• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II RAHASIA JABATAN NOTARIS ATAS AKTA YANG

A. Tinjauan Umum Tentang Notaris

2. Tugas/Kewenangan Notaris

Kewenangan merupakan suatu tindakan hukum yang diatur dan diberikan kepada suatu jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur jabatan yang tersebut. Wewenang Notaris memiliki batasan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur jabatan pejabat yang bersangkutan.

Setiap perbuatan pemerintahan diisyaratkan harus bertumpu pada kewenangan yang sah. Tanpa ada kewenangan yang sah seorang pejabat ataupun Badan Tata Usaha Negara tidak dapat melaksanakan suatu perbuatan pemerintahan. Oleh karena itu kewenangan yang sah merupakan atribut bagi setiap pejabat ataupun bagi setiap badan.39

Jabatan memperoleh wewenang melalui tiga sumber yakni atribusi, delegasi dan mandat.40 Kewenangan yang diperoleh dengan cara atribusi, apabila terjadi pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan perundang- undangan dan perundang-undanganlah yang menciptakan suatu wewenang

38Subekti,Hukum Perjanjian,Internusa, Jakarta, 1992, hal. 1.

39Lutfi Effendi, Pokok-Pokok Hukum Administrasi, Bayumedia Publishing, Malang, 2004,

hal. 77.

40Philipus M. Hadjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to the

pemerintahan yang baru. Kewenangan secara delegasi merupakan pemindahan/pengalihan wewenang yang ada berdasarkan suatu peraturan perundang- undangan atau aturan hukum. Kewenangan mandat sebenarnya bukan pengalihan atau pemindahan wewenang tapi karena yang berkompeten berhalangan.

Berdasarkan UUJN tersebut ternyata Notaris sebagai Pejabat Umum memperoleh kewenangan secara atribusi, karena wewenang tersebut diciptakan dan diberikan oleh UUJN sendiri. Jadi wewenang yang diperoleh Notaris bukan berasal dari lembaga lain, misalnya dari Departemen Hukum dan HAM.41 Jadi, Notaris memiliki legalitas untuk melakukan perbuatan hukum membuat akta otentik.

Ketentuan mengenai kewenangan Notaris tercantum dalam Pasal 15 UUJN, dimana kewenangan Notaris dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:

a. Kewenangan Umum Notaris

Kewenangan Umum Notaris tercantum dalam Pasal 15 ayat (1) UUJN yang menegaskan bahwa salah satu kewenangan Notaris adalah membuat akta secara umum, namun dengan batasan sepanjang tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang ditetapkan oleh undang-undang, menyangkut akta yang harus dibuat atau berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh aturan hukum atau dikehendaki oleh yang bersangkutan, mengenai subjek hukum (orang atau badan hukum) untuk kepentingan siapa akta dibuat atau dikehendaki oleh yang berkepentingan.

b. Kewenangan Khusus Notaris 41

Kewenangan Khusus Notarisuntuk melakukan tindakan hukum tertentu tercantum dalam Pasal 15 ayat (1) UUJN, seperti :

a) Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftarkan dalam buku khusus;

b) Membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; c) Membuat kopi dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang memuat

uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan; d) Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;

e) Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;

f) Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau membuat akta risalah lelang.

Adapun kewenangan khusus Notaris lainnya, yaitu membuat akta dalam bentuk In Original, yaitu akta :

a) Pembayaran uang sewa, bunga, dan pensiun; b) Penawaran pembayaran tunai;

c) Protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat berharga; d) Akta kuasa;

e) Keterangan kepemilikan; atau

f) Akta lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Notaris juga mempunyai kewenangan khusus lainnya seperti yang tersebut dalam Pasal 51 UUJN, yaitu berwenang untuk membetulkan kesalahan tulis atau kesalahan ketik yang terdapat dalam minuta akta yang telah ditanda tangani, dengan

cara membuat Berita Acara Pembetulan, dan Salinan atas Berita Acara Pembentulan tersebut Notaris wajib menyampaikannya kepada para pihak.

