BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.4 Triangulasi Sumber Data Analisis Kebutuhan
Triangulasi sumber dilakukan kepada responden yang akan menjadi obyek penelitian saat melakukan uji coba produk. Informasi yang diperoleh dari responden, akan mempengaruhi produk yang akan dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan.
3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses pengumpulan informasi dengan kontak langsung atau tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi yang dilakukan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk
Wawancara Guru
Siswa Kepala Sekolah
dijawab secara lisan pula (Margono, 2010: 165).Dalam penelitian ini, wawancara digunakan untuk memperoleh data secara kualitatif. Pada penelitian ini digunakan jenis wawancara tidak terstruktur. Pewawancara maupun subjek yang diwawancarai dapat dengan bebas memberikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari peneliti karena pada dasarnya jawaban yang diperoleh dari subjek tidak dapat diprediksi sebelumnya sebab sangat bergantung pada realitas yang terjadi sebenarnya (Krathwohl, 2004: 298-299). Wawancara tidak terstruktur biasanya digunakan dalam pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan hidup, sikap, keyakinan subjek, atau keterangan lainnya yang dapat diajukan secara bebas kepada subjek (Margono, 2010: 167). Peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan untuk memberikan pertanyaan, namun pertanyaan- pertanyaan yang diberikan dapat berkembang sesuai dengan jawaban narasumber dan kondisi di lapangan.
Peneliti melakukan wawancara secara langsung di awal pertemuan guna mencari tahu mengenai ketersediaan dan penggunaan alat peraga selama ini. Wawancara awal ini dilakukan sebagai bentuk follow up terhadap hasil kuesioner analisis kebutuhan. Selain itu, wawancara juga dilakukan untuk mengonfirmasi kuesioner validasi produk yang telah diberikan dan untuk mendapatkan informasi secara lebih mendalam mengenai kualitas produk yang dikembangkan. Wawancara juga dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai dampak proses yaitu persepsi siswa dalam penggunaan alat peraga papan perkalian.
3.7.2 Observasi
Teknik observasi merupakan salah satu teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data tentang ketersediaan dan penggunaan alat peraga.Data yang dihasilkan dari observasi merupakan data kualitatif.Observasi bertujuan untuk memperkuat informasi yang telah diperoleh memperkuat informasi yang telah diperoleh kuesioner dan wawancara dari subjek penelitian.Hasil observasi digunakan untuk mengolah kebutuhan di sekolah.Informasi yang diperoleh dari data tersebut diolah beserta dengan hasil wawancara dari guru, siswa, dan kepada sekolah.
3.7.3 Kuesioner
3.7.3.1 Teknik Analisis Kebutuhan
Teknik analisis data pada kuesioner analisis kebutuhan berupa penghitungan nilai dalam bentuk persen.Tujuan dari penghitungan nilai dalam bentuk persen adalah untuk memperoleh data rasio dari analisis kebutuhan.Penghitungan tersebut untuk mengetahui persentase setiap item pada kuesioner.
Rumus 3.1 Rumus Persentase Jawaban dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan.
Selain dalam bentuk presentase, kuesioner analisis kebutuhan memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan pendapat secara terbuka.Teknik analisis data untuk mengolah pendapat yang muncul dengan menginterpretasikan data kualitatif berupa pendapat terbuka dari responden.Analisis tersebut
digunakan untuk mengetahui berbagai alasan sekaligus data penguat dari jawaban responden dalam data kualitatif.
3.7.3.2 Teknik Analisis Validasi Ahli
Data yang diperoleh berdasarkan kuesioner dari responden selanjutnya dianalisis dengan statistik deskriptif sebagai pertimbangan dalam pengembangan alat peraga matematika berbasis metode Montessori dan album pembelajarannya. Langkah-langkah analisis statistik deskriptif meliputi, (1) pengumpulan data kasar, (2) pemberian skor untuk analisis kuantitatif, dan (3) skor yang diperoleh melalui uji validasi dikonversikan menjadi data kualitatif dengan skala empat. Pengkonversian tersebut mengacu pada skala Likert yang diadaptasi oleh Widoyoko (2013: 144).
Tabel 3.9 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif
Interval Skor Klasifikasi
3,25<X≤4,00 Sangat Baik
2,50<X≤3,25 Baik
1,75<X≤2,50 Kurang
1,00≤X≤1,75 Sangat Kurang
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan empat kriteriapenilaian alat peraga, yaitu sangat baik (4), baik (3), kurang baik (2), dan sangat kurang baik (1).Konversi skor diatas menjadi acuan peneliti dalam mengukur kelayakan instrumen non tes yang digunakan maupun validasi produk alat peraga.
