• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEDUDUKAN NOTARIS DALAM MENGUNGKAPKAN

B. Keterkaitan Prinsip Pengungkapan Pemilik Manfaat

1. Tinjauan Umum Tentang Sumpah Jabatan dan Rahasia

Sebelum menjalankan jabatannya, notaris wajib mengucapkan sumpah / janji menurut agamanya di hadapan menteri atau pejabat yang ditunjuk. Sumpah / janji sebagaimana dimaksud berbunyi sebagai berikut:182

"Saya bersumpah/berjanji:

a) bahwa saya akan patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang Jabatan Notaris seria peraturan perundang-undangan lainnya.

b) bahwa saya akan menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, saksama, mandiri, dan tidak berpihak.

c) bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Notaris.

d) bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya.

e) bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama atau dalih apa pun, tidak pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapa pun."

182 Lihat isi Pasal 4 UUJN

Terkait dengan isi sumpah jabatan notaris maka amanah untuk mejalankan rahasia jabatan notaris mempunyai korelasi yang sangat kuat dengan hak ingkar notaris terutama di dalam menentukan hal-hal mana notaris harus mempergunakan hak ingkarnya. Dalam sumpah jabatannya seorang notaris menyatakan dengan tegas bersumpah untuk menjaga kerahasiaan aktanya dan seluruh keterangan yang diperolehnya selama melaksanakan jabatannya.183

Sebagai jabatan kepercayaan, notaris wajib merahasiakan isi akta dan segala keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatannya. Hal ini sejalan dengan sumpah jabatan yang diucapkan sebelum Notaris melaksanakan jabatannya, sebagaimana ditegaskan dalam pasal 4 UUJN mempunyai arti sebagai pejabat yang dalam menjalankan jabatan dituntut professional di bidangnya yaitu membuat keterangan atau membuat akta sebagai alat bukti tertulis yang mempunyai tugas dan fungsi sosial pula.184

Pelaksanaan notaris sebagai jabatan kepercayaan dimulai ketika calon notaris disumpah atau mengucapkan janji berdasarkan agama masing-masing sebagai notaris. Sumpah atau janji sebagai notaris mengandung makna yang sangat dalam yang harus dijalankan dan mengikat selama menjalankan tugas jabatan sebagai notaris.

Sumpah atau janji tersebut mengandung dua hal yang harus dipahami yaitu:

183 Elisabeth, op. cit., hlm. 69.

184 AA. Andi Prajipto, Pengetahuan Praktis Tentang Apa Dan Siapa Notaris di Indonesia, Putra Media Nusantara, Surabaya, 2010, hlm.29.

a) Notaris wajib bertanggung jawab kepada Tuhan karena sumpah atau janji yang diucapkan berdasarkan agama masing-masing dengan demikian artinya segala sesuatu yang dilakukan notaris dalam menjalankan tugas jabatannya akan diminta pertanggung jawabannya dalam bentuk yang dikehendaki Tuhan.

b) Notaris wajib bertanggung jawab kepada negara dan masyarakat artinya negara telah memberi kepercayaan untuk menjalankan tugas negara dalam bidang hukum perdata yaitu dalam pembuatan alat bukti berupa akta yang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna dan kepada masyarakat yang telah percaya bahwa notaris mampu memformulasikan kehendaknya kedalam bentuk akta notaris, dan percaya bahwa notaris mampu menyimpan atau merahasiakan keterangan atau ucapan yang diberikan di hadapan notaris.185

Di dalam Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN menyatakan dengan tegas kewajiban notaris yaitu merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain. Dalam hukum acara pidana, ketentuan dalam Pasal 170 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menyebutkan:

(1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.

185 Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administrasi Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, PT Rafika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 84.

(2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.

Terkait dengan kewajiban seorang notaris untuk menjaga kerahasiaan aktanya serta yang mana juga dinyatakan dalam sumpah jabatan notaris maka secara umum seorang notaris wajib untuk menjaga isi dan keterangan yang diperoleh selama pembuatan akta notaris kecuali diperintahkan lain oleh undang-undang bahwa notaris tidak wajib merahasiakan dan memberikan keterangan yang diperlukan berkaitan pembuatan akta tersebut.186 Dengan demikian hal ini menjadi celah hukum atas kemungkinan dibukanya kerahasiaan akta oleh seorang notaris yaitu dengan pembatasan hanya undang-undang saja yang dapat memerintahkan notaris untuk membuka rahasia isi akta dan keterangan/pernyataaan yang diketahui notaris yang berkaitan dengan pembuatan akta dimaksud.187

Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan, atau memberitahukan isi akta, grosse akta, salinan akta atau kutipan akta, kepada orang yang berkepentingan langsung pada akta, ahli waris, atau orang yang memperoleh hak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Apabila notaris melanggar ketentuan tersebut, maka notaris dapat dikenai sanksi berupa:188

a) peringatan tertulis;

b) pemberhentian sementara;

c) pemberhentian dengan hormat; atau

186 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, PT Rafika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 89.

