarakat lain tanpa notasi tertulis, sederhana, dan tidak mempunyai bentuk standart.

Sedangkan syairnya diulang-ulang secara singkat, kadang dengan kata-kata yang berbeda (abcd) atau dengan kata-kata-kata-kata yang sama (aaba, abba, dan seterusnya), bahkan beberapa lagu mempunyai syair yang sangat bervariasi (aabbccdd).

Secara materi, lagu-lagu daerah di Eropa juga hampir serupa.

Beberapa jenis lagu-lagu tersebut mencakup: ballada, epics, lagu teater rakyat, lagu yang menunjuk pada sesuatu yang penting, lagu pekerjaan, lagu cinta, lagu anak, dan lagu rohani. Masing-masing jenis ini mempunyai tujuan spesifik. Dalam lagu balada, satu set baitnya menceritakan satu peristiwa utama, contohnya adalah lagu berbahasa Inggris “Barbara Allen”, dan “Lord Randall”, keduanya merupakan dua dari balada-balada terbaik di Inggris. Jenis lain adalah syair kepahlawan atau epics, yang sebagian besar merupakan lagu dari Balkans, Rusia, Finland, dan Timur Tengah. Salah satu contoh yang terkenal adalah Serbian Epics, yang menceritakan konflik antara orang Kristen dan Muslim. Lagu teater merupakan salah satu jenis lagu yang banyak sekali ditemui di seluruh Asia dan sebagian Eropa, contohnya adalah lagu Natal, yang mempunyai musik yang khas, lagu yang pendek, sedikit nada, dan dinyanyikan berulang-ulang.

Sejumlah besar lagu daerah disebut juga calendric, yaitu lagu yang biasa dinyanyikan pada saat upacara keagamaan atau peristiwa penting

yang terjadi dalam tahun tersebut, seperti perkawinan, kematian, atau bahkan awal pubertas. Di Barat, lagu calendric dinyanyikan untuk menandai datangnya musim panas, musim dingin, musim tanam dan panen. Jenis lain yang banyak berkembang dalam budaya Barat adalah lagu kerja. Lagu dengan teks yang berhubungan dengan aktivitas agrikultur dan jenis-jenis pekerjaan lain yang dapat membangun kesetiakawanan dalam kelompok kerja. Beberapa musik daerah tidak memiliki syair, biasanya tujuan utama dari musik seperti ini adalah untuk mengiringi tarian, kadangkala disertai dengan nyanyian dari si penari.

Beberapa contoh lagu daerah dari Eropa yang sering kita dengar, antara lain “Twinkle Twinkle Little Star” (Inggris) dan “My Bonny Is Over The Ocean” (AS) (“Folk Music”).

2.1.4.3.Tinjauan Lagu Daerah di Indonesia 1. Sejarah Lagu Daerah

Berikut ini merupakan sejarah munculnya lagu dan musik daerah Indonesia, diolah dari tulisan Ario Kartono, dkk dalam buku Berkreasi Seni:

Sejarah dan perkembangan musik daerah tidak dapat terlepas dari musik nasional dan sejarah perkembangan musik dunia. Musik daerah dikenal pertama kali di Nusantara untuk keperluan ibadah berupa doa, dengan irama nada lembut yang mengiringi tembang, kidung, seloka dan mantera. Pada masa ini (tahun 1-1000 M) sudah dikenal alat musik instrumen seperti kendang, gamelan dari logam, dan seruling bambu.

Memasuki abad pertengahan, ketika musik di dunia sudah mulai mengenal nyanyian dengan banyak suara (poliphonic), di daerah Nusantara berkembang alat musik melodis seperti seruling, sasando, rebab, dan bonang, disamping berkembangnya alat musik ritmis. Pada masa inilah (tahun 1000-1500 M), lagu daerah/lagu rakyat mulai dikenal. Masyarakat mulai menciptakan musik vokal seperti lagu-lagu dolanan, lagu bertema cerita (kentrung), dan penembromo. Lagu-lagu bersifat keduniawian masuk pada abad ini, seperti misalnya lagu atau nyanyian tentang cinta kasih (asmara), kepahlawanan, keindahan alam, rasa kebangsaan,

nyanyian pesta, dan lagu dongeng (cerita) (60). Lagu-lagu yang diciptakan oleh masyarakat yang berbeda-beda itulah yang kemudian kita kenal dengan lagu daerah/lagu rakyat.

