• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUNTUNAN ISLAM TERKAIT KELAHIRAN

Dalam dokumen Ensiklopedi Syirik (Halaman 77-83)

L

ahirnya seorang bayi merupakan awal dari kehidupannya di dunia. Dia mulai merasakan aktivitas hidup di dunia ini. Tentunya tak patut ayah dan ibu yang menginginkan buah hatinya menjadi anak yang shalih membiarkan hari-hari pertamanya berjalan tanpa dihiasi tuntunan syariat yang mulia ini, bahkan dikotori oleh hal-hal yang tidak diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Banyak hal dipandang oleh masyarakat sebagai adat untuk menyambut kelahiran seorang bayi. Ada yang memasang lentera di kuburan ari-ari (plasenta) bayi, ada yang memasang gunting atau senjata tajam lain di dekat kepala bayi, ada yang meletakkan rangkaian bawang dan cabai merah di atas kepala bayi, ada pula yang memasang gelang dari benang untuk penangkal bala’ bagi si bayi. Bahkan sebagian orang meyakini, kalau hal itu tidak dilakukan, maka keselamatan si jabang bayi pun terancam. Kalau sudah begini, dikhawatirkan kesyirikan akan masuk tanpa terhindarkan.

Sebenarnya apa yang harus dilakukan pada hari-hari pertama setelah kelahiran telah diajarkan oleh Allah. Melalui sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kita bisa melihat dengan jelas penetapan syariat dalam hal ini. Kita simak, apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap seorang bayi yang baru saja lahir.

Aqiqah

Imam Ahmad rahimahullâh dan mayoritas ulama juga berpendapat bahwa apabila ditinjau dari segi syar’i maka yang dimaksud dengan aqiqah adalah menyembelih (an-nasikah). Maksudnya, menyembelih binatang pada hari ke-7 dari kelahiran bayi.

Ada banyak hadits Nabi yang menjelaskan tuntunan ini: 1. Salman bin Amir Ad-Dhabi berkata: Rasululloh bersabda :

“Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya.” (HR Al-Bukhari no. 5472). Makna menghilangkan gangguan adalah mencukur rambut bayi atau menghilangkan semua gangguan yang ada.1

2. Samurah bin Jundab berkata: Rasulullah bersabda :

“Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama, dan dicukur rambutnya.” 2

3. Aisyah berkata: Rasulullah bersabda:

“Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama (setara) dan bayi perempuan satu kambing.” 3

4. Diriwayatkan: “Bahwasanya Rasulullah bersabda menqaqiqahi Hasan dan Husain dengan satu kambing dan satu kambing.”4

5. Rasulullah bersabda:

“Barang siapa di antara kalian yang ingin menyembelih (kambing) karena kelahiran bayi, maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing yang sama (setara) dan untuk perempuan satu kambing.” 5

Memberi nama yang baik

Disyariatkan memberi nama anak yang lahir dengan nama yang pada hari yang ketujuh sebagaimana hadits di atas atau pada saat dilahirkan langsung karena Rasulullah SAW telah menamai putranya yang baru lahir dengan nama Ibrahim, beliau berkata: “Tadi malam telah dilahirkan anak laki-laki bagiku, maka saya menamainya dengan nama bapakku Ibrahim.” (HR Muslim)

1. Fathul Bari: IX/593 dan Nailul Authar: V/35 Cet. Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah

2 HR Abu Dawud no. 2838, At-Tirmidzi no. 1552, An-Nasa’i: VII/166, Ibnu Majah no. 3165, Ahmad: V/7-8, 17-18, 22, dan Ad Darimi: II/81; shahih

3 HR Ahmad: II/31, 158, 251 dan At-Tirmidzi no. 1513, Ibnu Majah no. 3163, dengan sanad yang hasan

4 HR Abu Dawud no. 2841 dengan sanad yang shahih

5 HR Abu Dawud no. 2843, An-Nasa’i: VII/162-163, dan Ahmad no. 2286, 3176, dengan sanad hasan

Tahnik dan Mendoakan Keberkahan Istri beliau, Aisyah binti Abi Bakr RA menuturkan:

“Apabila didatangkan bayi yang baru lahir ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau mendoakan barakah kepadanya dan mentahniknya.”6

Tahnik adalah mengunyah kurma sampai lumat hingga bisa ditelan, kemudian menyuapkannya ke mulut bayi. Apabila tidak didapatkan kurma, maka diganti dengan makanan manis lain yang bisa digunakan untuk mentahnik. Para ulama bersepakat bahwa istihbab (disenangi) melakukan tahnik pada hari kelahiran anak. Demikian dijelaskan oleh Imam An-Nawawi rahimahullah ketika menerangkan tahnik ini.

