• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS DI DALAM

B. Tinjauan Umum Tentang Pemilik Manfaat (Beneficial

Istilah beneficial ownership berasal dari istilah dalam common law. Dalam common law, terdapat dua bentuk kepemilikan atas properti, yaitu legal dan beneficial.

Kepemilikan secara legal yaitu ketika kepemilikan tersebut dapat dipindahkan, dicatat, didaftarkan atas nama pihak tertentu. Sedangkan secara beneficial lebih menggambarkan jenis kepemilikan dari suatu pihak yang berhak atas penggunaan dan manfaat dari properti meskipun pihak tersebut tidak memiliki kepemilikan secara legal.147

Pada umumnya, penerima penghasilan adalah orang yang memiliki harta.

Akan tetapi, dalam praktik bisnis, orang yang memiliki harta secara formal (legal owner) dimungkinkan bukan sebagai penerima penghasilan yang sebenarnya (beneficial ownership). Meskipun orang tersebut memiliki harta secara formal (legal

147 Anthony Tiono dan R. Arja Sadjiarto, Penentuan Beneficial Owner Untuk Mencegah Penyalahgunaan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda, Jurnal Tax & Accounting Review, Vol. 3, No. 2, 2013, hlm.3.

title), namun ia tidak memiliki kewenangan atas harta berikut penghasilan yang timbul karena secara subtansi orang tersebut bukanlah pemilik harta yang sebenarnya.

Beneficial ownership adalah orang atau individu yang menikmati atau mendapat manfaat dari penggunaan harta dan penghasilan. Beneficial ownership diperkenalkan untuk membedakan antara orang yang memiliki hak atau kekuasaan atas harta untuk dipakai dan dinikmati sendiri dengan orang yang memiliki harta untuk digunakan dan dinikmati orang lain.148

Menurut Black Law Dictionary: “Beneficial Owner is the actual owner of

securities and the rightful recipient of the benefits accorded; the beneficial owner is often different from the title holder (generally a financial institution holding the securities on behalf of clients)". Jika diterjemahkan menjadi Beneficial Owner adalah pemilik sebenarnya dari sekuritas dan penerima yang berhak atas manfaat yang diberikan;

pemilik manfaat sering berbeda dari pemegang hak (umumnya lembaga keuangan yang memegang surat berharga atas nama klien).149

Dalam sejarah Organisation for Economic Co-operation and Development Model Tax Convention (“OECD MTC”), istilah beneficial ownership diperkenalkan pertama kali pada tahun 1977. Istilah beneficial ownership muncul pada Pasal 10 (Dividend), 11 (Interest) dan 12 (Royalty), dalam upaya memberikan batasan yang jelas

148 Fajar Malvinas, Mahdi Syahbandir, dan Syarifuddin, Analisis Tentang Beneficial Owner Dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Indonesia – Belanda Dalam Sengketa Banding PT Indoesat, Tbk. di Pengadilan Pajak (Analysis of Beneficial Owner in Agreement on Avoidance of Double Taxation Between Indonesia and The Netherland in Dispute of PT Indosat at Tax Court), Syiah Kuala Law Journal, Vol. 2(2), 2018, hlm. 276-277.

149 Michael Nugroho Widjaja, op.cit., hlm. 10.

tentang pihak yang dapat dianggap sebagai penerima fasilitas tarif pajak yang lebih rendah di negara sumber atas penghasilan dividen, bunga, dan royalti. Pada saat itu, OECD MTC 1977 tidak memberikan definisi apapun terhadap istilah tersebut. Namun demikian, dalam paragraf 12 OECD MTC 1977 commentarries on Article 10 (dividend), diberikan penegasan bahwa terminologi beneficial ownership tidak meliputi agen maupun nominee,150 yang berbunyi sebagai berikut:

“The limitation of tax in the State of source is not available when an intermediary, such as an agent or nominee, is interposed between the beneficiary and the payer, unless the beneficial owner is a resident of the other Contracting State.”151

Secara spesifik disebutkan bahwa fasilitas pengurangan tarif pajak di negara sumber tidak dapat diberikan apabila dalam transaksi pembayaran penghasilan dividen, bunga, royalti tersebut terdapat pihak perantara seperti agen dan nominee, kecuali bila beneficial ownership tersebut merupakan penduduk (resident) dari negara lain dalam perjanjian (resident of the other contracting state).

OECD membagi tiga jenis pemilik dan penerima manfaat sebenarnya:152

150 Leonard Pandapotan Sinaga, Prinsip Keterbukaan Beneficial Owner (BO) Perusahaan Terbuka Terhadap Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), Tesis, Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2019.

151 OECD, Model Double Taxation Convention on Income and Capital 1977,

https://www.oecd-ilibrary.org/taxation/model-double-taxation-convention-on-income-and-capital_9789264055919-en, diakses pada tanggal 3 Maret 2020.

152 Kusrini Purwijanti dan Iman Prihandono, Pengaturan Karakteristik Beneficiary Owner di Indonesia, Notaire, Vol. 1, No. 1, 2018, hlm. 63.

a) dalam sebuah perusahaan, BO adalah pemegang saham (shareholder) atau anggota;

b) dalam sebuah kerja sama (partnership), BO adalah pihak partner baik yang sifatnya terbatas maupun umum;

c) dalam sebuah trust atau foundation, BO adalah pendiri.

