UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR IPS MELALUI METODE KATA-HUBUNG
(LINK WORD METHOD )
( PTK Di SMP Kasih Ananda Kelapa Gading Jakarta Utara )TESIS
Diajukan Kepada Universitas Islam Jakarta ( UIJ ) untuk memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam
Konsentrasi Menajemen Pendidikan Islam M.Pd.I Oleh :
Anik Retnowati, S.Pd NIM : 5109037 NIRM:009.01.12.1957
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM JAKARA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi
penghuni di permukaan bumi ini senantiasa berhadapan dengan dimensi waktu,
ruang dan berbagai bentuk kebutuhan serta berbagai bentuk peristiwa baik dalam
skala individual maupun skala berkelompok. Di era masyarakat global manusia
senantiasa mengalami perubahan besar setiap saat dan setiap waktu untuk itulah di
perlukan disiplin ilmu yang mampu menjawab tantangan masyarakat yang selalu
berubah dan berkembang terus menerus.
Berkenaan dengan sebagian dari hakekat manusia tersebut dan kemudian
di hadapkan dengan berbagai disiplin ilmu sosial, maka terdapat relasi, relevansi,
dan fungsi yang cukup signifikan apabila dimensi ruang (permukaan bumi)
dengan segala fenomenanya sangat relevan menjadi kajian obyek (bahan) kajian
geografi. Sedangkan demensi manusia baik dalam skala individual ataupun skala
kelompok (masyarakat dan satuan sosial lainnya) sangat relevan menjadi bahan
kajian/telaah disiplin sosiologi dan spikologi sosial. Kemudian dimensi waktu dan
peristiwa-peristiwa yang di alami manusia dari waktu ke waktu sangat relevan
menjadi obyek kajian bagi disiplin ilmu sejarah, sedangkan dimensi kebutuhan
yang senantiasa memiliki karakteristik/sifat keterbatasan ekonomi sangat tepat
menjadi obyek kajian bagi disiplin ilmu ekonomi.
Pengetahuan sosial sebagai suatu mata pelajaran menjadi wahana dan alat
tengah atau di hadapan orang lain dan masyarakat? Masyarakat apakah yang saya
miliki? Persyaratan-persyaratan apakah yang diperlukan diri saya untuk menjadi
anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa? Apakah artinya menjadi
masyarakat bangsa dan dunia? Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat
berubah dari waktu ke waktu yang berikutnya?
Pertanyaan di atas perlu dijawab oleh setiap orang terutama generasi muda
dan jawabannya telah disediakan dalam Pengetahuan Sosial secara sistematis dan
komprehensif. Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan bagi
keberhasilan transisi dan kehidupan kanak-kanak menuju kehidupan dewasa dan
dalam rangka membentuk karakter bangsa yang sesuai dengan prinsip dan
semangat kebangsaan. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan
semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
yang berdasarkan pada Pancasila dan Konstitusi Negara Indonesia perlu
ditularkan secara terus menerus untuk pemahaman yang mendalam tentang
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peserta didik dituntut untuk memahami seperangkat fakta, peristiwa,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia
untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya
berdasarkan pada pengalaman masa lalunya yang dapat dimaknai untuk masa kini,
dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.
Maka tujuan dari pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah agar peserta
didik mampu mengembangkan pengetahuan dasar kesosiologian, keekonomian,
pemecahan masalah, keterampilan sosial. Membangun komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Meningkatkan kemampuan kompetensi dan
bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun
slaka international.
Fakta, peristiwa dan generalisasi yang terdapat dalam Pengetahuan Sosial
berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial dan
kewarganegaraan peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan
masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia.
Peserta didik dituntut untuk mengetahui tentang fakta, peristiwa konsep
dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku manusia baik skala individual
ataupun skala kelompok maka untuk memenuhi tuntutan tersebut aktivitas
menghafal sangat diperlukan untuk ketercapaian intelektual sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Sebab tanpa menghafal peserta didik tidak akan mungkin
dapat memahami peristiwa, konsep generalisasi perilaku manusia baik secara
individual ataupun secara kelompok.
Beberapa sumber akademik maupun sumber-sumber populer telah sepakat
bahwa kemampuan dalam mengingat merupakan hal yang mendasar dalam
efektifitas intelektual. Menghafal dan mengingat merupakan aktifitas aktif yang
cukup menantang. Aktivitas menghafal sebenarnya selalu muncul sepanjang hidup
kita di saat lahir dunia artefak dan kejadian-kejadian yang baru telah tersaji di
hadapan kita. Kita bertugas untuk memisah-misahkannya dan mengingat
sebelum kita. Kita dituntut untuk mempelajari kata-kata dan menghubungkannya
dengan obyek, kejadian, tingkah laku, dan kualitas yang dihadirkan.
Berdasarkan fakta yang telah tersaji di atas maka menghafal merupakan
aktivitas penting bagi peserta didik, saat mengkaji dimensi ruang (permukaan
bumi) contoh benua, maka peserta didik harus belajar nama-nama Negara,
fitur-fitur geografisnya, kejadian-kejadian penting dalam sejarahnya agar peserta didik
dapat mengambil pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini,
dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.
Guru memberikan informasi kepada peserta didik tentang obyek-obyek
yang baru sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan, dengan harapan agar
peserta didik dapat memaknai dimensi ruang, waktu dan berbagai bentuk
kebutuhan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya baik skala individu
maupun skala kelompok.
Namun pada kenyataannya peserta didik sangat sulit memaknai
dimensi-dimensi waktu, ruang dan peristiwa,di saat guru memberikan informasi tentang
materi yang di ajarkan kepada peserta didik terdapat sedikit siswa yang
mempunyai kemampuan menghafal yang efektif tetapi terdapat sebagian besar
siswa yang mempunyai kemampuan menghafal yang kurang efektif. Yang
mengakibatkan ketercapaian kurikulum pelajaran Pengetahuan Sosial menjadi
rendah.
Guru mencoba membangkitkan ingatan peserta didik tentang informasi
yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya dengan metode menghafal
disampaikan. Peserta didik seakan menganggap informasi yang telah diberikan
guru sebagai hal yang remeh, yang tidak terlalu penting untuk diingat kembali,
terlebih jika peserta didik mempunyai anggapan bahwa pelajaran Pengetahuan
Sosial tidak masuk dalam Ujian Nasional.
Kesulitan dalam mengingat kembali informasi atau materi yang telah
disampaikan guru kepada peserta didik baik ilmu geografi, sejarah, ekonomi dan
sosial menjadi kendala kemajuan pendidikan terutama Pendidikan Sosial.
sehingga rendahnya mengingat materi yang telah diajarkan dapat mengakibatkan
rendahnya intelektual yang akan menghasilkan peserta didik kurang mampu
dalam mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial
sehingga peserta didik tidak mampu merefleksikannya dalam kehidupan
masyarakat, bangsa dan Negara.