3.7.4 Teknik Analisis Uji Coba terbatas
Sebelum melakukan uji coba lapangan terbatas, peneliti mengadakan pretest dan posttest. Soal tersebut digunakan untuk melihat kemampuan awal siswa
sebelum uji coba lapangan terbatas dan melihat kemampuan siswa setelah mengikuti uji coba lapangan terbatas. Rumus perhitungan pretest dan posttest.
Rumus 3.2 Nilai Pretest dan Posttest
Langkah selanjutnya yaitu menghitung rata-rata nilai tes semua siswa dengan rumus.
Rumus 3.3 Rata-rata Nilai Tes
Dari nilai rata-rata dapat diketahui perbedaan nilai pretest dan posttest.
Rumus 3.4 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest
Rumus 3.5 Rata-rata Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest
Nilai tes =
Rata-rata nilai tes =
Perbedaan nilai = (nilai posttest – nilai pretest)
3.8 Jadwal penelitian
Penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan dari 12 Juli 2014 hingga 19 Desember 2014.
61
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab 4 berisi hasil penelitian dan pembahasannya yang mencakup hasil dan pembahasan.
4.1 Hasil
Bab ini berisi uraian tentang proses penelitian dari persiapan sampai pelaksanaan. Uraian tersebut meliputi potensi masalah, perencanaan, pengembangan desain, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas.
4.1.1 Potensi Masalah
Potensi masalah dikaji dengan mengidentifikasi masalah yang terjadi di lapangan.
4.1.1.1 Identifikasi Masalah
Tahap awal penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh penelitian adalah mengidentifikasi permasalahan terkait dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.Peneliti mengkaji permasalahan tersebut dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi.Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru dan sekelompok siswa.Wawancara dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi.Peneliti melakukan observasi secara nonpartisipatif, yakni peneliti sebagai pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dan berperan sebagai pengamat.Peneliti melakukan analisis kebutuhan setelah melakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru dan sekelompok siswa dan observasi yang dilakukan di dalam kelas ketika guru mengajar. Data yang diperoleh akan dianalisis sebagai dasar pembuatan kuesioner. Hasil
menentukan potensi dan masalah.
4.1.1.2 Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dilakukan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran matematika.Kegiatan wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru kelas, dan 5 siswa kelas II.Sebelum dilakukan kegiatan wawancara, instrumen wawancara divalidasi kepada beberapa ahli seperti ahli bahasa, pembelajaran matematika, dan guru SD setara.Validasi yang dilakukan merupakan validasi konstrak yaitu melihat kesesuaian instrumen yang digunakan dengan teori yang ada.Adapun hasil validasi terhadap instrumen wawancara dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara
Ahli Nomor Item Total Rerata
1 2 3 4 5 6 Bahasa 4 4 4 4 2 4 22 3,67 Matematika 3 4 4 3 3 3 20 3,33 Guru 1 4 4 3 3 4 4 22 3,67 Guru 2 4 4 4 4 3 4 23 3,83 Rerata 21,75 3,62
Berdasarkan hasil validasi tersebut, didapatkan rerata skor sebesar 3,62. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen wawancara layak digunakan.Beberapa ahli tersebut juga memberikan komentar terkait dengan pedoman wawancara.Berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar yang disajikan dalam tabel 4.2.
Ahli No. Item
1 2 3 4 5 6
Bahasa - - - - Tidak ada -
Matematika - - - -
Guru 1 - - - - Tidak ada
pedoman penskoran - Guru 2 - - - Penggunaan huruf kapital - -
Beberapa komentar tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dalam memperbaiki instrumen wawancara sebelum digunakan. Selanjutnya, pedoman wawancara tersebut digunakan untuk mencari data tentang ketersediaan dan penggunaan alat peraga dengan responden antara lain kepala sekolah, guru, dan siswa kelas II. Berikut akan dipaparkan hasil wawancara ketiga narasumber.
