• Tidak ada hasil yang ditemukan

192458878 Upaya Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Kata Hubung Link Word Method

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "192458878 Upaya Guru Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Kata Hubung Link Word Method"

Copied!
249
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR IPS MELALUI METODE KATA-HUBUNG

(LINK WORD METHOD )

( PTK Di SMP Kasih Ananda Kelapa Gading Jakarta Utara )

TESIS

Diajukan Kepada Universitas Islam Jakarta ( UIJ ) untuk memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam

Konsentrasi Menajemen Pendidikan Islam M.Pd.I Oleh :

Anik Retnowati, S.Pd NIM : 5109037 NIRM:009.01.12.1957

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM JAKARA

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi

penghuni di permukaan bumi ini senantiasa berhadapan dengan dimensi waktu,

ruang dan berbagai bentuk kebutuhan serta berbagai bentuk peristiwa baik dalam

skala individual maupun skala berkelompok. Di era masyarakat global manusia

senantiasa mengalami perubahan besar setiap saat dan setiap waktu untuk itulah di

perlukan disiplin ilmu yang mampu menjawab tantangan masyarakat yang selalu

berubah dan berkembang terus menerus.

Berkenaan dengan sebagian dari hakekat manusia tersebut dan kemudian

di hadapkan dengan berbagai disiplin ilmu sosial, maka terdapat relasi, relevansi,

dan fungsi yang cukup signifikan apabila dimensi ruang (permukaan bumi)

dengan segala fenomenanya sangat relevan menjadi kajian obyek (bahan) kajian

geografi. Sedangkan demensi manusia baik dalam skala individual ataupun skala

kelompok (masyarakat dan satuan sosial lainnya) sangat relevan menjadi bahan

kajian/telaah disiplin sosiologi dan spikologi sosial. Kemudian dimensi waktu dan

peristiwa-peristiwa yang di alami manusia dari waktu ke waktu sangat relevan

menjadi obyek kajian bagi disiplin ilmu sejarah, sedangkan dimensi kebutuhan

yang senantiasa memiliki karakteristik/sifat keterbatasan ekonomi sangat tepat

menjadi obyek kajian bagi disiplin ilmu ekonomi.

Pengetahuan sosial sebagai suatu mata pelajaran menjadi wahana dan alat

(3)

tengah atau di hadapan orang lain dan masyarakat? Masyarakat apakah yang saya

miliki? Persyaratan-persyaratan apakah yang diperlukan diri saya untuk menjadi

anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa? Apakah artinya menjadi

masyarakat bangsa dan dunia? Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat

berubah dari waktu ke waktu yang berikutnya?

Pertanyaan di atas perlu dijawab oleh setiap orang terutama generasi muda

dan jawabannya telah disediakan dalam Pengetahuan Sosial secara sistematis dan

komprehensif. Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan bagi

keberhasilan transisi dan kehidupan kanak-kanak menuju kehidupan dewasa dan

dalam rangka membentuk karakter bangsa yang sesuai dengan prinsip dan

semangat kebangsaan. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan

semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

yang berdasarkan pada Pancasila dan Konstitusi Negara Indonesia perlu

ditularkan secara terus menerus untuk pemahaman yang mendalam tentang

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Peserta didik dituntut untuk memahami seperangkat fakta, peristiwa,

konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia

untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya

berdasarkan pada pengalaman masa lalunya yang dapat dimaknai untuk masa kini,

dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.

Maka tujuan dari pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah agar peserta

didik mampu mengembangkan pengetahuan dasar kesosiologian, keekonomian,

(4)

pemecahan masalah, keterampilan sosial. Membangun komitmen dan kesadaran

terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Meningkatkan kemampuan kompetensi dan

bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun

slaka international.

Fakta, peristiwa dan generalisasi yang terdapat dalam Pengetahuan Sosial

berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial dan

kewarganegaraan peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan

masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia.

Peserta didik dituntut untuk mengetahui tentang fakta, peristiwa konsep

dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku manusia baik skala individual

ataupun skala kelompok maka untuk memenuhi tuntutan tersebut aktivitas

menghafal sangat diperlukan untuk ketercapaian intelektual sesuai dengan

kurikulum yang berlaku. Sebab tanpa menghafal peserta didik tidak akan mungkin

dapat memahami peristiwa, konsep generalisasi perilaku manusia baik secara

individual ataupun secara kelompok.

Beberapa sumber akademik maupun sumber-sumber populer telah sepakat

bahwa kemampuan dalam mengingat merupakan hal yang mendasar dalam

efektifitas intelektual. Menghafal dan mengingat merupakan aktifitas aktif yang

cukup menantang. Aktivitas menghafal sebenarnya selalu muncul sepanjang hidup

kita di saat lahir dunia artefak dan kejadian-kejadian yang baru telah tersaji di

hadapan kita. Kita bertugas untuk memisah-misahkannya dan mengingat

(5)

sebelum kita. Kita dituntut untuk mempelajari kata-kata dan menghubungkannya

dengan obyek, kejadian, tingkah laku, dan kualitas yang dihadirkan.

Berdasarkan fakta yang telah tersaji di atas maka menghafal merupakan

aktivitas penting bagi peserta didik, saat mengkaji dimensi ruang (permukaan

bumi) contoh benua, maka peserta didik harus belajar nama-nama Negara,

fitur-fitur geografisnya, kejadian-kejadian penting dalam sejarahnya agar peserta didik

dapat mengambil pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini,

dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.

Guru memberikan informasi kepada peserta didik tentang obyek-obyek

yang baru sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan, dengan harapan agar

peserta didik dapat memaknai dimensi ruang, waktu dan berbagai bentuk

kebutuhan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya baik skala individu

maupun skala kelompok.

Namun pada kenyataannya peserta didik sangat sulit memaknai

dimensi-dimensi waktu, ruang dan peristiwa,di saat guru memberikan informasi tentang

materi yang di ajarkan kepada peserta didik terdapat sedikit siswa yang

mempunyai kemampuan menghafal yang efektif tetapi terdapat sebagian besar

siswa yang mempunyai kemampuan menghafal yang kurang efektif. Yang

mengakibatkan ketercapaian kurikulum pelajaran Pengetahuan Sosial menjadi

rendah.

Guru mencoba membangkitkan ingatan peserta didik tentang informasi

yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya dengan metode menghafal

(6)

disampaikan. Peserta didik seakan menganggap informasi yang telah diberikan

guru sebagai hal yang remeh, yang tidak terlalu penting untuk diingat kembali,

terlebih jika peserta didik mempunyai anggapan bahwa pelajaran Pengetahuan

Sosial tidak masuk dalam Ujian Nasional.

Kesulitan dalam mengingat kembali informasi atau materi yang telah

disampaikan guru kepada peserta didik baik ilmu geografi, sejarah, ekonomi dan

sosial menjadi kendala kemajuan pendidikan terutama Pendidikan Sosial.

sehingga rendahnya mengingat materi yang telah diajarkan dapat mengakibatkan

rendahnya intelektual yang akan menghasilkan peserta didik kurang mampu

dalam mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial

sehingga peserta didik tidak mampu merefleksikannya dalam kehidupan

masyarakat, bangsa dan Negara.

