• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Sistem Pengendalian Internal

a. Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Sistem pengendalian intern menurut Tuanakotta (2015:351)

“merupakan proses, kebijakan, dan juga prosedur yang dirancang oleh manajemen untuk memastikan pelaporan keuangan yang reliabel dan pembuatan laporan keuangan sesuai dengan kerangka akuntansi yang berlaku”. Hery (2015:87) berpendapat bahwa sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan yang didesain untuk memberikan kejelasan yang layak bagi manajemen, bahwa perusahaan sudah menggapai target dan tujuannya. Terdapat dua konsep utama yang mendasari penyusunan dan penerapan pengendalian internal, yaitu keterbatasan bawaan (inheren) dan kepastian yang layak.

Berdasarkan beberapa definisi pengendalian internal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal ialah suatu kegiatan atau rangkaian operasi yang sedang berlangsung dalam setiap aktivitas bisnis untuk membantu organisasi mencapai tujuan utama. Tujuan ini mencakup keyakinan memadai, yang berarti bahwa sumber daya yang diberikan entitas digunakan secara efisien, efektif, dan ekonomis.

b. Tujuan Pengendalian Internal

Pengendalian internal adalah tindakan yang dilakukan oleh manajemen dalam suatu entitas untuk menjamin reliabilitas laporan keuangan. Tujuan umum yang dimiliki oleh manajemen dalam merancang sistem pengendalian internal yang efektif adalah sebagai berikut Arens (dalam Lubis dan Dewi, 2020:176):

1) Reliabilitas pelaporan keuangan 2) Efisiensi dan efektivitas operasi 3) Ketaatan pada hukum dan peraturan

Tujuan pengendalian menurut Krismiaji (2015:213), ialah untuk mencegah kerugian dalam organisasi, yang antara lain adalah sebagai berikut:

1) Inefisiensi dan pemborosan sumber daya 2) Keputusan manajemen yang buruk

3) Kesalahan tak terduga dalam perekaman dan pemrosesan data

4) Kehilangan atau kerusakan catatan yang tidak disengaja 5) Kerugian aset karena kelalaian karyawan

6) Karyawan tidak mematuhi kebijakan manajemen dan peraturan lainnya

7) Perubahan yang tidak sah pada SIA atau komponennya.

c. Komponen Pengendalian

International Standards in Auditing 315 menetapkan bahwa ada lima komponen pembentuk sistem pengendalian internal yang terdiri dari lingkungan pengendalian, proses penilaian risiko entitas,

sistem informasi, aktivitas pengendalian (pengendalian internal), pemantauan dari kontrol. Kelima komponen pengendalian internal akan dibahas sebagai berikut:

1) Lingkungan Pengendalian (Control Environtment) merupakan dasar bagi pengendalian internal yang efektif, karena memberikan disiplin dan struktur bagi entitas serta menjadi kompas bagi entitas, sehingga karyawan sadar akan pengendalian dalam organisasi itu. Pengendalian pada komponen lingkungan pengendalian yang kuat mampu mengatasi kelemahan pada komponen lainnya. Akan tetapi, kelemahan pada lingkungan pengendalian bisa melemahkan atau justru menghapuskan desain yang baik pada komponen pengendalian yang lain.

2) Penilaian Risiko (Risk Assessment) merupakan pengidentifikasian dan penganalisisan risiko yang bersangkutan dengan pencapaian tujuan, menjadi landasan dalam memutuskan dengan cara apa risiko perlu dikelola.

Mekanisme harus ditempatkan untuk mengidentifikasi dan menangani risiko karena kondisi ekonomi, industri, peraturan dan operasi akan terus berubah.

3) Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) ialah sistem atau proses yang mengidentifikasi, menangkap, serta bertukar informasi yang mengharuskan orang untuk melaksanakan peran serta tanggung jawabnya. Struktur pengendalian perusahaan harus sedemikian rupa sehingga

informasi dapat diidentifikasi, ditangkap, dan dipertukarkan di dalam perusahaan dan dengan pihak eksternal. Informasi yang dikomunikasikan sebaiknya akurat, tepat waktu serta bisa diandalkan. Manajemen memerlukan informasi yang andal untuk mengelola entitas; mencapai tujuan entitas; serta mengidentifikasi, menilai, dan menanggapi faktor risiko.

Komunikasi adalah kunci suksesnya sistem informasi.

Komunikasi menciptakan kesadaran tentang keberadaan, sifat, keparahan, atau penerimaan risiko.

4) Aktivitas Pengendalian (Control Activities) adalah prosedur serta kebijakan yang ditetapkan dan diterapkan agar dapat dipastikan bahwa kegiatan yang teridentifikasi oleh manajemen diperlukan untuk memitigasi risiko. Lebih khusus lagi, aktivitas pengendalian adalah prosedu serta kebijakan yang membantu memastikan bahwa perintah manajemen terlaksana dengan benar dan tepat waktu. Tindakan yang diperlukan diambil untuk mengelola, mengurangi dan mengatasi risiko terhadap pencapaian tujuan entitas.

5) Pemantauan (Monitoring) ialah salah satu komponen pengendalian internal yang mengevaluasi mutu kemampuan pengendalian internal dari waktu ke waktu. Pemantauan dapat dicapai dengan kegiatan yang berkelanjutan seperti pengawasan secara teratur. Dengan pemantauan manajemen mendapatkan umpan balik tentang apakah rancangan sistem pengendalian internal dalam mengatasi risiko berhasil

mencapai tujuan pengendalian yang ditetapkan, dipahami dan diterapkan secara sehat oleh karyawan, digunakan dan dipatuhi setiap hari, serta dimodifikasi sesuai dengan kondisi yang berubah-ubah.

d. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian menurut Rama dan Jones (2011:155), adalah “kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh suatu organisasi untuk mengatasi risiko guna mencapai tujuan organisasi.”

Jenis jenis aktivitas pengendalian menurut Rama dan Jones (2011:155) adalah sebagai berikut:

1) Pengendalian Proses Kerja

a) Pemisahan tugas. Pemisahan tugas antara agen internal adalah konsep untuk merancang kegiatan pengendalian internal. Biasanya, penipuan ini terjadi ketika karyawan membutuhkan kemampuan untuk mengakses aset atau menyembunyikan penipuan dalam catatan organisasi.

b) Menggunakan informasi tentang peristiwa masa lalu untuk mengendalikan aktivitas. Informasi tentang peristiwa sebelumnya dapat berasal dari dokumen atau catatan komputer.

c) Urutan kejadian yang diinginkan. Dalam banyak kasus, kebijakan organisasi memerlukan proses untuk mengikuti urutan tertentu.

d) Menindaklanjuti insiden. Organisasi harus memiliki cara otomatis atau manual untuk meninjau transaksi yang tertunda. Contoh peristiwa yang mungkin memerlukan tindak lanjut seperti pesanan pelanggan yang belum terpenuhi, faktur yang lewat jatuh tempo, permintaan persetujuan yang menunggu keputusan, layanan yang diberikan tetapi belum selesai.

e) File memiliki nomor seri. File atau dokumen bernomor urut memberikan kesempatan untuk mengontrol peristiwa.

Dokumen bernomor urut yang dibuat selama satu kejadian akan dijelaskan di kejadian berikutnya.

f) Dokumentasikan agen internal yang bertanggung jawab atas terjadinya proses. Tunjuk agen internal untuk bertanggung jawab atas sebagian besar kejadian.

g) Pembatasan akses terhadap Aset dan Informasi. Cara penting untuk melindungi aset seperti uang tunai, inventaris, peralatan, dan data adalah dengan membatasi akses ke karyawan yang membutuhkannya untuk melakukan tugas yang diberikan. Untuk membatasi akses ke mereka, aset berwujud disimpan di lokasi yang aman.

h) Rekonsiliasi catatan dengan bukti fisik aset. Organisasi menggunakan aktivitas rekonsiliasi untuk memastikan bahwa peristiwa yang direkam dan data file induk cocok dengan aset aktual.