Kesulitan dalam menghafal materi yang telah diberikan guru kepada
peserta didik menjadikan rendahnya prestasi peserta didik, maka sebagai guru
yang professional hendaknya mencermati apa yang terjadi pada peserta didiknya,
dan mencari solusi yang efektif agar peserta didik dapat mencapai standar yang
telah ditetapkan dalam kurikulum.
Penulis mengamati bahwa siswa kelas IX SMP Kasih Ananda yang
berdomisili di Jalan Pegangsaan Dua Kelapa Gading Jakarta Utara mengalami
kesulitan dalam menghafal atau mengingat kembali materi yang diberikan guru
kepada peserta didik, khususnya pada pelajaran Pengetahuan Sosial yang
mengakibatkan peserta didik sangat sulit memahami fakta, konsep dan
tidak mampu untuk mengembangkan sikap kritis dalam situasi sosial yang timbul
dalam masyarakat.
Untuk mengatasi kesulitan belajar atau kesulitan dalam menghafal, guru
Ilmu Pengetahuan Sosial mencoba mengubah cara menghafal konvensional
dengan menghafal menggunakan metode kata-hubung (Link-Word Method). Guru
mengharapkan cara menghafal menggunakan metode kata-hubung (Link-Word
Method) dapat menjadikan proses menghafal menjadi lebih efektif dan
menyenangkan sehingga siswa lebih banyak menyimpan informasi dalam
memorinya.
Metode kata-hubung (Link-Word Method) telah dikembangkan oleh
Sekolah Tinggi Phoenix jurusan Ilmu Sosial di Negara Amerika. Dalam kajian
Atkinson (1975) menyatakan bahwa “metode kata-hubung ( Link-Word Mentod) sekitar 50 persen lebih efektif dari pada metode hafalan konvensional” namun dalam kajian-kajian berikutnya, metode kata-hubung (Link-Word Method)
ternyata dua kali lebih efisien bahkan lebih (Presley,1997: Presley, Levin, dan
Miller,1981a,1981b). Beliau menyatakan bahwa yang penting, dalam strategi
kata-hubung, siswa lebih mudah menyimpan informasi. Lebih banyak yang
dihafal, lebih banyak kata-link yang digunakan. Sedangkan penelitian yang cukup
lama dilakukan oleh Mastropieri dan Scruggs (1994) beliau telah berhasil
menyelesaikan perangkat-perangkat kata-hubung pada kurikulum dengan
perhatian pada siswa yang bermasalah dalam belajar.
Menghafal dengan menggunakan metode kata-sambung ( Link-Word
sedang belajar materi baru, dan siswa dapat membuat asosiasi sendiri dalam
melatih hafalannya. Karena pada metode ini terdapat dua komponen dasar yaitu
pertama menyediakan materi yang sudah dikenal dengan dihubungkan pada link
yang berisi obyek-obyek yang tidak dikenal. Kedua siswa menyediakan asosiasi
dalam membangun makna materi baru. Contoh ketika siswa belajar tentang peta
buta timur tengah, terdapat Negara Israel di dalamnya, maka untuk mempermudah
siswa dalam mengingat Negara Israel maka siswa membangun kata link nya
dengan obyek-obyek yang sering di lihatnya, kita ambil contoh dengan obyek “rel
kereta api” maka Negara Israel siswa mengasosiasikannya dengan kata hubung “rel kereta api”.
Dengan metode kata-hubung (Link-Word Menthod) siswa diharapkan
dapat menguasai materi dengan lebih cepat dan dapat menyimpannya lebih lama
karena pada umumnya dengan strategi-strategi yang lebih cermat akan
menemukan kemudahan dalam menghafal materi pelajaran.
Bertolak dari pemikiran di atas penulis melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) hal ini di lakukan untuk mengkaji upaya guru dalam maningkatkan
hasil belajar IPS melalui metode kata- hubung ( Link-Word Method ).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba mengidentifikasi
beberapa masalah yang terjadi pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
yang menjadi sebab rendahnya hasil belajar IPS yang berlangsung di SMP Kasih
a. Kurangnya respon siswa dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,
dikarenakan Pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial tidak masuk daftar ujian
Nasional
b. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami dimensi ruang, waktu dan
berbagai bentuk kebutuhan dan peristiwa baik skala individu maupun
kelompok
c. Metode mengajaran guru yang konvensional, sehingga murid merasa
bosan
d. Siswa mengalami kesulitan dalam menghafal sehingga siswa tidak dapat
menguasai materi dengan benar.
e. Kemampuan belajar siswa rendah
f. Kurangnya motivasi belajar siswa
g. Belum ditemukan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang
tepat
h. Sarana dan Prasarana yang kurang memadai
i. Kurangnya peran aktif orang tua dalam membimbing siswa belajar di
rumah
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pertimbangan banyaknya masalah penelitian dalam
pembelajaran IPS di kelas IX SMP Kasih Ananda Jakarta Utara dan tanpa
bermaksud mengabaikan masalah-masalah lainnya yang tidak diteliti, maka
peneliti membatasi ruang lingkup penelitian tindakan ini pada penerapan metode
hubung ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran IPS.
Dikarenakan pelajaran IPS merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu
sosial antara lain sosiologi, geografi, ekonomi, dan sejarah. Maka peneliti
membatasi penelitian hanya pada disiplin ilmu geografi kelas IX, semester I,
Standar Kompetensi: Memahami kondisi perkembangan negara di dunia,
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi cirri-ciri negara maju dan berkembang
dengan Materi Pokok: Persebaran Negara Maju dan Berkembang di Dunia.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah penelitian ini, yakni bagaimana penerapan
metode kata hubung (Link word method) dapat meningkatkan hasil belajar IPS
pada disiplin ilmu georgafi kompetensi dasar pembagian permukaan bumi dan
samudera materi pokok negara-negara di masing-masing kawasan benua kegiatan
pembelajaran mengamati peta negara-negara di kawasan Benua Asia Tenggara.
Maka rumusan masalah ini adalah :
1. Apakah penggunaan metode kata hubung (Link Word Method) dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPS?
2. Bagaimana mengembangkan metode kata hubung (Link Word Method) yang
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPS,
disiplin ilmu geografi ?
E. Tujuan Penelitian
Pembelajaran Pengetahuan Sosial, sangatlah penting bagi siswa karena
dengan mempelajari Pengetahuan Sosial, siswa akan mempunyai kemampuan
individu maupun skala kelompok serta memaknai masa lalu yang dapat dimaknai
untuk masa kini yang akhirnya siswa dapat mengantisipasi untuk masa yang akan
datang.