Kesulitan dalam menghafal materi yang telah diberikan guru kepada

peserta didik menjadikan rendahnya prestasi peserta didik, maka sebagai guru

yang professional hendaknya mencermati apa yang terjadi pada peserta didiknya,

dan mencari solusi yang efektif agar peserta didik dapat mencapai standar yang

telah ditetapkan dalam kurikulum.

Penulis mengamati bahwa siswa kelas IX SMP Kasih Ananda yang

berdomisili di Jalan Pegangsaan Dua Kelapa Gading Jakarta Utara mengalami

kesulitan dalam menghafal atau mengingat kembali materi yang diberikan guru

kepada peserta didik, khususnya pada pelajaran Pengetahuan Sosial yang

mengakibatkan peserta didik sangat sulit memahami fakta, konsep dan

(7)

tidak mampu untuk mengembangkan sikap kritis dalam situasi sosial yang timbul

dalam masyarakat.

Untuk mengatasi kesulitan belajar atau kesulitan dalam menghafal, guru

Ilmu Pengetahuan Sosial mencoba mengubah cara menghafal konvensional

dengan menghafal menggunakan metode kata-hubung (Link-Word Method). Guru

mengharapkan cara menghafal menggunakan metode kata-hubung (Link-Word

Method) dapat menjadikan proses menghafal menjadi lebih efektif dan

menyenangkan sehingga siswa lebih banyak menyimpan informasi dalam

memorinya.

Metode kata-hubung (Link-Word Method) telah dikembangkan oleh

Sekolah Tinggi Phoenix jurusan Ilmu Sosial di Negara Amerika. Dalam kajian

Atkinson (1975) menyatakan bahwa “metode kata-hubung ( Link-Word Mentod) sekitar 50 persen lebih efektif dari pada metode hafalan konvensional” namun dalam kajian-kajian berikutnya, metode kata-hubung (Link-Word Method)

ternyata dua kali lebih efisien bahkan lebih (Presley,1997: Presley, Levin, dan

Miller,1981a,1981b). Beliau menyatakan bahwa yang penting, dalam strategi

kata-hubung, siswa lebih mudah menyimpan informasi. Lebih banyak yang

dihafal, lebih banyak kata-link yang digunakan. Sedangkan penelitian yang cukup

lama dilakukan oleh Mastropieri dan Scruggs (1994) beliau telah berhasil

menyelesaikan perangkat-perangkat kata-hubung pada kurikulum dengan

perhatian pada siswa yang bermasalah dalam belajar.

Menghafal dengan menggunakan metode kata-sambung ( Link-Word

(8)

sedang belajar materi baru, dan siswa dapat membuat asosiasi sendiri dalam

melatih hafalannya. Karena pada metode ini terdapat dua komponen dasar yaitu

pertama menyediakan materi yang sudah dikenal dengan dihubungkan pada link

yang berisi obyek-obyek yang tidak dikenal. Kedua siswa menyediakan asosiasi

dalam membangun makna materi baru. Contoh ketika siswa belajar tentang peta

buta timur tengah, terdapat Negara Israel di dalamnya, maka untuk mempermudah

siswa dalam mengingat Negara Israel maka siswa membangun kata link nya

dengan obyek-obyek yang sering di lihatnya, kita ambil contoh dengan obyek “rel

kereta api” maka Negara Israel siswa mengasosiasikannya dengan kata hubung “rel kereta api”.

Dengan metode kata-hubung (Link-Word Menthod) siswa diharapkan

dapat menguasai materi dengan lebih cepat dan dapat menyimpannya lebih lama

karena pada umumnya dengan strategi-strategi yang lebih cermat akan

menemukan kemudahan dalam menghafal materi pelajaran.

Bertolak dari pemikiran di atas penulis melakukan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) hal ini di lakukan untuk mengkaji upaya guru dalam maningkatkan

hasil belajar IPS melalui metode kata- hubung ( Link-Word Method ).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba mengidentifikasi

beberapa masalah yang terjadi pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

yang menjadi sebab rendahnya hasil belajar IPS yang berlangsung di SMP Kasih

(9)

a. Kurangnya respon siswa dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,

dikarenakan Pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial tidak masuk daftar ujian

Nasional

b. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami dimensi ruang, waktu dan

berbagai bentuk kebutuhan dan peristiwa baik skala individu maupun

kelompok

c. Metode mengajaran guru yang konvensional, sehingga murid merasa

bosan

d. Siswa mengalami kesulitan dalam menghafal sehingga siswa tidak dapat

menguasai materi dengan benar.

e. Kemampuan belajar siswa rendah

f. Kurangnya motivasi belajar siswa

g. Belum ditemukan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang

tepat

h. Sarana dan Prasarana yang kurang memadai

i. Kurangnya peran aktif orang tua dalam membimbing siswa belajar di

rumah

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pertimbangan banyaknya masalah penelitian dalam

pembelajaran IPS di kelas IX SMP Kasih Ananda Jakarta Utara dan tanpa

bermaksud mengabaikan masalah-masalah lainnya yang tidak diteliti, maka

peneliti membatasi ruang lingkup penelitian tindakan ini pada penerapan metode

(10)

hubung ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran IPS.

Dikarenakan pelajaran IPS merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu

sosial antara lain sosiologi, geografi, ekonomi, dan sejarah. Maka peneliti

membatasi penelitian hanya pada disiplin ilmu geografi kelas IX, semester I,

Standar Kompetensi: Memahami kondisi perkembangan negara di dunia,

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi cirri-ciri negara maju dan berkembang

dengan Materi Pokok: Persebaran Negara Maju dan Berkembang di Dunia.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah penelitian ini, yakni bagaimana penerapan

metode kata hubung (Link word method) dapat meningkatkan hasil belajar IPS

pada disiplin ilmu georgafi kompetensi dasar pembagian permukaan bumi dan

samudera materi pokok negara-negara di masing-masing kawasan benua kegiatan

pembelajaran mengamati peta negara-negara di kawasan Benua Asia Tenggara.

Maka rumusan masalah ini adalah :

1. Apakah penggunaan metode kata hubung (Link Word Method) dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPS?

2. Bagaimana mengembangkan metode kata hubung (Link Word Method) yang

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPS,

disiplin ilmu geografi ?

E. Tujuan Penelitian

Pembelajaran Pengetahuan Sosial, sangatlah penting bagi siswa karena

dengan mempelajari Pengetahuan Sosial, siswa akan mempunyai kemampuan

(11)

individu maupun skala kelompok serta memaknai masa lalu yang dapat dimaknai

untuk masa kini yang akhirnya siswa dapat mengantisipasi untuk masa yang akan

datang.

Salah satu bentuk peningkatan prestasi siswa, pada pelajaran Pengetahuan

Sosial adalah dengan cara meningkatkan hafalan siswa terhadap materi yang telah

disampaikan guru, namun pada realitanya siswa mengalami kesulitan dalam

menghafal materi-materi yang telah disampaikan dan kesulitan menghafal ini

menyebabkan rendahnya pemahaman siswa terhadap gejala peristiwa yang terjadi

di sekitarnya.