2) Pengendalian Input

a) Menu pencarian yang menyediakan daftar nilai yang memungkinkan untuk dimasukkan.

b) Periksa catatan untuk menentukan apakah data yang dimasukkan konsisten dengan data yang dimasukkan dalam tabel yang relevan.

c) Konfirmasikan data yang dimasukkan oleh pengguna dengan menampilkan data yang relevan di tabel lain.

d) Kontrol integritas referensial untuk memastikan catatan kejadian terkait dengan catatan file induk yang benar.

e) Pengecekan format membatasi data yang dapat dimasukkan berupa teks, angka dan tanggal.

f) Aturan validasi yang membatasi data yang dapat dimasukkan ke nilai tertentu.

g) Default untuk menggunakan data yang dimasukkan pada sesi sebelumnya.

h) Pembatasan meninggalkan bidang kosong.

i) Buat bidang sebagai kunci utama.

j) Nilai yang dihasilkan komputer dimasukkan dalam catatan.

k) Bandingkan total batch control yang dilakukan sebelum data entry dengan hasil print setelah data entry.

l) Tinjau laporan editorial untuk kesalahan sebelum diterbitkan.

m) Pengecualian melaporkan daftar kasus di mana nilai default ditolak atau outlier dimasukkan.

3) Tinjauan Kinerja

a) Menyiapkan anggaran, prakiraan, standar atau hasil sebelumnya melalui pemeliharaan dokumen.

b) Mengambil tindakan korektif yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja dan/atau merevisi data referensi yang sesuai (anggaran atau standar) di tabel induk.

c) Gunakan laporan untuk membandingkan hasil aktual dengan anggaran, prakiraan, standar, atau hasil sebelumnya.

e. Unsur Pengendalian

Sistem pengendalian internal mencakup struktur organisasi yang terkoordinasi, metode dan tindakan untuk menjaga kekayaan organisasi, memeriksa keakuratan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi, dan mendorong kepatuhan terhadap kebijakan manajemen. Pengertian Sistem pengendalian intern lebih menekankan pada tujuan yang ingin dicapai, daripada elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut.

Untuk mencapai tujuan dari suatu sistem pengendalian intern, ada beberapa unsur yang menjadi ciri utama dari suatu sistem pengendalian intern yang dikemukakan oleh Mulyadi (2016:130), yaitu:

1) Struktur organisasi yang secara jelas memisahkan tanggung jawab fungsional. Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian fungsi dan tanggung jawab unit unit organisasi yang dibentuk untuk menjalankan kegiatan utama perusahaan.

Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi didasarkan pada prinsip prinsip berikut:

a) Fungsi operasi dan penyimpanan harus dipisahkan dari fungsi akuntansi. Fungsi operasional adalah fungsi yang memiliki kewenangan untuk melakukan suatu kegiatan.

Setiap kegiatan perusahaan perlu mendapat persetujuan dari manajer fungsional yang memiliki wewenang untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

b) Suatu fungsi tidak boleh diberikan tanggung jawab penuh untuk melakukan transaksi dengan tahapan.

2) Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang memadai untuk aset, kewajiban, pendapatan dan pengeluaran. Dalam sebuah organisasi, setiap transaksi hanya didasarkan pada otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui transaksi yang akan terjadi. Oleh karena itu, dalam suatu organisasi harus dibuat suatu sistem yang mengatur pemberian hak otorisasi untuk setiap pelaksanaan transaksi. Sistem otorisasi akan menjamin produksi dokumen akuntansi yang andal, menjadikannya input yang andal untuk proses akuntansi.

