• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Teoretik

Berikut ini diuraikan tinjauan teoretik mengenai cita-cita, tingkat pendidikan

orang tua, jenis pekerjaan orang tua, dan motivasi belajar.

1. Cita-Cita

a. Pengertian Cita-Cita

Pengertian cita-cita dalam Kamus Bahasa Indonesia

Kontemporer (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991: 289) adalah

keinginan akan sesuatu yang masih berada dalam benak pikiran.

Menurut Mohammad Ngajenan (1987: 63) dalam Yenni Yuswanita

Apriani, cita-cita adalah suatu hal yang dipikirkan oleh seseorang

untuk dicapai. Cita-cita adalah suatu standar mengenai nilai-nilai atau

merupakan ukuran yang dipakai untuk mengukur tingkah laku

(Fudyartanto, 2002: 136). Menurut Mulyaningtyas dan Yusup

Purnomo Hardiyanto (2007: 40), cita-cita adalah keinginan yang

selalu ada dalam pikiran atau tujuan yang ditetapkan seseorang untuk

diri sendiri dan hendak dicapainya. Dari beberapa pendapat tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa cita-cita merupakan sebuah impian

atau keinginan di masa depan yang dapat mempengaruhi sikap

seseorang untuk mencapainya disertai dengan perencanaan dan

Berdasarkan hasil survei pendidikan mengenai cita-cita siswa

sekolah menengah setelah tamat, yang dilakukan oleh kantor statistik

DKI Jakarta (Spillane dan Ninik Yudianti, 1987: 2) adalah sebagai

berikut: (a) Bekerja, (b) Melanjutkan studi di perguruan tinggi, (c)

Bekerja sambil melanjutkan studi di perguruan tinggi, (d) Lainnya

(misalnya menikah), dan (e) Belum memiliki pilihan.

b. Jenis-Jenis Profesi yang dapat Dijadikan Cita-Cita

Berbagai profesi dalam kehidupan ini dapat dijadikan cita-cita

sesuai dengan keinginan setiap individu untuk dicapai. Menurut

Rintyastini dan Suzy Yulia Charlotte (2006: 89-95), seseorang dapat

memilih jenis profesi sebagai berikut.

1) Profesi dalam ketenagaahlian dan teknis

Profesi yang termasuk dalam kategori ini lazimnya berkecimpung di bidang riset dan penerapannya dalam berbagai masalah teknologi, ekonomi, sosial, dan industri. Profesi dalam kategori ini melakukan fungsi-fungsi keahlian teknologi, artistik, dan lain-lain. Bidang-bidang ilmu yang dibutuhkan dalam profesi ini antara lain ilmu alam dan fisika, teknik struktur bangunan, hukum, kesehatan, agama, pendidikan, sastra, seni, dan olahraga. 2) Profesi dalam bidang ketatalaksanaan dan pengelolaan

Profesi yang termasuk dalam kategori ini terdiri atas orang-orang yang terpilih dan dipercaya sebagai anggota pemerintahan setempat, daerah, provinsi, regional atau nasional. Tugas yang diemban dalam profesi ini antara lain ikut memutuskan atau aktif menyusun kebijakan pemerintah pusat atau daerah, serta mempersiapkan amandemen hukum dan peraturan resmi bersama dengan pejabat lain yang ikut mengorganisasi, mengatur, dan memerintah. Orang-orang yang bergelut dalam profesi ini juga mewujudkan dan menjalankan kebijakan pemerintah, serta mengelola, merencanakan, memadukan, dan mengatur kegiatan masyarakat dan pribadi.

3) Profesi dalam bidang ketatausahaan

Profesi yang termasuk dalam kategori ini berkecimpung dalam bidang pelayanan masyarakat yang mengusahakan agar norma hukum, peraturan dan ketetapan-ketetapan pemerintah lokal,

provinsi, dan negara dapat terlaksana dengan baik. Selain itu, profesi ini juga mengawasi jalannya kinerja, kelancaran proses transportasi dan komunikasi, serta pekerjaan lainnya yang memantau pelaksanaan kegiatan sehari-hari.

