• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN MAKRO

Dalam dokumen Laporan Tahunan Annual Report (Halaman 94-99)

Sebagai salah satu Perseroan Terminal Operator terbesar di Indonesia dan dunia, Pelindo III tidak terlepas dari risiko dan tantangan global sektor ekonomi, politik, dan faktor eksternal lainnya.

EKONOMI

Perlambatan pertumbuhan ekonomi global mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015. Dan, jika dilihat secara menyeluruh selama 5 (lima) tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan sebesar CAGR 6%, dari 6,2% di tahun 2011 menjadi 4,8% di tahun 2015.

Gambar Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2011-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2015

Adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut, turut mengakibatkan penurunan arus kunjungan kapal, barang, arus penumpang, dan arus hewan. Arus kunjungan kapal selama 5 (lima) tahun terakhir menurun sebesar CAGR 3%, dari 260.709.528 GT menjadi 257.425.419 GT. Arus barang menurun sebesar CAGR 15%, dari 35.606.470 ton menjadi 29.838.153 ton. Arus penumpang dan hewan menurun sebesar CAGR 3%, dari 3.606.898 orang menjadi 3.238.315 orang. Sementara arus petikemas secara rata-rata selama 5 (lima) tahun meningkat CAGR 5%, dari 2.338.850 TEU’s menjadi 4.360.669 TEU’s.

ti 6,2 6,0 5,6 5,0 4,8 2011 2012 2013 2014 2015 GDP Growth (%)

MACRO REVIEW

As one of the biggest Terminal Operator Company in Indonesia and the world, Pelindo III is inseparable from the global risks and challenges in the sector of economic, politics, and other external factors.

ECONOMICS

The global economic growth slowdown led to Indonesia’s economic growth slowdown also in 2015. Seen as whole for the last 5 (five) years, Indonesia’s economic slowdown experienced a downfall by CAGR 6% from 6,2% in 2011 to 4,8% in 2015.

Indonesia’s Economic Growth 2011-2015

Source: Badan Pusat Statistik (BPS), 2015

Indonesia’s economic growth slowdown contributed to the decreasing of ships traffic, freights, passengers, and animals traffic. The ships traffic for the last 5 (five) years declining by CAGR 3% from 260.709.528 GT to 257.425.419 GT. The freights traffic declining by CAGR 15% from 35.606.470 tons to 29.838.153 tons. The passengers and animals traffic declining by CAGR 3% from 3.606.898 people to 3.238.315 people. While the containers trafiic on average throughout 5 (five) years increasing CAGR 5% from 2.338.850 TEU’s to 4.360.669 TEU’s.

Laporan Tahunan Annual Report

PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)

94

2015

Kilas Kinerja 2015

2015 Performance Overview Laporan Dewan Komisaris Dan DireksiReport Of Board of Commissioners and Directors

Profil Perusahaan

Gambar Arus Kapal, Barang, Petikemas, Penumpang, dan Hewan 2011-2015

Sumber : Laporan Manajemen Pelindo III, 2011-2015

6,429,596 6,380,136 6,067,884 6,003,869 4,011,698 2011 2012 2013 2014 2015 74,412 74,915 78,189 78,778 66,923 2011 2012 2013 2014 2015 260,688,965 262,790,436 298,607,157 302,594,028 257,425,419 2011 2012 2013 2014 2015 96,306,284 85,712,064 67,223,617 70,814,655 50,250,254 2011 2012 2013 2014 2015 35,728,528 31,888,820 33,139,730 30,228,680 29,838,153 2011 2012 2013 2014 2015 2,949,921 3,256,640 3,415,780 3,568,769 3,569,017 2011 2012 2013 2014 2015 3,585,090 3,940,146 4,130,874 4,337,555 4,360,669 2011 2012 2013 2014 2015 3,475,740 3,452,152 3,365,271 3,408,599 3,238,315 2011 2012 2013 2014 2015 190,659 100,081 135,456 118,986 112,244 2011 2012 2013 2014 2015 Dalam Unit Orang

Dalam M3 Dalam Ton/Liter

Dalam TEU’s

Dalam Gross Tonage

Ekor Dalam Ton Dalam Box ARUS KAPAL ARUS PETIKEMAS Arus Penumpang ARUS BARANG Arus Hewan