3) Praktik yang sehat dalam menjalankan tanggung jawab dan fungsi masing masing unit organisasi. Pendekatan yang biasanya diambil perusahaan dalam menciptakan praktik kesehatan adalah:

a) Menggunakan formulir nomor urut tercetak yang penggunaannya harus menjadi tanggung jawab pihak yang berwenang. Karena formulir adalah alat yang mengizinkan pelaksanaan transaksi, pengendalian penggunaannya dengan menggunakan nomor seri yang dicetak akan memungkinkan tanggung jawab pelaksanaan transaksi ditentukan.

b) Audit tanpa pengumuman (Unannounced audits). Inspeksi mendadak dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang diinspeksi, dan waktunya tidak teratur.

Jika suatu organisasi melakukan inspeksi mendadak terhadap kegiatan utamanya, ini akan mendorong karyawan untuk melakukan tugasnya sesuai dengan aturan yang ditetapkan.

c) Setiap transaksi tidak boleh dilakukan oleh satu orang atau satu unit organisasi dari awal sampai akhir tanpa ada intervensi dari orang atau unit organisasi lain. Karena setiap transaksi dilakukan dengan campur tangan individu atau unit organisasi, maka dilakukan review internal atas kinerja tanggung jawab masing masing unit organisasi terkait. Setiap unit organisasi kemudian akan mengadopsi praktik praktik yang sehat dalam menjalankan tanggung jawabnya.

d) Rotasi jabatan secara berkala dapat menjaga independensi pejabat dalam menjalankan tugasnya dan menghindari kolusi.

e) Harus mengambil cuti untuk karyawan yang memenuhi syarat. Karyawan kunci perusahaan harus mengambil cuti yang menjadi hak mereka. Pada masa cuti tersebut jabatan pegawai tersebut untuk sementara digantikan oleh pegawai lain, sehingga apabila terjadi kecurangan di departemen diharapkan pegawai yang menggantikan sementara tersebut dapat mengungkapkannya.

f) Secara teratur mencocokkan aset fisik dengan catatan mereka. Untuk memelihara aset organisasi dan untuk memeriksa keakuratan dan keandalan catatan akuntansinya, perlu untuk secara teratur memeriksa atau merekonsiliasi aset fisik dengan catatan akuntansi yang terkait dengan aset tersebut.

g) Pembentukan unit organisasi yang bertugas memeriksa efektivitas elemen lain dari sistem pengendalian internal.

Unit organisasi ini disebut unit pengendalian intern atau pemeriksa intern. Agar efektif dalam menjalankan tugasnya, unit pengendalian intern ini tidak boleh menjalankan fungsi operasi, fungsi penyimpanan, dan fungsi akuntansi, serta harus melapor langsung kepada manajemen puncak (direktur utama). Adanya unit pengendalian intern dalam perusahaan akan menjamin

efektifitas unsur unsur sistem pengendalian intern, sehingga aset perusahaan akan terjamin keamanannya dan terjamin keakuratan dan keandalan data akuntansinya.

4) Karyawan yang kualitasnya sesuai dengan tanggung jawabnya. Betapapun bagusnya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur penyimpanan catatan, dan cara cara di mana mereka dirancang untuk mempromosikan praktik yang baik, semuanya tergantung pada orang yang menerapkannya.

