• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI

2.1. Studi Literatur

Dalam perancangan media visual buku ini diperlukan beberapa landasan teori untuk diidentifikasi dan diperiksa berdasarkan permasalahan yang diangkat.

Teori tersebut antara lain: teori buku, literatur anak, musik dan buku musik, lagu- lagu daerah di Indonesia, psikologi anak (khususnya 7-11 tahun), dan teori-teori lain yang berkaitan dengan desain dan pemecahan masalahanya seperti garis, bentuk, warna, tipografi, ilustrasi, layout, dan sebagainya.

2.1.1. Tinjauan Judul Perancangan 2.1.1.1.Perkembangan Buku

Menurut Encarta Encyclopedia, buku adalah “a volume of many sheets of paper bound together, containing text, illustrations, music, photographs, or other kinds of information” (“Book”, para 1). Secara fisik buku mempunyai bagian- bagian seperti terlihat dalam gambar berikut:

Gambar 2.1. Bagian-bagian Fisik Buku

Sedangkan pengertian dan sejarah buku mengacu pada halaman website yang disponsori oleh Wikipedia:

Buku merupakan kepingan helaian kertas bertulis yang diikat menjadi satu unit. Dalam sains kepustakaan, buku dikenali sebagai monograf untuk membedakannya dengan terbitan berseri yang lain seperti

(2)

majalah dan surat kabar. Pada umumnya, buku hanya merujuk kepada buku yang diterbitkan dan bukan sembarang "kertas-kertas yang diikat".

Sebelum kemunculan buku, manusia telahpun telah memiliki cara untuk menurunkan tulisan. Pada awal kehidupan, manusia pada umumnya menurunkan tulisan mereka di atas batu, papan, dan juga di atas daun (misalnya daun lontar). Sehubungan itu, medium tulisan awal ini adalah bentuk proto bagi buku. Buku dikatakan muncul dalam sejarah umat manusia ketika orang Mesir menciptakan kertas papirus sekitar 2400 SM.

Kemudian kertas papirus yang sudah ditulisi digulung menjadi scroll (gulungan kertas), dan itu adalah bentuk buku yang paling awal.

Gambar 2.2. Scroll

Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/book

Selain itu, buku juga muncul dengan bentuk yang lain. Contohnya, di Kamboja, Sang Budha di situ membaca "buku" yang dibuat dari daun dan bentuk ini masih digunakan sampai hari ini. Sedangkan di negeri Cina, sebelum terciptanya kertas, para cendekiawan di situ menurunkan tulisan mereka di atas lidi buluh dan mengikat lidi ini menjadi buku.

Buku memasuki satu era yang baru ketika industri kertas menjadi mantap. Kertas dipercayai muncul di negeri Cina pada awal 200 SM, setelah itu teknologi ini dibawa oleh pedagang muslim ke Eropa sebelum abad ke-11. Dengan adanya kertas, penulisan menjadi lebih mudah karena kertas mempunyai ciri-ciri mudah disimpan dan juga tahan lama (“Buku”).

Buku berkembang pada masa Renaissance setelah ditemukannya alat cetak fenomenal oleh Johannes Guttenberg. Di mana ukuran kertas kuarto, duodecimo, 16mo, 24mo, dan 32mo sudah digunakan. Pada abad 19 dan 20, penemuan mesin cetak massal pada era industri memungkinkan

(3)

produksi massal buku dengan harga murah. Sampul buku dari kain dan kertas memungkinkan biaya buku menjadi sangat murah dan banyak orang mengkonsumsi buku untuk bacaan sehari-hari.

Pada abad 20, alat-alat teknologi seperti radio, televisi dan film telah menjadi barang umum sehingga mulai menantang keberadaan buku konvensional. Keberadaan hutan-hutan yang ditebang untuk mendapatkan kertas semakin memperkuat isu untuk diterbitkannya buku teknologi, sehingga teknologi mulai mencari jalan untuk menggantikan kertas.

Sebagai hasilnya maka terbitlah e-book yaitu buku elektronik yang bisa dibaca di komputer (”Book”).

Dewasa ini klasifikasi buku semakin beragam, hal ini dikarenakan salah satu faktornya yaitu pemikiran manusia yang semakin maju juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Buku sebagai salah satu media massa / publikasi dituntut untuk memenuhi setiap kebutuhan mereka. Bagan di bawah ini akan memberikan penjelasan mengenai klasifikasi buku menurut beberapa kategori:

Gambar 2.3. Bagan Klasifikasi Buku

(4)

2.1.1.2.Penjelasan Tema / Judul Buku

• Arti kata perancangan adalah “proses yang bertujuan menyelesaikan suatu permasalahan yang ada dengan berbagai batasan-batasan (constrain) tertentu” (“Desain dan Standar”, para 1). Sedangkan jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, perancangan sama artinya dengan designing.

Designing berasal dari kata design yang berdasarkan Oxford Advanced Learner’s Dictionary berarti:

o A drawing or an outline from which something may be made.

o The general arrangement or planning of a building, book, machine, etc.

o To decide how something will look, work, etc esp. by making plans, drawings or models of it (232).

• Menurut Kepala Dinas Pariwisata tingkat I Kalimantan Timur:

Lagu-lagu daerah adalah lagu yang diciptakan untuk mengembangkan kepariwisataan Nusantara dengan memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, menanamkan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional. Lagu-lagu daerah menggunakan dialek bahasa daerah dari suku- suku yang bermukim di daerah tersebut dan gubahan syair-syairnya bersumber dari inspirasi yang diperoleh dari kondisi alam, budaya dan kehidupan masyarakatnya yang menyatu dalam buah karsa, rasa dan cipta yang tertuang melalui nada dan ritme musiknya (Aziz 1).

• Yang dimaksud perancangan buku berseri adalah perancangan visualisasi dan isi buku sesuai dengan tema dan konsep yang diangkat, dalam hal ini adalah buku berseri lagu-lagu daerah Nusantara yang disajikan dengan jumlah tiga seri buku. Masing-masing seri dibagi menurut pembagian Indonesia itu sendiri (berdasarkan waktu) yaitu Indonesia Barat, Indonesia Tengah dan Indonesia Timur. Perancangan ini ditujukan khususnya untuk anak-anak yang berusia 7-11 tahun (sekolah dasar), dimana berdasarkan pengamatan anak berusia sekolah dasar telah mampu mengenal lagu daerah dengan baik, mampu mempelajarinya dan mampu membaca notasi angka maupun balok. Lagu-lagu daerah Nusantara yang dimaksudkan

(5)

adalah lagu dari beberapa propinsi di Indonesia yang umumnya sudah dikenal masyarakat, syairnya relatif singkat sehingga mudah dipelajari anak-anak, disertai ilustrasi dan cerita singkat untuk mendekatkan anak- anak pada budaya Nusantara. Sarana pendukung dimaksudkan untuk mendukung perancangan buku yang akan dibuat, antara lain seperti packaging dan poster promosi.

2.1.2. Tinjauan Literatur Anak 2.1.2.1.Pengertian Literatur Anak

Literatur anak adalah segala bentuk buku yang memuat tulisan yang didesain menarik untuk anak-anak, dapat dibaca untuk atau oleh mereka, termasuk didalamnya: fiksi, kumpulan puisi, budaya, biografi, sejarah, kumpulan teka-teki, ajaran-ajaran, fabel, legenda dan lain-lain. Biasanya disertai ilustrasi yang lebih dominan dibandingkan tulisan, dimana ilustrasi itu berfungsi untuk membangkitkan daya imajinasi anak akan isi buku tersebut.

Sedangkan pengertian literatur anak mengacu pada halaman website yang disponsori oleh Wikipedia :

Masih menjadi perdebatan sampai sekarang tentang apa yang disebut literatur anak. Secara umum hal itu mencakup kedua penjelasan ini yaitu buku yang dipilih dan dibaca oleh anak-anak itu sendiri, seperti yang disebutkan oleh pihak yang berwenang “cocok untuk anak-anak”. Pihak tersebut meliputi guru, para ahli, pereview, orang tua, penerbit, petugas perpustakaan, toko buku serta komisi pemberi penghargaan.

Beberapa akan mengatakan buku anak adalah buku yang ditulis khusus untuk anak, walaupun sekarang banyak buku yang dulunya ditujukan untuk orang dewasa sekarang menjadi buku untuk anak. Begitu pula sebaliknya saat buku fiksi yang ditujukan untuk anak juga diakui sebagai buku untuk orang dewasa. Sebuah usaha untuk mengidentifikasi apa yang disebut dengan buku anak telah menghasilkan garis panduan umum yang baik dan secara umum diterima oleh para ahli dibidang itu.

Karakteristik yang masuk garis panduan tersebut adalah:

1. Ditujukan atau ditulis untuk anak

(6)

2. Mempunyai anak sebagai tokoh protagonis

3. Tidak mengandung tema dewasa dan cocok untuk anak 4. Biasanya merupakan cerita singkat

5. Mengandung ilustrasi, pada buku tertentu ditujukan untuk anak yang usianya lebih muda

6. Ditulis dalam bahasa yang mudah

7. Berhubungan dengan tema yang bertumbuh, baik umur maupun kedewasaan

8. Didaktik, pendidikan atau berusaha mendidik anak tentang masalah- masalah perilaku dan masyarakat, pesan moral, disamping dari fantasi dan petualangan (“Children’s Literature”).

2.1.2.2.Sejarah Literatur Anak

Sejarah literatur anak mengacu pada halaman website yang disponsori oleh Encyclopedia Encarta :

Pada masa Renaissance (abad 14-17 M), sumber utama dari literatur anak-anak di Barat adalah Alkitab dan cerita klasik Yunani dan Latin. Perkembangan literatur yang diikuti oleh penemuan alat cetak di abad 15 M, semakin meningkatkan cakupan literatur anak-anak, dan kemudian sejarah nasional menjadi subyek baru bagi literatur anak-anak.

Gambar 2.4. Original King James Bible

Sumber: http://pictures.griffshp.com/Europe/London/Original%20 King%20James%20Bible.jpg.

Setelah abad 18 M, arkeolog, ahli bahasa, dan ahli antropologi menambahkan bahan literatur, yaitu tentang budaya Asia dan kultur serta dongeng Eropa. Di Inggris, format literatur yang paling awal berupa literatur lisan yang disampaikan dari generasi ke generasi, menceritakan cerita rakyat sederhana, umumnya berasal dari Celtic dan Anglo-Saxon.

