1. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Habib Hudatul Umam mahasiswa prodi Pendidikan Islam konsentrasi Manajemen Kependidikan Islam pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2012 dengan judul
“Manajemen Strategi Program Full Day School MTsN Model Kebumen I. Hasil tesis ini menyimpulkan bahwasuatu sekolah yang menerapakan sistem FDS haruslah memiliki manajemen yang baik agar program yang diselengarakan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rencana. Setelah dilakukan penelitian manjemen strategi dalam program FDS di sekolah tersebut sudah dibilang baik karena proses pembelajaran dalam sistem FDS dapat berjalan
dengan lancar dan para peserta didik sangat nyaman dan menikmati proses pembelajaran tersebut.9
Annisa Kurnia Wardani mahasiswa Prodi Tarbiyah Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia tahun 2015 dengan judul “Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Sekolah Full Day School Di Sd Islam Al Firdaus Magelang”. Penelitian tesis ini difokuskan pada pelaksanaan manajemen pendidikan sekolah full day school telah berjalan efektif dengan mengunakan pedoman manajeman seperti perencanaan, organisasi, tindakan dan pengawasan dan hambatan pelaksanaan manajeman pendidikan sekolah full day school ialah faktor kesediaan dana, personalia dan sarana prasarana.10
Wahidun, mahasiswa prodi pendidikan islam konsentrasi Manajemen Kependidikan Islam pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2008 dengan judul “Manajemen Pengembangan Kurikulum Terpadu Dengan Sistem Full Day School: Study Kasus Di SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta”.
Hasil tesis ini menyimpulkan bahwa pengembangan kurikulum terpadu sangatlah diperlukan karena sistem full day school
9 Habib Hudatul Umam “ manajemen Strategi Program Full Day School MTsN Model Kebumen I”, Tesis, Prodi Pendidikan Islam Konsentrasi Manajemen Kependidikan Islam Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
10Annisa Kurnia Wardani, “Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Sekolah Full Day School di SD Islam Al Firdaus Magelang”, Tesis, Prodi. tarbiyah, Fakultas Ilmu Agama Islam, Pasca Sarjana, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2015
sangatlah berbeda jauh dengan sistem pembelajaran yang pada umumnya dilaksanakan oleh lembaga pendidikan. Sistem FDS memiliki banyak program yang dilaksanakan disekolah dengan waktu pembelajaran yang cukup panjang dibanding dengan sekolah biasa sehingga diperlukan manajemen pengembangan kurikulum terpadu yang maksimal agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan efektif.11
Miah Mu’minatun mahasiswa Prodi Tarbiyah Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia tahun 2015 dengan judul “Pengembangan Kurikulum Sistem Full Day School MI Ma’arif Grabag I Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang”. Hasil tesis ini menunjukan bahwa sekolah mengembangkan kurikulum integrated yakni perpaduan antara kurikulum Diknas, Kemenag dan yayasan Nahdatul Ulama. Dalam pengembangan inipendidik memiliki kewajiban dalam memadukan kurikulum yang ada dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif.12
Ahmad Zainuri, Mahasiswa prodi pendidikan islam konsentrasi pendidikan agama islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun
11 Wahidun, “Manajemen Pengambangan Kurikulum Terpadu dengan Sistem Full Day School : Studi Kasus di SDIT Luqman Al hakim Yogyakarta”, Tesis, Prodi Pendidikan Islam Konsentrasi Manajemen Kependidikan Islam, Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008
12 Miah Mu’minatun, “Pengembangan Kurikulum Sistem Full Day School MI Ma’arif Grabag I Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang”, Tesis, Prodi Tarbiyah, Fakultas Ilmu Agama Islam, Pasca Sarjana Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2015
2014 dengan judul “Study Evaluatif Sistem Boarding School Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta”. Hasil tesis ini menunjukkan bahwa proses pembentukan karakter dalam sistem boarding schooldirasa sangat efektif sebab dalam sitem tersebut siswa dapat dipantau secara intensisf oleh para pengurus asrama, sehingga perilaku atau karakter yang dimiliki para peserta didik pun dirasa sudah sangat baik dibanding dengan siswa yang tidak menggikuti program tersebut. Walapun demikian ada beberapa hal yang perlu dievaluasi dan diperbaiki dalam proses pembentukan karakter dengan sistem boarding school agar dapat berjalan lebih baik dan lebih efektif dan efesien.13
Dari uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa tesis yang penulis angkat mempunyai perbedaan mendasar dengan beberapa penelitian yang sudah ada. Tesis yang pertama dan kedua lebih menekankan pada manajemen yang digunakan dalam sekolah yang mengunakan sistem full day school. Ketiga dan keempat lebih menekankan pada pengembangan kurikulum terpadu dalam pelaksanaan pendidikan dengan sistem full day school . Kelimaberusaha mengevaluasi sistem boarding school dalam