Unsur kualitas pegawai merupakan unsur terpenting dalam sistem pengendalian intern. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, elemen pengendalian lainnya dapat ditekan seminimal mungkin, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan akuntabilitas keuangan yang andal. Karyawan yang jujur dan terampil dalam bidang tanggung jawabnya akan dapat melaksanakan pekerjaannya secara efisien dan efektif, meskipun hanya ada beberapa elemen sistem pengendalian internal yang mendukungnya.

f. Prosedur Pengendalian

Menurut Horngren et al., (2011:236), ada beberapa prosedur pengendalian, yaitu:

1) Praktek rekrutmen dan pemisahan tugas yang cerdas. Dalam perusahaan dengan pengendalian internal yang baik, tidak ada pekerjaan penting yang luput dari perhatian. Semua orang dalam rantai informasi itu penting. Tautan harus dimulai dengan

Mempekerjakan Orang. Pemeriksaan latar belakang harus dilakukan pada pelamar kerja. Pelatihan dan pengawasan yang tepat, bersama dengan membayar upah yang kompetitif, akan membantu memastikan bahwa semua karyawan cukup kompeten untuk melakukan pekerjaan mereka.

2) Memantau perbandingan dan kepatuhan. Tidak ada satu orang atau departemen yang dapat menyelesaikan proses transaksi dari awal sampai akhir tanpa pemeriksaan silang oleh orang atau departemen lain. Karyawan departemen harus membandingkan catatan setoran tunai harian Bendahara dengan total tagihan yang diposting ke rekening pelanggan individu dan departemen akuntansi. Untuk memverifikasi catatan akuntansi dan memantau kepatuhan terhadap kebijakan perusahaan, beberapa perusahaan melakukan audit, termasuk kontrol mereka.

3) Catatan yang cukup. Catatan akuntansi memberikan informasi rinci tentang transaksi bisnis. Aturan umumnya adalah bahwa semua kategori utama transaksi harus didukung oleh salinan kertas atau catatan elektronik.

4) Akses terbatas. Kebijakan perusahaan harus membatasi akses ke aset kepada individu atau departemen dengan tanggung jawab kustodian. Personil bendahara harus membatasi akses ke uang tunai. Semua catatan manual perusahaan harus dikunci dan catatan elektronik harus dilindungi kata sandi.

Hanya orang yang berwenang yang dapat mengakses catatan tertentu.

5) Persetujuan yang sesuai. Tidak ada transaksi yang dapat dilakukan tanpa persetujuan umum atau khusus dari manajemen. Semakin besar jumlah transaksi, persetujuan yang lebih spesifik harus diperoleh. Untuk transaksi individu kecil, manajemen dapat mendelegasikan persetujuan ke departemen khusus.

2. Anggaran Belanja Operasional

Anggaran belanja operasi adalah anggaran untuk seluruh pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya dalam satu tahun. Indikator penyusunan anggaran belanja operasional berulang perusahaan adalah sebagai berikut (Kasmir, 2010):

a. Anggaran Biaya Tetap (Fixed Cost Budgeting) adalah anggaran biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh perubahan aktivitas perusahaan. Artinya biaya tetap tidak berubah jika aktivitas perusahaan bertambah atau berkurang.

b. Anggaran biaya variabel (Variable Cost Budgeting) adalah jenis penganggaran biaya, yang besarnya bervariasi secara profesional seiring dengan perubahan volume produksi. Artinya jika produksi meningkat maka biaya variabel meningkat dan sebaliknya.

c. Anggaran Biaya Semi Variabel adalah anggaran biaya dengan bagian tetap yang ukurannya tidak dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan, dan bagian variabel yang besarnya dipengaruhi oleh

perubahan aset perusahaan. Biaya semi variabel termasuk insentif, perawatan mesin, dll.

3. Biaya Pemeliharaan

Pemeliharaan (Maintenance) menurut Assauri (2004:95) adalah kegiatan merawat atau memelihara suatu fasilitas/peralatan dan melakukan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan guna mencapai kondisi operasi yang memuaskan sesuai dengan yang direncanakan. Sedangkan pemeliharaan menurut Prasetyo (2017) adalah suatu kegiatan agar peralatan atau barang dapat terpelihara sesuai dengan kinerja aslinya dan Tindakan yang diperlukan untuk memulihkan atau menyimpan item dalam status yang dapat digunakan.