(7)

Termasuk di dalamnya adalah nyanyian rakyat, antara lain “Robin Hood”, dan naratif yang dinyanyikan tentang pengembaraan raja Arthur dan para ksatrianya. Buku pertama yang benar-benar dirancang untuk anak-anak dibuat pada abad 7 dan 8 M, dan ditulis dalam bahasa latin.

Gambar 2.5. dan 2.6. Buku Nyanyian Rakyat pertama (Robin Hood) dan Contoh Hornbook

Sumber: http://www.whirligig-

tv.co.uk/tv/children/robinhood/robinhoodbook.jpg dan http://ise.uvic.ca/Library/SLT/images/Hornbook.GIF

Perkembangan literatur semakin didukung dengan penemuan pencetak menyebabkan semakin bermunculannya buku bacaan untuk anak-anak. Tipe baru dari buku anak, yang disebut buku tanduk (hornbook), muncul pada abad 16 M. Buku ini berisikan halaman cetak yang sampulnya berupa lembar kertas transparan yang terbut dari tanduk dan ujung menjulang yang terbuat dari kayu berfungsi sebagai pegangan pada salah satu sisinya, untuk memudahkan anak-anak membawanya.

Digunakan sebagai panduan dasar, buku tanduk berisi alfabet, doa bapa kami, angka-angka Romawi, dan semacamnya. Chapbook muncul pada abad 17 M, chapbook berupa pamflet yang tidak dijahit, pada umumnya terdiri dari sekitar 70 halaman yang dilipat, dan berisi versi-versi literatur populer mengenai syair singkat anak-anak samapi kisah-kisah romantis di abad pertengahan. Chapbook biasanya dijajakan dari pintu ke pintu sepanjang Inggris.

Perkembangan yang paling penting pada literatur anak adalah digunakannya ilustrasi-ilustrasi. Buku anak-anak bergambar pertama

(8)

adalah Orbis Sensualium Pictus (Dunia yang Tampak dalam Gambar), diterbitkan dalam bahasa latin tahun 1658 oleh John Amos Comenius.

Setahun kemudian, muncul terjemahannya dalam bahasa Inggris. Buku ini menggunakan ilustrasi dengan teknik woodcut, dimana teks dan ilustrasi semuanya terpahat dalam balok kayu.

Literatur klasik anak-anak meliputi buku untuk orang dewasa yang juga menarik bagi anak-anak, atau yang telah diadaptasikan untuk anak- anak. Salah satunya adalah The Pilgrim’s Progress (dicetak dalam dua edisi, 1678 dan 1684) oleh John Bunyan. Sederhana, tapi didalamnya terdapat kiasan yang kuat mengenai konflik antara kenaikan dan kejahatan.

Contoh lainnya adalah cerita atau dongeng peri-peri dari masa lampau, dongeng-dongeng tradisional yang juga dikenal dengan Contes de ma mere l’oye (Tales of Mother Goose) oleh Charles Perrault. Kemudian, istilah Mother Goose selalu dihubungkan dengan syair singkat anak-anak di Inggris dan Amerika Serikat. Pada abad 18 M, John Newberry menjadi orang pertama yang mencetak buku anak secara atraktif, kreatif dengan harga yang terjangkau. Buku berukuran kecil tersebut berisikan cerita- cerita, sajak-sajak, puzzle, teka-teki, peribahasa, dan pelajaran-pelajaran.

Gambar 2.7. Prosa Mother Goose

Sumber: http://www.mothergoose.com/graphics/motherGooseProse.jpg Sampai dengan akhir abad 18 M, tidak ada perbedaan yang jelas antara pelajaran dan hiburan yang terdapat dalam literatur anak-anak.

Sebagian besar cerita dan puisi yang ditulis untuk anak-anak, telah didesain agar dapat menyampaikan informasi atau anjuran moral yang bermanfaat. Hal ini cenderung disebabkan oleh pertumbuhan kebebasan religius, khususnya di Inggris dan di Amerika, dan juga karena prinsip

(9)

penganut paham persamaan yang tersebar melalui revolusi Perancis (1789- 1799). Pengaruh paling penting dalam perkembangan ini disampaikan oleh filsuf dari Perancis, Jean Jacques Rousseau, yang dalam novelnya yang berjudul “Emile” (1762), dia mengemukakan pendapatnya bahwa pikiran anak-anak bukan berupa pikiran orang dewasa dalam ukuran mini, dan bahwa anak-anak seharusnya dipahami sebagai apa adanya mereka, sesuai degnan kondisi mereka. Pengarang yang dipengaruhi oleh “Emile”

menunjukkan kecenderungan peran orang dewasa yang bijaksana dan murah hati yang terlalu berlebihan dalam karyanya. Salah satu contohnya adalah “The History of Sandford and Merton” (3 volume, 1783-1789) oleh Thomas Day.

Gambar 2.8. dan 2.9. Emile dan The History of Sandford and Merton Sumber: http://www.memo.fr/media/JJR_PUB_000.jpg dan

http://www.soton.ac.uk/~sdb2/S&M3sm.jpg

“Songs of Innocence” (1789) dan “Songs of Experience” (1794), karya seorang seniman, pujangga dan spiritualis Inggris, William Blake, menunjukkan contoh literatur pertama yang peduli akan kebutuhan anak- anak, diilhami oleh filosofi pembelajaran Rousseau. Ide Blake tentang kepolosan anak-anak dan hilangnya masa-masa itu karena disebabkan oleh campur tangan dan pemikiran orang dewasa. Ide itu merupakan hasil pemikiran Blake dari paham mistik Jerman, Protestanisme Inggris dan ide- ide berpolitik dari revolusi Perancis. Blake meyakini bahwa hasrat, perasaan bergantung pada suara hati masing-masing pribadi. Karya tulis dan lukisannya terlalu susah untuk dipahami oleh pembaca muda, tetapi karya-karyanya tersebut membawa pengaruh bagi pengarang dan seniman

(10)

kontemporer Inggris, William Wordsworth, menggambarkan masa kanak- kanak sebagai masa yang bahagia dan berbudi tinggi, dan kesadaran menjadi dewasa adalah proses yang kompleks dan menyedihkan.

Gambar 2.10. dan 2.11. Songs of Innocence dan Songs of Experience Sumber: http://12koerbe.de/phosphoros/songs-38.jpg dan http://www.loc.gov/rr/european/guide/images/eu055001.jpg

Gejala Romantisme yang mempengaruhi Eropa pada awal abad 19 M juga turut memberikan pengaruh pada literatur anak-anak. Di Inggris, tulisan karya novelis Sir Walter Scott (terkenal karena karya dongeng kesatriaan) dapat dinikmati oleh anak-anak yang lebih besar (dewasa).

Penulis Inggris, William Shakespeare menghasilkan salah satu buku anak- anak yang terkenal, yaitu “Tales from Shakespeare” (1807). Gerakan romantisme mengembalikan ketertarikan pada dongeng-dongeng, karena semakin memperkaya literatur anak-anak dengan mitos, legenda dan cerita-cerita yang menakjubkan. Dua bersaudara dari Jerman, Jacob Ludwig Karl Grimm dan Wilhelm Karl Grimm memberikan kontribusi mereka dalam cerita berseri yang terkenal dengan Grimm’s Fairy Tales.

Antusiasme anak-anak terhadap mitos dan dongeng peri-peri membuktikan imajinasi mereka yang tinggi dan bukti penerimaan mereka terhadap kenyataan dan fantasi. Edward Lear (berasal dari Inggris), pelukis dan pengarang pantun dan sajak-sajak jenaka, menyadari hal ini dan dia menghasilkan karyanya “A Book of Nonsense” (1846) dan “More Nonsense” (1870). Kombinasi antara fantasi dan humor juga telah diwujudkan oleh pengarang dan ahli matematika dari Inggris, Lewis Caroll, nama pena dari Charles Dodgson, dalam karyanya yang berjudul

(11)

“Alice’s Adventure in Wonderland” (1865) dan “Through the Looking Glass” (1872).

Khayalan tetap menjadi gaya yang utama dari literatur anak-anak pada awal abad 20. Sekitar tahun 1900-an. L.Frank Baum menerbitkan karya berseri pertamanya yang berjudul “Wizard of OZ”. Buku tersebut menjadi salah satu literatur kesukaan anak-anak di Amerika, sehingga setelah Baum meninggal, seri buku itu masih tetap dilanjutkan oleh pengarang-pengarang lainnya selama bertahun-tahun. Sir James Matthew Barrie mengadaptasikan drama panggung “Peter Pan” (1904), cerita fantasi tentang seorang anak laki-laki yang menolak untuk jadi dewasa, ke dalam literatur anak-anak yang berjudul “Peter Pan in Kensington Gardens” (1906) dan “Peter and Wendy” (1911).

Tradisi gambar yang bersih, berwarna dan gambar-gambar sederhana untuk anak-anak dalam berbagai gaya secara berangsur-angsur menjadi lebih bervariasi sejak abad ke 19, khususnya di Inggris. Salah satu seniman yang terkenal adalah Walter Keran, yang mengeluarkan buku permainan bergambar (toy picture books) yang pertama pada tahun 1865 dan 1873. Kate Greenaway mengeluarkan bukunya yang berjudul

“Randolph Caldecott”, buku ini terdiri dari empat seri., menggunakan garis-garis gambar yang sederhana yang menggambarkan tentang syair- syair singkat favorit anak-anak, seperti “The Diverting History of John Gilpin”, “Three Jovial Huntsmen”, dan “Come Lasses and Lads” yang diterbitkan antara tahun 1878 dan 1885. Salah satu illustrator yang terkenal yang berasal dari Inggris adalah Leslie Brooke, terkenal untuk gambar-gambar humor dan gambar binatang yang detail dalam karya- karyanya.

Setelah perang dunia I (setelah 1918), bacaan anak-anak berbahasa Inggris termasuk didalamnya adalah yang ditulis oleh penulis dan illustrator Hugh Lofting, karyanya yaitu Doctor Dolitlle”, karya ini merupakan karya berseri, dimulai tahun 1920, menceritakan tentang seorang dokter yang lebih memilih untuk menjadi dokter hewan, daripada menjadi dokter untuk manusia. Perbedaan antara bacaan yang ditulis

(12)

hanya untuk anak-anak dan bacaan yang untuk dibaca anak-anak bersama dengan orang tuanya semakin jelas setelah perang dunia I, terutama di Amerika Serikat. Pembedaan ini terjadi karena dengan adanya pendidikan wajib dan tes psikologi yang telah dilakukan pada anak-anak, sehingga memungkinkan pengarang untuk menulis buku yang benar-benar ditujukan untuk anak-anak dengan tingkatan umur yang lebih spesifik.