Gambaran perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini bisa kita lihat dalam hadits Anas bin Malik RA:

“Aku membawa Abdullah bin Abi Thalhah al Anshari kepada Rasulullah SAW pada hari kelahirannya, dan waktu itu beliau menggunakan mantelnya sedang mengecat untanya dengan ter. Lalu beliau bertanya: “Apakah engkau membawa kurma?” Aku menjawab: “Ya.” Kemudian kuberikan pada beliau beberapa buah kurma, lalu beliau masukkan ke mulut dan mengunyahnya. Kemudian beliau membuka mulut bayi dan meludahkan kurma itu ke mulut bayi. Mulailah bayi itu menggerak-gerakkan lidahnya untuk merasakan kurma tersebut. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kesukaan Anshar adalah kurma,” dan beliau memberinya nama Abdullah.” 7

Hadits Anas bin Malik di atas juga memberikan penjelasan kepada kita bahwa tahnik dilakukan dengan menggunakan kurma, dan ini yang disenangi. Apabila dilakukan dengan selain kurma, maka tahnik itu pun telah terlaksana, namun kurma lebih utama. Dari sini pula kita memetik faidah bahwa tahnik dilakukan oleh orang yang shalih, baik laki-laki ataupun perempuan.8

Inilah tuntunan syariat bagi setiap orang tua yang mengharap kebaikan bagi anaknya. Tak layak semua ini dilewatkan begitu saja, karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Wallahu a’lamu bish-shawab.

6 HR Al-Bukhari no. 5468 dan Muslim no. 2147 7 HR Al-Bukhari no. 5470 dan Muslim no. 2144

Mencukur rambut dan bersedekah

Dianjurkan agar mencukur rambutnya pada hari ketujuh dan mengeluarkan sedekah berupa perak seberat rambut yang dicukur. Hal ini berdasarkan hadits Abu Rafi` Radhiyallâhu 'anhu, ia berkata:

“Ketika Fathimah RS melahirkan Al-Hasan, ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, bolehkah aku melumuri putraku ini dengan darah hewan aqiqah?’ ‘Tidak, tetapi cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak seberat rambut yang dicukur kepada fakir miskin.’.”

Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi juga menyebutkan dalam Minhajul Muslim (hkm. 437), kalau tidak ada perak bisa emas yang senilai atau berupa uang.

Imam Malik Rhm meriwayatkan bahwa Fathimah RA menimbang rambut Al-Hasan dan Al-Husain, demikian juga rambut Ummu Kultsum, lalu menyedekahkan perak seberat rambut tersebut.

Ibnu Ishaq menyebutkan dalam Sirah-nya bahwa Rasulullah SAW pernah berkata kepada Fathimah RA setelah melahirkan Al-Hasan, “Wahai Fathimah, cukurlah rambutnya, lalu bersedekahlah dengan mengeluarkan perak seberat timbangan rambutnya.” Lalu Fathimah pun menimbangnya, dan ternyata beratnya adalah satu dirham atau kurang sedikit.

Syaikh Waliyullah Ad-Dahlawi Rhm, ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan tentang sebab perintah bersedekah dengan perak tersebut:

“Sesungguhnya anak itu jika telah berpindah dari janin menjadi bayi merupakan sebuah nikmat yang wajib disyukuri. Bentuk kesyukuran yang terbaik adalah dengan menggantinya. Mengingat bahwa rambut bayi merupakan bagian dari perkembangan janin, dan menghilangkannya merupakan pertanda kemerdekaannya menuju perkembangan sebagai anak, maka sudah seharusnya bila rambutnya itu ditimbang dengan perak. Pengkhususan perak di sini adalah karena emas terlalu mahal, dan hanya orang kaya yang punya, sedangkan perbendaharaan selain emas dan perak tidak seimbang dengan timbangan rambut sang anak.”

Mengolesi kepala dengan minyak wangi

Mengolesi kepalanya si bayi dengan minyak wangi sebagai pengganti apa yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyyah yang mengolesi kepala bayi dengan darah hewan aqiqah, kebiasaan mereka ini tidak benar sehingga Islam meluruskannya dengan mengoleskan minyak wangi dikepalanya, sebagaimana dalam hadits Buraidah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil: IV/389.

Dalam dokumen Ensiklopedi Syirik (Halaman 77-83)

Dokumen terkait