Ships, Freights, Containers, Passengers, and Animals Traffic 2011-2015

POLITICS

The National Medium Term Development Plan (RPJMN) 2015-2019 contained in Presidential Decree No. 2 of 2015 is the third phase from RPJPN 2005-2025 stipulated through Law No. 17 of 2007. Wth respect to 1945 Constitution and Law No. 17 of 2007 on RPJP aforemention, RPJMN 2015-2019 is prepare as an elaboration of Vision, Mission, and Agenda (Nawa Cita) of President/Vice President, Joko Widodo and Muhammad Jusuf Kalla, by using Technocratic Draft that has been prepared by Bappenas and based on RPJPN 2005- 2025. RPJMN 2015-2019 is a guideline to guarantee the achievement of vision and mission of President, RPJMN as well as to sustain the consistency of National development direction with the objectives in 1945 Constitution and RPJPN 2005-2025.

To realize the aspiration of Indonesia of becoming the Maritime Axis Country in 2045, in RPJMN 2015-2019 has been formulated the policy development of Maritime Highway as one of the 5 (five) policy pillars. Maritime Highway is a permanent and regular sea transportation organizer that connects hub ports accompanied by feeder from Sumatera to Papua by using large-scaled ships so that the economic benefit can be obtained. Through this definition, one of the main target of Maritime Highway policy succesfulnes is the increased capacity of 24 (twenty four) ports to support Maritime Highway that consists of 5 (five) hub ports and 19 (nineteen) feeder ports.

The port that became the sea hub consists of Belawan/Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, and Bitung Ports. The port that became Maritime Highway feeder consists of Malahayati, Batam, Jambi, Palembang, Panjang, Teluk Bayur, Tanjung Emas, Pontianak, Banjarmasin, Sampit, Balikpapan/Kariangau, Samarinda/Palaran, Tenau/Kupang, Pantoloan, Ternate, Kendari, Sorong, Ambon, and Jayapura Ports. This means, RPJMN 2015-2019 legitimate the development and construction of port infrastructure carried by Pelindo III, espescially in 5 (five) ports that became its responsibility in the Maritime Highway Implementation.

POLITIK

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 adalah tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007. Dengan berpayung kepada UUD 1945 dan UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJP tadi, RPJMN 2015-2019 disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda (Nawa Cita) Presiden/Wakil Presiden, Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla, dengan menggunakan Rancangan Teknokratik yang telah disusun Bappenas dan berpedoman pada RPJPN 2005-2025. RPJMN 2015-2019 adalah pedoman untuk menjamin pencapaian visi dan misi Presiden, RPJMN sekaligus untuk menjaga konsistensi arah pembangunan Nasional dengan tujuan di dalam Konstitusi Undang Undang Dasar 1945 dan RPJPN 2005-2025.

Untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai Negara Poros Maritim di tahun 2045, di dalam RPJMN 2015-2019 telah dirumuskan pengembangan Kebijakan Tol Laut sebagai salah satu dari 5 (lima) pilar kebijakan. Tol laut adalah penyelenggaraan angkutan laut secara tetap dan teratur yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan hub disertai

feeder dari Sumatera hingga ke Papua dengan menggunakan

kapal-kapal berukuran besar sehingga diperoleh manfaat ekonomisnya. Melalui definisi tersebut, dapat digaris bawahi bahwa salah satu sasaran utama kerberhasilan kebijakan tol laut adalah meningkatnya kapasitas 24 (dua puluh empat) pelabuhan untuk mendukung tol laut yang terdiri 5 (lima) pelabuhan hub dan 19 (Sembilan belas) pelabuhan feeder. Pelabuhan yang menjadi hub tol laut terdiri dari Pelabuhan Belawan/Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, dan Bitung. Pelabuhan yang menjadi feeder tol laut terdiri dari Pelabuhan Malahayati, Batam, Jambi, Palembang, Panjang, Teluk Bayur, Tanjung Emas, Pontianak, Banjarmasin, Sampit, Balikpapan/ Kariangau, Samarinda/Palaran, Tenau/ Kupang, Pantoloan, Ternate, Kendari, Sorong, Ambon, dan Jayapura. Ini berarti, RPJMN 2015-2019 melegitimasi pengembangan dan pembangunan infrastruktur pelabuhan yang dilaksanakan oleh Pelindo III, khususnya pada 5 (lima) pelabuhan yang menjadi tanggung jawab Pelindo III dalam Implementasi Tol Laut.

Maritime Highway Strategic Port

Source: The Company’s Long Term Rencana Plan (RJPP) 2015-2019, 2015

SOCIAL

The productivity of stevedoring labor that the control is not under Pelindo III require close attention, since it will influence the performance of the port as a whole. Whereas in the security and public order in the port environment is controllable.