2. Ciri-Ciri Lagu Daerah

Lagu daerah adalah lagu atau musik yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara. Lagu ini menggunakan bahasa, gaya, dan tradisi khas daerah setempat.

Secara umum, lagu atau musik daerah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Andijaningtyas1; Kartono 75):

• Dipelajari secara lisan

Sebagai bagian dari kebudayaan, lagu dan musik daerah diwariskan secara turun temurun. Proses pewarisan musik ini biasanya dilakukan secara lisan. Orang yang telah mahir memainkan instrumen musiknya atau terampil menyanyikan lagu-lagu daerah akan memberikan contoh kepada pengikutnya untuk kemudian ditirukan.

Orang yang belajar harus menghafalkannya tanpa ada catatan. Dengan terus berlatih, orang tersebut akan menguasai makin banyak lagu dan teknik. Pembelajaran secara lisan inilah yang kemudian melahirkan banyak varian-varian dalam lagu daerah.

• Lagu dan musiknya bersifat sederhana / tidak memiliki notasi

Proses pembelajaran yang berlangsung secara lisan membuat partitur (naskah musik) menjadi suatu hal yang tidak terlalu penting.

Oleh karena itu, sangat lazim jika musik daerah tidak memiliki partitur notasi tertentu. Walaupun demikian, ada beberapa daerah yang memiliki notasi musik seperti di Pulau Jawa dan Bali. Namun, notasi ini tetap tidak memiliki partitur, tapi dipelajari secara lisan.

Sebenarnya, hal ini dikemudian hari dapat menimbulkan masalah. Jika orang-orang yang belajar kesenian itu semakin sedikit atau bahkan tidak ada, maka kesenian daerah tersebut akan punah. Tanpa catatan tertulis, orang-orang lain tidak bisa melestarikannya.

• Jarang diketahui siapa penciptanya

Hampir setiap daerah di Nusantara mempunyai lagu-lagu daerah/ nyanyian daerah, yang kemudian diwariskan kepada anggota keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar. Akibatnya sebagian besar lagu-lagu tersebut tidak diketahui siapa penciptanya dan dianggap milik bersama oleh masyarakat setempat, dan kemudian dikenal luas oleh seluruh masyarakat di Indonesia.

• Isi lagu sesuai dengan keadaan masyarakat yang dijiwai budaya daerah setempat.

Lagu-lagu daerah merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, setiap ciri kebudayaan masyarakat penciptanya pasti melekat di dalam lagu tersebut, salah satunya adalah penggunaan bahasa daerah dalam lirik lagu. Lagu daerah menjadi cermin gaya hidup suatu masyarakat, ditembangkan sedemikian rupa sehingga mengandung pesan-pesan tertentu bagi anggota masyarakat atau siapa saja yang mendengarkan.

Syair-syair lagu daerah biasanya mengandung unsur kebersamaan atau sosial serta menggambarkan keadaan kehidupan masyarakat dan lingkungan alam. Syair-syair ini dinyanyikan kapan saja, misalnya ketika sedang berjalan, bekerja, berpesta, bermain, atau duduk-duduk di serambi rumah.

3. Jenis-Jenis Lagu Daerah

Menurut Brunvand, lagu daerah dibagi menjadi dua kelompok, yang pertama adalah kelompok lagu daerah yang tidak sesungguhnya dan kedua adalah kelompok lagu daerah yang sesungguhnya. Jenis-jenis lagu daerah pada kelompok yang pertama, yaitu (qtd. Danandjaja 145-146):

• Proto Folksong

Proto Folksong merupakan lagu daerah dimana unsur musiknya lebih penting dibandingkan unsur liriknya. Oleh Brunvand, lagu semacam ini disebut lagu rakyat yang bersifat permulaan. Lagu jenis ini biasanya dipergunakan untuk mengiringi suatu tarian daerah.