4) Profesi dalam bidang perdagangan

Profesi yang termasuk dalam kategori ini berkecimpung dalam merencanakan, mengorganisasi, mengkoordinasi, dan mengarahkan usahanya dalam dunia perdagangan besar atau kecil. 5) Profesi dalam bidang jasa

Profesi yang termasuk kategori ini berkecimpung dalam mengarahkan, mengorganisasi, mengawasi, serta merencanakan dengan matang agar sektor di luar industri dapat berjalan dengan semestinya. Dalam jenis profesi ini, terdapat pengusaha jasa sosial yang berkecimpung dalam bidang kemasyarakatan dan pribadi ini antara lain konsultan, pelayan hotel, tukang cukur/ pangkas rambut, dan ahli kecantikan.

6) Profesi dalam bidang eksplorasi energi

Profesi yang termasuk kategori ini berkaitan langsung dalam masalah penambangan mineral, minyak, dan gas bumi. Orang-orang dalam profesi ini juga mengerjakan proses pengolahan dan pembangkitan tenaga. Mereka juga melakukan konstruksi dan pembenahan berbagai tipe jalan, bangunan, dan mesin. Contoh profesi ini antara lain pekerja kilang minyak dan penambang.

7) Profesi dalam bidang militer

Profesi yang termasuk kategori ini berkaitan langsung dengan tugas-tugas yang berhubungan dengan pertahanan dan keamanan negara. Contoh profesi ini antara lain polisi, prajurit, tentara, dan marinir.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cita-Cita

Mulyaningtyas dan Yusup Purnomo Hardiyanto (2007:41)

menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang

dalam memilih profesi yang akan dijadikan sebagai cita-cita adalah

sebagai berikut:

1) Latihan dan lingkungan sejak kecil

Misalnya, seorang anak yang sejak kecil dilatih menggambar, besar kemungkinan akan bercita-cita sebagai seorang arsitek atau desainer. Begitu juga dengan anak yang tumbuh dalam lingkungan

pecinta seni akan berkeinginan menjadi seniman atau setidaknya akan mencintai seni.

2) Ambisi orang tua

Ambisi orang tua seringkali disebabkan oleh cita-cita pribadi yang tidak berwujud, persaingan antar orang tua, atau pengalaman pribadi. Ambisi orang tua seringkali menyebabkan seorang anak sudah diarahkan untuk memilih cita-cita tertentu sejak kecil.

3) Tokoh idola

Seorang anak yang sangat mengidolakan negarawan atau politisi tertentu seperti Adam Malik biasanya berkeinginan mengikuti jejak tokoh idolanya tersebut, misalnya ingin menjadi diplomat atau politisi.

4) Persaingan dengan orang lain

Persaingan dengan teman sebaya sering menyebabkan seorang remaja tidak mau kalah dalam hal cita-cita.

5) Tradisi, norma, adat dan kebiasaan yang berlaku

Profesi tertentu sering mendapat penghargaan tinggi di masyarakat daerah tertentu sehubungan dengan adat yang di sana. Hal ini dapat mendorong remaja untuk bercita-cita meraihnya, misalnya banyak remaja di Flores ingin menjadi pastor karena profesi ini mempunyai status sosial tinggi di masyarakat Flores.

6) Pengalaman-pengalaman masa lalu

Seseorang bercita-cita menjadi psikolog, misalnya, karena ia sendiri pernah menderita penyakit phobia (takut yang tak beralasan akan sesuatu) seperti takut akan ketinggian.