Jika siswa mempunyai hafalan yang efektif, maka akan meningkatkan

prestasi akademik di sekolah khususnya pelajaran di bidang Pengetahuan Sosial

dan meningkatkan pemahaman tentang gejala yang terjadi di sekitarnya baik skala

individu dan kelompok. Siswa mampu memahami fakta, konsep generalisasi

sistem sosial budaya sehingga menghasilkannya untuk bersifat kritis dalam situasi

sosial yang timbul akibat perbedaan yang terjadi di masyarakat, terampil

memperoleh, mengolah, menyajikan informasi geografis, berperilaku rasional dan

manusiawi dalam memanfaatkan sumber daya ekonomi dan mempunyai

kemampuan dalam merekonstruksi masa lalu, memaknai masa kini, dan

memprediksi masa yang akan datang.

Pembelajaran Pengetahuan Sosial sangatlah penting bagi kedewasaan

siswa, membentuk kepribadian siswa, membentuk hubungan antar kelompok,

(12)

pelaku-pelaku ekonomi dan perjalanan sejarah bangsa. Dengan paparan yang telah

disebutkan di atas maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan :

1. Meningkatkan kemampuan pemahaman siswa tentang Pengetahuan Sosial

2. Meningkatkan hasil belajar Pengetahuan sosial siswa kelas IX SMP Kasih

Ananda

3. Membantu siswa agar dapat menjadi penghafal yang efektif dengan metode

kata-hubung ( Link-Word Method ).

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun secara

praktis

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan,

khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama

(SMP) dan pengembangan profesi guru di SMP.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

a. Siswa Kelas IX (SMP) Kasih Ananda.

Bagi siswa SMP Kasih Ananda dapat dijadikan sebagai upaya untuk

mengoptimalkan pengembangan potensi siswa, agar terhindar dari

hambatan-hambatan yang muncul dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya

dalam penghafalkan materi-materi yang diajarkan guru bidang studi IPS pada

materi persebaran negara maju dan berkembang di dunia

(13)

Bagi guru SMP Kasih Ananda dapat dijadikan sebagai salah satu upaya

dalam meningkatkan kompetensi pedagogic dan professional dalam melaksanakan

proses belajar mengajar khususnya bidang Ilmu Pengetahuan Sosial.

c. Kepala Sekolah

Dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan

daya saing SMP Kasih Ananda dengan sekolah-sekolah yang ada di lingkungan

Pegangsaan Dua Kec. Kelapa Gading Jakarta Utara.

d. Orang tua

Bagi orang tua dapat dijadikan sebagai bahan masukan, bekal dan

konstribusi positif terhadap keberhasilan siswa.

e. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai masukan untuk

melaksanakan penelitian lanjutan, khususnya yang terkait dengan penerapan

berbagai strategi pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi dan inovasi

pembelajaran.

(14)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakekat Belajar 1. Pengertian Belajar

Kegiatan belajar sesungguhnya dilakukan oleh semua makhluk yang

hidup, mulai dari bentuk kehidupan yang sederhana sampai yang paling

kompleks.Efektivitas kegiatan belajar tergantung dari tingkat kerumitan jenis

kehidupannya. Manusia sebagai makhuk yang unik melakukan kegiata belajar

dengan cara dan sistem yang unik.

Terdapat berbagai macam tafsiran tentang belajar, bergantung pada

pembuat rumusan itu dan sangat ditentukan oleh aliran atau sistem psikologi yang

dianut, contoh psikologi daya berpendapat bahwa belajar adalah melatih daya

yang dimiliki manusia, dengan melatih daya diharapkan manusia dapat

berkembang berbagai daya yang dimikinya sebagaimana mestinya, seperti daya

ingat, daya rasa, daya fikir dan sebagainya. Pandangan baru belajar merupakan

perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman. Pandangan terakhir

berpendapat belajar merupakan suatu proses, bukan hasil yang hendak dicapai

semata. Proses itu berlangsung melalui serangkaian pengalaman sehingga terjadi

modifikasi pada tingkah laku yang dimiliki sebelumnya. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa proses sebagai alat untuk mencapai tujuan yang di kehendaki

(15)

Terdapat beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli

pendidikan diantaranya :

Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning (1975)

mengemukakan : “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang

terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamannya yang

berulang-ulang dalam situasi itu”. (Atmowidjoyo, 2009: 75)

a. Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa:

“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari

waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami

situasi tadi”. (Atmowidjoyo, 2009:75)

b. Morgan dalam bukunya Introduction to Psikology (1978) mengemukakan :

“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. (Atmowidjoyo,

2009:75)

c. Witherington dalam bukunya Educasional Psichology mengemukakan :

“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri

sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

kepandaian atau pengertian”. (Atmowidjoyo, 2009:75)

d. Howard L.Kingsley mengemukakan : ”Belajar adalah suatu proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau

(16)

e. Skiner yang dikutip dari Dimyati dan Mujiono (2006:9) adalah : ”Belajar adalah suatu perilaku, pada saat belajar, maka responnya menjadi lebih baik

sebaliknya jika tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar

ditemukan adanya kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon

pebelajar, respon pembelajar dan terdapat konsekuensi yang bersifat

menguatkan respon tersebut”. Sebagai ilustrasi perilaku respon si pembelajar

jika ia telah berbuat baik maka diberi hadiah dan jika perilaku buruk maka

diberikan teguran sampai hukuman.

f. Rosyada dengan mengutip pendapat Kochhar menyatakan belajar adalah :

”Sebuah proses yang dengannya memperoleh bentuk perubahan perilaku yang

cenderung terus mempengaruhi model perilaku umum menuju sebuah

peningkatan”. Perubahan perilaku tersebut terdiri dari berbagai proses

modifikasi menuju bentuk permanen, yang terjadi pada aspek perbuatan,

berfikir, sikap dan perasaan.

g. Good dan Brophy dalam bukunya Edukasional Psykology mengemukakan :

”Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat di lihat dengan nyata ,

proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar”. Sehingga dalam belajar diperlukan analisis untuk menemukan

persoalan-persoalan yang terjadi selama kegiatan belajar. (Atmowidjoyo, 2009:75)

Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli terdapat beberapa

elemen yang penting yang mencirikan pengertian belajar, yaitu : dalam belajar

merupakan suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek kepribadian,

(17)

berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan dan sikap di mana perubahan itu

dapat mengarah pada perubahan tingkah laku yang lebih baik atau lebih buruk,

belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman,

perubahan itu relatif mantap dalam kehidupannya.

2. Teori-Teori Belajar

Dalam peoses belajar mengajar perlu diperhatikan beberapa teori belajar

agar belajar dapat menjadi efektif. Sebagai seorang pendidik perlu mencoba

mengajar dengan cara menguatkan bagaimana anak belajar secara internal

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sebagaimana mestinya yang

diharapkan. Terdapat beberapa teori-teori belajar yang paling berpengaruh di

bidang pendidikan selama bertahun-tahun diantaranya : teori belajar aliran

behaviorisme, Piaget dan Vygotsky, teori IQ, multiple intellegences, teori kognitif

dan penelitian otak.

a. Teori Belajar Behaviorisme

Behaviorisme di kembangkan pada tahun 1920-an sampai 1930-an oleh

para psikologi seperti Skiner, Pavlov, dan Thordike. Teori ini masih memiliki

pengaruh yang kuat pada praktik pendidikan, atau teori pendidikan.