Tahun 1928, penulis dan seniman yang bernama Wanda Gag menerbitkan bukunya yang berjudul “Millions of Cats”. Buku ini memuat gambar naratif, dimana teks dalam buku ini dikurangi sehingga teks dalam buku ini sangat sedikit. Buku ini kemudian menjadi favorit anak-anak usia preschool. Sampai dengan tahun 1930, sebagaian besar ilustrasi pada buku anak-anak hanya berwarna hitam dan putih, tapi dengan adanya perkembangan pada mesin cetak, warna-warna yang dihasilkan menjadi lebih bervariasi. Salah satu buku yang populer pada periode ini adalah buku berseri “Babar” (pada awal 1931) yang ditulis oleh Jean de Brunhoff.

Gambar 2.12. dan 2.13. Milion of Cats dan Babar.

Sumber: http://media.bestprices.com/content/isbn/32/0698113632.jpg dan http://images-eu.amazon.com/images/P/2012238378.08.LZZZZZZZ.jpg

Buku dengan sampul tipis untuk anak-anak pertama kali diterbitkan pada awal 1970, buku yang mempunyai harga yang lebih murah ini dapat diterima oleh masyarakat luas. Literatur anak-anak semakin tersedia dalam berbagai variasi dalam bentuk nonprinted, seperti recording, kaset tape, kemudian berkembang pula dalam bentuk video dan CD-ROM. Bentuk buku yang populer untuk anak-anak mempunyai ciri- ciri antara lain memuat teks yang pendek dengan tema yang mudah diidentifikasi, mempunyai karakter yang tidak stereotip, dan menggunakan

(13)

ilustrasi yang menarik. Sejak tahun 1980, buku-buku pop-up telah menjadi buku favorit anak-anak kecil sampai sekolah menengah pertama (“Chlidren’s Literature”).

Gambar 2.14. Pop-up Books

Sumber: http://www.crechemania.com/popup/theater/theater288.jpg

2.1.2.3.Tinjauan Kondisi Literatur Anak di Indonesia

Dewasa ini klasifikasi literatur anak semakin beragam. Hal ini dikarenakan salah satu faktornya yaitu pemikiran manusia yang semakin maju dan didukung pula oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ditinjau dari kualitas gambarnya, literatur anak di Indonesia saat ini sudah sangat berbeda dengan buku anak-anak pada masa sebelumnya. Namun sayangnya, di Indonesia sebagian besar literatur anak-anak tersebut adalah buku-buku terjemahan.

Besarnya animo masyarakat terhadap buku-buku terjemahan menyebabkan penerbit-penerbit di Indonesia urung menerbitkan buku-buku lokal. Selain itu, tokoh anak-anak yang terkenal seperti Donal Bebek, Miki Tikus, Batman, dan sebagainya memang masih banyak diminati. Tak heran jika banyak penerbit yang akhirnya angkat tangan dan berhenti memproduksi bacaan anak-anak lokal.

Sebagai contoh adalah penerbit Djambatan, Sjarifudin, Direktur Redaksional Penerbit Djambatan, memberikan pendapatnya mengenai angka penjualan yang kurang bagus ditambah masuknya buku-buku luar negeri membuat makin terpuruknya buku-buku lokal (“Ilustrasi Lokal”, para 14).

Selain tokoh-tokoh yang sudah sangat dikenal, literatur anak-anak dari luar negeri memiliki kualitas ilustrasi yang sangat baik, warna-warna yang indah dan bernuansa cerah. Sedangkan buku-buku lokal masih belum secara luas memberikan suguhan ilustrasi yang menarik. Penyebab kekalahan ilustrasi buku lokal dengan asing tidak semata-mata terletak pada illustrator saja melainkan

(14)

Bunanta, “bahan cerita yang lemah bisa menghambat kreativitas ilustrator untuk berekspresi. Sebaliknya, sebagus apapun cerita dibuat jika ilustrator tidak andal juga berdampak sama buruk pada kualitas buku yang diciptakan” (“Ilustrasi Lokal”, para 7). Beberapa contoh literatur anak yang ada di Indonesia:

Gambar 2.15. Literatur Anak di Indonesia. Dari kiri ke kanan: buku kumpulan nyanyian untuk anak dalam bahasa Inggris, kumpulan nyanyian

dan cerita anak, buku pengetahuan anak tentang budaya Indonesia

2.1.2.4.Potensi Literatur Anak di Indonesia

Literatur anak saat ini semakin diminati, diperhatikan dan dikembangkan.

Banyak penerbit-penerbit kelas dunia yang semakin giat memproduksi kian banyak variasi literatur anak untuk meraih konsumen, baik anak-anak maupun orang tua. Semuanya mengacu pada alasan dibuatnya literatur anak yakni kenikmatan itu sendiri. Beberapa contoh literatur anak yang ada di Indonesia:

Pada masa sekarang, anak-anak semakin dibombardir secara terus- menerus dengan tayangan visual sejak usia yang begitu dini. Pada umumnya picture books adalah pengalaman pertama anak-anak dalam mengenal seni terapan sekaligus budaya umum (popular culture). Dalam begitu banyak pilihan literatur untuk anak yang tersedia saat ini, ada beberapa genre yang paling umum dikonsumsi anak-anak, yakni:

• Modern Realistic Fiction (Fiksi Modern Realistik)

• Contemporary Realistic Fiction (Fiksi Modern Kontemporer)

• Fanciful Fiction (Fiksi Imajinatif)

• Regional dan Historical Fiction (Fiksi Sejarah)

• Biography (Biografi)

• Informational Material (Materi Informatif)

• Poetry (Puisi dan Sajak)

(15)

Masing-masing genre literatur anak diatas memiliki kelebihannya masing-masing yang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa, mempermudah proses mengenal dunia dan budaya, serta memperkaya dunia anak. Pengenalan terhadap masing-masing genre literatur anak dapat dilakukan sesuai dengan perkembangan kognitif anak agar selaras dengan daya serap anak terhadap informasi yang baru didapatnya (Stewig 18-20).

Berdasarkan uraian diatas dan melihat dari kondisi literatur anak khususnya bacaan lokal di Indonesia, sebenarnya potensi literatur anak di Indonesia cukup besar, sekalipun literatur anak itu merupakan produksi lokal.

Dari genre buku cerita bergambar, produksi Indonesia mungkin kalah dengan produksi luar negeri, yang tokoh-tokohnya menjadi favorit anak-anak sejak jaman dahulu kala. Namun, dari genre lain, Indonesia masih berpotensi dalam menciptakan berbagai literatur lokal yang tidak kalah bagusnya dengan produksi luar negeri.

2.1.3. Tinjauan Musik dan Buku Musik 2.1.3.1.Pengertian Buku Musik

Buku musik atau bisa juga disebut buku lagu/buku nyanyian adalah buku yang terdiri dari lirik dan atau catatan tentang lagu-lagu. Buku musik biasanya berupa buku dengan komposisi sederhana atau dapat berupa buku catatan biasa (“Songs Book”, para 1).

Buku musik biasanya berisi kumpulan syair-syair lagu/partitur dan unsur- unsur musik seperti notasi, nada, tempo, dan sebagainya. Berikut ini merupakan unsur-unsur musik yang umumnya terdapat dalam buku musik/buku lagu (Setianingsih et al. 28-33):

• Notasi adalah sistem penulisan lagu. Dalam notasi musik, nada dilambangkan oleh not (walaupun kadang istilah nada dan not saling dipertukarkan penggunaannya). Tulisan musik biasa disebut partitur.

Notasi ada dua macam, yaitu notasi angka dan notasi balok:

o Notasi angka menggunakan simbol angka-angka. Angka yang dipakai adalah 0,1,2,3,4,5,6,dan 7. Notasi angka pada awalnya

(16)

ditemukan oleh Guide D’arezzo yang menemukan suatu teknik membaca notasi dengan menggunakan suara manusia.

Perkembangan selanjutnya, Emilie Cheve bersama istrinya Nanine Cheve (1804-1864) menerbitkan tulisan-tulisan tentang metode pengajaran musik untuk mengembangkan pendidikan musik.

Melodi Cheve berkembang dengan pesat di Negara-negara Asia dan di Indonesia dikenal dengan sebutan Solmisasi.

o Notasi balok dipakai secara internasional karena mempunyai patokan tinggi nada yang tetap (a=440 Hz). Penulisan notasi balok diletakkan pada balok not yang disebut sangkar nada atau paranada. Paranada berwujud lima garis sejajar yang disatukan, dihitung dari bawah ke atas. Sela antara dua garis tersebut dinamakan spasi.

Gambar 2.16. Contoh Notasi Balok

• Tanda kunci adalah tanda yang ada pada sangkar nada untuk menunjukkan letak nada pada garis paranada. Penulisan sebuah lagu harus menggunakan kunci. Tanpa adanya tanda kunci, letak nada tidak dapat dibaca.

Gambar 2.17. Tanda Kunci G dan Tanda Kunci F

• Tanda kromatis adalah tanda untuk menaikkan dan menurunkan nada setengah jarak serta memulihkannya ke nada semula.

(17)

Gambar 2.18. Macam-macam Tanda Kromatis

• Birama merupakan ketukan yang berulang-ulang, tetap, dan akan selalu terlihat pada suatu lagu. Birama ditulis setelah tanda nada mula, dengan bentuk angka, dan dinamakan tanda birama. Tanda birama adalah tanda yang menunjukkan banyaknya ketukan yang terdapat dalam satu birama dan satuan letak nada yang digunakan untuk mendapatkan satu ketuk. Misal: ¾, angka 3 menunjukkan tiga ketuk tiap birama, sedang angka 4 menunjukan satuan letak nada ¼ mendapat satu ketuk.

• Tempo adalah kecepatan dan perubahan-perubahan kecepatan suatu lagu. Contoh-contoh tempo antara lain: allegro, allegretto, moderato, andante, presto dan lain sebagainya (Kartono 114).

2.1.3.2.Sejarah Musik dan Buku Musik

Berdasarkan bukti-bukti peninggalan sejarah, manusia sejak dahulu telah mengenal seni musik. Pengenalan mereka akan musik tersebut yang kemudian diturunkan dalam bentuk tulisan (naskah), yang menjadi bukti tertulis dikenalnya musik sejak jaman sebelum masehi. Sejak itu, mulailah muncul buku musik yang merupakan kumpulan lagu-lagu yang ditulis oleh para pemusik dalam sejarah.