7) Minat dan nilai-nilai yang dianut

Nilai kehidupan yang dianut oleh seseorang, seperti nilai keadilan sosial, dapat membuatnya bercita-cita menjadi relawan Lembaga Swadaya Masyarakat, hakim, dan lain-lain.

d. Cara Menentukan Cita-Cita

Berikut langkah-langkah yang dapat dijadikan acuan dalam

menentukan cita-cita (Rahmat, 2016:10), yaitu:

1) Kenali diri sendiri lebih jauh

Langkah ini bertujuan untuk mengukur kelebihan dan

kekurangan yang dimiliki. Apabila kita dapat memahami dan

mengenali diri sendiri, maka dalam memilih cita-cita akan tepat

melihat track record pendidikan (prestasi akademik) dan IPTEK

yang dikuasai, meminta saran dan masukan dari orang ahli seperti

konsultan, guru BK, atau pihak lain yang dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan masa depan dan mengisi waktu

luang dengan berbagai kegiatan positif guna menambah

pengalaman.

2) Evaluasi dan perbaiki

Setelah mampu mengenali diri sendiri dan melakukan

serangkaian percobaan, maka langkah selanjutnya adalah

mengevaluasi dan memperbaiki.

a) Memahami kelebihan dan kekurangan

Dalam tahap ini diperlukan proses perenungan dan

introspeksi diri sehingga kita dapat mengetahui kelemahan,

kelebihan, minat, bakat, dan potensi yang dimiliki untuk

kemudian diperbaiki dan dijadikan landasan dalam menentukan

cita-cita. Apabila terdapat kesalahan, segera perbaiki dan

beralih ke pilihan yang lebih sesuai.

b) Saran dari para ahli dan teman

Evaluasi ini dapat juga dilakukan dengan cara meminta saran

dari teman dan para ahli. Cara ini diharapkan seseorang dapat

memilih cita-cita yang berdasarkan pada pertimbangan yang

3) Pilih dan yakini

Setelah memilih dan menentukan cita-cita, tentunya kita

juga harus meyakini apa yang telah dipilih. Apapun yang menjadi

pilihan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, karena

kesuksesan hanyalah milik mereka yang mau bekerja keras. Dalam

menetapkan cita-cita tentunya harus mempertimbangkan usia.

Tujuannya agar tidak terlalu cepat karena kemungkinan besar akan

mengalami kegagalan, kecuali jika telah memikirkannya secara

matang dan telah melakukan persiapan yang cukup atau tidak

terlalu lambat dalam memutuskan apa yang menjadi cita-cita,

karena jika keputusan terlalu dini kemungkinan hanya didasarkan

pada emosi atau keinginan belaka tanpa mengetahui

konsekuensinya serta tidak memiliki rencana yang matang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cita-cita seseorang

tidak dapat diraih dengan begitu saja, karena sangat diperlukan suatu

tahapan dan strategi yang terencana untuk membuat keputusan agar

keinginannya dapat tercapai. Cita-cita merupakan tujuan dari

kehidupan, karena dengan memiliki tujuan hidup seseorang akan

memiliki kehidupan yang terarah. Cita-cita seseorang sangat

dipengaruhi dengan berbagai faktor atau kejadian yang telah

dialaminya. Cita-cita yang dipilih dapat berupa sesuatu hal yang

dipelajari baik di dalam keluarga, lingkungan sosial, maupun di

lembaga pendidikan. Misalnya, seorang siswa yang menempuh

pendidikan di SMA pada jurusan IPA memiliki keinginan setelah lulus

akan melanjutkan ke Jurusan Manajemen. Dewasa ini memang untuk

masuk Jurusan Manajemen tidak diharuskan memiliki latar belakang

dari Jurusan IPS, sehingga siswa lulusan IPA juga dapat mendaftarkan

diri. Hal ini kemungkinan menjadi salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi cita-cita siswa, yakni terbukanya kemungkinan untuk

melanjutkan studi pada suatu hal yang sama sekali tidak berhubungan

dengan latar belakang pendidikan yang telah dimiliki.

Faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi cita-cita adalah

ambisi orang tua, lingkungan masyarakat, bakat yang dimiliki, minat,

jurusan sekolah, status sosial ekonomi keluarga (fasilitas yang dimiliki

di rumah, pekerjaan orang tua, latar belakang pendidikan orang tua,

penghasilan orang tua, dan lain-lain), teman sebaya, idola, motivasi,

prestasi belajar, bimbingan karier yang didapat di sekolah dan lain

sebagainya. Penelitian ini akan membahas beberapa faktor yang

diduga mempengaruhi cita-cita siswa yaitu status sosial ekonomi

keluarga yang meliputi pendidikan terakhir orang tua dan jenis

2. Tingkat Pendidikan Orang Tua

a. Tingkat Pengertian Pendidikan Orang Tua

Pendidikan dalam arti sempit adalah pengubahan tingkah laku

individu dalam lingkungan yang dikontrol (Fudyartanto, 2002: 2).

Pengertian pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

proses pengubahan cara berfikir atau tata laku seseorang atau

sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan dan cara mendidik.

Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, pengendalian diri,

kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan oleh

dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Peserta didik adalah

anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri

melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan

jenis pendidikan tertentu.

Jalur, jenjang dan jenis pekerjaan yang mencakup pendidikan

umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus

dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/ atau

Pendidikan Nasional, jalur pendidikan diklasifikasikan menjadi 3,

yaitu:

1) Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi.

a) Pendidikan Dasar

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 17, pendidikan

dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah. Tujuan pendidikan dasar adalah untuk

memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik

untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota

masyarakat warga negara dan anggota umat manusia serta

untuk mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti

pendidikan menengah.

Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan bentuk lain yang sederajat

serta Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan

Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang

b) Pendidikan Menengah

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 18, pendidikan

menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar.

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah

umum yang meliputi Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA) atau bentuk lain yang sederajat dan

pendidikan menengah kejuruan yang meliputi Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan

(MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

c) Pendidikan Tinggi

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 19, pendidikan

tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma,

sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan

oleh perguruan tinggi dengan sistem terbuka.

Tujuan dari pendidikan tinggi adalah untuk menyiapkan

peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik atau professional yang dapat

menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Satuan pendidikan

yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan

tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah

2) Pendidikan Nonformal

Menurut RI No. 20 Tahun 2003 pasal 26, pendidikan

nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai

penambah dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat. Hasil pendidikan

nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan

formal setelah melalui proses penilaian penyertaan oleh lembaga

yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan

mengacu pada standar nasional pendidikan. Satuan pendidikan

nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,

kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis

taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

3) Pendidikan Informal

Menurut RI No. 20 Tahun 2003 pasal 27, kegiatan

pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang dilakukan oleh

kelurga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri

yang diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal

setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan sekolah yang

berhasil diselesaikan ayah atau ibu mulai dari Pendidikan Dasar

sampai dengan Pendidikan Tinggi yang dibuktikan dengan adanya

ijazah yang paling akhir diperolehnya.

b. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Cita-Cita Siswa

SMA

Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari jenjang

pendidikan yang pernah dialaminya atau lamanya pendidikan. Dengan

kata lain, semakin lama orang tua bersekolah berarti semakin tinggi

jenjang pendidikannya. Sebagai contoh, orang tua yang hanya sekolah

6 tahun berarti sekolah hanya sampai SD berbeda dengan orang tua

yang sekolahnya sampai 12 tahun berarti lulusan SMA.

Kemampuan orang tua dalam menyelesaikan jenjang pendidikan

yang tinggi akan menjadi pemicu semangat anak untuk mencapai hal

yang serupa. Hal ini disebabkan karena, semakin tinggi pendidikan

terakhir orang tua, semakin tinggi pula jabatan dalam dunia pekerjaan

yang akan disandangnya. Apabila jabatan yang disandang tersebut

semakin tinggi maka penghasilan yang diterima juga semakin tinggi

sehingga akan mengakibatkan perekonomian keluarga sejahtera.

