• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tradisi Marsirimpa “Gotong-Royong” pada Adat Hamatean Saur Matua / Sari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Performansi Marsirimpa “Gotong-Royong” pada Tahapan Siklus Daur Hidup

4.2.6 Tradisi Marsirimpa “Gotong-Royong” pada Adat Hamatean Saur Matua / Sari

85

(pihak parboru). Tema mandok hata ini adalah berupa kata-kata ucapan syukur kepada Tuhan dan nasihat nasihat dari pihak keluarga untuk sang calon ibu.

(7) Pemberian uang dari calon ibu & bapak kepada keluarga perempuan atau biasa disebut parsituak na tonggi sebagai wujud terima kasih.

Pada tahap ini masih mengandung unsur gotong-royong, mulai dari tahap persiapan. Tetangga dari keluarga yang melaksanakan acara mambosuri ini akan datang sebelum orang tua kedua belah pihak datang, mulai dari membereskan rumah, menata bangku membentangkan tikar hingga persiapan jamuan yang akan di sediakan maupun yang akan dibawa oleh orangtua kedua belah pihak. Biasanya tetangga yang terlibat membantu acara ini akan menungg orangtua dari kedua belah pihak datang dan menerima jamuan makan yang dibawakan mereka. Lalu mereka akan membawa dan mempersiapkan menu kamanan tersebut di belakang untuk di hidangkan pada saat memulai acara mambosuri tersebut.

Setelah itu unsur gotong-royong yang terkandung selanjutnya ialah orangtua kedua belah pihak juga memberikan sebuah amplop berisi uang untuk persiapan kelahiran menantunya dan juga putrinya. Begitu juga ddengan tetangga yang diundang sekaligus hadir akan memberikan sebuah buah tangan atau kado untuk persiapan masa kelahiran si cabang bayi tersebut, ada juga yang memberikan amplop berisi uang yang gunanya agar dapat dipergunakan pada masa kelahiran.

4.2.6 Tradisi Marsirimpa “Gotong-Royong pada Adat Hamatean Saur Matua /

86

No Tahapan Pelaksanaan Teks Ko-teks Konteks

1 Tahap keenam

Adat kematian Molo sari matua natoras na monding adong dope

dakdanaknya nasomuli, molo saur matua

ngasude dakdanak na mangoli jala nga adong marpahoppu Terjemahan:

Kematian sarimatua (anaknya masih ada yang belum berumah tangga), saurmatua

(anaknya sudah seluruhnya berumah tangga)

Dalihan natolu, Parjambaran, alat musik gondang, peti mati, jamuan makan, ulos, tumpak, dll

Konteks budaya:

gotong-royong Konteks sosial:

berkumpul untuk menghadiri acara kematian dan

penguburan Konteks situasi: pagi hari hingga malam hari dan

beberapa hari sampai pada acara

87

penguburan

Saur Matua adalah orang yang telah meninggal dunia dan telah memiliki anak cucu dari seorang putra dan putri. Saur artinya lengkap atau sempurna yang disebut orang yang telah meninggal memiliki kekerabatan yang sempurna, telah memiliki anak dan memiliki cucu. Jadi jika almarhum telah menyempurnakan kekerabatannya, maka upacara penguburan adat dilaksanakan dengan sempurna (saurmatua). Setelah kematian sudah saur, upacara penguburannya harus dilakukan dengan sempurna, yang disebut ulaon na gok (acara yang penuh dengan adat). Ulaon dan gok di lakukan secara maralaman (di halaman). Boan (makanan) yang disiapkan adalah sigagat duhut (kerbau). Dalam pelaksanaan upacara Saur Matua seluruh keluarga, kerabat, orang tua, pemuda dan seluruh masyarakat dimanapun berada, seperti; di luar negeri, di ladang, di pemukiman untuk kegiatan pertanian yang letaknya jauh dari desa atau pemukiman lain. Mereka sekarang, bersatu, mereka berkumpul untuk memberikan waktu mereka untuk ke tempat peristirahatan terakhir orangtua mereka. Dalam upacara adat Saur Matua terdapat 7 (tujuh) tahapan saat upacara dimulai dari awal sampai akhir, yaitu:

1) Pasada Tahi

Acara pasada tahi merupakan acara musyawarah singkat untuk persiapan upacara. Upacara pasada dilaksanakan di rumah almarhum. Yang wajib hadir dalam acara pasada tahi adalah

88

(1) seluruh anak almarhum (suhut), dan (2) paidua ni Suhut/dongan tubu na sumolhot (keluarga yang layu dekat dengan almarhum) untuk membicarakan persiapan-persiapan yang akan dibahas pada acara musyawarah umum (marria raja) nanti.