4.1.1.2.1 Wawancara Kepala Sekolah
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap kepala sekolah SD Kanisius Kumendaman pada tanggal 18 Juli 2014.Wawancara yang dilakukan kepada kepala sekolah telah diperoleh bahwa guru memiliki metode masing-masing untuk mengajar dikelas.Metode yang dilakukan disesuaikan kebutuhan kelas atau kondisi kelas.Pada pembelajaran matematika khususnya, sampai saat ini siswa belum memperoleh prestasi dalam bidang tersebut.Namun untuk hasil ujian nasional, beberapa siswa memperoleh nilai maksimal. Pelajaran bidang matematika sendiri, beberapa anak yang dapat memahaminya, maka akan semakin suka namun, anak merasa ketakutan apabila merasa kesulitan dalam belajar matematika. Kesulitan matematika sendiri, dikarenakan karena anak yang minder, dan kurangnya kreatifitas guru membantu anak yang mengalami kesulitan, misalkan menggunakan alat peraga atau
dapat dialami ketika siswa tidak menyukai sehingga merasa ketakutan dan minder, serta kurangnya pendampingan untuk selalu berlatih.Bukan hanya itu saja, kemampuan guru dalam mendampingi siswa mempengaruhi kemampuan siswa dalam memahami konsep abstrak.Pengadaan alat peraga di SD Kanisius Kumendaman dilakukan dengan menduplikat alat peraga, dan dapat membuatnya sendiri.Pengadaan dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan siswa.Terkait dengan alat peraga, SD Kanisius Kumendaman sudah pernah dilakukan penelitian dengan mengembangkan alat peraga dan diujicobakan secara terbatas, serta pretest dan posttest.Berikut ini adalah hasil wawancara kepala sekolah berkaitan dengan alat peraga.
Tabel 4.3 Hasil Wawancara Kepala Sekolah
No Topik Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Informasi berkaitan dengan sekolah Siswa SD Kanisius Kumendaman pernah mendapat kejuaran terkait dalam pembelajaran matematika.
2. Ketersediaan alat peraga di sekolah antara lain: a. Alat peraga matematika yang sudah ada di sekolah
b. Pengadaan alat peraga matematika di sekolah
c. Perawatan alat peraga matematika di sekolah
Sekolah berupaya menyediakan alat peraga meskipun hanya menduplikat atau hanya menggunakan bahan yang ada disekitar sekolah dan tergantung kreatifitas masing-masing guru dalam membuat alat peraga bersama siswa diwaktu pelajaran berlangsung.
3. Penggunaan alat peraga matematika dalam pembelajaran
Penggunaan disesuaikan dengan kondisi kelas. Terbatasnya alat peraga mempengaruhi cara penggunaan. Apabila tersedia alat hanya satu, maka digunakan secara klasikal.
4. Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat peraga.
Penelitian terkait dengan alat peraga belum pernah dilakukan di SD Kanisius Kumendaman.
4.1.1.2.2Wawancara Guru
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas II SD KanisiusKumendaman yang dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2014, diperoleh bahwa beberapa siswa merasa kesulitan saat
seadanya yang ada di sekolah namun alat peraga tersebut belum dapat menarik minat siswa untuk belajar, sehingga saat pembelajaran berhitung siswa bermain dan berlarian di dalam kelas. Guru mengatakan bahwa siswa terlihat mengeluh ketika pembelajaran matematika yakni pada materioperasi hitung perkalian. Meskipun pembelajaran tersebut sudah menggunakan alat peraga dadu kecil-kecil, anak masih merasa kesulitan.
Tabel 4.4 Hasil Wawancara Guru
No. Topik Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Ketersediaan alat peraga di kelas antara lain: a. Alat peraga matematika yang dimiliki oleh kelas
b. Pengadaan alat peraga matematika oleh guru
Alat peraga sudah disediakan sekolah, tetapi hanya terbatas. Guru merasa kerepotan jika diminta untuk menyediakan alat peraga terlebih dahulu. Kadang-kadang siswa diminta untuk membuat alat peraga sendiri.
2. Penggunaan alat peraga matematika dalam pembelajaran
Alat peraga hanya terbatas dan tidak semua materi menggunakan alat peraga.
3. Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran matematika
Kemampuan siswa yang berbeda-beda dalam menangkap materi pembelajaran, membuat guru harus menjelaskan ulang.
4. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika
Kesulitan yang dialami siswa kelas II yaitu dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
5. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di atas
Memberikan jam tambahan setelah pulang sekolah.
4.1.1.2.3 Wawancara Siswa
Wawancara kepada siswa kelas II SD Kanisius Kumendaman pada tanggal 1 September 2014.Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kesulitan dalam belajar matematika.Berikut ini adalah hasil dari wawancara yang ditunjukan kepada siswa.
Tabel 4.5 Hasil Wawancara Siswa Kelas II
No. Topik Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Tanggapan terhadap pembelajaran matematika yang selama ini terjadi.
Siswa mengatakan pelajaran matematika itu susah dan membosankan. Tetapi ada juga yang mengatakan matematika itu menyenangkan. 2. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran
matematika
Siswa hanya menyebutkan spidol, kapur, papan tulis, balok kecil-kecil, lemari, penggaris. 3. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam
pembelajaran matematika
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa diantaranya:
- Perkalian
- Perkalian dengan teknik menyimpan
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dan penggunaan alat peraga masih terbatas.Hal tersebut dapat terlihat dari jawaban narasumber yang digambarkan dalam bagan berikut.