Oleh karena, meniru adalah sifat manusia dan seorang anak

mendapatkan pendidikan dan pengalaman pertamanya di dalam

menjalani pendidikan yang sama setelah menyelesaikan pendidikan di

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dengan cara mengikuti jejak orang

tuanya yang melanjutkan di pendidikan Akademi, S1, S2, atau S3.

Akan tetapi tidak dipungkiri bahwa orang tua yang memiliki

pendidikan tinggi namun gagal meraih cita-citanya, anak akan

menganggap ilmu yang diperoleh dari pendidikan orang tua selama ini

sia-sia, sehingga anak akan mungkin akan memilih langsung bekerja

atau berwirausaha.

Tingkat pendidikan yang ditempuh akan berpengaruh pula pada

pekerjaan dan pendapatan seseorang. Dalam jenis pekerjaan yang

sama, yang memerlukan pikiran untuk memperkerjakannya, tentunya

orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih cepat

untuk menyelesaikan pekerjaannya dibandingkan orang yang

berpendidikan rendah. Hal demikian tentunya akan berpengaruh pada

penghasilan.

Menurut Fudyartanto (2002: 139), status sosial ekonomi orang

tua, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan berbagai

fasilitas yang ada dalam keluarga : radio, tv, mesin jahit, kulkas, mesin

cuci, kendaraan bermotor dan lain-lain, semuanya itu akan

mempunyai pengaruh tertentu pada perkembangan anak-anak mereka.

Bagi keluarga-keluarga yang status sosial ekonominya tergolong

menempuh pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

keluarga-kelurga yang kurang mampu ekonominya.

Besar kecilnya tingkat pendapatan akan berpengaruh pada

kelangsungan pendidikan anak, karena pendidikan membutuhkan

biaya. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin besar biaya

pendidikannya dan sebaliknya. Jadi, dalam hal ini diduga ada

kemungkinan tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi cita-cita

siswa. Semakin tinggi pendidikan orang tua maka semakin tinggi pula

cita-cita siswa dan sebaliknya semakin rendah pendidikan orang tua

semakin rendah pula cita-cita siswa.

3. Jenis Pekerjaan Orang Tua

a. Pengertian Pekerjaaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 4289), pekerjaan

diartikan sebagai apa yang dijadikan pokok kehidupan suatu yang

dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Menurut Gilarso (1986: 77),

pekerjaan adalah segala usaha manusia, baik usaha yang bersifat

jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses peningkatan

kegunaan ekonomi. Pengertian ini menunjukkan bahwa tidak setiap

kegiatan manusia itu dipandang sebagai pekerjaan, karena kegiatan

yang hanya dilakukan demi kesenangan bukan termasuk faktor

produksi kerja. Pekerjaan dapat memberikan status atau identitas diri,

mengikat aktivitas sosial dan memberikan isi dan makna kehidupan

b. Jenis-Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan berdasarkan hasil penelitian dari Spillane dan Fr.

Ninik Yudianti (1987: 39) yang berjudul motivasi, cita-cita dan

harapan mahasiswa IKIP Negeri Yogyakarta dan IKIP Sanata Dharma

adalah sebagai berikut: (1) Pengusaha, (2) Pensiunan,(3) Pedagang, (4)

Polisi/ militer, (5) Guru/ dosen/ professor, (6) Pegawai sektor swasta,

(7) Pegawai negeri (bukan guru), (8) Petani/ nelayan, (9) Tidak

bekerja, (10) Lain-lain.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan pengertian pekerjaan

orang tua adalah suatu kegiatan yang dilakukan orang tua (ayah atau

ibu) untuk mendapatkan penghasilan, misalnya menjadi guru, polisi,

dokter, perawat dan lain-lain. Dalam penelitian ini, peneliti meringkas

jenis pekerjaan orang tua menjadi lebih sederhana menurut prestige

yang berlaku di masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mempermudah

peneliti dalam pelaksanakan pengambilan data. Jenis pekerjaan

tersebut adalah sebagai berikut : (a) PNS non guru, (b) Pegawai swasta

non guru, (c) Guru, (d) Wiraswasta, (e) Buruh, (f) Petani, dan (g)

lain-lain (misalnya: Ibu Rumah Tangga).