TECHNOLOGY

Technology development that makes the size of a ship larger, and the development of port equipments that led to Green Port Concept has been predicted by Pelindo III Management. Nowadays, the majority of ports in Pelindo III working area can be layover by vessels with LOA 215 m, with the load capacity of 1000-2500 TEU’s. Therefore, Pelindo III Management is developing port facilities and infrastructures that refers to roadmap investment (capex plan) contained in RJPP 2015-2019.

Gambar Pelabuhan Strategis Tol Laut

Sumber : Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2015- 2019, 2015

SOSIAL

Produktivitas Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) yang kendali kontrolnya tidak dibawah Manajemen Pelindo III perlu mendapatkan perhatian khusus, karena akan mempengaruhi kinerja pelabuhan secara keseluruhan. Sementara dari sisi keamanan dan ketertiban di lingkungan pelabuhan, masih cukup terkendali.

TEKNOLOGI

Perkembangan teknologi yang menjadikan ukuran kapal semakin besar, serta perkembangan peralatan pelabuhan yang mengarah pada Green Port Concept sudah ditengarai oleh Manajemen Pelindo III. Saat ini, sebagian besar pelabuhan di wilayah kerja Pelindo III dapat disinggahi vessel dengan LOA 215 m, dengan kapasitas muatan 1000-2500 TEU’s. Untuk itu, Manajemen Pelindo III melakukan pengembangan fasilitas, sarana dan prasarana pelabuhan mengacu pada

roadmap investasi (capex plan) yang tertuang di dalam RJPP

2015-2019. MALAHAYATI BELAWAN/KUALA TANJUNG PELABUHAN FEEDER PELABUHAN HUB JAYAPURA SORONG TENAU KUPANG AMBON TERNATE BITUNG PENTOLOAN KENDARI MAKASAR PALARAN SAMARINDA KARIANGAU BALIKPAPAN PONTIANAK BANJARMASIN SAMPIT TANJUNG PERAK TANJUNG EMAS/SEMARANG

TANJUNG PERIOK/KALI BARU PANJANG

PALEMBANG

TELUK BAYUR JAMBI

In addition, the equipment facility using fuel began to be replaced with gas fuel or electricity, this shows Pelindo III commitment to modernize the port leading to environmentally friendly technologies.

ENVIRONMENT

The environment issue in Pelindo III working area, at large remained in control. The environmental permit for ports in Pelindo III working area has been carried out 2 (two) years ago in 2014. Out of 43 (forty three) ports that are in Pelindo III working area, 36 (thirty six) of them has acquired EIA, while the other 8 (eight) ports is still in the completion process of environmental permit.

LEGAL

From the Regulation and Legislation side, Law No. 17 of 2008 on Seafaring, mandates:

1. Provide opportunities for private sector to participate and compete in industrial port;

2. Pelindo III as Seaport Enterprise has the authority to conduct activities and provide ships and freights service to the port service users;

3. Development of port in accordance with the Port Masterplan.

Selain itu, fasilitas peralatan yang menggunakan BBM mulai diganti dengan menggunakan BBG atau listrik, ini menunjukkan komitmen Pelindo III untuk melakukan modernisasi pelabuhan yang mengarah ke teknologi ramah lingkungan.

LINGKUNGAN

Isu lingkungan hidup di wilayah kerja Pelindo III, secara garis besar masih terkendali. Pengurusan izin lingkungan bagi pelabuhan di wilayah kerja Pelindo III sudah dilaksanakan sejak 2 (dua) tahun lalu, 2014. Dari 43 (empat puluh tiga) pelabuhan yang berada di wilayah kerja Pelindo III, 36 (tiga puluh enam) pelabuhan sudah mengantongi AMDAL, sementara 8 (delapan) pelabuhan lain masih dalam proses penyelesaian ijin lingkungan.

LEGAL

Dari sisi Peraturan dan Perundangan, UU Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, mengamanatkan:

1. Memberikan kesempatan bagi swasta untuk ikut berperan serta dan bersaing dalam industri kepelabuhanan; 2. Pelindo III sebagai Badan Usaha Pelabuhan (BUP) memiliki

kewenangan untuk melakukan aktivitas dan memberikan pelayanan kapal dan barang kepada pengguna jasa kepelabuhanan;

3. Pengembangan pelabuhan berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan (RIP).

Dalam dokumen Laporan Tahunan Annual Report (Halaman 94-99)

Dokumen terkait