Berikut ini adalah sejarah musik dan munculnya buku musik pertama yang diolah berdasarkan tulisan Dr. Rhoderick J. M. dalam bukunya Sejarah Musik:

• Musik di Yunani Kuno

Kebudayaan Yunani Kuno menjadi suatu pengaruh utama yang sangat kuat pada kebudayaan dan pemikiran Eropa Barat selama lebih dari 2000 tahun silam. Para filosof, teolog, sastrawan dan arsitek seringkali menoleh ke belakang pada tradisi Yunani Kuno untuk mendapat inspirasi, pengajaran dan perbaikan. Meskipun demikian,

(18)

para pemusik tidak dapat begitu karena pada masa itu tidak ada satu naskah pun berisi notasi musik dari kejayaan kebudayaan Yunani atau Romawi Kuno. Pengetahuan kita pada masa kini tentang musik Yunani Kuno masih sangat terbatas karena hanya ada sekitar 12 naskah asli berisi notasi musik yang dituliskan beberapa abad setelah kejayaan Yunani Kuno.

Gambar 2.19. Makam Seikos dengan lagu Seikos dalam notasi Yunani Kuno

Sumber: Sejarah Musik Jilid I, Karl Ermund Prier SJ, hal. 33 Menurut mitos Yunani Kuno, musik dianggap sebagai ciptaan dewa-dewi. Musik tidak dapat dipisahkan dari upacara-upacara keagamaan. Misalnya, alat musik yang terkait pada aliran Apollo dalam agama Yahudi Kuno adalah lyra; sebuah alat yang ada hubungannya dengan aliran Dionysus, yaitu aulos. Lyra dan aulos banyak digambar pada sisi periuk keramik Yunani Kuno, yang masih ada sampai sekarang. Sebuah lagu yang menceritakan pertempuran antara Apollo dan naga diperdengarkan oleh seorang pemain aulos pada Pekan Olah Raga di Pyhtia, tahun 596 SM. Lagu ini merupakan lagu deskriptif (hal yang menceritakan sesuatu) pertama yang terdapat dalam sejarah musik.

Setelah kejayaan masa klasik dalam kebudayaan Yunani, suatu reaksi terhadap kompleksitas teknik dalam musik menjadi tampak, dan pada awal zaman Kristen, musik Yunani banyak disederhanakan, baik secara teorits maupun secara praktis. Contoh-contoh notasi musik Yunani Kuno yang masih ada hingga kini adalah dua buah lagu pujian kepada Apollo (sekitar tahun 150 SM), sebuah lagu untuk acara

(19)

minum dari tahun yang sama, dan tiga lagu dari Mesomedes, Kreta, yang diciptakan pada abad ke-2 M (1-6).

• Musik di Eropa

Puncak perkembangan kesenian dan ilmu merosot dengan cepat di Eropa, setelah kejatuhan Kekaisaran Barat pada abad ke-5.

Hampir seluruh kegiatan musik di Eropa dipusatkan dalam gereja Kristen. Pendidikan kesenian umumnya terbatas pada gereja dan biara.

Melalui gereja, suatu tradisi musik gerejawi yang sangat tinggi sifat- sifatnya kita sebut Cantus Planus, berkembang diseluruh Eropa sebelum tahun 1000. Cantus adalah sejenis nyanyian monofonik yang merupakan susunan teks dari liturgi-liturgi gereja. Jarak nada yang dinyanyikan biasanya terbatas pada beberapa nada saja. Kata-kata Cantus disusun menurut irama dan dalam frase-frase, tanpa struktur metrum. Repertoar musik itu menjadi sumber semua perkembangan dalam musik Eropa pada masa berikutnya.

Naskah-naskah berisi notasi musik Yahudi ditulis sesudah adanya tradisi musik untuk Cantus Planus Kristen. Berdasarkan naskah-naskah saja, ada kemungkinan bahwa tradisi Yahudi kadang- kadang dipengaruhi oleh tradisi Kristen sebelum masa notasi (8-19).

• Perkembangan Notasi Musik dalam Cantus Planus

Sampai akhir abad ke-8, seluruh repertoar Cantus Planus di Eropa Barat disajikan melalui tradisi lisan. Kesempatan untuk belajar tradisi ini cukup banyak karena delapan jenis kebaktian dinyanyikan setiap hari dalam biara-biara yang disebut office, selain misa (perjamuan kudus) yang juga diselenggarakan setiap hari. Ketika repertoar Cantus Planus Gregoria menjadi standar di seluruh Gereja Roma, jenis notasi musik mulai diciptakan dan dikembangkan supaya lagu-lagu itu dapat ditransmisikan dengan tepat pada setiap wilayah.

Naskah-naskah sejak abad ke-9 dan seterusnya memperlihatkan pemakaian sistem notasi neumatik untuk memberikan tinggi nada yang harus dinyanyikan. Notasi neumatik, yang bervariasi menurut daerah asalnya, adalah sistem tanda titik-titik dan garis-garis (yang disebut

(20)

neume) yang ditempatkan langsung di atas kata-kata dalam naskah- naskah notasi musik. Naskah-naskah neumatik yang terpenting berasal dari biara St. Gall di daerah Swiss.

Gambar 2.20. Cantus Planus

Sumber: http://www.vivace.hu/daten/prodthumbs.php?azonosito=1643 dan http://www.chmtl.indiana.edu/tml/14th/QUAPRIA4_07GF.gif

Perkembangan selanjutnya terdapat pada abad ke-10, ketika neum-neum diletakkan pada dua baris yang mempunyai warna-warna berbeda; yang satu berarti nada C dan yang satu lagi berarti nada F.

dengan penambahan dua baris lagi sehingga berjumlah empat baris dan kunci-kunci C dan F yang pindah, terdapat notasi tradisional untuk Cantus Planus Gregoria sampai dengan abad ini. Sistem not balok ini sudah muncul di seluruh Eropa Barat pada akhir abad ke-11 dan tampak dalam naskah-naskah dari abad ke-12 yang masih ada sampai saat ini. Guido D’Arezzo (992-1050) yang sering kali dianggap sebagai pencipta sistem not balok, sebenarnya hanya mendokumentasikan perkembangan ini (15).

• Buku teks dari Cantus Planus Gregoria

Setelah tahun 800 sampai awal 1960an Cantus Planus Gregoria menjadi musik gerejawi utama bagi gereja Roma Katolik.

Cantus Planus untuk misa kemudian dikumpulkan dalam sebuah buku yang disebut Graduale. Bisa dikatakan buku ini adalah buku pertama yang berisi kumpulan naskah lagu, lagu-lagu yang ditulis dalam Graduale merupakan lagu untuk ibadah Gereja yang kebanyakan dinyanyikan oleh Pastor, para solois dan koor.

(21)

Repertoar Cantus Planus Gregoria yang disebut “klasik”

mungkin sudah menjadi standar pada awal abad ke-10. namun bentuk- bentuk baru terus dikembangkan antara tahun 900-1300. Lagu-lagu itu termasuk trope, yang terdiri dari teks dan melodi baru yang ditambahkan pada suatu Cantus Planus Gregoria yang sudah standar dalam buku tata ibadah. Cantus Planus Gregoria menjadi suatu warisan musik yang agung dalam peradaban Barat. Seluruh musik Barat dipengaruhi oleh tradisi itu baik secara langsung maupun tidak langsung (16-20).

Gambar 2.21. Graduale untuk Misa Sumber:

http://www.lombardiacultura.it/img/tesoriSalvati/gradualeFrancescano03.jp ghttp://www.martinschlu.de/kulturgeschichte/mittelalter/img/graduale1.jpg

dan http://www.ceu.hu/medstud/manual/MMM/BigImages/graduale.jpg

• Musik Sekuler

Selama Abad Pertengahan tidak ada suatu perbedaan yang dibuat antara hal yang sakral dan hal yang sekuler. Musik gerejawi menjadi biasa dalam kehidupan sehari-hari. Banyak lagu rakyat dari abad pertengahan dan lagu sekuler adalah adaptasi dari melodi-melodi Gregoria. Naskah-naskah berisi lagu-lagu sekuler yang paling tua dituliskan pada abad ke-12. Teksnya dalam bahasa latin. Yang paling awal biasanya disebut lagu Golliard. Para Golliard adalah pastor- pastor atau mahasiswa-mahasiswa yang selalu mengembara dari satu sekolah ke sekolah lain. Lagu-lagu mereka menggambarkan kebiasaan hidup mereka dengan teks-teks tentang anggur, wanita, dan sindiran.

Banyak kumpulan naskah dibuat. Namun, ciri khas dari Abad Pertengahan yang sekuler lebih jelas tergambar dalam lagu-lagu teks

(22)

dalam bahasa daerah. Salah satu jenis ini yang paling awal adalah Chanson de Geste, puisi epik yang menceritakan riwayat pahlawan- pahlawan nasional (misalnya lagu Roland, dari Medieval Prancis).

Lagu-lagu daerah ini dinyanyikan dengan pola melodi sederhana yang tertentu dan ditransmisikan secara lisan oleh jongleurs atau minstrels, penyanyi-penyanyi yang menyajikan lagu di sekeliling daerah itu (20).

• Naskah Notasi Musik Tahun 1050-1150

Naskah buku musik yang ditulis akhir abad ke-11 berisi contoh-contoh organum (musik polifonik) pertama. Sebuah naskah terpenting adalah Winchester Troper dari Inggris. Empat naskah terpenting lainnya berisi 76 organum yang disebut St. Martial Troper, lagu-lagu dalam St. Martial Troper ini diciptakan sekitar tahun 1100- 1150. Naskah buku musik Codex Calixtinus dari Santiago De Compostella, merupakan sember naskah terpenting yang ketiga.

Diperkirakan naskah ini ditulis pada tahun 1130-1140. Seluruh notasi musik dari St. Martial Troper dan Codex Calixtinus disusun dalam bentuk partitur, supaya pengajaran nada pada setiap suara mudah diterapkan oleh para penyanyi (29-30).

Gambar 2.22. Codex Calixtinus

Sumber: http://www.alfonsoelsabio.org/codice2.jpg

dan http://www.blindchicken.com/~ali/spain2003/santiago/dscn0561.jpg

• Perkembangan Selanjutnya

Komponis Leoninus, yang bertugas di Notre Dame, Paris menulis lagu-lagu sekitar tahun 1163-1182 yang dikumpulkan dalam sebuah buku musik yang bernama Magnus Liber. Buku ini kemudian direvisi oleh seorang teoritikus musik abad ke-13 bernama Perotinus.