Seandainyapun terdapat kata-kata, maka kata-kata itu tidak bermakna apa-apa. Contoh lagu yang dapat digolongkan kedalam jenis ini adalah nyanyian yang dipergunakan untuk mengirigi tarian Kecak di Bali.

Kata-kata yang diucapkan dalam nyanyian Kecak hanya berupa suara menirukan suara gamelan Bali (gong). Itulah sebabnya nyanyian Kecak oleh penduduk Bali digolongkan ke dalam jenis gong pesuara, yakni gamelan yang mempergunakan suara manusia.

• Near Song

Lagu daerah dimana liriknya lebih menonjol daripada musiknya. Lagu daerah yang tergolong jenis ini antara lain adalah tembang dari Jawa atau seruan yang dipergunakan oleh penjaja makanan sewaktu berkeliling di kampung-kampung. Jenis lagu ini sering digolongkan juga ke dalam kategori sajak rakyat (folk rhymes).

Sedangkan kelompok lagu-lagu daerah yang sesungguhnya, dibagi menjadi beberapa jenis yaitu (Danandjaja 146-152):

a. Lagu daerah yang berfungsi adalah lagu daerah yang kata-kata dan lagunya memegang peranan yang sama penting. Disebut berfungsi karena baik lirik maupun lagunya cocok dengan irama aktivitas khusus dalam kehidupan manusia. Jenis lagu ini selanjutnya dibagi lagi kedalam beberapa subkategori:

• Lagu kelonan (lullaby), yakni lagu yang mempunyai lirik dan irama yang halus dan tenang, berulang-ulang, ditambah dengan kata-kata kasih sayang, sehingga dapat membangkitkan rasa santai, sejahtera dan akhirnya rasa kantuk bagi anak yang mendengarnya.

• Lagu kerja (working song), yakni lagu yang mempunyai irama dan kata-kata yang bersifat menggugah semangat, sehingga dapat menimbulkan rasa gairah untuk bekerja. Contoh lagu jenis ini antara lain adalah lagu “Holopis Kuntul Baris” dari Jawa Timur dan nyanyian

“Rambate Rata” dari Sulawesi Selatan.

• Lagu permainan (play song), yakni lagu yang mempunyai irama gembira serta kata-kata lucu dan selalu dikaitkan dengan permainan bermain (play) atau permainan bertanding (game). Salah satu contoh

jenis lagu ini yang ada di Jawa Timur digunakan untuk mengiringi anak-anak kecil bermain baris-barisan. Liriknya berbunyi demikian Baris cerik tempe, Ridong udele bodong (Berbaris makanan terbuat dari tempe, Ridong pusarnya menonjol).

b. Lagu daerah yang bersifat liris, yaitu lagu daerah yang teksnya bersifat liris, yang merupakan ungkapan perasaan dari penciptanya, jenis lagu ini dibagi lagi menjadi beberapa subjenis, yaitu:

• Lagu daerah liris yang sesungguhnya, yakni lagu daerah yang liriknya mengungkapkan perasaan perasaan sedih, putus asa karena kehilangan sesuatu atau cinta, sehingga menimbulkan keinginan-keinginan yang tidak mungkin tercapai. Contohnya lagu “Cinte Manis” dari Betawi.

• Lagu daerah yang bersifat kerohanian dan keagamaan lainnya (Spiritual and other traditional religious songs), yakni lagu yang liriknya adalah mengenai cerita-cerita yang ada dalam Kitab Suci, legenda-legenda keagamaan, atau pelajaran-pelajaran keagamaan.

Contohnya adalah lagu kerohanian agama Islam yaitu lagu Kasidah.