187 Elisabeth, op. cit., hlm. 70.

188 Lihat isi Pasal 54 UUJN.

d) pemberhentian dengan tidak hormat.

Selain itu, di dalam Pasal 322 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana juga ada diatur terkait kewajiban kerahasiaan yang berbunyi sebagai berikut:

1) Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpan karena jabatan atau mata pencariannya, baik yang sekarang maupun dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak sembilan ribu Rupiah.

2) Apabila kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

Terkait sampai sejauh mana kewajiban seorang notaris untuk menjaga aktanya GHS Lumban Tobing menyatakan sebagai berikut:189

“Jabatan yang dipangku oleh notaris adalah jabatan kepercayaan dan justru karena itu seseorang bersedia mempercayakan sesuatu kepadanya dan sebagai seorang kepercayaan notaris berkewajiban untuk merahasiakan semua apa yang di beritahukan kepadanya selaku notaris sekalipun ada sebagian tidak dicantumkan dalam akta notaris tidaklah bebas untuk memberitahukan apa yang diberitahukan kepadanya selaku notaris oleh kliennya pada waktu diadakan pembicaraan pembicaraan sebagai persiapan untuk pembuatan suatu akta. Kewajiban untuk merahasiakan, selain diharuskan oleh undang-undang juga oleh kepentingan notaris sendiri. Seorang notaris yang tidak dapat membatasi dirinya akan mengalami akibatnya di dalam praktek, ia akan segera kehilangan kepercayaan publik dan ia tidak lagi dianggap sebagai orang kepercayaan.”

Apabila seorang notaris telah disumpah sesuai dengan Pasal 4 UUJN mengenai sumpah jabatan notaris dan Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN mengenai

189 G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta,1996, hlm. 49

kewajiban notaris merahasiakan isi akta, melanggar sumpahnya itu maka notaris dapat dikenakan sanksi, sebagaimana yang telah disebutkan di atas yaitu antara lain pemberhentian sementara, pemberhentian secara hormat, pemberhentian secara tidak hormat, dikenakan denda ataupun dipidana penjara.

2. Keterkaitan Prinsip Pengungkapan Pemilik Manfaat (Beneficial Ownership) Dengan Kewajiban Notaris Untuk Merahasiakan Akta Berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN)

Akta notaris mempunyai peranan penting untuk menciptakan kepastian hukum. Sebelum menjalankan jabatannya notaris terlebih dahulu harus melakukan sumpah jabatan. Dalam sumpah jabatan tersebut notaris berjanji untuk merahasiakan isi akta yang dibuatnya semata-mata untuk melaksanakan perintah Undang-Undang untuk kepentingan para pihak.190 Oleh karena itu, berdasarkan isi pasal 54 UUJN, seorang notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan, atau memberitahukan isi akta, grosse akta, salinan akta, atau kutipan akta kepada pihak yang berkepentingan langsung terhadap akta seperti, ahli waris, atau orang yang memperoleh hak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

Notaris berperan besar dalam mengungkapan beneficial ownership atau kepemilikan manfaat. Notaris adalah salah satu pihak pelapor yang wajib melaporkan transaksi keuangan mencurigakan kepada PPATK dan wajib menerapkan prinsip

190 Kristina Siahaan, Kewajiban Notaris Dalam Merahasiakan Isi Akta Dikaitkan Dengan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2016.

mengenali pengguna jasa. Penerapan prinsip ini meliputi kewajiban notaris untuk mengetahui pemilik manfaat dari korporasi maupun perikatan lainnya. Pada satu sisi, kewajiban penerapan prinsip tersebut dianggap penting dan harus ditegakkan dalam rezim pemberantasan pencucian uang, terorisme dan berbagai tindak pidana lainnya.