Pada awal abad ke-14 di Italia, terdapat buku naskah besar yang

(23)

berjudul Squarcialupi Codex yang ditulis sekitar tahun 1420. Buku ini berisi 352 lagu dalam dua atau tiga suara, dari 12 komponis Italia pada abad ke-14 dan awal abad ke-15. Ada tiga jenis musik rakyat pada buku tersebut, yaitu madrigal, caccia, dan ballate. Akhir abad ke-14, muncul para komponis kota Avigon, Prancis Selatan yaitu Anthonello da Caserta (Italia), Solage dan Jacob de Senleches (Prancis). Karya- karya mereka diabadikan dalam suatu naskah yang sangat indah yang berjudul Chantilly Codex. Sementara itu, salah satu buku musik di Inggris diciptakan oleh para komponis yang diantaranya adalah Raja Henry IV dan Raja Henry V, buku musik tersebut bernama Old Hall, nama dari seminari Katolik tempat naskah-naskah dalam buku ini disimpan. Komponis terpenting dalam naskah Old Hall adalah Leonel Powe, walaupun karya yang terlihat dalam kumpulan tersebut adalah karya awalnya.

Gambar 2.23. dan 2.24. Chantilly Codex dan Squarcialupi Codex Sumber: http://shop.castleclassics.co.uk/acatalog/HMA1951252.jpg

dan http://www.finns-books.com/squarc.jpg

Awal abad ke-15, muncul komponis terkenal di Inggris, bernama John Dunstable. Tujuh puluh tiga karya Dunstable dikumpulkan dalam sebuah edisi lengkap dalam jilid 8 dari Musica Britannica (1953, rev. 1970). Sekitar tahun 1524, seorang komponis bernama Luther mencetak dan menerbitkan tiga kumpulan lagu gereja yang dianggap penting dalam penyebaran aliran Protestan selama abad ke-16. Buku musik Luther ini baru diedarkan pada tahun 1524 (31-53).

Thomas Tallis adalah komponis pertama yang menciptakan liturgi Anglikan dalam bahasa Inggris, ia juga menciptakan musik

(24)

untuk ansambel dan organ. Kebanyakan musik Tallis dikumpulkan dalam Buku Musik Mulliner. Buku ini berisi lagu-lagu pendek yang disusun dalam polifoni imitatif. Dua karya terkenal dari Tallis berjudul Felix Namque dan berdasarkan cantus firmus dengan nama yang sama.

Kedua karya panjang ini terdapat pada buku musik Virginal Fitzwilliam (116-121). Selanjutnya buku-buku musik terus diciptakan di negara-negara Eropa oleh beberapa nama komponis seperti: George Philipp Telemann, C.P.E Bach dan J.C. Bach yang menerbitkan salah satu buku musik terpenting dari seluruh buku musik yang terbit pada abad ke-18, dimana pada buku tersebut tidak hanya berisi kumpulan lagu tetapi juga merupakan sumber utama tentang cara memainkan musik (373-374).

Gambar 2.25. dan 2.26. Partitur sebuah lagu tenor dengan hiasan (Italia abad 15-16) dan Notasi Asmara (Perancis abad 12)

Sumber: Sejarah Musik Jilid I, Karl Ermund Prier SJ, hal. 71

Gambar 2.27. dan 2.28. Shakespeare's Songbook Symposium dan Song Book for Children.

Sumber: http://www.case.edu/news/2004/4-04/songbook.jpg dan http://uk.musiclineltd.com/images/products/

the_fantastic_big_book_of_childrens_songs.jpg

Begitulah buku musik berkembang mulai hanya selembar naskah lagu, kemudian disusun menjadi kumpulan naskah dalam sebuah buku yang dihias

(25)

dengan indah dengan syair-syair lagu yang sudah semakin bervariasi, bukan hanya untuk kepentingan gereja. Pada perkembangan selanjutnya buku musik disertai dengan cara-cara bermain musik yang sangat bermanfaat bagi kemajuan seni musik di dunia.

2.1.3.3.Tinjauan Kondisi Buku Musik di Indonesia

Buku musik dalam konteks sejarah merupakan buku dengan kumpulan lagu-lagu dan notasinya, yang ditulis untuk dapat dipelajari dan dinyanyikan orang lain. Namun pada perkembangannya buku musik mempunyai arti yang lebih luas, yaitu buku yang berisi pendidikan untuk mempelajari alat musik tertentu, seperti organ, piano, gitar, seruling dan lain sebagainya. Buku yang memberikan teori-teori dan penjelasan tentang musik juga termasuk dalam kategori buku musik.

Dalam perancangan ini, buku musik merupakan buku yang berisi kumpulan lagu yang disertai dengan notasi angka dan atau notasi balok. Oleh karena itu, tinjauan kondisi buku musik dilakukan pada jenis buku musik yang serupa. Buku musik di Indonesia telah mengalami banyak perubahan yang lebih baik, ditinjau dari kualitas kertas, huruf yang digunakan, dan terutama pada cover/sampul buku. Buku-buku ini sudah sangat berbeda dengan buku musik lokal untuk anak-anak yang pernah terbit di Indonesia.

Berbagai cara dilakukan penerbit untuk membuat buku musik yang lebih baik, yang mampu menarik minat masyarkat, hal ini tampak dari munculnya buku-buku yang berisi kumpulan lagu band-band lokal (seperti Padi, Radja, Indonesia Female, Chrisye, dan lain-lain). Buku yang berisi lagu untuk anak-anak (ciptaan Ibu Sud, Ibu Kasur dan sebagainya) juga telah muncul dalam format yang lebih menarik disertai dengan ilustrasi berwarna disetiap halamannya.

Perkembangan ini tentu saja tidak lepas dari perkembangan literatur anak yang telah banyak melahirkan ilustrator-ilustrator di dalamnya.

2.1.3.4.Potensi Buku Musik di Indonesia

Buku-buku musik saat ini semakin diminati, diperhatikan dan dikembangkan, hal itu terlihat dari makin banyaknya penerbit-penerbit lokal yang

(26)

memproduksi berbagai variasi buku musik untuk meraih konsumen, baik anak- anak maupun orang tua (seperti sudah yang dijelaskan pada sub bab sebelumnya).

Semuanya mengacu pada alasan dibuatnya buku musik yakni menambah pengetahuan dan wawasan akan musik dan lagu, selain dipergunakan untuk belajar dan memperdalam kemahiran bermain musik bagi orang-orang yang memang mempunyai hobi musik. Hal ini juga didukung oleh perkembangan musik yang sangat pesat, terutama di kota-kota besar. Perkembangan tersebut banyak diwarnai oleh berbagai jenis musik yang kemudian dituangkan dalam media buku:

• Musik budaya etnis (seperti musik sakral, musik rakyat, musik keraton, musik seni mandiri), lagu daerah, lagu rohani dan lain-lain

• Musik nasional/perjuangan dalam arti terbatas, yaitu lagu-lagu dengan fungsi tertentu; masalah inkulturasi; lagu-lagu perjuangan

• Musik baru yang terutama berkiblat ke tradisi musik seni Barat.

• Musik baru yang berakar pada satu atau lebih sumber etnis.

• Musik baru baik dilihat dari segi unsur etnis maupun budaya kontemporer Barat pada umumnya.

• Musik baru yang berkiblat ke arah salah satu atau lebih genre musik kontemporer Barat.

• Musk populer yang berakar dari suatu proses percampuran antara berbagai sumber

• Musik populer yang berkiblat ke musik populer (jazz, rock, pop) Barat.

• Semua jenis musik yang tidak termasuk poin diatas atau sebaliknya termasuk berbagai unsur tersebut. (Dieter 496-497)

2.1.4. Tinjauan Lagu Daerah 2.1.4.1.Pengertian Lagu Daerah

Lagu merupakan syair-syair yang dinyanyikan dengan irama yang menarik. Lagu bisa menjadi sarana curahan hati orang yang membuat syair lagu atau menggambarkan situasi dan kondisi tertentu. Karena itu, lagu-lagu yang dinyanyikan bisa bernuansa sedih, bisa juga bernuansa gembira atau jenaka.

Pengertian Lagu Daerah menurut Ario Kartono, dkk:

(27)

Lagu daerah atau lagu tradisional disebut juga dengan lagu rakyat (folksong), yaitu lagu yang lahir dari tradisi atau budaya setempat. Lagu daerah berisi gambaran tingkah laku masyarakat setempat yang mempunyai ciri dan karakter tersendiri. Bahasa dan dialek yang digunakan adalah bahasa ibu atau bahasa daerah setempat. Bentuk, pola, serta susunan melodi sangat sederhana, mudah untuk dihafal, dan untuk dikuasai masyarakat setempat. Teknik ucapan (artikulasi) dibawakan sesuai dialek setempat, tanpa perlu memperhatikan ketentuan vokalisasi seperti lagu-lagu yang lain (98).

Sedangkan definisi lagu daerah mengacu pada halaman website yang disponsori oleh Wikipedia:

Lagu daerah atau musik daerah, dalam artian istilahnya, adalah musik atau lagu yang dibuat oleh dan untuk orang-orang di daerah tertentu. Musik daerah muncul dan paling dapat bertahan dalam suatu komunitas yang belum terpengaruhi komunikasi massa dan komersialisasi budaya. Jenis seni ini umumnya dibudidayakan oleh keseluruhan komunitas (dan bukan dipertunjukkan hanya oleh orang-orang yang ahli dalam bermusik), dan disampaikan secara lisan dan informal (“Lagu Daerah”, para 1).

2.1.4.2.Tinjauan Lagu Daerah di Dunia

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, musik muncul dan berkembang berabad-abad lalu di Eropa, perkembangannya tersebut meliputi berbagai macam jenis musik dan lagu, diantaranya lagu daerah. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita meninjau terlebih dahulu lagu-lagu daerah di dunia, khususnya di Eropa.

Berikut ini tinjauan lagu daerah di dunia mengacu pada halaman website yang disponsori Encarta Encyclopedia:

Folksong / Folkmusic yang berarti lagu rakyat / musik rakyat mempunyai variasi kata-kata yang berbeda dalam bahasa Eropa.