Dalam musyawarah, semua pembicaraan dicatat oleh paidua ni Suhut untuk kemudian dipersiapkan untuk musyawarah umum. Acara tersebut juga mengangkat orang-orang yang akan bertanggung jawab atas setiap bidang pekerjaan yang telah ditugaskan, misalnya: (a) menunjuk orang untuk membahas riwaayat kehidupan (b) mengatur peti mati (ruma-ruma), (c) memberitahu kepada pihak-pihak tertentu (1) hula-hula, (2) hula-hula ni hahaanggi, (3) hula-hula naposo, (4) tulangna, (5) bona tulangna, (6) bona ni ari, dan (7 ) tulang rorobotna, (d) memberi tugas kepada seseorang untuk mengundang dongan tubu, dongan shuta, dongan saulaon, ale-ale, (e) menunjuk orang yang menyiapkan makanan untuk keluarga dan paradaton, (f) menunjuk orang khusus untuk pisau ulos ini dan juga bendahara umum, ( g) menentukan waktu untuk maria raja/tonggo raja, (h) hewan apa yang akan disembelih, (i) menentukan waktu untuk mompo, maralaman. , memberi sisat dan sisatua, (j) menentukan orang yang menyiapkan roti sijagaron marata, (k) menentukan orang yang menerima kedatangan hula-hula.

2) Mompo/Manggomppoi

Acara mompo dibawakan oleh para Suhut, Hula-hula (panaput), Dongan Tubu (Panambak), dan Boru. Hula-hula memegang peranan penting, yaitu sebagai pemain utama atau saksi dalam acara moppo. Jika tidak ada hula-hula (panaput), acara moppo ditunda untuk dilaksanakan. Dongan tubu (semarrga) berperan penting dalam

89

peristiwa mompo karena itulah yang akan meletakkannya tubuh di peti. Jika tidak, acara tidak dapat dilanjutkan. Menurut adat yang berlaku, tidak ada pihak yang boleh meletakkan jenazah di peti mati yang telah disediakan kecuali dongan tubu (panambak). Saat acara moppo diadakan di rumah almarhum.

3) Maria Raja

Acara dilakukan oleh tiga pihak hasuhuton yang telah memperoleh persetujuan dalam acara pasada tahi, kemudian dilanjutkan dalam acara maria raja dengan tujuan menyimpulkan agenda pada acara yang akan diadakan dalam acara maralaman esok hari oleh Suhut. Dalam acara ini, Suhut juga akan mengundang hula-hula, dongan tubu, boru, raja adat, parsahutaon, dan punguan ni huria. Hal-hal yang dibahas dalam acara tersebut adalah: (a) siapa yang diundang, (b) membahas silsilah almarhum, (c) jumlah anak yang meninggal, (d) membahas nama acara (adat). na gok), (e) pembahasan pemberian ulos sapput, mengungkapkan hombung, (f) penerima hula-hula, (g) hewan apa yang akan disembelih (berapa jam makan), (h). ) waktu kejadian umum, (i) membahas tempat pemakaman, (j) marsijagaron.

4) Mengembak – embaki dan pangalangon

Acara Mangembak-embaki/panggalangon adalah acara yang dilaksanakan pada malam hari sebelum acara pesta monding besok. Acara mangembak-embaki itu sebagai acara yang menggantikan proses mangandung-andung (menangis kematian).

Istilah tersebut diubah karena masyarakat pada masa lalu menganggap bahwa orang yang telah meninggal Saur Matua tidak layak lagi untuk diratapi. Pasalnya, semua beban, kewajiban, dan tanggung jawab terhadap anak-anaknya telah terhapus, bahkan

90

pencapaian kebahagiaan dalam hidup mereka juga sudah lama tertunda. Mereka yang hadir dalam acara tersebut adalah hula-hula, dongan tubu, boru, raja ni horja dan juga dongan sahutana.

Urutan kegiatan dimulai dari hasuhuton, hulahula, boru, dongan tubu, dan raja ni horja. Selama acara dilakukan, terlihat Boru memberi penghormatan kepada hulahula dan sebaliknya. Acara silaturahmi adalah acara yang dilakukan oleh boru ke pesta hula-hula. Dalam acara ini, pihak boru memberikan ucapan terima kasih (galang) berupa uang kepada hula-hula. Acara dibuka oleh Boru Suhut yang mengucapkan terima kasih kepada para hula-hula keturunan Saur Matua. Acara ini diadakan ketika semua keturunan Saur Matua adalah mamora (kaya). Acara panggalangon terkadang tidak diwajibkan karena tidak semua keturunan orang yang telah meninggal mamora (kaya) dan dapat melakukan acara panggalangon. Kedua acara tersebut bertujuan untuk menjaga kerukunan dan rasa solidaritas antara hula-hula dan boru.

5) Panambabolon

Ketika upacara Panambolon dimulai, semua pihak Suhut dan Dongan Tubu Raja Ni Panambol sudah berada di tengah-tengah halaman Suhut, mereka berbicara dengan ramah dan Suhut membujuk pihak Panambol di atas piring berisi nasi, sirih, uang dan isian. digunakan untuk memotong atau menyembelih kerbau. Acara berlangsung pada pagi hari. Dalam acara ini penabuh akan menari tujuh putaran hewan yang akan disembelih di depan suhut, setelah itu kepala hewan yang disembelih akan diletakkan di atas kayu di atas wajan.