Namun pada sisi yang berbeda, hal ini masih menyisakan ruang perdebatan. Selain menambah beban kerja notaris, kewajiban tersebut dipandang tidak memiliki dasar pengaturan yang jelas serta bertentangan dengan UUJN, khususnya mengenai rahasia jabatan.191

Kewajiban notaris untuk merahasiakan isi akta yang dibuatnya bukan hanya dapat dijumpai pada UUJN. Kewajiban ini juga ditegaskan di dalam kode etik notaris yang mengatur mengenai hal-hal yang harus ditaati oleh seorang notaris dalam menjalankan jabatannya dan juga di luar menjalankan jabatannya. Baik sumpah jabatan notaris maupun kode etik notaris, keduanya memuat tentang rahasia jabatan yang dimiliki oleh notaris. Seperti yang dijelaskan diatas, notaris sebagai jabatan kepercayaan wajib untuk menjaga rahasia yang dipercayakan orang yang menggunakan jasa notaris kepadanya.192

Namun demikian terkait dengan peran notaris sebagai pihak pelapor dalam TPPU yang dilaksanakan berdasarkan PP No. 43/2015 dengan menerapkan prinsip mengenal pengguna jasa berdasarkan Permenkumham No. 9/2017 dinilai bertentangan

191 Detania Sukarja, Peranan Notaris Dalam Pengungkapan Beneficial Ownership Di Indonesia, Universitas Sumatera Utara: Magister Kenotariatan, hlm. 2.

192 Kristina Siahaan, op. cit., hlm. 31.

(kontradiktif) dengan ketentuan seorang notaris untuk menjaga kerahasiaan aktanya seperti yang diatur dalam peraturan jabatan notaris. Dua hal yang saling berlawanan dimana seorang notaris wajib menjaga kerahasiaan aktanya berdasarkan profesi serta sumpah jabatannya, namun di sisi lain pemerintah meminta notaris untuk membuka kerahasiaan akta tersebut.

Ketentuan mengenai kewajiban seorang notaris untuk merahasiakan segala sesuatu yang terkait dengan isi dan keterangan mengenai akta yang dibuatnya, melahirkan ketentuan tentang hak ingkar (verschoningsrecht) seorang notaris yang dapat diterapkan apabila seorang notaris ketika diminta untuk menjadi saksi di persidangan dan / atau tidak berbicara di persidangan berkaitan dengan masalah hukum akta yang dibuat notaris.193 Hak ingkar digunakan oleh notaris untuk melindungi akta-akta yang dibuatnya. Notaris sebagai seorang pejabat mempunyai rahasia jabatan yang wajib dijaga dan dipertahankan oleh notaris berdasarkan undang-undang. Hak ingkar bukan saja merupakan suatu hak tetapi lebih kepada suatu kewajiban yang harus dilakukan untuk melindungi baik itu profesi notaris sendiri dan lebih mengkhusus lagi untuk melindungi para pihak di dalam akta.194

Bagi notaris, hak ingkar juga merupakan kewajiban karena apabila dilanggar akan terkena sanksi menurut Undang-Undang. Notaris dalam menjalankan jabatannya, yang perlu dirahasiakan bukan hanya apa yang tercantum dan tertuang

193 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, cetakan IV, PT Refika Aditama Bandung, 2014, hlm.89.

194 Ni Luh Putu Sri Purnama Dewi, I Dewa Gde Atmadja, I Gede Yusa, Hak Ingkar Notaris Sebagai Wujud Perlindungan Hukum, Jurnal Ilmiah Parodi Magister Kenotariatan, 2017, hlm. 154.

dalam akta yang dibuat di hadapannya, akan tetapi juga apa yang diketahui dan diberitahukan dalam rangka pembuatan akta. Tidak disimpannya rahasia dimaksud dapat dikenakan hukuman pidana (gevaar voor strafrechtelijke verordeling).195 Oleh karena itu notaris yang merupakan sebagai seorang pejabat umum yang memiliki kewenangan untuk membuat akta otentik memiliki kewajiban untuk menyimpan keterangan dan pernyataan para pihak, kecuali ada undang-undang yang menentukan lain.

Transparansi atas beneficial ownership diperlukan guna mencegah TPPU, terorisme dan berbagai tindak pidana lainnya. Pada pasal 17 UU TPPU mengatur 16 kategori penyedia jasa keuangan dan 5 kategori penyedia jasa barang dan / atau jasa lainnya yang wajib melaporkan transaksi keuangan mencurigakan kepada PPATK.