• Lagu daerah yang memberikan nasehat untuk berbuat baik (Homeletic songs). Contohnya adalah lagu “Grimis-grimis” dari Jawa Timur yang mengajarkan pada kita agar tidak suka mendendam dan tidak suka membicarakan orang dibelakang.

• Lagu daerah mengenai pacaran dan pernikahan (Folksong of courtship and marriage). Contohnya adalah lagu dari Betawi “Oh Mama Saya Mau Kawin”.

• Lagu bayi dan anak (Nursery and Children songs). Lagu anak-anak, terutama digunakan untuk mengiringi suatu permainan. Istilah nyanyian ini di Jawa adalah dolanan. Lagu permainan anak di Jawa Tengah dapat berupa teka-teki, contohnya adalah lagu berjudul

“Asmaradana”.

• Lagu bertimbun banyak (Cummulative songs), yaitu lagu yang liriknya dapat bertimbun banyak, seperti halnya dengan dongeng bertimbun banyak. Contohnya adalah lagu daerah Betawi berjudul “Sang Bango”.

• Lagu Jenaka (Humorous songs), yaitu lagu yang isi liriknya lucu/bersifat humoris. Lagu jenaka ini dapat dibagi lagi menjadi tiga kategori, yaitu: lagu dialek (lagu yang kata-katanya menirukan cara orang dari daerah lain berbicara dalam bahasa daerah), lagu yang bukan-bukan (lagu yang liriknya tidak masuk akal), dan lagu parodi (lagu yang liriknya bersifat serius, dengan maksud untuk mengejek).

Contohnya adalah lagu daerah Maluku yang berjudul “Naik-naik ke puncak gunung”.

• Lagu daerah dari orang-orang yang mempunyai mata pencaharian tertentu, yaitu lagu-lagu daerah yang beredar di antara para nelayan, penggembala sapi, tukang kayu, petani, dan sebagainya. Contohnya sangat banyak sekali, salah satunya adalah “Dendang nelayan”, lagu dari Melayu Riau.

c. Lagu daerah yang bersifat berkisah (narrative folksongs), yaitu lagu daerah yang menceritakan suatu kisah. Lagu-lagu daerah yang termasuk dalam kategori ini adalah Balada (Ballad) dan Epos (Epic). Perbedaan balada dan epos terletak pada tema ceritanya. Tema cerita balada mengenai kisah sentimental dan romantik (perihal gagal cinta, berkurban demi cinta, dan sebagainya), sedangkan cerita epos mengenai kepahlawanan. Keduanya mempunyai lirik dalam bentuk bahasa yang bersajak. Lagu yang berkisah ini banyak terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali, salah satu contohnya adalah epos

“Mahabarata” dan “Ramayana”. Balada di Jawa Barat diwakili Pantun Sunda, salah satunya berjudul “Lutung Kasarung”.

4. Hubungan Lagu dan Musik Daerah

Beberapa daerah mempunyai jenis musik tertentu, yang menjadi ciri khas dalam lagu daerah yang diiringinya, jenis-jenis musik tersebut antara lain (Andijaningtyas 7-29):

a. Musik Melayu

Jenis musik ini banyak berkembang di daerah Sumatra, terutama Sumatra Barat. Sesuai namanya, musik ini sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu.

Beberapa jenis musik yang temasuk dalam jenis ini adalah gambus, zapin, dan lain sebagainya. Musik Melayu biasanya dimainkan oleh sekelompok kecil pemain musik. Lagu-lagu daerah yang memiliki nuansa musik Melayu antara lain: “Tudung Periuk”, “Soleram”, “Rambadia”.

b. Musik Pasundan

Salah satu musik Pasundan yang cukup terkenal adalah calung. Pada mulanya calung mempunyai fungsi ritual untuk menghibur Dewi Nyi Sri.

Ketika padi berisi, musik calung dimainkan agar buah padi tidak hampa.

