• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Hakekat Hasil Belajar

2. Tipe Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai oleh pelajar menggambarkan usaha yang dilakukan guru dalam memfasilitasi dan menciptakan kondisi kegiatan belajar mereka. Dengan kata lain tujuan usaha guru diukur dengan hasil belajar mereka. Untuk mengetahui seberapa jauh tujuan tercapai, guru perlu mengetahui tipe hasil belajar yang dicapai melalui kegiatan belajar.

Sistem pengajaran di sekolah mengelompokkan tujuan pendidikan dalam tiga bidang, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Segi kognitif ini memiliki enam taraf diantaranya: pengetahuan(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan(aplikasi), analisis,sintesis dan evaluasi.

1) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan mencakup berbagai hal baik umum ataupun khusus, hal-hal yang bersifat factual,dan pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu di ingat kembali seperti metode, hokum, rumus dan lain-lain. ciri utama kognitif ini adalah ingatan, untuk memperoleh dan menguasai pengetahuan yang baru pelajar perlu mengingat dan menghafal. Cara yang di gunakan adalah dengan mengulang pelajaran itu dengan teknik yang lazim di sebut dengan jembatan keledai. Tipe hasil belajar ini adalah syarat untuk menguasai hasil belajar yang lain.

2) Pemahaman (comprehension)

Pemahaman lebih tinggi satu tigkat dari pengetahuan yang sekedar hafalan, karena pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna dari suatu konsep, maka diperlukan adanya hubungan antara konsep dan makna yang ada di dalamnya. Pemahaman dapat di golongkan menjadi tiga : a) penerjemahan yaitu kesanggupan memahami makna yang terkandung dalam suatu obyek, b) penafsiran yaitu membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, c) pemahaman ekstrapolasi yaitu memperluas wawasan.

3) Penerapan (aplikasi)

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan abstraksi dalam suatu situasi konkret.dalam aplikasi terdapat konsep, teori, hokum ,rumus dan lain-lain, dapat

pula di sebut aplikasi bukan keterampilan motorik tetapi lebih pada keterampilan mental.

4) Analisis

Analisis adalah kesanggupan mengurai suatu integritas (kesatuan uyang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti sehingga hirarkinya menjadi jelas. Analisis ini menunjukkan hasil belajar yang kompleks yang memanfaatkan tipe hasil belajar sebelumnya.

5) Sintesis

Sintesis adalah lawan dari analisis. Jika analisis menekankan kesanggupan mengurai suatu integritas menjadi unsur-unsur yang bermakna, maka sintesis

adalah kesanggupan menyatukan unsure menjadi satu integritas.atau

menghubungkan potongan menjadi pola yang sebelumnya tidak nampak menjadi jelas.

6) Evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan criteria yang dipakainya. Evaluasi ini menekankan pertimbangan suatu nilai mengenai baik buruk benar dan salah.

Melalui evaluasi berarti siswa telah menggunakan tipe hasil belajar yang di kategorikan paling tinggi yang terkandung dalam semua tipe hasil belajar diantaranya pengetahuan, pemahaman, aplikasi analisis dan sintesis sehingga siswa dapat menentukan dan mempertimbangkan sesuatu hal baik atau buruk.

Segi Afektif dapat digolongkan menjadi lima yaitu : Memperhatikan (Receiving/attending), Merespons (Responding), Menghayati nilai (Valuing), Mengorganisasikan, Menginternalisasi nilai.

1) Memperhatikan (Receiving/attending)

Taraf yang pertama ini berkenaan dengan kepekaan pelajar terhadap rangsangan fenomena yang datang dari luar.taraf ini di bagi lagi tiga kategori yaitu kesadaran akan fenomena, kesediaan menerima fenomena, dan perhatian yang terkontrol atau terseleksi terhadap fenomena.

2) Merespons (responding)

Pada taraf ini pelajar lebih dari sekedar memperhatikan fenomena ia sudah memiliki motivasi yang cukup sehingga siswa dapat memperhatikan dan bereaksi terhadap rangsangan. Sehingga siswa dapat menjawab stimulus dari luar.

3) Menghayati nilai (Valuing)

Pada taraf ini pelajar sudah menghayati dan menerima nilai, perilaku sudah cukup konsisten, sehingga dapat di katakana bahwa pelajar di pandang sebagai orang yang sudah menghayati nilai.