Pemeliharaan merupakan salah satu kegiatan pendukung yang dirancang untuk menjamin kelangsungan fungsional sistem sehingga dapat digunakan pada kondisi yang diharapkan pada saat dibutuhkan.

a. Jenis jenis Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan perusahaan dapat Ada dua jenis, sebagai berikut:

1) Preventive Maintenance (pemeliharaan preventif) adalah kegiatan perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah kerusakan yang tidak disengaja dan kondisi atau situasi yang dapat menyebabkan kerusakan fasilitas produksi pada saat digunakan dalam operasi perusahaan. Kegiatan pencegahan di dalam perusahaan meliputi:

a) Routine Maintenance (pemeliharaan rutin) adalah kegiatan yang dilakukan secara rutin. Misalnya, membersihkan

fasilitas peralatan, melumasi atau memeriksa oli, dan memeriksa kandungan bahan bakar dapat mencakup inspeksi sebelum mesin digunakan dalam produksi sepanjang hari.

b) Periodic Maintenance (perawatan rutin) adalah perawatan secara berkala atau dalam jangka waktu tertentu. Misalnya melepas alat, memasukkan dan melepas silinder atau membongkar mesin.

2) Corrective Breakdown Maintenance menurut Assauri (2008:135) adalah kegiatan perawatan atau pemeliharaan yang dilakukan setelah suatu fasilitas atau peralatan mengalami kerusakan sehingga tidak dapat dioperasikan.

Perbaikan akibat kerusakan yang disebabkan oleh kegagalan melakukan pemeliharaan preventif, tetapi sampai waktu tertentu terhadap fasilitas atau peralatan yang ada. Oleh karena itu, kebijakan pemeliharaan korektif saja dan tidak ada pemeliharaan preventif akan berakibat menghambat atau menghentikan kegiatan produktif yang digunakan (Reksohadiprodjo, 2001:137).

b. Tujuan Pemeliharaan

Tujuan utama dari pemeliharaan adalah sebagai berikut (Assauri, 2008:145):

1) Kapasitas produksi dapat memenuhi permintaan sesuai dengan rencana produksi.

2) Menjaga kualitas pada tingkat yang sesuai untuk memenuhi persyaratan.

3) Mencapai biaya perawatan serendah mungkin dengan melakukan kegiatan perawatan secara keseluruhan secara efektif dan efisien.

4) Hindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan pekerja.

5) Bekerja sama dengan fungsi utama perusahaan lainnya untuk mencapai tujuan perusahaan.

c. Keuntungan Melakukan Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

1) Peralatan dan mesin dapat digunakan untuk jangka waktu yang lebih lama.

2) Aktivitas produksi menggunakan perangkat ini akan berjalan lancar karena kerusakan menjadi minimal.

3) Kemungkinan kerusakan serius dapat dikurangi.

4) Biaya peralatan dapat dikurangi karena, melalui perawatan, kerusakan peralatan atau mesin secara keseluruhan dapat dihindari.

B. Tinjuan Empiris

Penelitian terdahulu penting untuk menggambarkan efek samping dari pemeriksaan masa lalu dan membandingkannya dengan penelitian yang dilakukan, mengenai eksplorasi masa lalu dipaparkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1

Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian

1 Fatin Amirah

2 Zofia

Academic keuangan di sektor publik membawa sejumlah

4 Ibrahim Aliyu

mana kinerja keuangan

7 Ballav Niroula,

risiko terkait penipuan mana yang paling penting bagi organisasi; dan manajemen telah menerapkan mekanisme untuk mitigasi risiko kritis yang mungkin timbul dari

10 Dahlia (2017)

Perum DAMRI sebagai perusahaan jasa transportasi tentunya harus memelihara kendaraan atau armadanya yang merupakan sumber penghasilan perusahaan. Agar pengelolaan keuangan dalam hal ini pembelanjaan pemeliharaan kendaraan dapat efisien dan efektif, diperlukan suatu alat yang berfungsi untuk memastikan hal tersebut berjalan sesuai dengan tujuan sebelumnya yaitu adanya sistem pengendalian internal sebagai alat yang berfungsi untuk mengelola organisasi secara memadai. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan dalam suatu organisasi dilakukan secara tertib, terkendali, dan efisien serta efektif. Komitmen manajemen dalam menerapkan sistem pengendalian internal akan berpengaruh pada pengelolaan keuangan.