Musik itu dimainkan di huma pada malam hari agar padi tidak diganggu hama. Pada perkembangannya, calung kemudian berubah fungsi sebagai hiburan dengan syair jenaka tentang masalah sosial atau menyampaikan informasi dari pemerintah kepada rakyat. Musik tradisional ini cukup digemari oleh masyarakat Sunda, karena para pemainnya mampu menciptakan suasana segar, dinamis, dan terutama karena lawakan atau bebodorannya. Kehadirannya mampu menarik massa yang memang haus akan hiburan. Beberapa contoh lagu khas Sunda yang biasa dimainkan antara lain: “Es Lilin”, “Panon Hideung”, “Manuk Dadali”, “Cing Cakeling”, dan “Tokecang”.

c. Musik Betawi

Betawi merupakan etnis “baru” yang kebudayaannya merupakan campuran dari kebudayaan beberapa etnis. Percampuran ini terlihat dari berbagai seni pertunjukkannya, termasuk seni musik. Seperti seni yang lain, seni musik Betawi ini juga berkembang di masyarakat bawah, bukan di kalangan istana. Sehingga keseniannya bersifat kerakyatan. Musik Betawi merupakan perpaduan harmonis antara unsur pribumi dengan unsur budaya Cina, Eropa (Belanda dan Portugis), Timur Tengah, Melayu, Sunda, Jawa, Bali, dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. Pengaruh Cina dan Jawa-Sunda terlihat dalam orkes gambang kromong, terutama dari alat musik yang dipakai. Lagu-lagu yang dibawakanpun ada yang merupakan adaptasi dari Cina, seperti “Pobin Mano Kongjilok”,

“Caisusiu”, dan sebagainya. Sedangkan lagu-lagu Betawi yang terkenal

yang banyak dimainkan oleh orkes gambang kromong antara lain: “Kicir-Kicir”, “Sirih Kuning”, “Jali-Jali”, dan, “Lenggang Kangkung.”

d. Musik Jawa

Musik daerah ini sangat dikenal sebagai salah satu jenis musik yang khas Indonesia. Jenis musik ini sering disebut dengan musik gamelan dan sering digunakan dalam pertunjukkan tarian ataupun wayang dan juga dalam upacara adat Jawa. Contoh lagu yang menjadi bagian dari jenis musik ini: “Suwe Ora Jamu”, “Gambang Suling”, dan “Cublak-Cublak Suweng.”

e. Musik Bali

Musik Bali juga ada dalam bentuk gamelan. Gamelan Bali mirip dengan gamelan Jawa, hanya saja musiknya lebih cepat, nyaring, dan meriah.

Musik Bali juga sering mengalami perubahan tempo dan dinamik. Ciri lain gamelan Bali adalah digunakannya sejenis simbol yang disebut ceng-ceng.

Ceng-ceng inilah yang berbunyi nyaring sehnigga membuat musik Bali berbeda dari musik Jawa. Gamelan Bali biasanya digunakan sebagai pengiring tarian, nyanyian atau pertunjukkan arja. Lagu-lagu khas daerah Bali, yang dimainkan dengan musik ini antara lain:”Tari Bali”, “Macepet Cepetan”, dan “Cening Putri Ayu.”

f. Musik Sulawesi

Musik di daerah Sulawesi, tidak terlalu banyak dikenal, namun di Sulawesi Utara terdapat satu jenis musik yang cukup terkenal, yaitu musik kolintang. Kolintang merupakan sekumpulan alat musik yang dimainkan menjadi harmoni lagu. Ada yang berfungsi sebagai pengisi melodi, bilah kayunya berderet seperti tuts piano, dan ada yang berfungsi sebagai pengisi ritme. Contoh lagu dari daerah Sulawesi Utara yang dimainkan dengan musik ini antara lain: “O Ina Ni Keke”, “Anging Mamiri”, dan

“Bindhe Biluhuta.”

g. Musik Maluku

Musik Maluku biasanya tidak terlalu jauh berbeda dari musik Indonesia Timur lainnya (Papua). Salah satu bentuk musik yang terkenal dari daerah ini adalah fu, sebuah alat musik tiup yang berasal dari cangkang kerang.

