• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian Anak

Anak dan generasi muda adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena anak merupakan bagian dari generasi muda. Selain anak, di dalam generasi muda ada yang disebut remaja dan dewasa.

Masa kanak-kanak dibagi menjadi tiga tahap, yaitu masa bayi umur 0 – menjelang 2 tahun, masa kanak pertama umur 2 – 5 tahun dan masa kanak-kanak terakhir antara umur 5 – 12 tahun.39

Anak merupakan harapan bangsa dan apabila sudah sampai saatnya akan menggantikan generasi tua dalam melanjutkan eoda kehidupan negara, dengan demikian, anak perlu dibina dengan baik agar mereka tidka salah dalam kehidupannya kelak.40

Secara umum dekatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.

Defenisi anak sendiri terdapat banyak pengertiannya, pengertian tersebut terdiri dari beberapa peraturan yang berlaku di Indonesia, diantaranya yaitu:

1. Menurut UU No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

Pasal 1 angka 2 UU No. 4 Tahun 1979 menentukan:

Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun atau dan belum pernah menikah.

2. Menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 UU No. 23 Tahun 2002 menentukan:

39 Gatot Supramono, op.cit., hlm. 1.

40 Maidin Gultom, op.cit., hlm. 68-69.

15

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

3. Menurut Konvensi Tentang Hak-Hak Anak

Pasal 1 Konvensi tentang Hak-Hak Anak menentukan:

Untuk tujuan-tujuan Konvensi ini, seorang anak berarti setiap manusia dibawah umur 18 (delapan belas) tahun, kecuali menurut undang-undang yang berlaku pada anak, kedewasaan dicapai lebih awal.

4. Menurut UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

b. Hak-Hak Anak

Anak mempunyai hak-hak yang melekat pada diri anak tersebut yang telah diatur, karena hak-hak anak tersebut harus dilindungi dan dijaga agar berkembang secara wajar. Landasan hukum yang digunakan dalam melaksanakan pemenuhan hak-hak anak tersebut diatur dalam:

1. Pada tanggal 20 November 1959 Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mensahkan Dekalrasi tentang hak-hak anak. Dalam Mukadimah Deklarasi ini, tersirat bahwa umat manusia berkewajiban memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Deklarasi ini memat 10 (sepuluh) asas tentang hak-hak anak;41

2. UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Perkawinan, dijumpai pengaturan hak dan perlindungan hak anak;

3. Pasal 2 UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak;

4. Pasal 66 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

5. Hak-hak anak yang diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan.

2. Eksploitasi Anak

1. Pengertian Eksplotasi Anak

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), pengertian eksploitasi adalah pemanfaatan untuk keuntungan sendiri, penghisapan, pemerasan atas diri orang lain yang merupakan tindakan tidak terpuji. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan anak, yang dimaksud denegna anak adalah seseorang yang berusia di bawha 21 Tahun dan belum menikah, sedangkan menurut Undang-Undang 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Undang-undang tersebut menyatakan, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun, belum meikah, dan temasuk anak yang masih di dalam kandungan (berarti segala kepintingan yang mengupayakan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak berada di dalam kadnungan hingga berusia 18).

Adapun usaha perlindungan anak harus diterapkan sebaik mungin, karena perlindungan anak merupakan cerminan dari adanya keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum dalam suatu masyarakat. Memperhatikan dan menanggulangi masalah perlindungan anak merupakan suatu kewajiban bersama-sama oleh setiap

17

orang anggota masyarakat dan pemerintah apabila igin berhasil melakukan pembangunann nasional dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Adapun yang dimaksud dengan eksploitasi anak oleh orangtua atau pihak lainnya, yaitu menempatan, membiarkan, melakukan, atau seksula terhadap anak (Pasal 66 ayat 3 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Eksploitasi Anak). Jelaslah bahwa eksploitasi anak merupakan tindakan tidak terpuji, karena tindakan eksploitasi anak telah merampas hak-hak anak, seperti mendapatkan kasih sayang dari orangtua, pendidikan yang layak, dan sarana bermain yang sesuai dengan usianya. Selain itu, eksploitasi pada anak dapat berdampak pada gangguan fisik maupun psikologi anak. Gangguan pada anak juga dapat berdampak panjang pada masa depan anak yang kurang dapat membedakan antara yang benar dan yang salah karena rendahnya tingkat pendidikan anak yang dieksploitasi.

b. Bentuk-Bentuk Eksploitasi Anak42

1. Eksploitasi Fisik

Eksploitasi fisik adalah penyalahgunaan tenaga anak untuk dipekerjakan demi keuntungan orangtuanya atau orang lain seperti menyuruh anak bekerja dan menjuruskan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya belum dijalaninya.

2. Eksploitasi Sosial

Eksploitasi sosial adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan emosional anak.

3. Eksploitasi Seksual

Eksploitasi seksual adalah keterliban anak dalam kegiatan seksual yang tidak dipahaminya. bisnis prostitusi.

3. Tindak Pidana

Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana yaitu strafbaarfeit walaupun istilah ini terdapat dalam Wvs Belanda, tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaarfeit itu.

Menurut Adam Chazawi (2002: 70) mengemukakan:

“Strafbaarfeit itu dikenal dalam hukum pidana, diartikan sebagai delik, peristiwa pidana, dan tindak pidana. Strafbaarfeit terdiri dari 3 (tiga) kata yaitu straf, baar, dan feit. Straf diartikan sebagai pidana dan hukum, baar diartikan sebagai dapat dan boleh. Sedangkan feit diartikan sebagai

tindak, peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan. Bahasa inggrisnya adalah delict. Artinya, seutu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman (pidana).”

19

Pengertian tindak pidana adalah tindakan yang tidak hanya dirumuskan oleh KUHP.43 Istilah tindak pidana sebagai terjamahan dari strafbaarfeit menunjukkan pengertian gerak-gerik tingkah laku seseorang.

Para sarjana Indonesia mengistilahkan strafbarfeit itu dalam arti yang berbeda, diantaranya Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana, yaitu :

“perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa larangan tersebut”44

Istilah tindak pidana ini timbul dan berkembang dari pihak Kementrian Kehakiman yang sering dipakai dalam perundang-undangan meskipun lebih pendek dari pada perbuatan, akan tetapi tindak pidana menunjukkan kata yang abstrak seperti perbuatan, tetapi hanya menunjukkan hal yang konkrit.45