13 Ahmad Zainuri, “Study Evaluatif Sistem Boarding School dalam Pembentukan Karakter Siswa di SMP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta”, Tesis, Prodi Pendidikan Islam Konsentrasi Pendidikan Agama Islam UIN Sunan kalijaga, Yogyakarta, 2014
pembentukan karakter. Adapun perbedaan dengan penelitian penulis adalah penelitian ini mengambil wacana tentang penguatan pendidikan karakter yang mengacu pada tingkat religius dan kejujuran siswa.
Penelitian ini menekankan pada pola Implementasi Sistem Full Day School dalam penguatan karakter religius dan kejujuran Siswa di SD Pendidikan Tartil Qur’an(PTQ) An Nida Salatiga.
2. Kerangka Teori
Istilah full day school berasal dari bahasa Inggris dimana full artinya penuh, day artinya hari dan school artinya sekolah.14Jadi secara terminologi full day school artinya belajar sehari penuh. Jam belajar diberlakukan dari pagi sampai sore, mulai pukul 07.00 – 15.30 dengan istirahat 2 kali. Dengan demikian sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi.Hal yang diutamakan dalam full day school adalah pengaturan jadwal pelajaran dan pendalaman.15
Full day school merupakan suatu sistem pembelajaran yang dilaksanakan secara penuh, dimana aktivitas anak banyak dilakukan di sekolah daripada di rumah. Konsep dasar full day school adalah integratedcurriculum dan integrated activity yang merupakan bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk seorang anak
14 John Echols, kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia, 1996
15 Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta : Ar Ruzz Media, 2009, 9
(siswa) yang berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek ketrampilan dan pengetahuan dengan sikap yang baik.16
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yaitu yang melibatkan aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.17 Menurut Ridwan dan M Kadri pendidikan karakter sering dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral dan pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menilai dan memberikan keputusan baik dan buruk terhadap sesuatu hal.18
Beberapa tokoh yang mengemukakan tentang penguatan karakter diantaranya yaitu : Thomas Lickona dalam bukunya
“Educating for character, how our school can teach respect and responsibility”. Bahwa kehidupan itu berperilaku baik dengan penuh kebajikan, yakni berperilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan,
16 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara manusiawi, Bandung : Rineka Cipta, 1993, 4
17 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter : menjawab tantangan krisis multidimensional, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011, 29
18 Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter : mengembangkan karakter anak yang islami, Jakarta : PT BUmi Aksara, 2016, 22
manusia, dan alam semesta) dan terhadap diri sendiri.19 Masnur Muslich, dalam bukunya pendidikan karakter :menjawab tantangan krisis multidimensional, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak.20 Ngainun Naim dalam bukunya character building, karakter secara lebih jelas mengacu kepada sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasias intelektual, seperti berfikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya.21 Agus wibowo, dalam bukunya pendidikan karakter : strategi membangun karakter bangsa berperadaban, satuan pendidikan adalah komponen penting dalam pembangunan karakter
19 A Thomas Lickona, Educating for character : How our school can teach respect and responsibility, New York, Toronto, London, Sydney, Aucland : Bantam Books, 1991, 5
20 Masnur Muslich, Pendidikan karakter : menjawab tantangan krisis multidimensional, Jakarta : Bumi Aksara, 2011, vii
21Ngainun Naim, Character Building, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012, 55
yang berjalan secara sistematik dan integratif bersama dengan komponen lainnya.22
Menurut Muhaimin, kata religius memang tidak identik dengan kata agama. Kata religius lebih tepat diterjemahkan sebagai keberagaman. Keberagaman lebih melihat aspek yang ada didalam lubuk hati nurani pribadi, sikap personal, cita rasa dalam pribadi manusia, namun disini yang penulis maksud adalah lebih mendalam atas agama.Sehingga religius adalah penghayatan dan implementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.23 Karakter religius sangat penting dalam kehidupan dimasa depan. Untuk mempersiapkan siswa memiliki bekal agama yang kuat sehingga mampu menghadapi tantangan zaman dan degadrasi moral yang mengancam generasi penerus bangsa dan agama ini.