Salah satu bentuk peningkatan prestasi siswa, pada pelajaran Pengetahuan
Sosial adalah dengan cara meningkatkan hafalan siswa terhadap materi yang telah
disampaikan guru, namun pada realitanya siswa mengalami kesulitan dalam
menghafal materi-materi yang telah disampaikan dan kesulitan menghafal ini
menyebabkan rendahnya pemahaman siswa terhadap gejala peristiwa yang terjadi
di sekitarnya.
Jika siswa mempunyai hafalan yang efektif, maka akan meningkatkan
prestasi akademik di sekolah khususnya pelajaran di bidang Pengetahuan Sosial
dan meningkatkan pemahaman tentang gejala yang terjadi di sekitarnya baik skala
individu dan kelompok. Siswa mampu memahami fakta, konsep generalisasi
sistem sosial budaya sehingga menghasilkannya untuk bersifat kritis dalam situasi
sosial yang timbul akibat perbedaan yang terjadi di masyarakat, terampil
memperoleh, mengolah, menyajikan informasi geografis, berperilaku rasional dan
manusiawi dalam memanfaatkan sumber daya ekonomi dan mempunyai
kemampuan dalam merekonstruksi masa lalu, memaknai masa kini, dan
memprediksi masa yang akan datang.
Pembelajaran Pengetahuan Sosial sangatlah penting bagi kedewasaan
siswa, membentuk kepribadian siswa, membentuk hubungan antar kelompok,
pelaku-pelaku ekonomi dan perjalanan sejarah bangsa. Dengan paparan yang telah
disebutkan di atas maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan :
1. Meningkatkan kemampuan pemahaman siswa tentang Pengetahuan Sosial
2. Meningkatkan hasil belajar Pengetahuan sosial siswa kelas IX SMP Kasih
Ananda
3. Membantu siswa agar dapat menjadi penghafal yang efektif dengan metode
kata-hubung ( Link-Word Method ).
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun secara
praktis
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan,
khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan pengembangan profesi guru di SMP.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
a. Siswa Kelas IX (SMP) Kasih Ananda.
Bagi siswa SMP Kasih Ananda dapat dijadikan sebagai upaya untuk
mengoptimalkan pengembangan potensi siswa, agar terhindar dari
hambatan-hambatan yang muncul dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya
dalam penghafalkan materi-materi yang diajarkan guru bidang studi IPS pada
materi persebaran negara maju dan berkembang di dunia
Bagi guru SMP Kasih Ananda dapat dijadikan sebagai salah satu upaya
dalam meningkatkan kompetensi pedagogic dan professional dalam melaksanakan
proses belajar mengajar khususnya bidang Ilmu Pengetahuan Sosial.
c. Kepala Sekolah
Dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
daya saing SMP Kasih Ananda dengan sekolah-sekolah yang ada di lingkungan
Pegangsaan Dua Kec. Kelapa Gading Jakarta Utara.
d. Orang tua
Bagi orang tua dapat dijadikan sebagai bahan masukan, bekal dan
konstribusi positif terhadap keberhasilan siswa.
e. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai masukan untuk
melaksanakan penelitian lanjutan, khususnya yang terkait dengan penerapan
berbagai strategi pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi dan inovasi
pembelajaran.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakekat Belajar 1. Pengertian Belajar
Kegiatan belajar sesungguhnya dilakukan oleh semua makhluk yang
hidup, mulai dari bentuk kehidupan yang sederhana sampai yang paling
kompleks.Efektivitas kegiatan belajar tergantung dari tingkat kerumitan jenis
kehidupannya. Manusia sebagai makhuk yang unik melakukan kegiata belajar
dengan cara dan sistem yang unik.
Terdapat berbagai macam tafsiran tentang belajar, bergantung pada
pembuat rumusan itu dan sangat ditentukan oleh aliran atau sistem psikologi yang
dianut, contoh psikologi daya berpendapat bahwa belajar adalah melatih daya
yang dimiliki manusia, dengan melatih daya diharapkan manusia dapat
berkembang berbagai daya yang dimikinya sebagaimana mestinya, seperti daya
ingat, daya rasa, daya fikir dan sebagainya. Pandangan baru belajar merupakan
perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman. Pandangan terakhir
berpendapat belajar merupakan suatu proses, bukan hasil yang hendak dicapai
semata. Proses itu berlangsung melalui serangkaian pengalaman sehingga terjadi
modifikasi pada tingkah laku yang dimiliki sebelumnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa proses sebagai alat untuk mencapai tujuan yang di kehendaki
Terdapat beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli
pendidikan diantaranya :
Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning (1975)
mengemukakan : “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi tertentu yang di sebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi itu”. (Atmowidjoyo, 2009: 75)
a. Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa:
“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari
waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami
situasi tadi”. (Atmowidjoyo, 2009:75)
b. Morgan dalam bukunya Introduction to Psikology (1978) mengemukakan :
“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. (Atmowidjoyo,
2009:75)
c. Witherington dalam bukunya Educasional Psichology mengemukakan :
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian atau pengertian”. (Atmowidjoyo, 2009:75)
d. Howard L.Kingsley mengemukakan : ”Belajar adalah suatu proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
e. Skiner yang dikutip dari Dimyati dan Mujiono (2006:9) adalah : ”Belajar adalah suatu perilaku, pada saat belajar, maka responnya menjadi lebih baik
sebaliknya jika tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar
ditemukan adanya kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon
pebelajar, respon pembelajar dan terdapat konsekuensi yang bersifat
menguatkan respon tersebut”. Sebagai ilustrasi perilaku respon si pembelajar
jika ia telah berbuat baik maka diberi hadiah dan jika perilaku buruk maka
diberikan teguran sampai hukuman.
f. Rosyada dengan mengutip pendapat Kochhar menyatakan belajar adalah :
”Sebuah proses yang dengannya memperoleh bentuk perubahan perilaku yang
cenderung terus mempengaruhi model perilaku umum menuju sebuah
peningkatan”. Perubahan perilaku tersebut terdiri dari berbagai proses
modifikasi menuju bentuk permanen, yang terjadi pada aspek perbuatan,
berfikir, sikap dan perasaan.
g. Good dan Brophy dalam bukunya Edukasional Psykology mengemukakan :
”Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat di lihat dengan nyata ,
proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar”. Sehingga dalam belajar diperlukan analisis untuk menemukan
persoalan-persoalan yang terjadi selama kegiatan belajar. (Atmowidjoyo, 2009:75)
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli terdapat beberapa
elemen yang penting yang mencirikan pengertian belajar, yaitu : dalam belajar
merupakan suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek kepribadian,
berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan dan sikap di mana perubahan itu
dapat mengarah pada perubahan tingkah laku yang lebih baik atau lebih buruk,
belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman,
perubahan itu relatif mantap dalam kehidupannya.