4) Mengorganisasikan

Pada taraf ini pelajar mengembangkan nilai-nilai ke dalam satu system organisasi, dan menentukan hubungan satu nilai denngan nilai yang lain, sehingga menjadi satu system nilai.Termasuk dalam proses organisasi ini adalah memantapkan dan memprioritaskan nilai-nilai yang telah di milikinya. Nilai-nilai itu terdapat dalam berbagai situasi pelajaran, terutama sejarah dan agama.

Pada taksonomi afektif tertinggi ini, nilai-nilai yang di miliki pelajar telah mendarahdaging serta mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Dengan demikian ai sudah dapat di golongkan sebagai orang yang memegang nilai.

Taksonomi hasil belajar afektif ditemukan oleh Krthwohl (Winkel 1996:242;Sudjana, 1990:29-30; Subiono, 1987:23-26; Gronlund dan Linn, 1990:508; Suciati,2001:2001:19;). Kratwohl membagi hasil belajar menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

c) Segi Psikomotorik

Segi psikomotorik dapat diurai ke dalam taraf-taraf : persepsi, kesiapan(set), gerakan terbimbing (respons terbimbing), gerakan terbiasa (respons mekanistis), gerakan(respon) kompleks.

1) Persepsi

Taraf pertama dalam melakukan kegiatan motorik ialah menyadari obyek, sifat, atau hubungan-hubungan melalui alat indra. Taraf ini mencakup kemampuan menafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan dan mendiskriminasikan rangsangan taraf ini merupakan bagian utama dalam rangkaian situasi yang menimbulkan kegiatan motorik.

2) Kesiapan (set)

Pada taraf ini terdapat kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau untuk bereaksi terhadap sesuatu kejadian menurut cara tertentu. Kesiapan mencakup tiga aspek yaitu intelektual, fisis, dan emosional. Karena pada taraf ini

terlihat tindakan seseorang bahwa ia sedang berkonsentrasi dan menyiapkan diri secara fisis maupun mental.

3) Gerakan Terbimbing (respons terbimbing)

Pada taraf ini yang di tekankan adalah kemampuan-kemampuan yang merupakan kemampuan kompleks, gerakan terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat teramat, yang terjadi karena di bimbing oleh individu lain.

4) Gerakan terbiasa (respons mekanistis)

Pada taraf ini pelajar mempunyai kemampuan dan terampil melakukan suatu perbuatan di dalam dirinya sudah terbentuk kebiasaan untuk memberi respon sesuai dengan jenis-jenis perangsang dan situai yang di hadapi.

5) Gerakan (respon) komplek

Pada taraf ini pelajar dapat melakukan perbuatan motoris yang kompleks, karena pola gerakan ini yang di tuntut memang sudah kompleks, perbuatan itu dapat dilakukan secara lancar,luwes,supel,gesit atau lincah, dengan menggunakan tenaga dan waktu yang sesedikit mungkin. Taraf terahir ini masih dapat dikembangkan dengan keterampilan menyesuikan diri dan bervariasi. lebih tinggi dari itu muncul kreativitas untuk berinisiatif dan menciptakan sesuatu yang baru.

Sebagai pengajar hendaklah guru memperhatikan ketiga ranah tersebut diantaranya kognitif,efektif, dan psikomotorik, hal ini perlu di lakukan agar hasil belajar dapat tercapai dengan baik, jika guru hanya mengutamakan aspek kognitif saja tanpa mempertimbangkan aspek afektif dan spikomotorik maka tumbuh kembang anak tidak seimbang sehingga hasil belajar yang diinginkan tidak akan tercapai.

Bentuk penilaian ketiga ranah ini memiliki perbedaan, menurut Sudjana (2009:67), kuisioner dan wawancara pada umumnya di gunakan untuk menilai aspek kognitif seperti pendapat atau pandangan seseorangserta harapan dan aspirasinya di samping aspek afektif dan perilaku individu. Sedangkan skala di gunakan untuk menilai aspek afektif seperti skala sikap dan skala minat serta aspek kognitif seperti skala penilaian. Observasi pada umumnya di gunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku individu atau proses kegiatan tertentu. Studi kasus untuk memperoleh data yang komprehensif mengenai kasus-kasus tertentu dari individu, terutama hubungan sosialnya. Catatan komulatif di gunakan untuk memperoleh data dan informasi yang mendalam dan menyeluruh mengenai individu yang di lakukan secara terus menerus sehingga di peroleh data dan informasi yang komprehensif. Kelebihan nontes dari tes adalah sifatnya yang lebih konprehensif, artinya dapat di gunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dari individu sehingga guru tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.

C. Hakekat Pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)