Behavioral learning teory menekankan adanya perubahan tingkah laku

sebagai hasil utama proses belajar. Para pakar teori ini berkonsentrasi pada

fenomena yang dapat di observasi secara langsung dengan menggunakan metode

ilmiah yang dipinjam dari ilmu pengetahuan alam. Skiner menganggap semua

(18)

(O’Donohue dan Ferguson, 2001: Hilgard, 1995). Tetapi Bandura (1995)

mengembangkan pandangan mereka dengan memasukkan aspek ekspektasi,

pikiran, motivasi, dan kenyakinan. Belajar merupakan sesuatu yang dilakukan

orang untuk merespon stimuli eksternal. Dimana ketika orang dapat merespons

keadaan tertentu ketika dihadapkan pada suatu kondisi.

Behavioral conditionisional terjadi bila respon terhadap stimulus

diperkuat. Atau terdapat sistem umpan balik sederhana bila reward (hadiah) atau

penguatan mengikuti respon terhadap suatu stimulus. Hadiah dan hukuman

merupakan bagian penting teori belajar behaviorisme konsekuensi yanng

menyenangkan, atau reinforcer, menguatkan perilaku sedangkan konsekuensi

yanng tidak menyenangkan atau punisher dapat memperlemah perilaku. Temuan

Skinner ini masih menjadi dasar bagi banyak sistem manajeman perilaku sekolah

dan bagi banyak penelitian tentang pengajaran efektif (misalnya, Muijs dan

Reynolds, 2003).

Dapat disimpulkan bahwa aliran behaviorisme ini beranggapan bahwa

kesan dan ingatan merupakan kegiatan organisme manusia yang tidak dapat

teramati tetapi kelakuan jasmani dapat teramati, lewat kelakuan itulah dapat

menjelaskan tentang jiwa manusia, melalui kelakuan merupakan jawaban terhadap

stimulus dari luar sehingga belajar dapat diartikan hubungan antara stimulus dan

respon (S-R) hubungan ini dapat diperkuat atau diperlemah bergantung pada

latihan yang diadakan. Sebagai implikasinya dengan mempelajari kelakuan

manusia dapat disusun program yang serasi dan memuaskan.

(19)

Jean Pieget adalah seorang psikolog Swiss yang sebelum perang dunia ke

dua memulai pekerjaannya tentang bagaimana anak berkembang dan belajar. Jika

kaum behaviorisme melakukan observasi menggunakan eksperimen laboratorik

maka Piaget melakukan observasi langsung terhadap anak-anak.

Menurut Pieget, beberapa pengaruh utama perkembangan kognitif

(perilaku dalam bentuk bagaimana anak mengenal alam sekitarnya sepeti

mengamati, memikirkan, mengingat dan mencipta) adalah apa yang diintilahkan

dengan maturation (maturasi, kematangan), activity (aktivitas) Semakin

meningkat kematangan anak semakin meningkatkan kemampuan anak dalam

menghadapi lingkungannya. Yang pada akhirnya dapat menghasilkan perubahan

proses berfikir anak, social transmission (transmisi sosial), belajar dari orang lain,

pada saat anak menghadapi lingkungannya anak akan berinteraksi dengan orang

lain dengan demikian anak akan belajar dengan mereka dengan tingkat belajar

yang berbeda tergantung dari perkembangannya sesuai dengan tahapan-tahapan.

Tahapan sensori motor (0-2) tahap dimana bayi mengenal dunianya dengan

tindakan informasi inderawinya, tahap operasional konkret (7-12) anak mulai

berfikir logis dan sistematik tetapi masih terkait dengan realitas fisik. Tahap

operasional formal (12+) anak mampu membayangkan tentang dunia ideal yang

tidak ada, dan karakteristik lain adalah adanya egosentris remaja. Salah satu

temuan penting dari Piaget adalah tumbuh bukan sekedar berarti tahu lebih

banyak tetapi melibatkan cara berfikir kita.

Vigotsky adalah psikolog Rusia yang bekerja dalam kurun waktu yang

(20)

berkonsentrasi pada cara-cara dimana belajar adalah sebuah proses social. Kita

belajar melalui interaksi dengan orang lain baik yang umurnya sebaya dengan kita

atau pun yang lebih tinggi. Proses ini bekerja melalui scaffolding (penopangan) di

dalam zone of proximal development (ZPD). ZDP adalah gap (kesenjangan)

antara apa yang dapat dilakukan sendiri oleh seseorang dan apa yang dapat

dilakukanya dengan bantuan orang lain yang lebih ahli dibanding dirinya sendiri.

Scaffolding mengacu pada bagaimana orang lain dapat membantu kita

menjembatani kesenjangan. Ide Vygotsky dapat berpengaruh pada program

belajar kolaboratif antara peran guru, orang dewasa dan teman sebaya untuk

meningkatkan hasil belajar. Hal yang ditekankan pada penelitian ini adalah

pentingnya interaksi dengan wakil-wakil budaya yang masih hidup.

c. Teory IQ

Teory IQ merupakan teori yang memiliki pengaruh abadi di bidang

pendidikan. Teori IQ adalah teori IQ (Intellgence Quotient). Teori ini menitik

beratkan pada konsep intelegensi (kecerdasan), yang dilihat sebagai penentu

kemampuan untuk belajar, untuk mencapai prestasi akademik dan untuk

mengambil peran pemimpin di dalam masyarakat. Teori ini mengatakan bahwa

orang memiliki intellgensi umum dasar, yang akan memprediksi seberapa baik

kemampuan mereka untuk belajar dan berprestasi di sekolah (Howe,1997).

Teori IQ ini berkembang pada abad dua puluh dikembangkan oleh

William Stern yang menyatakan bahwa inti kecerdasan dibawa sejak lahir.

Banyak psikologi AS dan Eropa mendukung kesimpulan ini Terman dan Binet

(21)

intelegensi bawaan orang dengan menggunakan metode statistik, Thurstone dan

Spearmen mengembangkan dengan menggunakan analisis faktor. Analisis ini

menggunakan pertanyaan di dalam tes. Pada dasarnya tes yang dilakukan untuk

mengukur sebuah sebuah faktor besar yang si sebut G atau “general intelligence” (integensi umum).

Pada penelitian selanjutnya bahwa IQ dapat dinaikkan melalui intervensi

pendidikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa intelgensi tidak sepenuhnya bawaan

sejak lahir melalui program CASE di Inggris (Adey dan Shayer, 2002). Tetapi

bakat umum dasar mempengaruhi prestasi murid diberbagai pelajaran.

d. Multiple Intelligences

Pencetus teori ini adalah Howard Gardner (1983) dengan diterbitkanya

Frames of Mind. Gardner memiliki pandangan yang berbeda dengan teori IQ

menurutnya, orang tidak punya intelegensi umum tetapi ditandai dengan

serangkaian intelgensi. Jadi dapat dikatakan cerdas secara global. Gardner

(1983-1993) membedakan tujuh macam inteligensi utama yaitu :

a) Visual/spatial intelligence : ini adalah kemampuan untuk mempersepsikan

hal-hal yang bersifat visual kecerdasan ini cenderung berfikir dalam bentuk

gambar dan menciptakan gambaran mental untuk menyimopan informasi.

