• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Pendidikan

HAKIKAT PENDIDIKAN

C. Apa Itu Hakikat Pendidikan?

2. Tujuan Pendidikan

Prayitno (2005) & Pokja Pengembangan Peta Keilmuan Pendidikan (2005) mengemukakan bahwa dalam peristiwa pendidikan, tujuan pendidikan adalah suatu kondisi yang hendak dicapai oleh seseorang. Orang atau individu yang hendak mencapai tujuan pendidikan disebut peserta didik. Orang yang memfasilitasi pencapaian tujuan oleh peserta didik disebut pendidik. Hubungan dan aktivitas yang terjadi di antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan disebut proses pembelajaran.

Dengan berbasis kepada kemanusiaan manusia, tujuan pendidikan mengacu kepada tujuan kehidupan manusia, yang tidak lain adalah kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Tujuan ini sejajar dengan harkat dan martabat manusia tersebut di atas. Tujuan pendidikan, baik yang bersifat menyeluruh dan umum maupun jabarannya terarah bagi terwujudnya kemanusiaan manusia, melalui pengembangan dimensi-dimensi kernananusiaan serta pancadayanya.

Mengacu kepada HMM, tujuan pendidikan adalah normatif, karena HMM itu normatif. Upaya apapun yang tidak sejalan atau bertentangan dengan HMM, bukan termasuk upaya pendidikan. Dalam kaitan ini, kajian pendidikan baik dalam ranah teori maupun praktiknya terarah kepada hal-hal yang normatif. Oleh karenanya, ilmu pendidikan diberi label sebagai ilmu yang normatif.

Menurut Umar Tirtarahardja (2000), tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu, tujuan pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.

Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting di antara komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian, maka kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungsional, bahkan salah, sehingga harus dicegah terjadinya. Di sini, terlihat bahwa tujuan pendidkan itu bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.

Di Indonesia, tujuan pendidikan ini dirumuskan secara jelas dalam Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pada Bab II Pasal 3 yang mengemukakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Selain dari itu, ada tujuan pendidikan yang dibatasi dengan kehidupan duniawi, misalnya supaya dapat menjadi warga masyarakat yang konstruktif. Pada pihak lain ada juga yang merumuskan tujuan pendidikan dikaitkan dengan kehidupan ukhrawi, misalnya mendidik supaya kelak dapat diterima di sisi Tuhan setelah meninggal, atau supaya kelak dapat menikmati kehidupan ukhrawi di surga. Ada pula yang merumuskan tujuan pendidikan sebagai tercapainya manusia seutuhnya, walaupun tidak mudah merumuskan dan menjelaskan apa yang dimaksud dengan manusia seutuhnya.

Dalam naskah yang terkenal “the Republic,” tulisan Plato merumuskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencapai masyarakat yang adil (justice) dipimpin oleh seorang raja yang sekaligus seorang filsuf (philosopher king). Dia diasumsikan sebagai raja yang mengetahui kebenaran hakiki, sehingga ia tidak akan menyalahgunakan kekuasaannya (Jalaluddin & Abdullah, 1997). Kohnstamm seorang tokoh pendidik besar dari negeri Belanda yang menganut aliran filsafat personalisme Kristen merumuskan tujuan pendidikan untuk membantu manusia

yang sedang menjadi (een means in wording), supaya ia dapat memperoleh damai secara batiniah yang sedalam-dalamnya yang mungkin dicapainya, tanpa mengganggu atau membebani orang lain. Penjelasan rumusan tersebut diberikan oleh Kohnstamm secara mendalam dan dihubungkan dengan filsafat personalisme Kristen.

Kohnstamm dengan tegas menonjolkan pandangan, bahwa tujuan pendidikan itu supaya anak didik kelak mencapai kebahagiaan. Ia tidak setuju dengan rumusan itu, karena arti bahagia banyak mengandung segi-segi yang sifatnya subjektif. Memang bahagia sebagai penghayatan yang “menyenangkan” (positif) mengenal berbagaii lapisan atau strata kepribadian manusia. Tingkatan penghayatan bahagia yang paling tinggi adalah kebahagiaan rohani (cosmic emotion), yaitu rasa bahagia yang mutlak hasil karunia Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Tentu saja dalam hal ini pendidik yang menginginkan tercapainya tujuan bahagia yang sedalam-dalamnya itu, tidak dapat menjamin anak kelak akan mencapai tujuan itu, karena bahagia semacam itu adalah karunia dari ‘atas,’ yang bukan merupakan kompetensi pendidik. John Dewey pengembang aliran filsafat pragmatisme yang kadang-kadang disebut eksperientalisme, merumuskan tujuan pendidikan sebagai human growth, karena di dunia tidak ada sesuatu yang tidak berubah (Hamdani, 1987).

