• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Onan Nainggolan

4.1.1 Transportasi Darat

Transportasi yang baik dan lancar akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan suatu daerah. Begitu juga dengan Onan Nainggolan, juga mendapatkan dampak dari perkembangan transportasi.

Kemajuan dalam bidang transportasi sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan Onan Nainggolan. Pada tahun 1965, masyarakat yang ingin melakukan kegiatan dagang tergolong sedikit. Hal ini dikarenakan kondisi transportasi masyarakat pada saat itu yang belum memadai. Masyarakat yang berdagang pun hanya berasal dari daerah Samosir sendiri seperti Onan Runggu, Sitinjak, dan Harian yang berjarak hanya sekitar 5-10Km dari Onan Nainggolan. Mereka yang datang biasanya menggunakan kuda beban sebagai alat transportasi

untuk mengangkut barang dagangan mereka. Selain itu, masih ada dari sekelompok masyarakat yang menggunakan pedati sebagai alat transportasi jika bepergian atau mau menuju Onan. Mereka yang menggunakan pedati dan kuda beban tersebut biasanya berasal dari kalangan pedagang yang memiliki jumlah barang dagangan yang relatif lebih banyak, sedangkan bagi kalangan pedagang yang memiliki jumlah dagangan yang sedikit biasanya mereka hanya berjalan kaki sambil memikul barang dagangan yang akan dijualnya26

Selain itu, kondisi jalan tanah dan berbatu menjadi penyebab lamanya waktu yang ditempuh para pedagang, khususnya pedagang yang berjalan kaki ke Onan

Nainggolan. Belum lagi jika hujan turun, maka jalanan yang dilalui para pedagang akan menjadi becek dan sangat licin sehingga terkadang para pedagang seringkali harus singgah di suatu tempat teduh menunggu hujan reda dan jalanan tidak licin. Hal ini tentu saja membuat dagangan mereka terkadang harus busuk dan layu sehingga tidak laku dijual di pasar. Situasi ini cukup merugikan masyarakat dan memicu lambatnya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang banyak menggantungkan hidupnya di Onan Nainggolan.

.

Pada tahun 1972 yang karena didasari rasa ingin membangun daerah, muncullah ide dari masyarakat dan raja-raja Bius untuk memperbaiki jalan tanah yang menghubungkan daerah masing-masing menuju Onan Nainggolan. Masyarakat beserta para raja bius mulai mengusulkan pembangunan jalan kepada pemerintah setempat. Kemudian pada tahun 1974 jalan aspal mulai dibangun, walaupun hanya

26 Wawancara dengan A. Deddy Lumban Siantar di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 1 Agustus 2013.

seadanya saja namun sudah memudahkan para pedagang untuk mencapai Onan

Nainggolan27

Pada tahun 1977, pembangunan sarana transportasi jalan mulai dibangun sedemikian rupa. Jalan mulai diratakan dan pembangunan jalan aspal pun mulai dilakukan. Lalu pada tahun 1980 pembangunan jalan aspal telah rampung dibangun. Pembangunan jalan aspal tersebut meliputi daerah Onan Runggu, Pangururan, Palipi, Urat, dan Sirait. Jalan tersebut dibangun untuk menghubungkan beberapa desa di daerah Samosir dan menghubungkan antara Samosir dengan daerah lain seperti Sidikalang. Akan tetapi pembanguna yang dilakukan pun belum merata. Pembangunan jalan belum sampai ke daerah pelosok kampung. Pembangunan yang dilakukan hanya terbatas pada akses jalan besar yang mengikuti alur pinggiran danau.

.

28

Melihat kenyataan bahwa telah adanya prasarana jalan yang bagus, masyarakat mulai berpikir akses termudah mencapai Onan Nainggolan. Salah satunya dengan menggunakan jasa transportasi angkutan. Angkutan yang digunakan pada masa itu untuk mengangkut pedagang dan barang dagangannya hanya terbatas pada angkutan mobil jenis pick up. Para pedagang yang memanfaatkan mobil angkutan ini biasanya adalah kalangan pedagang dengan barang dagangan yang jumlahnya cukup banyak. Sementara bagi mereka yang tidak terlalu banyak barang dagangannya biasanya hanya menggunakan angkutan pribadi seperti sepeda motor.

27

Wawancara dengan A. Deddy Lumban Siantar di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Tanggal 1 Agustus 2013.

28 wawancara dengan Roy Gultom, Kepala Perpustakaan Paroki St. Paulus Onan Runggu, Tanggal 1 Agustus 2013

Keberadaan angkutan pada masa itu masih langka. Baru pada tahun 1990-an keberadaan angkutan mengalami perkembangan yang begitu signifikan. Pada tahun-tahun tersebut telah ada angkutan umum, pick up, truck, dan lainnya yang bertujuan untuk akses menuju Onan Nainggolan. Hal ini memberikan dampak yang sangat besar terhadap kemajuan dan perkembangan Onan Nainggolan itu sendiri. Dengan adanya transportasi yang menghubungkan Onan dengan daerah lain, maka semakin banyak pula masyarakat pedagang yang melakukan aktifitas dagang di Onan

Nainggolan. Salah satu contohnya adalah Bapak Anto Siburian yang berasal dari Sidikalang. Beliau adalah seorang pedagang yang ada di Onan Nainggolan sejak tahun 1987. Menurut penuturan beliau, peran angkuatan sangat membantu dalam proses perdagangannya.

“Bayangkan saja jika tak ada transportasi untuk mencapai Nainggolan. Mungkin saya tidak akan sampai kemari dari kampung asal saya. Dan kalau pun saya memberanikan diri hanya bermodalkan kuda beban, mungkin tunggu 1 tahun lagi baru tiba di Nainggolan. Otomatis barang dagangan yang ingin saya jual akan habis saya makan sendiri selama di perjalanan. Itu pun bakalan kurang.”29

Dengan kata lain, dapat dijelaskan bahwa kemunculan transportasi sangat berpengaruh terhadap kegiatan perdagangan di Onan Nainggolan. Akses jalan yang lebih mudah dan waktu tempuh yang lebih singkat setelah berkembangnya transportasi telah memberikan dampak yang begitu besar pula terhadap kemajuan dan perkembangan Onan Nainggolan. Masyarakat sangat diuntungkan dengan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraannya, dan Onan Nainggolan semakin berkembang seiring berkembangnya transportasi.

29 Penuturan Bapak Anto Siburian pedagang di pasar Onan Nainggolan pada wawancara tanggal 1 Agustus 2013

Dengan demikian peranan transportasi semakin vital sejalan dengan tingkat kemajuan ekonomi dan kemakmuran daerah. Hal ini bersangkut paut dengan transportasi yang menyinggung langsung kebutuhan pribadi warga setempat serta berkaitan langsung dengan kehidupan ekonomi masyarakat. Sebaliknya, dampak dari kelumpuhan yang diakibatkan keterbatasan bidang transportasi pasti tidak hanya merugikan dan menimbulkan derita bagi warga tetapi seluruh system ekonomi yang berkembang di daerah pun akan ikut mengalami kekacauan.

Dokumen terkait