Mereka cenderung menikmati melihat gambar, grafik, film dan

semacamnya.

b) Verbal/Linguistic intelligence : ini adalah kemampuan untuk menggunakan

kata-kata dan bahasa, mereka memiliki kemampuan autorik yang tinggi atau

(22)

c) Logical/mathematical intelligence : ini adalah kemampuan untuk

menggunakan penalaran, logika, dan angka-angka. Mereka cenderung

berfikir konseptual dalam bentuk logis dan numerik bereka banyak bertanya

dan bereksperimen.

d) Bodily/kinaesthetic intelligence : ini adalah kemampuan untuk mengontrol

gerakan tubuh dan menangani obyek-obyek dengan terampil, mereka

memiliki keseimbangan antara mata dan tanngan. Mereka mampu

mengingat dan memproses informasi.

e) Musical/rhytikmic intelligence : ini adalah kemampuan untuk memproduksi

dan mengapresiasikan musik, mereka cenderung berfikir dalam bentuk

suara, ritme dan pola. Mereka juga sensitif terhadap suara dan mereka juga

bersikap manipulatif.

f) Intrapersonal intelgence : ini adalah kemampuan untuk melakukan

refleksi-diri dan menyadari keadaan batiniahnya senrefleksi-diri. Serta memahami kekuatan

kelemahan dirinya.

g) Interpersonal (Cerdas Bergaul/People Smart) Anak belajar lewat interaksi dengan orang lain. Kecerdasan ini mengutamakan kolaborasi dan

kerjasama dengan orang lain.

h) Naturalis (Cerdas Alam/Nature Smart)Anak senang belajar dengan cara

pengklasifikasian, pengkategorian, dan urutan. Bukan hanya menyenangi

sesuatu yang natural, tapi juga senang menyenangi hal-hal yang rumit.

(23)

Anak belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di sini?” “Untuk apa kita di sini?” “Bagaimana posisiku dalam

keluarga, sekolah dan kawan-kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan kebutuhan untuk belajar.

Pada teori multiple intellgences dapat dikatakan bahwa setiap orang memiliki

semua kecerdasan tersebut tetapi berada pada derajat yang berbeda.

e. Teori Kognitif dan Penelitian Otak

Menurut pandangan ahli psikologi kongnitif bahwa tingkah laku seseorang

senantiasa didasarkan pada kognisi (ingatan) atau tindakan mengenal atau

memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Sehingga peran ingatan sangat

penting dalam proses belajar. Ingatan terdiri dari tiga bagian penting : sensory

buffer, working memory, dan long-term memory.

Ingatan bekerja dengan cara sebagai berikut : pengalaman dicatat dalam

memory buffer (ingatan jangka pendek) kemudian dikonversikan menjadi bentuk

dimana pengalaman itu dipakai dalam working memory dan ingatan jangka

pendek. Sensory buffer dapat mencatat informasi tetapi tidak mampu bertahan

lama melainkan hanya dalam waktu yang singkat, yang sebagian disalurkan pada

working memory (proses berfikir dilakukan). Bagian ingatan ini berisi dari

memory buffer dan ingatan jangka panjang tetapi memiki ingatan yang terbatas

untuk menyimpan informasi, working memory ini berisi informasi yang

digunakan secara aktif pada saat tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa menurut teori kognitif, memorisasi dan

(24)

Penelitian otak, teori ini menunjukkan bahwa otak adalah pembuat pola.

Otak sangat senang mengambil informasi secara acak dan kacau lalu di

tertibkannya. Otak, bila dimungkinkan untuk mengekpresikan perilaku

membentuk polanya, membentuk korehensi dan makna. Maka belajar dapat

diselesaikan dengan baik bila kegiatan belajar yang dikaitkan secara langsung

dengan pengalaman fisik. Implikasi penerapan penemuan ini yang terkait dengan

koherensi dan makna bahwa belajar difasilitasi di dalam sebuah lingkungan

pencelupan total di dalam banyak pengalaman interaktif kompleks yang di

dalamnya termasuk metode-metode pengajaran tradisional sebagai bagian

pengalaman yang lebih besar (Lacky,2003,Kutolak, 1996).

Penelitian otak menunjukkan bahwa otak terus tumbuh dan berubah

sepanjang hidup proses perkembengan ini paling nyata di tahap perkembangan

tertentu, yang dianggap sebagai “jendela kesempatan” untuk belajar. Yaitu pada

masa kanak-kanak karena pada masa ini terjadi proses selektif menguatkan dan

melemahkan berbagai hubungan di dalam otak secara selektif di dalam keadaan

paling intens biasanya terjadi pada usia antara 2 dan 11 tahun, pada periode ini

otak menuntut input-input penstimulusi tertentu dan ekstensif untuk menciptakan

dan mengonsolidasikan berbagai jaringan syaraf, khususnya dalam bidang bahasa,

kontrol emosional dan belajar memainkan musik. Meskipun orang dapat belajar di

luar periode ini, tetapi apa yang diperoleh selama periode “jendela kesempatan” ini krusial bagi apa yang dipelajari selanjutnya (Sousa, 1998).

Penelitian otak adalah bidang yang berkembang pesat di psikologi yang

(25)

adalah kita dapat belajar dengan baik bila kita belajar dengan tertantang tetapi

tidak stres. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa salah satu penemuan

dari penelitian otak ini adalah bahwa otak dapat membentuk pola-pola tertentu,

hal ini mengisyaratkan kepada pendidik bahwa perlu memberikan kesempatan

kepada anak didik untuk menciptakan pola-pola. Penelitian ini pula memberikan

informasi bahwa kita dapat belajar seumur hidup, tetapi masa kanak-kanak awal

merupakan periode kunci dalam mengembangkan kapasitas untuk belajar.

3. Prinsip-Prinsip Belajar

Dalam proses belajar mengajar seorang pendidik hendaklah

memperhatikan prinsip-prinsip belajar agar tujuan pendidikan dapat tercapai

dengan efektif ada beberapa pendapat para pakar pendidikan yang semuanya

mempunyai sudut pandang yang berbeda sesuai dari sudut pandang

masing-masing, prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal (1961) sebagai berikut :

a) Prinsip Kesiapan (Readiness)

Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan

kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat

belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan

belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk

melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah

putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan

fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi,

(26)

Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal

sebagai berikut :

1. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas

yang diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan

latar belakangnya.

2. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti

bila seseorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk

mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.

3. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas,

kemudian tugas itu seyogianya ditunda sampai dapat dikembangkannya

kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan

siswa.

4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya

dua orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat

berbeda dalam pola kemampuan mentalnya.

5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai dengan

faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.

b) Prinsip Motivasi (Motivation)

Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah.

Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan,

mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami

(27)

lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan bukan dihambat

dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak.

Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogianya

kita perhatikan.

1. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan

biologi, soaial dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan

untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.

2. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan

mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan

yang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan

memelihara kesungguhannya dalam belajar.

3. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa.

Contohnya seorang murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa

berubah lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena

keinginan untuk mencapai seauatu.

4. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri,

atau keyakinan diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga

bisa menghadapi masalah.

5. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung

meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau

menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap

(28)

6. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa

sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.

7. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh

terhadap motivasi dan perilaku.

8. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas,

memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan

bukan karena ingin belajar.

9. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila

kesempatan untuk menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi

motivasi dalam mencapai tujuan.

10.Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam

suasana belajar yang memuaskan.

11.Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu

dapat mempertinggi motivasi.

c) Prinsip Persepsi

Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia

memahami situasi. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap

individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain.

Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru akan dapat

memahami murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara

seseorang melihat suatu situasi tertentu.

Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus

(29)

a) Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena setiap

pelajar memiliki lingkungan yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat

lingkungan yang sama dengan cara yang sama.

b) Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan,

pengalaman, kesehatan, perasaan dan kemampuannya.

c) Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya.

Dalam sesuatu situais seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara

ia melihat dirinya sendiri.

d) Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya

sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung

pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak

lain dapat membantu pelajar menilai persepsinya.

e) Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan bagaimana

hal itu dapat dilihat.

f) Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan

sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka.

g) Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi

pandangannya terhadap dirinya.

d) Prinsip Tujuan

Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para

pelajar pada saat proses belajar terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang

hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang

(30)

1. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.

2. Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhan

individu dan masyarakat

3. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi

kebutuhannya.

4. Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai

5. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan

pemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku.

6. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang

dicanangkannya dan yang dapat ia capai.

7. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat

mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa

rendah diri atau prestasinya menurun.

8. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk

para pelajar. Karena guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan

dapat diterima para pelajar.

e) Prinsip Perbedaan Individual

Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang, Proses pengajaran

seyogianya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga dapat

memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya.

Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal

memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu

(31)

menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek

tersebut.

Berkenaan dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu

diingat :

1. Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan

dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas

belajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda.

2. Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogianya dibantu untuk

merenncanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri.

3. Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai

dengan tujuan , minat dan latarbelakangnya.

4. Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan

pengalamannya masa lampau yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiap

pelajar biasanya memberi respon yang berbeda-beda karena memang setiap

orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai pengalamannya.

5. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila

individu tidak merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka

untuk turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar. Manakala para

pelajar memiliki kemerdekaan untuk berpikir dan berbuat sebagai individu,

upaya untuk memecahkan masalah motivasi dan kreativitas akan lebih

meningkat.

6. Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar

(32)

lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan ketidakpuasannya terhadap

belajar.

f) Prinsip Transfer dan Retensi

Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan

menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Apa pun yang dipelajari dalam

suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Proses

tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan seseorang untuk

menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari

dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru.

Berkenaan dengan proses transfer dan retensi ada beberapa prinsip

yang harus kita ingat :

1. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif

untuk mengingat atau menugaskan sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat

meningkatkan retensi.

2. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.

3. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses

belajar itu terjadi. Karena itu latihan seyogianya dilakukan dalam suasana

yang nyata.

4. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar

yang dibagi ke dalam unit-unit kecil waktu dapat menghasilkan proses

belajar dengan retensi yang lebih baik daripada proses belajar yang

berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan oleh struktur-struktur logis

(33)

5. Penelaahan bahan-bahan yang faktual, keterampilan dan konsep dapat

meningkatkan retensi dan nilai transfer.

6. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat

memberikan hasil yang memuaskan.

7. Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan

proses pelupaan hal-hal tertentu. Karena itu bahan-bahan yang tidak

disepakati tidak akan dapat diserap sebaik bahan-bahan yang

menyenangkan.

8. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang

sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap

bahan yang lama dapat terjadi bila bahan baru yang sama yang dituntut.

9. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan

baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara

menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dan dengan memberikan

illustrasi unsur-unsur yang serupa.

10.Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan

bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan

dalam situasi yang agak sama dibuat.

11.Tahap akhir proses seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik

generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan

(34)

g) Prinsip Belajar Kognitif

Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan. Belajar

kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah,

dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku

baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang

berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada

berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif.

1. Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-proses belajar kognitif terjadi. Dalam hubungan ini pelajar

perlu mengarahkan perhatian yang penuh agar proses belajar kognitif

benar-benar terjadi.

2. Hasil belajar kognitif akan bercariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.

3. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar

kognitif.

4. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satauan atau unit-unit yang sesuai.

5. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari konsep amatlah penting . Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat

(35)

6. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai,

menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir

menyebar (divergent thinking).

7. Perhatian terhadap proses mental yang lebih daripada terhadap hasil kognitif dan afektif akan lebih memungkinkan terjadimya proses pemecahan

masalah, analisis, sintesis dan penalaran.

h) Prinsip Belajar Afektif

Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia

menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup

nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin

tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi

dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan,

minat dan sikap individu.

Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam proses belajar afektif.

1. Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif.

2. Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap

situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.

3. Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak

akan melekat sepanjang hayat. Nilai, sikap dan perasaan yang tidak berubah

(36)

4. Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain

dan bukan hasil dari belajar langsung.

5. Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.

6. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku

kelompok.

7. Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang

erat. Pelajar yang memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat belajar

lebih mudah daripada yang memiliki masalah.

8. Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru

dengan kelas.

9. Pelajar dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka

mengenal dan memahami sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap

sikap, perasaan dan frustasi sangat perlu untuk membantu pelajar

memperoleh pengertian diri dan kematangannya.

i) Proses Belajar Psikomotor

Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu

mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek

mental dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan.

1. Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam

kemampuan dasar psikomotor.

(37)

3. Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf

penampilan psikomotor.

4. Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh

kemampuan mengontrol gerakannya lebih baik.

5. Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan

dan memperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat.

6. Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan

penampilan psikomotor individu.

7. Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat

menambah efisiensi belajar psikomotor.

8. Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat

membantu proses belajar psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya

mencakup semua urutan lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa

hanya didasarkan pada faktor waktu semata-mata.

9. Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan

frustasi (keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.

j) Prinsip Evaluasi

Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses

belajar saat ini dan selanjutnya. Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan

bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan. Penilaian

individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi oleh kebebasan untuk

menilai. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan,

(38)

yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya dan hal ini pada

gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai

pengalamannya.

Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan.

1. Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada

pelajar.

2. Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting

bagi pelajar.

3. Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat

dalam evaluasi dan belajar.

4. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru

dan murid saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.

5. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan

guru dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat

memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.

6. Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan

siswa, pola ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.

7. Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.

Selain pendapat di atas terdapat pendapat lain yang dikemukakan oleh

William H. Burton dalam bukunya ”The Guidance of Learning Activities” seperti

yang dikutip oleh Atmowijoyo (2009:82) ia berpendapat bahwa terdapat

(39)

1. Belajar hanya akan berhasil jika siswa melihat tujuan pelajaran itu,

hendaknya tujuan itu di tentukan oleh murid sendiri.