Menurut Vogel, sebagaimana dikutip oleh Rachmanto Surahmat, beneficial ownership didefinisikan sebagai mereka yang mempunyai hak untuk menentukan apakah suatu modal atau kekayaan harus dimanfaatkan bagi orang lain, atau menentukan bagaimana hasil dari modal atau kekayaan itu dimanfaatkan. Sedangkan, menurut Herman L. J. yang dikutip oleh Meyer berpendapat bahwa beneficial ownership adalah kepemilikan yang tidak hanya sebatas terdaftar secara hukum sebagai pemilik, melainkan memiliki hak untuk mengambil keputusan akan apa yang akan dilakukan terhadap benda yang dikuasai itu.153

Di Indonesia, istilah beneficial ownership pertama kali diperkenalkan dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-04/PJ.34/2005 tentang Petunjuk Penetapan Kriteria “Beneficial Owner” Sebagaimana Tercantum Dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Antara Indonesia Dengan Negara Lainnya yang telah ditetapkan pada tanggal 7 Juli 2005. Dalam beleid tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan beneficial owner adalah pemilik yang sebenarnya dari penghasilan berupa dividen, bunga dan / atau royalti baik wajib pajak perorangan maupun wajib

153 Anthony Tiono dan R. Arja Sadjiarto, loc. cit.

pajak badan, yang berhak sepenuhnya untuk menikmati secara langsung manfaat penghasilan-penghasilan tersebut.

Selain itu, pengertian beneficial ownership dapat dijumpai pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 22 / POJK.04 / 2014 Tentang Prinsip Mengenal Nasabah Oleh Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal.154 Beneficial ownership juga dijelaskan dalam pasal 1 ayat 20 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 12 / POJK.01 / 2017 Tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan. Dalam Peraturan OJK tersebut, pemilik manfaat (beneficial owner) adalah setiap orang yang:

a) berhak atas dan/atau menerima manfaat tertentu yang berkaitan dengan rekening Nasabah;

b) merupakan pemilik sebenarnya dari dana dan/atau efek yang ditempatkan pada penyedia jasa keuangan (ultimately own account);

c) mengendalikan transaksi Nasabah;

d) memberikan kuasa untuk melakukan transaksi;

e) mengendalikan korporasi atau perikatan lainnya (legal arrangement); dan/atau f) merupakan pengendali akhir dari transaksi yang dilakukan melalui badan hukum

atau berdasarkan suatu perjanjian.

Beneficial ownership mengacu pada orang (natural person) yang pada akhirnya memiliki atau mengendalikan pelanggan dan/atau orang yang atas nama

154 Lihat Pasal 1 ayat 10, Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) adalah setiap pihak baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perjanjian atau melalui cara apapun:

a. berhak atas dan/atau menerima manfaat tertentu yang berkaitan dengan:

1 rekening efek pada penyedia jasa keuangan di sektor pasar modal; atau 2. hubungan usaha dengan penyedia jasa keuangan di sektor pasar modal;

b. merupakan pemilik sebenarnya dari dana dan/atau efek pada penyedia jasa keuangan di sektor pasar modal (ultimate account owner);

c. mengendalikan transaksi nasabah;

d. memberikan kuasa untuk melakukan transaksi; dan/atau e. mengendalikan nasabah non orang perseorangan.

transaksi sedang dilakukan. Ini juga termasuk orang-orang yang menjalankan kontrol yang paling efektif atas orang atau pengaturan hukum. Referensi untuk “pada akhirnya memiliki atau mengendalikan” dan “kontrol tertinggi yang efektif” mengacu pada situasi dimana kepemilikan / kontrol dilakukan melalui suatu rantai kepemilikan atau dengan cara mengendalikan pihak lain (kontrol secara tidak langsung). Beneficial ownership adalah orang (natural person) yang pada akhirnya mendapat manfaat yang diperoleh dari kepemilikan efek yang menguntungkan, dan/atau memiliki kekuatan untuk mengendalikan/pengaruh terhadap hak suara yang melekat pada saham tersebut (walaupun jika secara hukum, saham tersebut secara dokumen atas nama orang lain / dipegang oleh orang lain).155

Sampai saat ini, pemerintah terus berupaya menciptakan transparansi atas beneficial ownership pada korporasi. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2018 tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat Dari Korporasi Dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (“Perpres No. 13/2018”) dan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 15 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenali Pemilik Manfaat Dari Korporasi (“Permenkumham No. 15/2019”).

Peraturan tersebut diterbitkan dengan maksud dan tujuan guna mencegah dan

155 Kusrini Purwijanti dan Iman Prihandono, loc. cit., hlm. 63-64.

memberantas tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana pendanaan terorisme berdasarkan informasi mengenai pemilik manfaat (beneficial ownership) yang akurat.

Berdasarkan isi pasal 1 ayat 2 Permenkumham No. 15/2019, pemilik manfaat adalah orang perseorangan yang dapat menunjuk atau memberhentikan direksi, dewan komisaris, pengurus, pembina, atau pengawas pada korporasi, memiliki kemampuan untuk mengendalikan korporasi, berhak atas dan/atau menerima manfaat dari korporasi baik langsung maupun tidak langsung, merupakan pemilik sebenarnya dari dana atau saham pada suatu korporasi dan/atau memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa beneficial ownership adalah pihak yang memiliki hak untuk menikmati suatu kekayaan dan hasil yang timbul dari kekayaan itu, dapat dengan bebas menggunakan kekayaan yang dikuasainya, memiliki kontrol, dan menanggung resiko atas kekayaan yang dikuasainya tanpa perlu adanya pengakuan secara legal.156

C. Perlunya Pengungkapan Pemilik Manfaat (Beneficial Ownership) Pada