2. Teori-Teori Belajar
Dalam peoses belajar mengajar perlu diperhatikan beberapa teori belajar
agar belajar dapat menjadi efektif. Sebagai seorang pendidik perlu mencoba
mengajar dengan cara menguatkan bagaimana anak belajar secara internal
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sebagaimana mestinya yang
diharapkan. Terdapat beberapa teori-teori belajar yang paling berpengaruh di
bidang pendidikan selama bertahun-tahun diantaranya : teori belajar aliran
behaviorisme, Piaget dan Vygotsky, teori IQ, multiple intellegences, teori kognitif
dan penelitian otak.
a. Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorisme di kembangkan pada tahun 1920-an sampai 1930-an oleh
para psikologi seperti Skiner, Pavlov, dan Thordike. Teori ini masih memiliki
pengaruh yang kuat pada praktik pendidikan, atau teori pendidikan.
Behavioral learning teory menekankan adanya perubahan tingkah laku
sebagai hasil utama proses belajar. Para pakar teori ini berkonsentrasi pada
fenomena yang dapat di observasi secara langsung dengan menggunakan metode
ilmiah yang dipinjam dari ilmu pengetahuan alam. Skiner menganggap semua
(O’Donohue dan Ferguson, 2001: Hilgard, 1995). Tetapi Bandura (1995)
mengembangkan pandangan mereka dengan memasukkan aspek ekspektasi,
pikiran, motivasi, dan kenyakinan. Belajar merupakan sesuatu yang dilakukan
orang untuk merespon stimuli eksternal. Dimana ketika orang dapat merespons
keadaan tertentu ketika dihadapkan pada suatu kondisi.
Behavioral conditionisional terjadi bila respon terhadap stimulus
diperkuat. Atau terdapat sistem umpan balik sederhana bila reward (hadiah) atau
penguatan mengikuti respon terhadap suatu stimulus. Hadiah dan hukuman
merupakan bagian penting teori belajar behaviorisme konsekuensi yanng
menyenangkan, atau reinforcer, menguatkan perilaku sedangkan konsekuensi
yanng tidak menyenangkan atau punisher dapat memperlemah perilaku. Temuan
Skinner ini masih menjadi dasar bagi banyak sistem manajeman perilaku sekolah
dan bagi banyak penelitian tentang pengajaran efektif (misalnya, Muijs dan
Reynolds, 2003).
Dapat disimpulkan bahwa aliran behaviorisme ini beranggapan bahwa
kesan dan ingatan merupakan kegiatan organisme manusia yang tidak dapat
teramati tetapi kelakuan jasmani dapat teramati, lewat kelakuan itulah dapat
menjelaskan tentang jiwa manusia, melalui kelakuan merupakan jawaban terhadap
stimulus dari luar sehingga belajar dapat diartikan hubungan antara stimulus dan
respon (S-R) hubungan ini dapat diperkuat atau diperlemah bergantung pada
latihan yang diadakan. Sebagai implikasinya dengan mempelajari kelakuan
manusia dapat disusun program yang serasi dan memuaskan.
Jean Pieget adalah seorang psikolog Swiss yang sebelum perang dunia ke
dua memulai pekerjaannya tentang bagaimana anak berkembang dan belajar. Jika
kaum behaviorisme melakukan observasi menggunakan eksperimen laboratorik
maka Piaget melakukan observasi langsung terhadap anak-anak.
Menurut Pieget, beberapa pengaruh utama perkembangan kognitif
(perilaku dalam bentuk bagaimana anak mengenal alam sekitarnya sepeti
mengamati, memikirkan, mengingat dan mencipta) adalah apa yang diintilahkan
dengan maturation (maturasi, kematangan), activity (aktivitas) Semakin
meningkat kematangan anak semakin meningkatkan kemampuan anak dalam
menghadapi lingkungannya. Yang pada akhirnya dapat menghasilkan perubahan
proses berfikir anak, social transmission (transmisi sosial), belajar dari orang lain,
pada saat anak menghadapi lingkungannya anak akan berinteraksi dengan orang
lain dengan demikian anak akan belajar dengan mereka dengan tingkat belajar
yang berbeda tergantung dari perkembangannya sesuai dengan tahapan-tahapan.
Tahapan sensori motor (0-2) tahap dimana bayi mengenal dunianya dengan
tindakan informasi inderawinya, tahap operasional konkret (7-12) anak mulai
berfikir logis dan sistematik tetapi masih terkait dengan realitas fisik. Tahap
operasional formal (12+) anak mampu membayangkan tentang dunia ideal yang
tidak ada, dan karakteristik lain adalah adanya egosentris remaja. Salah satu
temuan penting dari Piaget adalah tumbuh bukan sekedar berarti tahu lebih
banyak tetapi melibatkan cara berfikir kita.
Vigotsky adalah psikolog Rusia yang bekerja dalam kurun waktu yang
berkonsentrasi pada cara-cara dimana belajar adalah sebuah proses social. Kita
belajar melalui interaksi dengan orang lain baik yang umurnya sebaya dengan kita
atau pun yang lebih tinggi. Proses ini bekerja melalui scaffolding (penopangan) di
dalam zone of proximal development (ZPD). ZDP adalah gap (kesenjangan)
antara apa yang dapat dilakukan sendiri oleh seseorang dan apa yang dapat
dilakukanya dengan bantuan orang lain yang lebih ahli dibanding dirinya sendiri.
Scaffolding mengacu pada bagaimana orang lain dapat membantu kita
menjembatani kesenjangan. Ide Vygotsky dapat berpengaruh pada program
belajar kolaboratif antara peran guru, orang dewasa dan teman sebaya untuk
meningkatkan hasil belajar. Hal yang ditekankan pada penelitian ini adalah
pentingnya interaksi dengan wakil-wakil budaya yang masih hidup.
c. Teory IQ
Teory IQ merupakan teori yang memiliki pengaruh abadi di bidang
pendidikan. Teori IQ adalah teori IQ (Intellgence Quotient). Teori ini menitik
beratkan pada konsep intelegensi (kecerdasan), yang dilihat sebagai penentu
kemampuan untuk belajar, untuk mencapai prestasi akademik dan untuk
mengambil peran pemimpin di dalam masyarakat. Teori ini mengatakan bahwa
orang memiliki intellgensi umum dasar, yang akan memprediksi seberapa baik
kemampuan mereka untuk belajar dan berprestasi di sekolah (Howe,1997).
Teori IQ ini berkembang pada abad dua puluh dikembangkan oleh
William Stern yang menyatakan bahwa inti kecerdasan dibawa sejak lahir.