2. Tujuan itu hendaknya timbul dari kehidupan siswa yang berhubungan

dengan kehidupannya

3. Jika tujuan itu bermanfaat bagi siswa ,ia akan tekun dalam menghadapi

rintangan dan kesulitan yang terjadi dalam peoses belajar

4. Hasil pelajaran dapat di lihat dari adanya perubahan pola kelakuan yang

akan berlangsung bagi kehidupan siswa selanjutnya.

5. Proses belajar terutama terdiri dari perbuatan hal-hal yang harus di pelajari

di samping bermacam-macam hal lain yang membantu proses belajar.

6. Kegiatan belajar serta hasilnya berpusat dan berhubungan dengan suatu

tujuan

7. Pelajar bereaksi sebagai keseluruhan, serempak baik secara jasmani, rohani

maupun secara emosional.

8. Siswa itu bereaksi terhadap sebagian dari lingkungan yang mengandung arti

baginya

9. Dalam proses belajar siswa itu di bantu oleh orang-orang di dalam

lingkungannya, agar proses belajar efisien

10.Siswa dapat mengejar tujuan-tujuan lain di samping tujuan utama yang

berhubungan dengan tujuan utama.

Sedangkan prinsip belajar menurut pendapat Abu Ahmadi dalam bukunya

“Teknik Belajar Yang Tepat” (1982) seperti yang dikutip Atmowijoyo (2009:83)

(40)

1. Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar

untuk mencapai tharapan-harapannya

2. Belajar memerlukan bimbingan,baik dari guru atau dari buku pelajaran

3. Belajar memerlukan pemahaman akan hal yang dipelajari sehingga

diperoleh pengertian.

4. Belajar memerlukan latihan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat

dikuasai

5. Belajar adalah suatu proses aktif di mana terjadi saling pengaruh secara

dinamis antara murid dan lingkungannya.

6. Belajar harus disertai keiginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai

tujuan.

7. Belajar dianggap berhasil apabila telah sanggup menterapkan ke dalam

bidang praktek sehari-hari.

Beberapa prinsip belajar di atas dapat menjadi bahan kajian atau

pertimbangan yang harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar agar proses

belajar dapat terarah dengan tepat dan menghasil kan kualitas belajar yang benar

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Siswa

Prinsip-prinsip belajar seperti yang telah dibahas di atas hanya

memberikan petujuk umum tentang belajar. Sehingga prinsip-prinsip belajar tidak

dapat dijadikan sebagai hukum belajar sehingga bersifat mutlak. Jika tujuan

(41)

bagaimana siswa belajar dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi siswa belajar

sehingga guru dapat mengambil strategi pengajaran yang tepat sesuai dengan

kondisi siswa. Terdapat faktor-faktor belajar yang mempengaruhi belajar siswa

seperti yang diungkapkan oleh pakar pendidikan diantaranya :

Faktor-faktor belajar yang dikemukakan oleh (Oemar Hamalik,2007,109)

sebagai berikut :

a) Kegiatan Belajar

Belajar memerlukan banyak kegiatan, seperti melihat, mendengar,

merasakan, berfikir, kegiatan motorik dan kegiatan lainnya, yang bertujuan agar

anak didik memperoleh pengalaman guna meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman, sikap dan nilai serta meningkatkan ketrampilan. Pengajaran

dianggap efektif jika anak bersikap aktif, sedangkan guru bertindak sebagai

pembimbing.

b) Latihan dan Ulangan

Belajar akan lebih mantap jika siswa diberikan latihan secara berkala dan

terbimbing dengan jalan relearning, recalling dan reviewing agar pelajaran yang

terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat

di pahami.

c) Kepuasan dan Kesenangan

Dorongan belajar akan bertambah besar jika belajar itu memberikan

kepuasan kepada siswa. Kepuasan akan tumbuh jika siswa mengetahui kemajuan

belajarnya, sedangkan kegagalan akan memunculkan rasa frustasi yang tidak

(42)

d) Asosiasi dan Transfer

Berbagai pengalaman yang diperoleh baik itu pengalaman lama atau baru,

harus diasosiasikan agar menjadi satu kesatuan. Pengalaman dari satu situasi perlu

diasosiasikan dengan pengalaman dari situasi lain sehingga memudahkan transfer

hasil belajar.

Berkaitan dengan transfer, sering dibahas tiga teori diantaranya :

1) Teori dan disiplin formal. Pembentukan berbagai daya pada manusia dapat

dibentuk melalui latihan akademis.

2) Teori unsur-unsur dan identik ,transfer terjadi jika di antara dua situasi

atau kegiatan terdapat unsur-unsur yang bersamaan

3) Teori Generalisasi, tranfer terjadi jika siswa memiliki pengertian atau

kesimpulan umum

e) Pengalaman Masa Lampau dan Pengertian

Berbagai pengalaman dan pengertian yang telah dimiliki siswa akan

memudahkannya menerima pengalaman baru, pengalaman dan pengertian masa

lampau tersebut menjadi dasar serta pengalaman apersepsi.

f) Kesiapan dan Kesediaan Belajar

Faktor kesiapan turut menentukan hasil belajar, kesiapan di sini

mengandung arti kesiapan mental, sosial, emosional dan fisik. Kesiapan

memudahkan para siswa untuk belajar mencapai keberhasilannya

g) Minat dan Usaha

Kegiatan belajar yang didasari dengan penuh minat akan lebih mendorong

(43)

muncul jika siswa merasa tertarik terhadap berbagai hal yang akan dipelajari, atau

jika siswa menyadari kaitan hal yang dipelajarinya terhadap pertumbuhan dan

perkembangan pribadinya.

h) Fisiologis

Kesehatan dan keseimbangan jasmani siswa perlu mendapat perhatian

sepenuhnya, karena kondisi fissiologis ini sangat berpengaruh terhadap

konsentrasi, kegiatan dan hasil belajar. Keberhasilan atau kegagalan belajar

ditentukan oleh faktor fisiologis siswa itu sendiri.

i) Intelegensi dan Kecerdasan

Kemajuan belajar juga ditentukan oleh tingkat perkembangan intelegensi

siswa seperti cerdas, atau lamban. Maka dalam proses belajar mengajar hendaklah

memperhaikan faktor ini sehingga siswa mampu menyerap materi yang diberikan

guru yang pada akhirnya memberikan hasil belajar yang memadai.

Faktor-faktor belajar di atas perlu mendapat perhatian dan pertimbangan

dalam proses belajar mengajar, agar hasil belajar siswa sedapat mungkin tercapai

sesuai dengan target yang dirumuskan sesuai dengan harapan lembaga pendidikan

yang terkait.

Selain pendapat di atas terdapat pula pendapat para ahli pendidikan seperti

(Atmowidjo,2009:83) menyatakan terdapat faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi belajar siswa diantaranya :

(44)

Faktor internal ini adalah faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi

siswa termasuk fisik maupun mental, misalnya rasa aman, kesehatan, kemampuan,

minat dll. Hal ini ikut menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar.

b) Faktor Ekternal

Faktor ekternal ini adalah faktor yang berasal dari luar siswa seperti alat

pelajaran, ruang belajar dan lain-lain. Serta lingkungan sosial maupun lingkungan

alamiahnya.