Perbedaan itu disesuaikan dengan pengertian yang dibuat oleh masing- masing negara terhadap kata tersebut. Volk dalam bahasa German, sama dengan Volkmusic (musik rakyat) atau Volkslied (lagu rakyat), merupakan

(28)

musik atau lagu yang dimiliki orang German sebagai cermin kebiasaan mereka. Istilah musik rakyat di Cekoslovakia, Národní Písni (lagu nasional) menekankan pentingnya lagu ini tidak hanya kepada orang-orang Cekoslovakia, tetapi juga kepada perjuangan mereka untuk pembebasan nasional. Dalam bahasa Inggris, folk menggambarkan daerah / tempat dari mana lagu tersebut berasal. Oleh karena itu, di Indonesia istilah folksong lebih dikenal dengan lagu daerah.

Walaupun musik daerah / lagu daerah di Eropa cenderung berbeda, umumnya mereka mempunyai karakteristik yang sama. Musiknya terdiri dari lagu yang diajarkan dari masyarakat yang satu ke masyarakat lain tanpa notasi tertulis, sederhana, dan tidak mempunyai bentuk standart.

Sedangkan syairnya diulang-ulang secara singkat, kadang dengan kata- kata yang berbeda (abcd) atau dengan kata-kata yang sama (aaba, abba, dan seterusnya), bahkan beberapa lagu mempunyai syair yang sangat bervariasi (aabbccdd).

Secara materi, lagu-lagu daerah di Eropa juga hampir serupa.

Beberapa jenis lagu-lagu tersebut mencakup: ballada, epics, lagu teater rakyat, lagu yang menunjuk pada sesuatu yang penting, lagu pekerjaan, lagu cinta, lagu anak, dan lagu rohani. Masing-masing jenis ini mempunyai tujuan spesifik. Dalam lagu balada, satu set baitnya menceritakan satu peristiwa utama, contohnya adalah lagu berbahasa Inggris “Barbara Allen”, dan “Lord Randall”, keduanya merupakan dua dari balada-balada terbaik di Inggris. Jenis lain adalah syair kepahlawan atau epics, yang sebagian besar merupakan lagu dari Balkans, Rusia, Finland, dan Timur Tengah. Salah satu contoh yang terkenal adalah Serbian Epics, yang menceritakan konflik antara orang Kristen dan Muslim. Lagu teater merupakan salah satu jenis lagu yang banyak sekali ditemui di seluruh Asia dan sebagian Eropa, contohnya adalah lagu Natal, yang mempunyai musik yang khas, lagu yang pendek, sedikit nada, dan dinyanyikan berulang-ulang.

Sejumlah besar lagu daerah disebut juga calendric, yaitu lagu yang biasa dinyanyikan pada saat upacara keagamaan atau peristiwa penting

(29)

yang terjadi dalam tahun tersebut, seperti perkawinan, kematian, atau bahkan awal pubertas. Di Barat, lagu calendric dinyanyikan untuk menandai datangnya musim panas, musim dingin, musim tanam dan panen. Jenis lain yang banyak berkembang dalam budaya Barat adalah lagu kerja. Lagu dengan teks yang berhubungan dengan aktivitas agrikultur dan jenis-jenis pekerjaan lain yang dapat membangun kesetiakawanan dalam kelompok kerja. Beberapa musik daerah tidak memiliki syair, biasanya tujuan utama dari musik seperti ini adalah untuk mengiringi tarian, kadangkala disertai dengan nyanyian dari si penari.

Beberapa contoh lagu daerah dari Eropa yang sering kita dengar, antara lain “Twinkle Twinkle Little Star” (Inggris) dan “My Bonny Is Over The Ocean” (AS) (“Folk Music”).

2.1.4.3.Tinjauan Lagu Daerah di Indonesia 1. Sejarah Lagu Daerah

Berikut ini merupakan sejarah munculnya lagu dan musik daerah Indonesia, diolah dari tulisan Ario Kartono, dkk dalam buku Berkreasi Seni:

Sejarah dan perkembangan musik daerah tidak dapat terlepas dari musik nasional dan sejarah perkembangan musik dunia. Musik daerah dikenal pertama kali di Nusantara untuk keperluan ibadah berupa doa, dengan irama nada lembut yang mengiringi tembang, kidung, seloka dan mantera. Pada masa ini (tahun 1-1000 M) sudah dikenal alat musik instrumen seperti kendang, gamelan dari logam, dan seruling bambu.

Memasuki abad pertengahan, ketika musik di dunia sudah mulai mengenal nyanyian dengan banyak suara (poliphonic), di daerah Nusantara berkembang alat musik melodis seperti seruling, sasando, rebab, dan bonang, disamping berkembangnya alat musik ritmis. Pada masa inilah (tahun 1000-1500 M), lagu daerah/lagu rakyat mulai dikenal. Masyarakat mulai menciptakan musik vokal seperti lagu-lagu dolanan, lagu bertema cerita (kentrung), dan penembromo. Lagu-lagu bersifat keduniawian masuk pada abad ini, seperti misalnya lagu atau nyanyian tentang cinta kasih (asmara), kepahlawanan, keindahan alam, rasa kebangsaan,

(30)

nyanyian pesta, dan lagu dongeng (cerita) (60). Lagu-lagu yang diciptakan oleh masyarakat yang berbeda-beda itulah yang kemudian kita kenal dengan lagu daerah/lagu rakyat.

2. Ciri-Ciri Lagu Daerah

Lagu daerah adalah lagu atau musik yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara. Lagu ini menggunakan bahasa, gaya, dan tradisi khas daerah setempat.

Secara umum, lagu atau musik daerah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Andijaningtyas1; Kartono 75):

• Dipelajari secara lisan

Sebagai bagian dari kebudayaan, lagu dan musik daerah diwariskan secara turun temurun. Proses pewarisan musik ini biasanya dilakukan secara lisan. Orang yang telah mahir memainkan instrumen musiknya atau terampil menyanyikan lagu-lagu daerah akan memberikan contoh kepada pengikutnya untuk kemudian ditirukan.

Orang yang belajar harus menghafalkannya tanpa ada catatan. Dengan terus berlatih, orang tersebut akan menguasai makin banyak lagu dan teknik. Pembelajaran secara lisan inilah yang kemudian melahirkan banyak varian-varian dalam lagu daerah.

• Lagu dan musiknya bersifat sederhana / tidak memiliki notasi

Proses pembelajaran yang berlangsung secara lisan membuat partitur (naskah musik) menjadi suatu hal yang tidak terlalu penting.

Oleh karena itu, sangat lazim jika musik daerah tidak memiliki partitur notasi tertentu. Walaupun demikian, ada beberapa daerah yang memiliki notasi musik seperti di Pulau Jawa dan Bali. Namun, notasi ini tetap tidak memiliki partitur, tapi dipelajari secara lisan.

Sebenarnya, hal ini dikemudian hari dapat menimbulkan masalah. Jika orang-orang yang belajar kesenian itu semakin sedikit atau bahkan tidak ada, maka kesenian daerah tersebut akan punah. Tanpa catatan tertulis, orang-orang lain tidak bisa melestarikannya.

(31)

• Jarang diketahui siapa penciptanya

Hampir setiap daerah di Nusantara mempunyai lagu-lagu daerah/ nyanyian daerah, yang kemudian diwariskan kepada anggota keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar. Akibatnya sebagian besar lagu-lagu tersebut tidak diketahui siapa penciptanya dan dianggap milik bersama oleh masyarakat setempat, dan kemudian dikenal luas oleh seluruh masyarakat di Indonesia.

• Isi lagu sesuai dengan keadaan masyarakat yang dijiwai budaya daerah setempat.

Lagu-lagu daerah merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, setiap ciri kebudayaan masyarakat penciptanya pasti melekat di dalam lagu tersebut, salah satunya adalah penggunaan bahasa daerah dalam lirik lagu. Lagu daerah menjadi cermin gaya hidup suatu masyarakat, ditembangkan sedemikian rupa sehingga mengandung pesan-pesan tertentu bagi anggota masyarakat atau siapa saja yang mendengarkan.

Syair-syair lagu daerah biasanya mengandung unsur kebersamaan atau sosial serta menggambarkan keadaan kehidupan masyarakat dan lingkungan alam. Syair-syair ini dinyanyikan kapan saja, misalnya ketika sedang berjalan, bekerja, berpesta, bermain, atau duduk-duduk di serambi rumah.

3. Jenis-Jenis Lagu Daerah

Menurut Brunvand, lagu daerah dibagi menjadi dua kelompok, yang pertama adalah kelompok lagu daerah yang tidak sesungguhnya dan kedua adalah kelompok lagu daerah yang sesungguhnya. Jenis-jenis lagu daerah pada kelompok yang pertama, yaitu (qtd. Danandjaja 145-146):

• Proto Folksong

Proto Folksong merupakan lagu daerah dimana unsur musiknya lebih penting dibandingkan unsur liriknya. Oleh Brunvand, lagu semacam ini disebut lagu rakyat yang bersifat permulaan. Lagu jenis ini biasanya dipergunakan untuk mengiringi suatu tarian daerah.

(32)

Seandainyapun terdapat kata-kata, maka kata-kata itu tidak bermakna apa-apa. Contoh lagu yang dapat digolongkan kedalam jenis ini adalah nyanyian yang dipergunakan untuk mengirigi tarian Kecak di Bali.

Kata-kata yang diucapkan dalam nyanyian Kecak hanya berupa suara menirukan suara gamelan Bali (gong). Itulah sebabnya nyanyian Kecak oleh penduduk Bali digolongkan ke dalam jenis gong pesuara, yakni gamelan yang mempergunakan suara manusia.

• Near Song

Lagu daerah dimana liriknya lebih menonjol daripada musiknya. Lagu daerah yang tergolong jenis ini antara lain adalah tembang dari Jawa atau seruan yang dipergunakan oleh penjaja makanan sewaktu berkeliling di kampung-kampung. Jenis lagu ini sering digolongkan juga ke dalam kategori sajak rakyat (folk rhymes).

Sedangkan kelompok lagu-lagu daerah yang sesungguhnya, dibagi menjadi beberapa jenis yaitu (Danandjaja 146-152):

a. Lagu daerah yang berfungsi adalah lagu daerah yang kata-kata dan lagunya memegang peranan yang sama penting. Disebut berfungsi karena baik lirik maupun lagunya cocok dengan irama aktivitas khusus dalam kehidupan manusia. Jenis lagu ini selanjutnya dibagi lagi kedalam beberapa subkategori:

• Lagu kelonan (lullaby), yakni lagu yang mempunyai lirik dan irama yang halus dan tenang, berulang-ulang, ditambah dengan kata-kata kasih sayang, sehingga dapat membangkitkan rasa santai, sejahtera dan akhirnya rasa kantuk bagi anak yang mendengarnya.