Banyak psikologi AS dan Eropa mendukung kesimpulan ini Terman dan Binet
intelegensi bawaan orang dengan menggunakan metode statistik, Thurstone dan
Spearmen mengembangkan dengan menggunakan analisis faktor. Analisis ini
menggunakan pertanyaan di dalam tes. Pada dasarnya tes yang dilakukan untuk
mengukur sebuah sebuah faktor besar yang si sebut G atau “general intelligence” (integensi umum).
Pada penelitian selanjutnya bahwa IQ dapat dinaikkan melalui intervensi
pendidikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa intelgensi tidak sepenuhnya bawaan
sejak lahir melalui program CASE di Inggris (Adey dan Shayer, 2002). Tetapi
bakat umum dasar mempengaruhi prestasi murid diberbagai pelajaran.
d. Multiple Intelligences
Pencetus teori ini adalah Howard Gardner (1983) dengan diterbitkanya
Frames of Mind. Gardner memiliki pandangan yang berbeda dengan teori IQ
menurutnya, orang tidak punya intelegensi umum tetapi ditandai dengan
serangkaian intelgensi. Jadi dapat dikatakan cerdas secara global. Gardner
(1983-1993) membedakan tujuh macam inteligensi utama yaitu :
a) Visual/spatial intelligence : ini adalah kemampuan untuk mempersepsikan
hal-hal yang bersifat visual kecerdasan ini cenderung berfikir dalam bentuk
gambar dan menciptakan gambaran mental untuk menyimopan informasi.
Mereka cenderung menikmati melihat gambar, grafik, film dan
semacamnya.
b) Verbal/Linguistic intelligence : ini adalah kemampuan untuk menggunakan
kata-kata dan bahasa, mereka memiliki kemampuan autorik yang tinggi atau
c) Logical/mathematical intelligence : ini adalah kemampuan untuk
menggunakan penalaran, logika, dan angka-angka. Mereka cenderung
berfikir konseptual dalam bentuk logis dan numerik bereka banyak bertanya
dan bereksperimen.
d) Bodily/kinaesthetic intelligence : ini adalah kemampuan untuk mengontrol
gerakan tubuh dan menangani obyek-obyek dengan terampil, mereka
memiliki keseimbangan antara mata dan tanngan. Mereka mampu
mengingat dan memproses informasi.
e) Musical/rhytikmic intelligence : ini adalah kemampuan untuk memproduksi
dan mengapresiasikan musik, mereka cenderung berfikir dalam bentuk
suara, ritme dan pola. Mereka juga sensitif terhadap suara dan mereka juga
bersikap manipulatif.
f) Intrapersonal intelgence : ini adalah kemampuan untuk melakukan
refleksi-diri dan menyadari keadaan batiniahnya senrefleksi-diri. Serta memahami kekuatan
kelemahan dirinya.
g) Interpersonal (Cerdas Bergaul/People Smart) Anak belajar lewat interaksi dengan orang lain. Kecerdasan ini mengutamakan kolaborasi dan
kerjasama dengan orang lain.
h) Naturalis (Cerdas Alam/Nature Smart)Anak senang belajar dengan cara
pengklasifikasian, pengkategorian, dan urutan. Bukan hanya menyenangi
sesuatu yang natural, tapi juga senang menyenangi hal-hal yang rumit.
Anak belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di sini?” “Untuk apa kita di sini?” “Bagaimana posisiku dalam
keluarga, sekolah dan kawan-kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan kebutuhan untuk belajar.
Pada teori multiple intellgences dapat dikatakan bahwa setiap orang memiliki
semua kecerdasan tersebut tetapi berada pada derajat yang berbeda.
e. Teori Kognitif dan Penelitian Otak
Menurut pandangan ahli psikologi kongnitif bahwa tingkah laku seseorang
senantiasa didasarkan pada kognisi (ingatan) atau tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Sehingga peran ingatan sangat
penting dalam proses belajar. Ingatan terdiri dari tiga bagian penting : sensory
buffer, working memory, dan long-term memory.
Ingatan bekerja dengan cara sebagai berikut : pengalaman dicatat dalam
memory buffer (ingatan jangka pendek) kemudian dikonversikan menjadi bentuk
dimana pengalaman itu dipakai dalam working memory dan ingatan jangka
pendek. Sensory buffer dapat mencatat informasi tetapi tidak mampu bertahan
lama melainkan hanya dalam waktu yang singkat, yang sebagian disalurkan pada
working memory (proses berfikir dilakukan). Bagian ingatan ini berisi dari
memory buffer dan ingatan jangka panjang tetapi memiki ingatan yang terbatas
untuk menyimpan informasi, working memory ini berisi informasi yang
digunakan secara aktif pada saat tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa menurut teori kognitif, memorisasi dan
Penelitian otak, teori ini menunjukkan bahwa otak adalah pembuat pola.
Otak sangat senang mengambil informasi secara acak dan kacau lalu di
tertibkannya. Otak, bila dimungkinkan untuk mengekpresikan perilaku
membentuk polanya, membentuk korehensi dan makna. Maka belajar dapat
diselesaikan dengan baik bila kegiatan belajar yang dikaitkan secara langsung
dengan pengalaman fisik. Implikasi penerapan penemuan ini yang terkait dengan
koherensi dan makna bahwa belajar difasilitasi di dalam sebuah lingkungan
pencelupan total di dalam banyak pengalaman interaktif kompleks yang di
dalamnya termasuk metode-metode pengajaran tradisional sebagai bagian
pengalaman yang lebih besar (Lacky,2003,Kutolak, 1996).
Penelitian otak menunjukkan bahwa otak terus tumbuh dan berubah
sepanjang hidup proses perkembengan ini paling nyata di tahap perkembangan
tertentu, yang dianggap sebagai “jendela kesempatan” untuk belajar. Yaitu pada
masa kanak-kanak karena pada masa ini terjadi proses selektif menguatkan dan
melemahkan berbagai hubungan di dalam otak secara selektif di dalam keadaan
paling intens biasanya terjadi pada usia antara 2 dan 11 tahun, pada periode ini
otak menuntut input-input penstimulusi tertentu dan ekstensif untuk menciptakan
dan mengonsolidasikan berbagai jaringan syaraf, khususnya dalam bidang bahasa,
kontrol emosional dan belajar memainkan musik. Meskipun orang dapat belajar di
luar periode ini, tetapi apa yang diperoleh selama periode “jendela kesempatan” ini krusial bagi apa yang dipelajari selanjutnya (Sousa, 1998).
Penelitian otak adalah bidang yang berkembang pesat di psikologi yang
adalah kita dapat belajar dengan baik bila kita belajar dengan tertantang tetapi
tidak stres. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa salah satu penemuan
dari penelitian otak ini adalah bahwa otak dapat membentuk pola-pola tertentu,
hal ini mengisyaratkan kepada pendidik bahwa perlu memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk menciptakan pola-pola. Penelitian ini pula memberikan
informasi bahwa kita dapat belajar seumur hidup, tetapi masa kanak-kanak awal
merupakan periode kunci dalam mengembangkan kapasitas untuk belajar.