Pembetulan yang dimaksud dalam Pasal 51 UUJN42 bukanlah pembetulan sebagai renvoi, hal ini dikarenakan pembetulan tersebut harus dilakukan dengan membuat berita acara dan memberikan catatan mengenai hal tersebut pada Minuta Akta dengan menyebutkan tanggal dan nomor akta berita acara pembetulan (Pasal 51 ayat (2) UUJN). Salinan akta berita acara tersebut wajib disampaikan kepada para pihak (Pasal 51 ayat (3) UUJN).

Kewenangan untuk melakukan pembetulan pada suatu akta yang mengakibatkan adanya kesalahan tulis dan/atau kesalahan ketik yang terdapat pada minuta akta dapat dilakukan oleh notaris dengan membuat berita acara pembetulan. Namun terdapat perbedaan ketentuan yang diatur didalam UUJN yang lama dengan yang ada di dalam UUJN sekarang ini. Menurut aturan UUJN yang lama (UU Nomor 30 Tahun 2004) bahwa pembetulan tersebut dapat dilakukan oleh Notaris tanpa perlu adanya kehadiran dari para penghadap. Sedangkan menurut UUJN yang baru (UU Nomor 2 Tahun 2014) bahwa kewenangan untuk melakukan pembetulan tersebut

42Pasal 51 UUJN selengkapnya berbunyi :

(1) Notaris berwenang untuk membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan ketik yang terdapat pada Minuta Akta yang telah ditandatangani;

(2) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di hadapan penghadap, saksi, dan Notaris yang dituangkan dalam berita acara dan memberikan catatan tentang hal tersebut pada Minuta Akta asli dengan menyebutkan tanggal dan nomor Akta berita acara pembetulan; (3) Salinan Akta berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib disampaikan kepada para

Pihak;

(4) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mengakibatkan suatu Akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.

hanya dapat dilakukan oleh notaris apabila pembetulan itu dilakukan dengan kehadiran penghadap.

Berdasarkan UUJN yang baru dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kewajiban hadirnya penghadap maka pembetulan atau perbaikan tersebut tidak dilakukan oleh Notaris tetapi dilakukan oleh para penghadap dengan membuat akta perbaikan. c. Kewenangan Notaris yang akan ditentukan kemudian

Kewenangan Notaris yang akan ditentukan kemudian tercantum dalam Pasal 15 ayat (3) UUJN. Dimana kewenangan Notaris yang akan ditentukan kemudian merupakan kewenangan yang akan muncul akan ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam artian bahwa jika Notaris melakukan tindakan di luar wewenang yang telah ditentukan, maka Notaris telah melakukan tindakan diluar wewenang, maka produk atau akta Notaris tersebut tidak mengikat secara hukum atau tidak dapat dilaksanakan (nonexecutable), dan pihak atau mereka yang merasa dirugikan oleh tindakan Notaris di luar wewenang tersebut, maka Notaris dapat digugat secara perdata ke pengadilan negeri.43

43

Setiap orang yang datang menghadap Notaris sudah tentu berkeinginan agar perbuatan atau tindakan hukumnya yang diterangkan di hadapan atau oleh Notaris dibuat dalam bentuk akta Notaris tapi dengan alasan yang diketahui oleh Notaris sendiri, kepada ,mereka dibuatkan akta dibawah tangan yang kemudian dilegalisasi atau dibukukan oleh Notaris sendiri. Tindakan Notaris tersebut sebenarnya tidak dapat dibenarkan, untuk membuatkan surat semacam itu, tapi yang dibenarkan adalah melegalisasi atau membukukan surat tersebut. Agar sesuai dengan kewenangan Notaris, tindakan tersebut tidak perlu dilakukan oleh Notaris, kalau ingin dibuat dengan akta dibawah tangan dapat dibuat sendiri oleh yang bersangkutan saja, bukan dibuat oleh Notaris.

(Habib Adjie,Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris),PT. Refika Aditama, Bandung, 2009, hal. 82).

Dokumen terkait