Selain itu, ada beragam alat musik lain seperti tifa (alat musik pukul seperti kendang) dan totobuang (berbentuk seperti kenong). Contoh lagu yang terkenal dengan musik Indonesia Timur antara lain: “Sarinande”,

“Burung Kakatua.”

5. Nilai-Nilai Dalam Lagu dan Musik Daerah

Seni adalah media ekspreasi, musik dan lagu adalah cara untuk mengungkapkan atau mengekspresikan diri. Demikian pula halnya lagu dan musik daerah yang merupakan bagian dari karya seni. Seni tradisi Nusantara, mengandung nilai-nilai sebagai berikut (Kartono 84-85):

a. Seni tradisi sebagai ekspresi untuk mencetuskan, mengeluarkan isi hati, ide, dan gagasan secara spontan. Contoh pengungkapannya antara lain adalah melalui rasa syurkur pada Tuhan YME (Lagu Syukur Tuhan). Rasa gembira diungkapkan dengan Lagu Pucung, rasa kasih mesra melankolis diungkapkan melalui Lagu Sinom Parijotho. Gamelan Bali menunjukkan ungkapan ekspresi yang dinamis dalam mengiringi gerak tari. Suara seruling dan gamelan Sunda sebagai ekspresi rasa lembut, syahdu, dan pilu yang menyayat hati akan menimbulkan rasa haru bagi yang mendengarkan.

b. Seni tradisi umumnya berisi permainan yang dapat dijadikan sebagai alat permainan bagi anak-anak maupun orang dewasa. Seni tradisi yang berisi permainan terdapat pada lagu-lagu dolanan (bermain) yang hampir dimiliki oleh setiap daerah. Lagu-lagu dolanan tersebut tidak hanya digunakan untuk hiburan semata tetapi juga merupakan salah satu bentuk puisi tradisional yang mampu menumbuhkembangkan emosi, fantasi, dan imajinasi yang memiliki nilai-nilai pendidikan. Kriteria lagu dolanan antara lain: bahasa yang digunakan sangat sederhana, cengkok atau ekspresinya juga sangat sederhana, sastranya terbatas, isi lagu dolanan sesuai dengan jiwa anak-anak. Syair lagu dolanan memberi teladan pada anak-anak mengenai tanggung jawab, budi pekerti, tata susila, hubungan dengan alam dan sesame, dan sebagainya. Contoh lagu daerah untuk permainan, yaitu: “Meyong-meyong” (Bali), “Cublak-cublak Suweng”

(Jawa Tengah), Ampar-Ampar Pisang” (Kalimantan Selatan), “Anak Kambing Saya” (NTT Timor) dan “Ayo Mama” (Maluku).

c. Seni Tradisi (daerah) mengandung nilai-nilai budi pekerti yang luhur, karena di dalamnya terdapat ajaran sikap perilaku yang baik, berisi ajaran agama, ada pesan etika dan estetika, berisi cerita tentang keteladanan, bersifat penuh dengan kesederhanaan (alat instrumen, lagu-lagunya, lirik nada dan iramanya), mengagumi dan rasa cinta kepada alam sekitar dan daerah tempat tinggalnya. Hal ini dapat kita lihat pada isi lagu-lagu daerah hampir di seluruh Nusantara, sebagai contoh:

• Lagu “Timang-timang Anakku Sayang” (Sumatra Timur)

Lagu ini mengungkapkan cinta kasih sayang seorang ayah kepada anaknya sebagai buah hati, mendoakan pada Tuhan supaya sang anak kelak menjadi orang yang berguna.

• Lagu “Kampuang Nan Jauh Di Mato (Sumatra Barat)

Lagu ini menceritakan tentang kerinduan seorang perantau yang jauh dari kampung halaman dan keluarga yang dicintai. Ini berarti ada

Lagu ini menceritakan tentang kerinduan seorang perantau yang jauh dari kampung halaman dan keluarga yang dicintai. Ini berarti ada

Dalam dokumen 2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI (Halaman 26-41)

Dokumen terkait