3. Prinsip-Prinsip Belajar
Dalam proses belajar mengajar seorang pendidik hendaklah
memperhatikan prinsip-prinsip belajar agar tujuan pendidikan dapat tercapai
dengan efektif ada beberapa pendapat para pakar pendidikan yang semuanya
mempunyai sudut pandang yang berbeda sesuai dari sudut pandang
masing-masing, prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal (1961) sebagai berikut :
a) Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan
kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat
belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan
belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk
melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah
putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan
fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi,
Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal
sebagai berikut :
1. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas
yang diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan
latar belakangnya.
2. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti
bila seseorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk
mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.
3. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas,
kemudian tugas itu seyogianya ditunda sampai dapat dikembangkannya
kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan
siswa.
4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya
dua orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat
berbeda dalam pola kemampuan mentalnya.
5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai dengan
faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.
b) Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah.
Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan,
mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami
lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan bukan dihambat
dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak.
Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogianya
kita perhatikan.
1. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan
biologi, soaial dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan
untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.
2. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan
mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan
yang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan
memelihara kesungguhannya dalam belajar.
3. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa.
Contohnya seorang murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa
berubah lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena
keinginan untuk mencapai seauatu.
4. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri,
atau keyakinan diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga
bisa menghadapi masalah.
5. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung
meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau
menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap
6. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa
sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
7. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh
terhadap motivasi dan perilaku.
8. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas,
memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan
bukan karena ingin belajar.
9. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila
kesempatan untuk menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi
motivasi dalam mencapai tujuan.
10.Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam
suasana belajar yang memuaskan.
11.Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu
dapat mempertinggi motivasi.
c) Prinsip Persepsi
Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia
memahami situasi. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap
individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain.
Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru akan dapat
memahami murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara
seseorang melihat suatu situasi tertentu.
Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus
a) Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena setiap
pelajar memiliki lingkungan yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat
lingkungan yang sama dengan cara yang sama.
b) Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan,
pengalaman, kesehatan, perasaan dan kemampuannya.
c) Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya.
Dalam sesuatu situais seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara
ia melihat dirinya sendiri.
d) Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya
sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung
pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak
lain dapat membantu pelajar menilai persepsinya.
e) Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan bagaimana
hal itu dapat dilihat.
f) Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan
sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka.
g) Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi
pandangannya terhadap dirinya.
d) Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para
pelajar pada saat proses belajar terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang
hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang
1. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.
2. Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhan
individu dan masyarakat
3. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi
kebutuhannya.
4. Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai
5. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan
pemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku.
6. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang
dicanangkannya dan yang dapat ia capai.
7. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat
mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa
rendah diri atau prestasinya menurun.
8. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk
para pelajar. Karena guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan
dapat diterima para pelajar.
e) Prinsip Perbedaan Individual
Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang, Proses pengajaran
seyogianya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga dapat
memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya.
Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal
memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu
menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek
tersebut.
Berkenaan dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu
diingat :
1. Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan
dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas
belajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda.
2. Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogianya dibantu untuk
merenncanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri.
3. Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai
dengan tujuan , minat dan latarbelakangnya.
4. Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan
pengalamannya masa lampau yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiap
pelajar biasanya memberi respon yang berbeda-beda karena memang setiap
orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai pengalamannya.
5. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila
individu tidak merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka
untuk turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar. Manakala para
pelajar memiliki kemerdekaan untuk berpikir dan berbuat sebagai individu,
upaya untuk memecahkan masalah motivasi dan kreativitas akan lebih
meningkat.
6. Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar
lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan ketidakpuasannya terhadap
belajar.
f) Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan
menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Apa pun yang dipelajari dalam
suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Proses
tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan seseorang untuk
menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari
dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru.
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi ada beberapa prinsip
yang harus kita ingat :
1. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif
untuk mengingat atau menugaskan sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat
meningkatkan retensi.
2. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
3. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses
belajar itu terjadi. Karena itu latihan seyogianya dilakukan dalam suasana
yang nyata.
4. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar
yang dibagi ke dalam unit-unit kecil waktu dapat menghasilkan proses
belajar dengan retensi yang lebih baik daripada proses belajar yang
berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan oleh struktur-struktur logis
5. Penelaahan bahan-bahan yang faktual, keterampilan dan konsep dapat
meningkatkan retensi dan nilai transfer.
6. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
7. Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan
proses pelupaan hal-hal tertentu. Karena itu bahan-bahan yang tidak
disepakati tidak akan dapat diserap sebaik bahan-bahan yang
menyenangkan.
8. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang
sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap
bahan yang lama dapat terjadi bila bahan baru yang sama yang dituntut.
9. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan
baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara
menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dan dengan memberikan
illustrasi unsur-unsur yang serupa.
10.Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan
bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan
dalam situasi yang agak sama dibuat.
11.Tahap akhir proses seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik
generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan
g) Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan. Belajar
kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah,
dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku
baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang
berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada
berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif.
1. Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-proses belajar kognitif terjadi. Dalam hubungan ini pelajar
perlu mengarahkan perhatian yang penuh agar proses belajar kognitif
benar-benar terjadi.
2. Hasil belajar kognitif akan bercariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.
3. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar
kognitif.
4. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satauan atau unit-unit yang sesuai.
5. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari konsep amatlah penting . Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat
6. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai,
menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir
menyebar (divergent thinking).
7. Perhatian terhadap proses mental yang lebih daripada terhadap hasil kognitif dan afektif akan lebih memungkinkan terjadimya proses pemecahan
masalah, analisis, sintesis dan penalaran.
h) Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia
menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup
nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin
tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi
dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan,
minat dan sikap individu.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam proses belajar afektif.
1. Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif.
2. Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap
situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
3. Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak
akan melekat sepanjang hayat. Nilai, sikap dan perasaan yang tidak berubah
4. Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain
dan bukan hasil dari belajar langsung.
5. Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.
6. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku
kelompok.
7. Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang
erat. Pelajar yang memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat belajar
lebih mudah daripada yang memiliki masalah.
8. Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru
dengan kelas.
9. Pelajar dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka
mengenal dan memahami sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap
sikap, perasaan dan frustasi sangat perlu untuk membantu pelajar
memperoleh pengertian diri dan kematangannya.
i) Proses Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu
mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek
mental dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan.
1. Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam
kemampuan dasar psikomotor.
3. Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf
penampilan psikomotor.
4. Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh
kemampuan mengontrol gerakannya lebih baik.
5. Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan
dan memperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
6. Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan
penampilan psikomotor individu.
7. Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat
menambah efisiensi belajar psikomotor.
8. Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat
membantu proses belajar psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya
mencakup semua urutan lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa
hanya didasarkan pada faktor waktu semata-mata.
9. Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan
frustasi (keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.
j) Prinsip Evaluasi
Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses
belajar saat ini dan selanjutnya. Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan
bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan. Penilaian
individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi oleh kebebasan untuk
menilai. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan,
yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya dan hal ini pada
gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai
pengalamannya.
Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan.
1. Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada
pelajar.
2. Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting
bagi pelajar.
3. Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat
dalam evaluasi dan belajar.
4. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru
dan murid saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.
5. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan
guru dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat
memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.
6. Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan
siswa, pola ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.
7. Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.
Selain pendapat di atas terdapat pendapat lain yang dikemukakan oleh
William H. Burton dalam bukunya ”The Guidance of Learning Activities” seperti
yang dikutip oleh Atmowijoyo (2009:82) ia berpendapat bahwa terdapat
1. Belajar hanya akan berhasil jika siswa melihat tujuan pelajaran itu,
hendaknya tujuan itu di tentukan oleh murid sendiri.
2. Tujuan itu hendaknya timbul dari kehidupan siswa yang berhubungan
dengan kehidupannya
3. Jika tujuan itu bermanfaat bagi siswa ,ia akan tekun dalam menghadapi
rintangan dan kesulitan yang terjadi dalam peoses belajar
4. Hasil pelajaran dapat di lihat dari adanya perubahan pola kelakuan yang
akan berlangsung bagi kehidupan siswa selanjutnya.
5. Proses belajar terutama terdiri dari perbuatan hal-hal yang harus di pelajari
di samping bermacam-macam hal lain yang membantu proses belajar.
6. Kegiatan belajar serta hasilnya berpusat dan berhubungan dengan suatu
tujuan
7. Pelajar bereaksi sebagai keseluruhan, serempak baik secara jasmani, rohani
maupun secara emosional.
8. Siswa itu bereaksi terhadap sebagian dari lingkungan yang mengandung arti
baginya
9. Dalam proses belajar siswa itu di bantu oleh orang-orang di dalam
lingkungannya, agar proses belajar efisien
10.Siswa dapat mengejar tujuan-tujuan lain di samping tujuan utama yang
berhubungan dengan tujuan utama.
Sedangkan prinsip belajar menurut pendapat Abu Ahmadi dalam bukunya
“Teknik Belajar Yang Tepat” (1982) seperti yang dikutip Atmowijoyo (2009:83)
1. Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar
untuk mencapai tharapan-harapannya
2. Belajar memerlukan bimbingan,baik dari guru atau dari buku pelajaran
3. Belajar memerlukan pemahaman akan hal yang dipelajari sehingga
diperoleh pengertian.
4. Belajar memerlukan latihan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat
dikuasai
5. Belajar adalah suatu proses aktif di mana terjadi saling pengaruh secara
dinamis antara murid dan lingkungannya.
6. Belajar harus disertai keiginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai
tujuan.
7. Belajar dianggap berhasil apabila telah sanggup menterapkan ke dalam
bidang praktek sehari-hari.
Beberapa prinsip belajar di atas dapat menjadi bahan kajian atau
pertimbangan yang harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar agar proses
belajar dapat terarah dengan tepat dan menghasil kan kualitas belajar yang benar
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Siswa
Prinsip-prinsip belajar seperti yang telah dibahas di atas hanya
memberikan petujuk umum tentang belajar. Sehingga prinsip-prinsip belajar tidak
dapat dijadikan sebagai hukum belajar sehingga bersifat mutlak. Jika tujuan
bagaimana siswa belajar dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi siswa belajar
sehingga guru dapat mengambil strategi pengajaran yang tepat sesuai dengan
kondisi siswa. Terdapat faktor-faktor belajar yang mempengaruhi belajar siswa
seperti yang diungkapkan oleh pakar pendidikan diantaranya :
Faktor-faktor belajar yang dikemukakan oleh (Oemar Hamalik,2007,109)
sebagai berikut :
a) Kegiatan Belajar
Belajar memerlukan banyak kegiatan, seperti melihat, mendengar,
merasakan, berfikir, kegiatan motorik dan kegiatan lainnya, yang bertujuan agar
anak didik memperoleh pengalaman guna meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman, sikap dan nilai serta meningkatkan ketrampilan. Pengajaran
dianggap efektif jika anak bersikap aktif, sedangkan guru bertindak sebagai
pembimbing.
b) Latihan dan Ulangan
Belajar akan lebih mantap jika siswa diberikan latihan secara berkala dan
terbimbing dengan jalan relearning, recalling dan reviewing agar pelajaran yang
terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat
di pahami.
c) Kepuasan dan Kesenangan
Dorongan belajar akan bertambah besar jika belajar itu memberikan
kepuasan kepada siswa. Kepuasan akan tumbuh jika siswa mengetahui kemajuan
belajarnya, sedangkan kegagalan akan memunculkan rasa frustasi yang tidak
d) Asosiasi dan Transfer
Berbagai pengalaman yang diperoleh baik itu pengalaman lama atau baru,
harus diasosiasikan agar menjadi satu kesatuan. Pengalaman dari satu situasi perlu
diasosiasikan dengan pengalaman dari situasi lain sehingga memudahkan transfer
hasil belajar.
Berkaitan dengan transfer, sering dibahas tiga teori diantaranya :
1) Teori dan disiplin formal. Pembentukan berbagai daya pada manusia dapat
dibentuk melalui latihan akademis.
2) Teori unsur-unsur dan identik ,transfer terjadi jika di antara dua situasi
atau kegiatan terdapat unsur-unsur yang bersamaan
3) Teori Generalisasi, tranfer terjadi jika siswa memiliki pengertian atau
kesimpulan umum
e) Pengalaman Masa Lampau dan Pengertian
Berbagai pengalaman dan pengertian yang telah dimiliki siswa akan
memudahkannya menerima pengalaman baru, pengalaman dan pengertian masa
lampau tersebut menjadi dasar serta pengalaman apersepsi.
f) Kesiapan dan Kesediaan Belajar
Faktor kesiapan turut menentukan hasil belajar, kesiapan di sini
mengandung arti kesiapan mental, sosial, emosional dan fisik. Kesiapan
memudahkan para siswa untuk belajar mencapai keberhasilannya
g) Minat dan Usaha
Kegiatan belajar yang didasari dengan penuh minat akan lebih mendorong
muncul jika siswa merasa tertarik terhadap berbagai hal yang akan dipelajari, atau
jika siswa menyadari kaitan hal yang dipelajarinya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pribadinya.
h) Fisiologis
Kesehatan dan keseimbangan jasmani siswa perlu mendapat perhatian
sepenuhnya, karena kondisi fissiologis ini sangat berpengaruh terhadap
konsentrasi, kegiatan dan hasil belajar. Keberhasilan atau kegagalan belajar
ditentukan oleh faktor fisiologis siswa itu sendiri.
i) Intelegensi dan Kecerdasan
Kemajuan belajar juga ditentukan oleh tingkat perkembangan intelegensi
siswa seperti cerdas, atau lamban. Maka dalam proses belajar mengajar hendaklah
memperhaikan faktor ini sehingga siswa mampu menyerap materi yang diberikan
guru yang pada akhirnya memberikan hasil belajar yang memadai.