• Lagu kerja (working song), yakni lagu yang mempunyai irama dan kata-kata yang bersifat menggugah semangat, sehingga dapat menimbulkan rasa gairah untuk bekerja. Contoh lagu jenis ini antara lain adalah lagu “Holopis Kuntul Baris” dari Jawa Timur dan nyanyian

“Rambate Rata” dari Sulawesi Selatan.

• Lagu permainan (play song), yakni lagu yang mempunyai irama gembira serta kata-kata lucu dan selalu dikaitkan dengan permainan bermain (play) atau permainan bertanding (game). Salah satu contoh

(33)

jenis lagu ini yang ada di Jawa Timur digunakan untuk mengiringi anak-anak kecil bermain baris-barisan. Liriknya berbunyi demikian Baris cerik tempe, Ridong udele bodong (Berbaris makanan terbuat dari tempe, Ridong pusarnya menonjol).

b. Lagu daerah yang bersifat liris, yaitu lagu daerah yang teksnya bersifat liris, yang merupakan ungkapan perasaan dari penciptanya, jenis lagu ini dibagi lagi menjadi beberapa subjenis, yaitu:

• Lagu daerah liris yang sesungguhnya, yakni lagu daerah yang liriknya mengungkapkan perasaan perasaan sedih, putus asa karena kehilangan sesuatu atau cinta, sehingga menimbulkan keinginan-keinginan yang tidak mungkin tercapai. Contohnya lagu “Cinte Manis” dari Betawi.

• Lagu daerah yang bersifat kerohanian dan keagamaan lainnya (Spiritual and other traditional religious songs), yakni lagu yang liriknya adalah mengenai cerita-cerita yang ada dalam Kitab Suci, legenda-legenda keagamaan, atau pelajaran-pelajaran keagamaan.

Contohnya adalah lagu kerohanian agama Islam yaitu lagu Kasidah.

• Lagu daerah yang memberikan nasehat untuk berbuat baik (Homeletic songs). Contohnya adalah lagu “Grimis-grimis” dari Jawa Timur yang mengajarkan pada kita agar tidak suka mendendam dan tidak suka membicarakan orang dibelakang.

• Lagu daerah mengenai pacaran dan pernikahan (Folksong of courtship and marriage). Contohnya adalah lagu dari Betawi “Oh Mama Saya Mau Kawin”.

• Lagu bayi dan anak-anak (Nursery and Children songs). Lagu anak- anak, terutama digunakan untuk mengiringi suatu permainan. Istilah nyanyian ini di Jawa adalah dolanan. Lagu permainan anak di Jawa Tengah dapat berupa teka-teki, contohnya adalah lagu berjudul

“Asmaradana”.

• Lagu bertimbun banyak (Cummulative songs), yaitu lagu yang liriknya dapat bertimbun banyak, seperti halnya dengan dongeng bertimbun banyak. Contohnya adalah lagu daerah Betawi berjudul “Sang Bango”.

(34)

• Lagu Jenaka (Humorous songs), yaitu lagu yang isi liriknya lucu/bersifat humoris. Lagu jenaka ini dapat dibagi lagi menjadi tiga kategori, yaitu: lagu dialek (lagu yang kata-katanya menirukan cara orang dari daerah lain berbicara dalam bahasa daerah), lagu yang bukan-bukan (lagu yang liriknya tidak masuk akal), dan lagu parodi (lagu yang liriknya bersifat serius, dengan maksud untuk mengejek).

Contohnya adalah lagu daerah Maluku yang berjudul “Naik-naik ke puncak gunung”.

• Lagu daerah dari orang-orang yang mempunyai mata pencaharian tertentu, yaitu lagu-lagu daerah yang beredar di antara para nelayan, penggembala sapi, tukang kayu, petani, dan sebagainya. Contohnya sangat banyak sekali, salah satunya adalah “Dendang nelayan”, lagu dari Melayu Riau.

c. Lagu daerah yang bersifat berkisah (narrative folksongs), yaitu lagu daerah yang menceritakan suatu kisah. Lagu-lagu daerah yang termasuk dalam kategori ini adalah Balada (Ballad) dan Epos (Epic). Perbedaan balada dan epos terletak pada tema ceritanya. Tema cerita balada mengenai kisah sentimental dan romantik (perihal gagal cinta, berkurban demi cinta, dan sebagainya), sedangkan cerita epos mengenai kepahlawanan. Keduanya mempunyai lirik dalam bentuk bahasa yang bersajak. Lagu yang berkisah ini banyak terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali, salah satu contohnya adalah epos

“Mahabarata” dan “Ramayana”. Balada di Jawa Barat diwakili Pantun Sunda, salah satunya berjudul “Lutung Kasarung”.

4. Hubungan Lagu dan Musik Daerah

Beberapa daerah mempunyai jenis musik tertentu, yang menjadi ciri khas dalam lagu daerah yang diiringinya, jenis-jenis musik tersebut antara lain (Andijaningtyas 7-29):

a. Musik Melayu

Jenis musik ini banyak berkembang di daerah Sumatra, terutama Sumatra Barat. Sesuai namanya, musik ini sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu.

(35)

Beberapa jenis musik yang temasuk dalam jenis ini adalah gambus, zapin, dan lain sebagainya. Musik Melayu biasanya dimainkan oleh sekelompok kecil pemain musik. Lagu-lagu daerah yang memiliki nuansa musik Melayu antara lain: “Tudung Periuk”, “Soleram”, “Rambadia”.

b. Musik Pasundan

Salah satu musik Pasundan yang cukup terkenal adalah calung. Pada mulanya calung mempunyai fungsi ritual untuk menghibur Dewi Nyi Sri.

Ketika padi berisi, musik calung dimainkan agar buah padi tidak hampa.

Musik itu dimainkan di huma pada malam hari agar padi tidak diganggu hama. Pada perkembangannya, calung kemudian berubah fungsi sebagai hiburan dengan syair jenaka tentang masalah sosial atau menyampaikan informasi dari pemerintah kepada rakyat. Musik tradisional ini cukup digemari oleh masyarakat Sunda, karena para pemainnya mampu menciptakan suasana segar, dinamis, dan terutama karena lawakan atau bebodorannya. Kehadirannya mampu menarik massa yang memang haus akan hiburan. Beberapa contoh lagu khas Sunda yang biasa dimainkan antara lain: “Es Lilin”, “Panon Hideung”, “Manuk Dadali”, “Cing Cakeling”, dan “Tokecang”.

c. Musik Betawi

Betawi merupakan etnis “baru” yang kebudayaannya merupakan campuran dari kebudayaan beberapa etnis. Percampuran ini terlihat dari berbagai seni pertunjukkannya, termasuk seni musik. Seperti seni yang lain, seni musik Betawi ini juga berkembang di masyarakat bawah, bukan di kalangan istana. Sehingga keseniannya bersifat kerakyatan. Musik Betawi merupakan perpaduan harmonis antara unsur pribumi dengan unsur budaya Cina, Eropa (Belanda dan Portugis), Timur Tengah, Melayu, Sunda, Jawa, Bali, dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. Pengaruh Cina dan Jawa-Sunda terlihat dalam orkes gambang kromong, terutama dari alat musik yang dipakai. Lagu-lagu yang dibawakanpun ada yang merupakan adaptasi dari Cina, seperti “Pobin Mano Kongjilok”,

“Caisusiu”, dan sebagainya. Sedangkan lagu-lagu Betawi yang terkenal

(36)

yang banyak dimainkan oleh orkes gambang kromong antara lain: “Kicir- Kicir”, “Sirih Kuning”, “Jali-Jali”, dan, “Lenggang Kangkung.”

d. Musik Jawa

Musik daerah ini sangat dikenal sebagai salah satu jenis musik yang khas Indonesia. Jenis musik ini sering disebut dengan musik gamelan dan sering digunakan dalam pertunjukkan tarian ataupun wayang dan juga dalam upacara adat Jawa. Contoh lagu yang menjadi bagian dari jenis musik ini: “Suwe Ora Jamu”, “Gambang Suling”, dan “Cublak-Cublak Suweng.”

e. Musik Bali

Musik Bali juga ada dalam bentuk gamelan. Gamelan Bali mirip dengan gamelan Jawa, hanya saja musiknya lebih cepat, nyaring, dan meriah.

Musik Bali juga sering mengalami perubahan tempo dan dinamik. Ciri lain gamelan Bali adalah digunakannya sejenis simbol yang disebut ceng-ceng.

Ceng-ceng inilah yang berbunyi nyaring sehnigga membuat musik Bali berbeda dari musik Jawa. Gamelan Bali biasanya digunakan sebagai pengiring tarian, nyanyian atau pertunjukkan arja. Lagu-lagu khas daerah Bali, yang dimainkan dengan musik ini antara lain:”Tari Bali”, “Macepet Cepetan”, dan “Cening Putri Ayu.”

f. Musik Sulawesi

Musik di daerah Sulawesi, tidak terlalu banyak dikenal, namun di Sulawesi Utara terdapat satu jenis musik yang cukup terkenal, yaitu musik kolintang. Kolintang merupakan sekumpulan alat musik yang dimainkan menjadi harmoni lagu. Ada yang berfungsi sebagai pengisi melodi, bilah kayunya berderet seperti tuts piano, dan ada yang berfungsi sebagai pengisi ritme. Contoh lagu dari daerah Sulawesi Utara yang dimainkan dengan musik ini antara lain: “O Ina Ni Keke”, “Anging Mamiri”, dan

“Bindhe Biluhuta.”

g. Musik Maluku

Musik Maluku biasanya tidak terlalu jauh berbeda dari musik Indonesia Timur lainnya (Papua). Salah satu bentuk musik yang terkenal dari daerah ini adalah fu, sebuah alat musik tiup yang berasal dari cangkang kerang.

(37)

Selain itu, ada beragam alat musik lain seperti tifa (alat musik pukul seperti kendang) dan totobuang (berbentuk seperti kenong). Contoh lagu yang terkenal dengan musik Indonesia Timur antara lain: “Sarinande”,

“Burung Kakatua.”