Namun, UU TPPU tidak secara eksplisit mengatur profesi notaris selaku pelapor transaksi keuangan mencurigakan. Ketentuan yang mengatur bahwa notaris merupakan salah satu pihak pelapor transaksi keuangan mencurigakan baru dapat ditemukan pada PP No. 43/2015 yang merupakan perpanjangan dari UU TPPU. Adapun transaksi keuangan mencurigakan yang dimaksud adalah:

a. Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari pengguna jasa yang bersangkutan;

b. Transaksi keuangan oleh pengguna jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib

195 Freddy Harris dan Leny Helena, op. cit., hlm. 134.

dilakukan oleh pihak pelapor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang;

c. Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau

d. Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh pihak pelapor karena melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.

Selain itu, pada Permenkumham No. 9/2017, juga diatur ketentuan bahwa notaris wajib memperoleh informasi terkait pemilik manfaat (beneficial ownership) pada korporasi melalui pengumpulan informasi atas orang perseorangan yang mengendalikan dan/atau menerima manfaat dari korporasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut di atas dapat dilihat bahwa notaris merupakan salah satu profesi gatekeeper yang harus dapat mengenali beneficial ownership pada suatu korporasi dan melaporkan setiap transaksi keuan gan mencurigakan. Dalam proses pendirian badan usaha saat ini, baik berbentuk PT, Yayasan, Perkumpulan, Koperasi, CV atau Firma, telah terdapat kolom “Pemilik Manfaat” dalam formulir terkait yang harus diisi oleh notaris pada saat pendaftaran.

Selain itu, notaris saat ini juga diwajibkan melakukan pendaftaran aplikasi Gathering

Report Information Processing System (GRIPS) sebagai sarana pelaporan transaksi keuangan mencurigakan kepada PPATK.196

Perlu dilihat bahwa yang menjadi persoalan adalah ketidakjelasan payung hukum yang mendasari notaris sebagai pelapor transaksi keuangan mencurigakan dan kewajiban bagi notaris untuk menerapkan prinsip mengenali pengguna jasa. Pada UUJN telah diatur bahwa notaris wajib merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah / janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain. Hal ini berarti hanya dalam hal ada undang-undang yang menentukan lain maka notaris dapat mengeyampingkan kewajiban tersebut. Sedangkan ketentuan terkait notaris selaku pelapor transaksi keuangan mencurigakan bukan diatur di dalam UU TPPU melainkan diatur di dalam PP 43/2015. Sama halnya dengan kewajiban notaris untuk menerapkan prinsip mengenal pengguna jasa yang diatur di dalam Permenkumham No. 9/2017 bukan diatur melalui undang-undang. Padahal “undang-undang” yang seharusnya dapat ‘menentukan lain’ atau menjadi lex specialis terhadap ketentuan tersebut adalah UU TPPU. Namun dalam hal ini yang mengenyampingkan ketentuan rahasia jabatan dalam UUJN adalah PP 43/2015 dan Permenkumham No. 9/2017 yang berdasarkan teori hierarki peraturan perundang-undangan, Peraturan Pemerintah ataupun Peratuan Menteri berada pada urutan yang lebih rendah daripada undang-undang sehingga tidak dapat mengenyampingkan undang-undang sebagai peraturan yang lebih tinggi.

196 Detania Sukarja, op. cit., hlm. 19.

Dengan demikian apabila diamati dari sistematika hierarki peraturan perundang-undangan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan maka peraturan terkait ketentuan notaris sebagai pelapor dan penerapan prinsip mengenali pengguna jasa oleh notaris tersebut tidak dapat dijalankan secara efektif karena kedudukan peraturan pemerintah dan peraturan menteri tidak setara dengan undang-undang dan adanya ketentuan perundang-udangan yang mengatur mengenai kewajiban notaris untuk merahasiakan akta yang dibuatnya. Oleh karenanya apabila kewajiban pelaporan transaksi keuangan mencurigakan dan penerapan prinsip mengenali pemilik manfaat tersebut hendak dijalankan secara efektif oleh notaris maka seyogyanya peraturan tersebut diatur melalui undang-undang sebagaimana diamanatkan oleh UUJN.

C. Kedudukan Notaris Dalam Mengungkapkan Pemilik Manfaat (Beneficial