Secara harfiah, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang.Jujur merupakan nilai penting yang harus tercermin dalam perilaku sehari-hari.24 Sikap jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.25 Kejujuran adalah kesesuaian ucapan atau yang dikemukakan dengan
22 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter : strategi membangun karakter bangsa berperadaban, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012, 45
23 Muhaimin, Paradigma pendidikan islam : upaya mengefektifkan pendidikan agama islam di sekolah, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008, 288
24 Ngainun Naim, Character Buiding, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012, 132
25 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter : Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadapan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012, 100
kenyataan atau fakta.Sehingga sikap jujur adalah kesesuaian perkataan dan tindakan sesuai hati nurani yang diungkapkan dengan fakta atau kenyataan.
Menurut Mansur Muslich, pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab.26 Sedangkan Pendidikan dalam literature pendidikan agama islam mempunyai banyak istilah yaitu mendidik, memberi ilmu, memberikan teladan dalam akhlak, dan memberikan pengetahuan, sehingga dapat terjadinya perubahan sikap dan perilaku peserta didik.Pendidikan karakter inilah dapat menjadi solusi dari problematika degadrasi moral dan karakter anak. Namun penanaman pendidikan karakter bukan hanya pada pendidikan agama islam saja namun di pelajaran umum lainnya pun dapat diselipkan nilai-nilai karakter yang dapat memberikan pembenahan moralitas generasi muda.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan tujuan membangun makna berdasarkan
data-26 Mansur Muslich, Pendidikan Karakter : Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Jakarta : Bumi Aksara, 2011, 69
data lapangan. Pendekatan ini untuk mengamati secara langsung kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan penelitin untuk memperoleh sudut pandang obyek yang diteliti. Penelitian ini meneliti dari sumber rujukan kemudian berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah. Penelitian ini disebut penelitian lapangan (field reseach) yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah lapangan, atau suatu wilayah tertentu. Data yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompok-kelompokkan menurut jenis, sifat, atau kondisinya. Sesudah datanya lengkap, kemudian dibuat kesimpulan.27
2. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah pendekatan pustaka maksudnya adalah diambil dalam mencari sumber teori dan rujukan dalam penelitian.
Dan mengunakan pendekatan lapangan (field research) maksudnya adalah pendekatan untuk mengamati kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan penelitian untuk memperoleh sudut pandang obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini dideskripsikan dengan
27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta,2010, 3
memperhatikan semua peristiwa yang terjadi dan selalu berusaha mengungkap kesadaran dari subyek penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilaksanakan, untuk memperoleh data yang diperlukan.28Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Sekolah DasarPlus Tahfizhul Qur’an Annida Salatiga, yang merupakansalah satu unit pendidikan dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam An Nida.