5. Nilai-Nilai Dalam Lagu dan Musik Daerah

Seni adalah media ekspreasi, musik dan lagu adalah cara untuk mengungkapkan atau mengekspresikan diri. Demikian pula halnya lagu dan musik daerah yang merupakan bagian dari karya seni. Seni tradisi Nusantara, mengandung nilai-nilai sebagai berikut (Kartono 84-85):

a. Seni tradisi sebagai ekspresi untuk mencetuskan, mengeluarkan isi hati, ide, dan gagasan secara spontan. Contoh pengungkapannya antara lain adalah melalui rasa syurkur pada Tuhan YME (Lagu Syukur Tuhan). Rasa gembira diungkapkan dengan Lagu Pucung, rasa kasih mesra melankolis diungkapkan melalui Lagu Sinom Parijotho. Gamelan Bali menunjukkan ungkapan ekspresi yang dinamis dalam mengiringi gerak tari. Suara seruling dan gamelan Sunda sebagai ekspresi rasa lembut, syahdu, dan pilu yang menyayat hati akan menimbulkan rasa haru bagi yang mendengarkan.

b. Seni tradisi umumnya berisi permainan yang dapat dijadikan sebagai alat permainan bagi anak-anak maupun orang dewasa. Seni tradisi yang berisi permainan terdapat pada lagu-lagu dolanan (bermain) yang hampir dimiliki oleh setiap daerah. Lagu-lagu dolanan tersebut tidak hanya digunakan untuk hiburan semata tetapi juga merupakan salah satu bentuk puisi tradisional yang mampu menumbuhkembangkan emosi, fantasi, dan imajinasi yang memiliki nilai-nilai pendidikan. Kriteria lagu dolanan antara lain: bahasa yang digunakan sangat sederhana, cengkok atau ekspresinya juga sangat sederhana, sastranya terbatas, isi lagu dolanan sesuai dengan jiwa anak-anak. Syair lagu dolanan memberi teladan pada anak-anak mengenai tanggung jawab, budi pekerti, tata susila, hubungan dengan alam dan sesame, dan sebagainya. Contoh lagu daerah untuk permainan, yaitu: “Meyong-meyong” (Bali), “Cublak-cublak Suweng”

(38)

(Jawa Tengah), Ampar-Ampar Pisang” (Kalimantan Selatan), “Anak Kambing Saya” (NTT Timor) dan “Ayo Mama” (Maluku).

c. Seni Tradisi (daerah) mengandung nilai-nilai budi pekerti yang luhur, karena di dalamnya terdapat ajaran sikap perilaku yang baik, berisi ajaran agama, ada pesan etika dan estetika, berisi cerita tentang keteladanan, bersifat penuh dengan kesederhanaan (alat instrumen, lagu-lagunya, lirik nada dan iramanya), mengagumi dan rasa cinta kepada alam sekitar dan daerah tempat tinggalnya. Hal ini dapat kita lihat pada isi lagu-lagu daerah hampir di seluruh Nusantara, sebagai contoh:

• Lagu “Timang-timang Anakku Sayang” (Sumatra Timur)

Lagu ini mengungkapkan cinta kasih sayang seorang ayah kepada anaknya sebagai buah hati, mendoakan pada Tuhan supaya sang anak kelak menjadi orang yang berguna.

• Lagu “Kampuang Nan Jauh Di Mato (Sumatra Barat)

Lagu ini menceritakan tentang kerinduan seorang perantau yang jauh dari kampung halaman dan keluarga yang dicintai. Ini berarti ada ikatan batin manusia dangan tanah tumpah darah dari daerahnya.

• Lagu “Lir Ilir” (Jawa Tengah)

Lagu ini merupakan gagasan Sunan Kalijaga, salah sati dari wali sanga. Lagu ini berisi ajaran agama untuk generas muda, berisi keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan. Ajaran agar selagi masih muda mencari ilmu di dunia akhirat, membersihkan diri dari dosa untuk bekal kembali mengadap Tuhan kelak. Ajaran untuk selalu menjalani hidup dengan senang. Walaupun berisi ajaran, lagu ini sering dipakai anak-anak di Jawa Tengah sebagai lagu untuk mengiringi permainan mereka.

• Lagu “Enthik-Enthik” (Jawa Tengah)

Lagu ini berisi pendidikan budi pekerti bagi anak-anak. Lagu yang bercerita tentang falsafah hidup manusia bersaudara agar rukun, tidak iri dan dengki sesama saudara yang mempunyai kelebihan yang digambarkan dengan lima jari tangan.

(39)

6. Tokoh-Tokoh Lagu dan Musik Daerah

“Tokoh-tokoh musik daerah umumnya kurang menonjol atau kurang tampak karena jenis musik atau lagu daerah sifatnya adalah milik umum atau bersama dari generasi ke generasi; jarang diketahui penciptanya” (Kartono 74), seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Tetapi ada beberapa tokoh yang dapat kita catat sebagai tokoh yang bergelut dalam musik dan lagu daerah, seperti:

a. Ki Narto Sabdo adalah tokoh karawitan dari Jawa Tengah. Dia banyak berkarya dalam menciptakan gendhing dan lagu-lagu dari daerah Jawa.

Dia lebih dikenal sebagai dayang wayang purwa. Gendhing atau lagu karyanya, antara lain: “Gambang Suling”, “Prahu Layar”, “Turi-Turi Putih”, “Sapu Tangan”, “Ali-Ali”, “Ibu Pertiwi”, dan “Simpang Lima Kota Semarang” (Kartono 74).

b. Waljinah, salah satu penyanyi langgam Jawa yang sangat terkenal dan banyak berjasa didunia tarik suara terutama kesenian Jawa. Wanita yang menetap di kota Solo ini adalah seorang seniwati yang berjaya di tahun 70- an, bahkan sekarang ini popularitasnya masih terdengar. Pada tahun 70-an.

Waljinah sudah membawakan lagu-lagu Jawa, langgam Jawa, dan tembang Jawa. Salah satu lagunya yang terkenal adalah “Walang Kekek”

(Andijaningtyas 54).

c. Mang Koko adalah tokoh musik dari Bandung. Lagu ciptaannya antara lain adalah “Pahlawan Bangsa”, “Karatagan Pahlawan”, “Bandung”, dan

“Badminton.”

d. Benyamin S. adalah tokoh musik gambang kromong, musik khas Betawi Jakarta. Banyak lagu-lagu yang beliau ciptakan. Selain itu, Benyamin dikenal pula sebagai penyanyi dan aktor film.

e. Gesang Martohartono, salah seorang tokoh pencipta musik keroncong.

Pria kelahiran tahun 1917 ini menciptakan lagu yang sangat terkenal dwengan judul “Bengawan Solo”. Lagu inilah yang mengantar Gesang sampai ke mancanegara. Lagu ciptaannya yang lain adalah lagu cerita

“Ande-Ande Lumut.”

(40)

2.1.4.4.Lagu-Lagu Daerah dalam Perancangan 1. Lagu-lagu Indonesia Barat

a. Sumatra

• Rambadia (Sumatra Utara)

• Kampuang Nan Jauah di Mato (Sumatra Barat)

• Tari Piring (Sumatra Barat) b. Jawa

• Cublak Cublak Suweng (Jawa Tengah)

• Gambang Suling (Jawa Tengah)

• Gundhul Pacul (Jawa Tengah)

• Lir Ilir (Jawa Tengah)

• Padhang Wulan (Jawa Tengah)

• Jaranan (Jawa Tengah)

• Kicir Kicir (Jakarta) 2. Lagu-lagu Indonesia Tengah

a. Kalimantan

• Ampar Ampar Pisang (Kalimantan Selatan)

• Saputangan Bapuncu Ampat (Kalimantan Selatan) b. Sulawesi

• O Ina Ni Keke (Sulawesi Utara)

• Si Patokaan (Sulawesi Utara)

• Pakarena (Sulawesi Selatan) c. Bali

• Cening Putri Ayu

• Dewa Ayu

• Tari Bali

3. Lagu-lagu Indonesia Timur a. Maluku

• Ayo Mama

• Burung Kakatua

• Gunung Salahutu

(41)

• Rasa Sayange

• Waktu Hujan Sore Sore

• Sudah Berlayar b. Papua

• Apuse

• Yamko Rambe Yamko

2.1.5. Tinjauan Psikologi Anak

2.1.5.1.Pengelompokan perkembangan anak

Dibawah ini merupakan tahap-tahap perkembangan kognitif anak, menurut Piaget (Santrock 46):

Tabel 2.1. Tahap perkembangan kognitif Piaget

Tahap Gambaran Rentang Usia

Sensorimotor Bayi beranjak dari tindakan refleks naluriah sejak kelahiran hingga permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasi

pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.

Lahir-2 tahun

Praoperational Anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar; kata-kata dan gambar-gambar ini mencerminkan meningkatnya pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindakan fisik.

2-7 tahun

Operasional Konkret Anak saat ini dapat berpikir logis tentang peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda- benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.

7-11 tahun

Gambar

Gambar 2.3. Bagan Klasifikasi Buku
Gambar 2.8. dan 2.9. Emile dan The History of Sandford and Merton  Sumber: http://www.memo.fr/media/JJR_PUB_000.jpg dan
Gambar 2.10. dan 2.11. Songs of Innocence dan Songs of Experience  Sumber: http://12koerbe.de/phosphoros/songs-38.jpg dan   http://www.loc.gov/rr/european/guide/images/eu055001.jpg
Gambar 2.12. dan 2.13. Milion of Cats dan Babar.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan fungsi yang dibutuhkan, rancangan konstruksi pengupas pada mesin pengupas kulit ari kacang tanah terdiri dari beberapa bagian diantaranya: Rangka, Hopper

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Alfamart Cabang Kertapati Palembang?Tujuan yang

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian ekstrak etanol daun Spondias pinnata pada periode organogenesis terhadap struktur skeleton fetus

Dari hasil homogenisasi sel bahan bakar nuklir pada reaktor cepat dengan bahan bakar uranium-plutonium nitride dan pendingin Pb-Bi, didapatkan grafik penampang

tujuan anggaran dapat berimplikasi pada kinerja aparat Pemerintah Daerah yang berpartisipasi baik dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran sesuai Kebijakan Umum

Material komposit berbahan dasar UFAS dari sekam padi sebagai pengganti kayu untuk pembuatan kerajinan ukiran itu perlu diuji kelayakannya agar kualitas

Sehingga bila pelat dibentuk seperti profil “U” dalam jumlah yang banyak atau diproduksi masal dinilai tidak efektif, kemudian kualitas hasil pembentukan yang dihasilkan juga