Suatu sistem mampu mencapai tujuannya jika unsur unsur yang menyusunnya saling berkaitan dan saling berhubungan satu sama lain. Unsur unsur sistem pengendalian internal yaitu struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab, sistem otorisasi dan prosedur pencataan, praktik yang sehat,

serta tingkat kecakapan karyawan. Selanjutnya penulis akan membandingkan pengendalian internal menurut perusahaan dan juga menurut teori, apakah sudah tepat sesuai dengan prinsip kewajaran pengendalian internal.

Berdasarkan gagasan pokok diatas, kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Biaya Pemeliharaan Kendaraan Perum Damri

Cabang Makassar

Unsur-unsur SPI:

1. Struktur Organisasi yang memisahkan tanggung jawab 2. Sistem Otorisasi dan Prosedur

Pencataan 3. Praktik yang Sehat

4. Tingkat Kecakapan Karyawan

Gambaran Pengendalian Internal Menurut Perusahaan

Perbandingan

Temuan Penelitian

Gambaran Pengendalian Internal Menurut Teori

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dimana penelitian dimulai dengan mengumpulkan dan menyaring semua informasi yang masuk secara menyeluruh dan rinci kemudian dideskripsikan agar diperoleh gambaran yang jelas.

B. Fokus Penelitian

Deskripsi sistem dan prosedur pengeluaran belanja pemeliharaan kendaraan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi atau objek penelitian dilakukan di Perum DAMRI Cabang Makassar yang beralamat di Jl. Perintis Kemerdeaan, Daya, Kecamatan Biringkanaya, kota Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilakukan dalam waktu dua bulan mulai dari bulan April hingga Mei 2022.

D. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data yang diperoleh dengan mengumpulkan sejumlah keterangan atau fakta melalui wawancara dengan pimpinan dan karyawan Perum DAMRI.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui studi pustaka, karya ilmiah, dan sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan sistem pengendalian internal pada belanja pemeliharaan kendaraan pada Perum DAMRI Cabang Makassar.

E. Informan Penelitian

Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah informan yang mengetahui, memahami, dan berwenang dalam prosedur pemeliharaan kendaraan Perum DAMRI Cabang Makassar diantaranya yaitu:

1. 1 (satu) orang Manajer Keuangan 2. 1 (satu) orang Manajer Teknik F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan penulis dengan memulai beberapa tahap diantaranya yaitu:

1. Wawancara Langsung/Interview

Penulis melakukan tanya jawab secara langsung dengan beberapa karyawan sehubungan dengan pengambilan data tentang objek yang diteliti sehingga data yang diperoleh merupakan data yang akurat dan dapat dipercaya.

2. Observasi Lapangan

Pengumpulan data dengan mengamati sistem pengendalian internal dalam pembelanjaan pemeliharaan kendaraan pada Perum DAMRI Cabang Makassar. Pengamatan ini dilakukan untuk melengkapi data yang diperlukan dan sebagai bahan informasi atas data penelitian.

3. Dokumentasi

Yaitu dilakukan melalui pencatatan dan pengcopyan atas data data untuk mendapatkan data sekunder yang mendukung penelitian ini.

G. Metode Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif yang diangkat dari instrumen penelitian dengan menggunakan transkip wawancara dan transkip dokumentasi.

Dengan mengumpulkan data secara kualitatif yang telah diperoleh

Dengan mengumpulkan data secara kualitatif yang telah diperoleh

Dokumen terkait