c. Hubungan Jenis Pekerjaan Orang Tua dengan Cita-Cita Siswa SMA

Pekerjaan orang tua adalah suatu kegiatan yang dilakukan orang

tua (ayah atau ibu) untuk mendapatkan nafkah atau penghasilan,

misalnya menjadi guru, polisi, dokter, perawat dan lain-lain. Pekerjaan

penghasilan yang akan didapat. Semakin tinggi jabatan seseorang,

biasanya akan semakin besar pula penghasilan yang dia dapat.

Menurut Fudyartanto (2002: 139) keadaan sosial ekonomi keluarga

dan masyarakat, bahkan suatu negara mudah memperlihatkan tingkat

kemajuan yang dicapainya. Status sosial ekonomi orang tua, misalnya

tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan berbagai fasilitas yang

ada dalam keluarga : radio, TV, mesin jahit, kulkas, mesin cuci,

kendaraan bermotor dan lain-lain, semuanya itu akan mempunyai

pengaruh tertentu pada perkembangan anak-anak mereka. Bagi

keluarga-keluarga yang status sosial ekonominya tergolong mampu

tentu akan banyak peluang untuk membiayai anak-anaknya menempuh

pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga-keluarga

yang kurang mampu ekonominya.

Pada umumnya orang tua menginginkan anaknya mendapatkan

jabatan atau penghasilan yang lebih baik dari yang mereka miliki

sekarang. Mereka berharap anaknya menjadi orang sukses sehingga

dapat memperbaiki kualitas hidupnya menjadi lebih baik dari

sebelumnya dan sebagai anak pasti ingin melihat orang tuanya bahagia

atau bangga melihat dirinya sukses. Hal ini diduga ada kemungkinan

cita-cita seorang anak dipengaruhi oleh jenis pekerjaan orang tuanya,

di mana semakin tinggi jabatan yang disandang orangtuanya maka

jabatan yang disandang orang tuanya maka semakin rendah pula

cita-cita siswa.

4. Motivasi

a. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi berawal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai “daya penggerak yang telah aktif”. Motif menjadi aktif pada situasi tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

dirasakan atau dalam keadaan mendesak. Menurut Sumadi Suryabrata

(Kompri, 2015: 2), motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang

mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna

mencapai tujuan tertentu. Pengertian motivasi dalam Kamus Bahasa

Indonesia Kontemporer adalah keinginan atau dorongan yang timbul

pada diri seseorang, baik secara sadar ataupun tidak sadar untuk

melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu. Menurut Santrock yang

dikutip Mardianto dalam Kompri (2015: 3), motivasi adalah proses

yang memberikan semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya

perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah,

dan bertahan lama.

Mc. Donald (Kompri, 2015: 2) mengemukakan bahwa terdapat

tiga elemen penting dalam motivasi, yaitu:

1) Motivasi menyebabkan terjadinya perubahan energi pada seseorang. Walaupun motivasi berasal dari dalam diri manusia, namun perubahan energi ini akan menyangkut pada kegiatan fisik manusia.

2) Motivasi muncul dengan ditandai munculnya rasa atau feeling pada sesuatu hal. Rasa atau feeling sering disangkutkan pada persoalan kejiwaan dan emosi seseorang, maka motivasi secara tidak sadar juga akan mempengaruhi tingkah laku manusia. 3) Motivasi dirangsang atau didorong oleh adanya tujuan tertentu

pada diri seseorang, sehingga motivasi sebenarnya merupakan

Dokumen terkait