Tujuan pendidikan dalam pandangan Islam menurut Al-Attas adalah manusia yang baik. Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian muslim. Abdul Fattah Jalal berpendapat bahwa tujuan umum pendidikan Islam adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Pendidikan haruslah menjadikan seluruh

manusia menjadi manusia yang menghambakan diri kepada Allah, yaitu beribadah kepada Allah (Hasan Lenggulung, 1986). Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu adalah beribadah kepada-Nya. Hal ini dipahami dari ayat 56 surat Az Zariat; Dan Aku tidak

menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku. Ayat Al-Qur’an yang senada dengan ayat ini dapat

juga dilihat pada surat Al-Baqarah 21, Al-Anbiya’ 25.

Muhammad Quthb dalam Ahmad Tafsir (2000) mengemukakan bahwa tujuan umum pendidikan adalah manusia yang takwa. Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam (1977) dan berkesimpulan para ahli pendidikan Islam sepakat bahwa tujuan umum (akhir) pendidikan Islam ialah manusia yang baik yaitu manusia yang beribadah kepada Allah swt.

Untuk keperluan pelaksanaan pendidikan, tujuan itu harus dirinci menjadi tujuan yang khusus, bahkan sampai ke tujuan operasional. Usaha merinci tujuan umum ini sudah pernah dilakukan oleh para ahli pendidikan islam. Al-Syaibani (1979) menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi:

a. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan akhirat

b. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat

c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.

Selanjutnya Al-Syaebani (1979) mengemukakan tujuan pendidikan Islam memiliki empat ciri pokok:

a. Sifat yang bercorak agama dan akhlak.

b. Sifat kemenyeluruhannya mencakup segala aspek pribadi pelajar (subjek didik), semua aspek perkembangan dalam masyarakat.

c. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.

d. Sifat realistis dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan perseorangan di antara individu, masyarakat dan kebudayaan di mana-mana dan kesanggupannya untuk berubah dan berkembang.

Di dalam praktek pendidikan, khususnya pada sistem persekolahan, di dalam rentangan antara tujuan umum dengan yang sangat khusus terdapat sejumlah tujuan antara. Tujuan antara berfungsi untuk menjembatani pencapaian tujuan umum dari sejumlah tujuan rincian khusus (Pokja Pengembangan Peta Keilmuan Pendidikan, 2005).

Redja Mudyahardjo (2001) mengemukakan kondisi ideal yang berhubungan dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan itu dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu (1) tujuan umum pendidikan atau tujuan akhir pendidikan dan (2) tujuan khusus pendidikan. Tujuan umum pendidikan

tertuju pada tujuan hidup. Tujuan khusus pendidikan dapat dibedakan menjadi (1) tujuan pendidikan tak lengkap, berkenaan dengan aspek-aspek kepribadian yang ingin dicapai; (2) tujuan pendidikan sementara berkenaan dengan masa-masa pendidikan institusional, dan tujuan kelembagaan pendidikan; dan (3) tujuan pendidikan instruksional, berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran atau jenis tingkah laku. Selanjutnya supaya dapat dilihat dengan jelas tentang pembagian (macam-macam) tujuan pendidikan ini dapat dilihat pada bagan peta tujuan-tujuan pendidikan berikut ini:

TujuanUmum Pendidikan TujuanHidup Tujuan Pendidikan Instruksional x Tujuanpendidikan kurikuler x Tujuanpendidikan insidental Tujuan Pendidikan Sementara Tujuan Pendidikantak Lengkap x Tujuanpendidikan balita x Tujuanpendidikan kanakͲkanak x Tujuanpendidikan anaksekolah x Tujuanpendidikan remaja x Tujuanpendidikan orangdewasa x Tujuanpendidikan jasmani x Tujuanpendidikan kognitif x Tujuanpendidikan afektif x Tujuanpendidikan keterampilan TujuanͲKhusus Khusus Pendidikan Tujuan Pendidikan Institusional x Tujuanpendidikan sekolah x Tujuanpendidikan luarsekolah x Tujuanpendidikan nasional TUJUAN PENDIDIKAN

D. Bagaimana Hubungan Hakikat Manusia dengan