91 6) Maralaman

Upacara Maralaman adalah upacara terakhir yang dilakukan sebelum pemakaman almarhum. Namun sebelum almarhum dibawa ke tengah rumah, terlebih dahulu diadakan kebaktian gereja, setelah itu seluruh keturunan almarhum berpamitan, setelah itu almarhum dibawa ke pelataran diiringi lagu perpisahan.

(biasanya lagu rohani). Pihak panambak itu mengangkat peti ke halaman. Semua unsur dari dalihan na tolu telah berkumpul di halaman dan mengambil posisi masing-masing. Setelah semua unsur dalih tolu dan pargonsi selesai, pihak gereja kembali membuka upacara di pelataran dengan rencana yang disediakan oleh pengurus gereja.

Setelah acara di halaman selesai, tiba saatnya pemakaman, dan semua orang akan ikut mengantarkan yang telah meninggal, menemani suhut bolon ke pemakaman untuk melanjutkan upacara pemakaman.

7) Ungkap hombung

Hombung bisa diartikan sebagai tempat tersembunyi di dalam rumah, tempat sebuah keluarga biasanya menyimpan barang-barang milik keluarganya. Peristiwa itu terjadi setelah pemakamannya. Ungkapan hombung ini dibawa oleh hula-hula ke Suhut dimana ia berhak melihat barang-barang yang ditinggalkan oleh almarhum seperti boru, saudara perempuannya atau namboru “bibi” (jika yang hidup adalah keponakannya). Ia berhak mendapatkan barang-barang tersebut sebagai oleh-oleh, sekaligus kesempatan terakhir untuk mendapatkan sesuatu sebagai tabungan atau warisan dari boru. Biasanya acara berlangsung di tengah rumah setelah penguburan

92

dan tanpa memberikan kunci hombung si boru, Suhut hanya menyoroti uangnya.

Setelah hombung selesai, acara ditutup oleh seorang pemuka adat.

Pada tahap upacara adat kematian suku Batak Toba juga masih mengandung unsur gotong-royong terlihat mulai dari awal terjadinya peristiwa tetangga yang berada di lingkungan namate “yang meninggal” akan mempersipakan seluruh tempat dan halaman rumah sebelum kedatangan jenazah, setelah itu pihak STM (serikat tolong menolong) akan berada dilokasi untuk menerima jenazah sekaligus melakukan kebaktian di rumah yang meninggal. Pada tahap ini seluruh keluarga akan berkumpul untuk dilakukannya acara kebaktian tersebut.

Saat malam tiba tetangga yang berada disekitar lingkungan rumah yang meninggal juga akan menemani keluarga untuk berjaga, mulai dari menjaga teratak, kursi, peti mati, hingga perlengkapan dan barang-barang yang keluarga itu punnya.

Biasanya mereka akan bermain kartu, bercerita, tebak-tebakan dan sebagainya, sembari minum kopi, teh atau minuman khas batak “tuak” tak lupa mereka juga menyediakan makan yang diambil atau diolah sendiri dirumah yang meninggal tersebut. Hingga pagi tiba mereka akan berganti dengan keluarga yang sudah bangun guna beristirahat.

Setelah melakukan jaga malam tahap gotong-royong yang terlihat dalam acara kematian lainnya berupa dana turut berbela sungkawa wang diberikan pihak STM tetangga yang hadir dan warga-warga yang mengenal anggota keluarga tersebut. Bagi sebagian warga yang masih memiliki hubungan keluarga kepada yang meninggal juga akan memberikan berupa ulos kepada yang meninggal, sekaligus tanda turut

93

berbela sungkawa mereka. Biasanya ini dilakukan pada acara adat yang sacral atau hari H ulaon sebelum acara penguburan dilaksanakan.

Saat acara adat warga sekitar berikut juga dengan STM yang bertugas dalam marhobas guna mengenal sekaligus orang yang paham dalam situasi keluarga yang meninggal tersebut. Tahap-tahap dalam marhobas ini dilakukan mulai dari memasak hidangan makan, minum berupa kopi, dan teh persiapan jambar yang akan di potong pada acara ulaon. Biasanya ini dilakukan dengan teknis pembagian kerja dengan beberapa kelompok hingga saat acara adar selesai.

Untuk teknis penguburan biasanya dilihat dari acara maria raja apakah teknis penguburannya di bawa ke kampong atau di tempat pemakaman gereja atau di lingkungan rumahnya. Jika jenazah dibawa kekampung pihak tetangga akan segera mencarikan ambulan guna mempermudah keluarga dalam pengantaran jenazah ke kampong. Jika penguburannya dilakukan di lingkungan tempat tinggal atau di tempat pemakaman gereja pihak STM dan juga tetangga akan menemani sekaligus menghantarkan peti mati tersebut ke peristirahatan terakhir. Biasanya setelah acara penguburan STM dan tetangga yang berperan dalam acara kematian tersebut akan diberikan jamuan makan sekaligus piham keluarga mengucapkan terimakasih kepada mereka.

4.2.7 Tradisi Marsirimpa “Gotong-Royong” pada Adat Mangongkal Holi Suku