Faktor ekternal dapat di bagi sebagai berikut :

1) Lingkungan keluarga yang meliputi :

a) Cara mendidik : jika orang tua dalam mendidik anaknya denngan

penuh kekerasan maka di sekolah kelak akan menjadi anak penakut,

atau jika orang tua dalam mendidik anaknya dengan memanjakannya

maka jika anak sekolah kelak akan cenderung menjadi anak yang tidak

mempunyai tanggung jawab dan takut menghadapi tantangan.

b) Suasana keluarga : Hubungan keluarga sangat berpengaruh terhadap

belajar siswa, jika dalam keluarga terjadi kekakuan dan hubungan

antara keluarga tidak intim maka akan menurunkan semangat belajar

siswa, tetapi jika hubungan antar keluarga terjadi keharmonisan maka

akan menimbulkan semangat dan motivasi belajar siswa.

c) Pengertian Orang tua : Pengertian dari orang tua sangat diharapkan

dalam memotivasi belajar siswa, jika anak terbebani dengan

tugas-tugas rumah yang di berikan orang tua maka akan menimbulkan

(45)

d) Keadaan sosial ekonomi keluarga : Dalam belajar anak membutuhkan

sarana dan prasarana yang terkadang membutuhkan harga yang mahal,

bila keadaan ekonomi tidak memungkinkan maka akan menghambat

belajar anak, namun kendati demikian anak sedapat mungkin harus

diberikan pengertian. Agar semua kendala dapat teratasi.

e) Latar belakang kebudayaan : Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam

keluarga mempengaruhi sikap belajar siswa, untuk itu maka sangatlah

di perlukan memberikan contoh atau menanamkan

kebiasaan-kebiasaan baik kepada anak agar mendorong semangat belajar anak.

2) Lingkungan Sekolah yang meliputi :

a) Interaksi guru dan murid : jika dalam berinteraksi antara guru dan

murid kurang harmonis maka dapat menyebabkan terhambatnya proses

belajar mengajar siswa, hal ini disebabkan siswa merasa jauh dengan

guru sehingga siswa enggan untuk berpartisipasi langsung dalam

belajar.

b) Cara Penyajian : Dibutuhkan inovasi dalam mengajar agar dapat

melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, jika guru hanya

menggunakan metode ceramah dalam belajar maka siswa cenderung

untuk pasif dalam belajar, siswa cenderung hanya menulis dari ucapan

guru.

c) Hubungan antar murid : jika dalam kelas terdapat kelompok-kelompok

yang kurang sehat yang saling bersaing, (klik) dan kurang

(46)

menghambat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar untuk

itu diperlukan kebijaksanaan guru untuk mengatasi hal ini agar proses

belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif.

d) Standar pelajaran di atas ukuran : Sering guru berpendapat

meningkatkan standar pelajaran dengan dalih meningkatkan mutu

pendidikan, akibatnya anak merasa tidak mampu untuk mengikuti

pelajaran sehingga anak takut pada guru.

e) Media Pendidikan : Media pendidikan mutlak dibutuhkan dalam

belajar agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar,

seiring semakin banyaknya siswa yang masuk sekolah maka

diperlukan media pembelajaran yang cukup memadai misalnya buku,

laboratorium, media pendidikan dan lain-lain.

f) Kurikulum : Guru dituntut untuk mempunyai program perencanaan

yang benar agar dapat melayani siswa belajar secara individual.

g) Keadaan Gedung : Keadaan gedung harus memadai antara jumlah

siswa dengan kapasitas gedung, agar siswa tidak duduk berjejal-jejal di

dalam kelas yang pada ahirnya dapat menghambat proses

belajar-mengajar siswa.

h) Waktu Sekolah : Dengan bertambahnya jumlah anak yang masuk

sekolah sedangkan tidak disertai dengan penambahan gedung sekolah

yang cukup, maka menyebabkan siswa terpaksa masuk sekolah siang

(47)

i) Pelaksanaan Disiplin : pelaksanaan disipin di sekolah sangat

berpengaruh terhadap proses belajar siswa, pelaksanaan disiplin yang

ketat, kaku dan mati membuat siswa enggan untuk belajar begitu pula

jika disiplin dilaksanakan dengan penuh toleransi tanpa ada ukuran

yang jelas akan membuat siswa tidak termotivasi untuk berbuat

disiplin yang pada ahirnya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

j) Metode Belajar : Cara belajar yang keliru dapat menghambat

keberhasilan siswa dalam belajar contoh jika siswa hanya belajar jika

ada ulangan saja, sehingga dalam belajar siswa menggunakan waktu

yang berlebihan dan melupakan waktu istirahat. Untuk itu diperlukan

bimbingan guru agar siswa dapat mngetahui cara belajar dengan baik

dan benar.

k) Pekerjaan Rumah (PR) : PR yang terlalu banyak dapat menghambat

proses belajar siswa.

3) Lingkungan Masyarakat meliputi :

a) Mass Media : Mass media seperti tv, radio, bioskop, internet, novel

dan lain-lain dapat menghambat proses belajar siswa jika dalam

penggunaan media tersebut siswa bersikap secara berlebihan sehingga

melupakan tugas belajar, yang pada ahirnya mengakibatkan hasil

belajar siswa kurang memadai.

b) Teman Bergaul : Dalam kehidupan anak, pergaulan dan teman dapat

Gambar

Tabel 2 : Data Guru dan Tenaga Kependidikan Berdasarkan Pendidikan
tabel 3 di bawah ini :
Tabel 3 : Data Siswa SMP Kasih Ananda
Tabel 7: Model Pengajaran Kata-Hubung (Link-Word Method)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kegiatan penutup, guru harus memperhatikan hal-hal berikut yaitu bersama-sama dengan peserta didik atau sendiri membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran,

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat peraga gambar terhadap aktifitas peserta didik dan hasil belajar matematika peserta

Upaya yang dilakukan oleh guru PAI untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik antara lain membuat perangkat pembelajaran sepreti RPP SILABUS PROTA dan

Peserta didik yang telah mencapai KKM 75 adalah 82% dari target keberhasilan 75% yang dapat dilihat pada Gambar 3, hal ini berarti bahwa metode mind mapping dapat meningkatkan

Salah satu contohnya adalah nilai ulangan harian pada materi sebelum tekanan yaitu materi pokok usaha dan energy (sebelum diadakan remidi) dengan KKM 75, dari 25 peserta didik

kuantitasnya. Sering kita menemukan guru yang jika mengajar hanya mentransfer pengetahuan atau informasi yang diperoleh kepada peserta didik tanpa melibatkan peserta didik

Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dilihat keaktifan peserta didik yang termasuk kategori baik sekali atau memiliki tingkat partisipasi peserta didik yang tinggi adalah peserta

materi yang disampaikan perkembangan teknologi transportasi dengan menggunakan media gambar dan pelaksanaan pembelajarannya disesuaikan dengan langkah-langkah penggunaan media