Lembaga pendidikan ini menyelenggarakan pendidikan karakter pada peserta didiknya. Sejak awal penyelenggaraan Sekolah Annida (2013) membawa konsep lima hari dengan menerapkan full day school.29
Lembaga pendidikan yang berstatus swasta ini berdiri diatas tanah seluas kurang lebih 3000 m dan terdaftar dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) 69913116 dengan SK pendirian sekolah 001/YA-S/II/2013, Tanggal SK pendirian 2013-02-09 dan izin operasionalnya 421.2/5853/101.30Sekolahan ini berada di Kota Salatiga, tepatnya di Jl. Jenderal Sudirman No. 239 Ledok, Kec.Argomulyo.Pondok pesantren Annida yang berdiri sejak 1 juni
28 Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta : Kanisius, 1995, 4
29wawancara dengan Kepala sekolah SD PTQ Annida Salatiga pada 6 Januari 2020.
30Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, SDTQ Annida.On-line. Melalui http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id (20/01/2020)
1979 ini telah mengukir sejarah keemasan tersendiri. Ponpes yang diprakarsai oleh KH.Ali As’ad (alm) dan para kyai-kyai (alumni ma’ahid Kudus) ini telah melahirkan banyak alumni dari lintas generasi yang telah tersebar di berbagai pelosok tanah air. Berbekal semangat untuk mengalirkan sumber kehidupan (agama) di kota Salatiga, KH. Ali as’ad (alm) dengan dana pribadi dan bantuan para dermawan mendirikan Ponpes Annida. Agar keadaan Ponpes Annida yang sedang mengalami fase transisi ini dapat di-up grade kembali menjadi sebuah lembaga yang jauh lebih baik dan menjadi inspirasi banyak orang. Dengan dukungan dari berbagai pihak, baik pengurus yayasan, alumni dan masyarakat yang peduli dengan Ponpes Annida, maka pada tanggal 1 Februari 2013 disepakati tentang pembenahan struktur kelembagaan dan pendirian embrio Sekolah Dasar Plus Tahfizhul Qur’an (PTQ) Annida Salatiga.31
4. Metode Pengumpulan Data a. Metode Observasi
Peneliti melakukan observasi proses perencanaan sebelum pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di lingkungan sekolah full day untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan pelaksanaan praktik pendidikan Agama Islam berbasis penguatan karakter religius dan jujur.
31 Dokumentasi SD PTQ Annida Salatiga, 20 Januari 2020.
b. Metode Wawancara
Dalam teknik wawancara, peneliti akan melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Waka kurikulum dan Orang tua Wali murid SD PTQ Annida Salatiga. Dari wawancara tersebut, peneliti ingin menggali data tentang pelaksanaan pendidikan agama islam berbasis penguatan karakter religius dan jujur di lingkungan sekolah full day.
c. Metode Dokumentasi
Selain metode observasi dan wawancara, maka dalam peneliti ini digunakan pula metode dokumentasi untuk memperoleh data dalam penelitian ini. Dokumen yang diperlukan peneliti berupa modul, file, foto kegiatan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan hasilnya.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menganalisis sekumpulan sumber, buku artikel, atau rujukan lain, serta sekumpulan dari wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, dan sebagainya sehingga data penelitian memiliki banyak variasi. Proses analisis data dimulai dari mengorganisasikan seluruh data yang telah terkumpul dari berbagai sumber. Data tersebut kemudian dikelompokkan sesuai tema permasalahan atau
pertanyaan peneliti. Setelah dikelompokkan dalam satu tema yang sama, data kemudian dibaca kembali, ditelaah dan dipelajari.
Data yang telah dikelompokkan tersebut kemudian disusun kembali menjadi rangkuman inti sesuai dengan tema. Proses analisis kemudian dilakukan penelitian dengan mengembangkan rangkuman tersebut menjadi paparan yang mendalam berdasarkan pemahaman peneliti selama proses pengumpulan data sampai menemukan esensi dari fenomena yang diteliti. Peneliti menjelaskan secara sistematis dan logis tentang bagaimana fenomena itu terjadi.Untuk membantu agar peneliti mampu menganalisis data secara mendalam dengan penjelasan yang tepat, peneliti dapat mengakaji kepustakaan, mengkonfirmasi temuan dengan teori yang telah ada sebelumnya.32