Faktor-faktor belajar di atas perlu mendapat perhatian dan pertimbangan
dalam proses belajar mengajar, agar hasil belajar siswa sedapat mungkin tercapai
sesuai dengan target yang dirumuskan sesuai dengan harapan lembaga pendidikan
yang terkait.
Selain pendapat di atas terdapat pula pendapat para ahli pendidikan seperti
(Atmowidjo,2009:83) menyatakan terdapat faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi belajar siswa diantaranya :
Faktor internal ini adalah faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi
siswa termasuk fisik maupun mental, misalnya rasa aman, kesehatan, kemampuan,
minat dll. Hal ini ikut menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar.
b) Faktor Ekternal
Faktor ekternal ini adalah faktor yang berasal dari luar siswa seperti alat
pelajaran, ruang belajar dan lain-lain. Serta lingkungan sosial maupun lingkungan
alamiahnya.
Faktor ekternal dapat di bagi sebagai berikut :
1) Lingkungan keluarga yang meliputi :
a) Cara mendidik : jika orang tua dalam mendidik anaknya denngan
penuh kekerasan maka di sekolah kelak akan menjadi anak penakut,
atau jika orang tua dalam mendidik anaknya dengan memanjakannya
maka jika anak sekolah kelak akan cenderung menjadi anak yang tidak
mempunyai tanggung jawab dan takut menghadapi tantangan.
b) Suasana keluarga : Hubungan keluarga sangat berpengaruh terhadap
belajar siswa, jika dalam keluarga terjadi kekakuan dan hubungan
antara keluarga tidak intim maka akan menurunkan semangat belajar
siswa, tetapi jika hubungan antar keluarga terjadi keharmonisan maka
akan menimbulkan semangat dan motivasi belajar siswa.
c) Pengertian Orang tua : Pengertian dari orang tua sangat diharapkan
dalam memotivasi belajar siswa, jika anak terbebani dengan
tugas-tugas rumah yang di berikan orang tua maka akan menimbulkan
d) Keadaan sosial ekonomi keluarga : Dalam belajar anak membutuhkan
sarana dan prasarana yang terkadang membutuhkan harga yang mahal,
bila keadaan ekonomi tidak memungkinkan maka akan menghambat
belajar anak, namun kendati demikian anak sedapat mungkin harus
diberikan pengertian. Agar semua kendala dapat teratasi.
e) Latar belakang kebudayaan : Tingkat pendidikan atau kebiasaan dalam
keluarga mempengaruhi sikap belajar siswa, untuk itu maka sangatlah
di perlukan memberikan contoh atau menanamkan
kebiasaan-kebiasaan baik kepada anak agar mendorong semangat belajar anak.
2) Lingkungan Sekolah yang meliputi :
a) Interaksi guru dan murid : jika dalam berinteraksi antara guru dan
murid kurang harmonis maka dapat menyebabkan terhambatnya proses
belajar mengajar siswa, hal ini disebabkan siswa merasa jauh dengan
guru sehingga siswa enggan untuk berpartisipasi langsung dalam
belajar.
b) Cara Penyajian : Dibutuhkan inovasi dalam mengajar agar dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, jika guru hanya
menggunakan metode ceramah dalam belajar maka siswa cenderung
untuk pasif dalam belajar, siswa cenderung hanya menulis dari ucapan
guru.
c) Hubungan antar murid : jika dalam kelas terdapat kelompok-kelompok
yang kurang sehat yang saling bersaing, (klik) dan kurang
menghambat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar untuk
itu diperlukan kebijaksanaan guru untuk mengatasi hal ini agar proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif.
d) Standar pelajaran di atas ukuran : Sering guru berpendapat
meningkatkan standar pelajaran dengan dalih meningkatkan mutu
pendidikan, akibatnya anak merasa tidak mampu untuk mengikuti
pelajaran sehingga anak takut pada guru.
e) Media Pendidikan : Media pendidikan mutlak dibutuhkan dalam
belajar agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar,
seiring semakin banyaknya siswa yang masuk sekolah maka
diperlukan media pembelajaran yang cukup memadai misalnya buku,
laboratorium, media pendidikan dan lain-lain.
f) Kurikulum : Guru dituntut untuk mempunyai program perencanaan
yang benar agar dapat melayani siswa belajar secara individual.
g) Keadaan Gedung : Keadaan gedung harus memadai antara jumlah
siswa dengan kapasitas gedung, agar siswa tidak duduk berjejal-jejal di
dalam kelas yang pada ahirnya dapat menghambat proses
belajar-mengajar siswa.
h) Waktu Sekolah : Dengan bertambahnya jumlah anak yang masuk
sekolah sedangkan tidak disertai dengan penambahan gedung sekolah
yang cukup, maka menyebabkan siswa terpaksa masuk sekolah siang
i) Pelaksanaan Disiplin : pelaksanaan disipin di sekolah sangat
berpengaruh terhadap proses belajar siswa, pelaksanaan disiplin yang
ketat, kaku dan mati membuat siswa enggan untuk belajar begitu pula
jika disiplin dilaksanakan dengan penuh toleransi tanpa ada ukuran
yang jelas akan membuat siswa tidak termotivasi untuk berbuat
disiplin yang pada ahirnya dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
j) Metode Belajar : Cara belajar yang keliru dapat menghambat
keberhasilan siswa dalam belajar contoh jika siswa hanya belajar jika
ada ulangan saja, sehingga dalam belajar siswa menggunakan waktu
yang berlebihan dan melupakan waktu istirahat. Untuk itu diperlukan
bimbingan guru agar siswa dapat mngetahui cara belajar dengan baik
dan benar.
k) Pekerjaan Rumah (PR) : PR yang terlalu banyak dapat menghambat
proses belajar siswa.
3) Lingkungan Masyarakat meliputi :
a) Mass Media : Mass media seperti tv, radio, bioskop, internet, novel
dan lain-lain dapat menghambat proses belajar siswa jika dalam
penggunaan media tersebut siswa bersikap secara berlebihan sehingga
melupakan tugas belajar, yang pada ahirnya mengakibatkan hasil
belajar siswa kurang memadai.
b) Teman Bergaul : Dalam kehidupan anak, pergaulan dan teman dapat